Terima kasih. Intro Monggo Ibu bergabung bersama kami Sekali lagi tepuk tangan yang meriah untuk pemateri kita yang luar biasa hari ini Mari Ibu Baik teman-teman, pada hari ini kita akan mendapatkan materi kembali yaitu generasi Z dan keadapan digital. Silakan teman-teman untuk menyimak dengan seksama dan silakan siapkan pertanyaan terbaik dari teman-teman di akhir nanti.
Mungkin tanpa berlama-lama kepada Ibu Dr. Adip Sofia SSM HUM waktu dan tempat saya persilakan. Monggo Bu. Terima kasih Mbak Siti Mauliani. Benar ya Mbak ya? Oke.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Bagaimana kabarnya teman-teman sekalian? Capek? Waduh, kenyang, ngantuk, biar enggak ngantuk saya dekat ke situ ya, boleh ya? Oke, boleh kantongin dulu biar enggak hilang, nanti hilang saya enggak harus ganti nih.
Oke, kita ketemu di Yogyakarta. Kebetulan teman-teman ketemu sama saya Ashley Yogyakarta. dari TK sampai S3 pendidikan saya disini di Yogyakarta pokoknya asli banget ya karena itu hari ini saya pengen tahu nih siapa aja sih yang datang di kota saya ini ya mana yang dari Sumatera Ada gak?
Banyak banget, oke. Per pulau aja ya, biar gak kelamaan ya. Oke. Mana yang dari Kalimantan?
Wuh, banyak. Emang yang atas gak ada yang dari Kalimantan? Ada ternyata. Oke. Yang dari Pulau Sulawesi?
Oh ada, yang atas mana yang Sulawesi? Uh banyaknya, banyak sebelah sana ini pada ngumpul orang Sulawesi di sana. Yang dari pulau, pulau apa? Mana dulu? Papua katanya, ada yang dari Papua?
Banyak, kok itu lagi sih yang dadain? Kok itu lagi sih? Jangan-jangan berkali-kali gini ya. Yang dari Pulau Lombok, mana Pulau Lombok? Banyak juga, yang atas ada enggak?
Eh, tadi di situ Sulawesi loh ya. Mana yang dari Lombok? Oke, oke di sana juga ada, di sini juga banyak.
Pulau apa lagi? Pulau Bali ada? Ada, wuuu, ngumpul belakang sana, sini juga ada, situ, situ, situ.
Hei, Bali, Pulau Jawa, wuuu. Hai banyaknya kata Upin Ipin ya banyaknya karena memang ini di Jawa baik diatas juga banyak ya Terima kasih semuanya Selamat datang di Yogyakarta sebagai pembuka teman-teman sekalian kita nyanyi lagu Jawa dulu ya ya ini kayaknya slide yang terakhir aja deh Enggak jadi slide yang pertama karena waktunya enggak cukup. Bentar ya, mana nih?
Kita mau ngomongin apa hari ini? Generasi Z dan keadaban digital Saya ajarin nyanyinya ya Kalian tinggal di Jogja harus bisa lagu Jogja loh ya Ien ora pati cedok me semo Me semo itu artinya senyumlah Kalau kamu enggak jelas senyumlah ya Yen ora biso kondo me semo Kalau kamu gak bisa bilang apa-apa, senyum aja modalnya. Yen ati mu roto gelo me semo Kalau kamu kecewa banget, obatnya adalah senyumlah.
Ngi raskang gotombo me semo Sekalian bikin hati gembira, senyumlah Bisa? Bisa ya? Oke bareng-bareng ya Kalau yang gak bisa ngomong jawanya cukup kerasin yang me semo ya Biar kita semua ceria hari ini Yen ora pati cedo Mese Mo Yen Ora Biso Kondo Mese Mo Yen Ati Muroto Kelo Mese Mo Ngiras Kanggu Tomba Mese Mo Keren, ayo kita kasih senyum terindah untuk teman di sebelah kita.
Senyumnya yang simetris ya, enggak boleh senyum yang tidak simetris. Kanan kiri harus sama. Senyum yang terindah untuk keadaban digital kita.
Oke, balik lagi. Teman-teman ini katanya generasi Z ya. Dari kelahiran tahun berapa sih? 2005. Oh, 2005. 2007. Oh, beneran 2007. 2000 berapa lagi? 2004. 4 oke 2005 di atas 2000 berapa guys 5 kebanyakan 2005 berarti 4 juga nggak papa wes beti lah beda beda tipis ya oke berarti masuknya adalah Z generation atau generasi Z cut Ternyata dalam survei BPS tahun 2020, generasi Z itu jumlahnya banyak pakai bingit.
Berapa jumlahnya di Indonesia saat ini? 200.000. 70 juta orang, teman-teman 27 persennya.
Berarti jumlahnya banyak banget ya. Yang pinter statistik bisa ngitung kira-kira jumlahnya berapa dari 270 juta jiwa di Indonesia, kok 27 persennya. Berarti kan banyak banget teman-teman. Inilah yang akan memegang masa depan bangsa ini.
Teman-teman sekarang mahasiswa, besoklah yang akan jadi pemimpin-pemimpin dunia. Benar atau benar? Benar, pokoknya aku maunya jawabannya benar.
Iya, oke. Kata orang, ini namanya asumsi ya, asumsi itu boleh benar, boleh enggak. Teman-teman boleh setuju, boleh enggak. Kita simpen dulu aja.
Katanya generasi Z itu ada yang lemah gitu loh katanya. Kenapa? Soalnya sering banget pegang HP terus katanya.
Lemahnya itu soalnya otot-ototnya enggak bergerak alias mager. Misalnya ibunya nyuruh ya, Mbak, tolong adeknya dianterin ke masjid. Ma-ger ya.
Ada asumsi-asumsi seperti itu, benar atau salah? Oh benar, eh mungkin juga salah tergantung orangnya kan, gak semuanya begitu juga. Ada yang mengatakan, eh ini nih generasi stroberi loh, generasi stroberi itu bentuknya cantik.
Bentuknya bagus, menarik, merah, menggoda untuk diceplush ya. Tapi kalau dipegang kena keras sedikit lembek, pleot ya. Kayaknya bagus packagingnya, tapi ada masalah sedikit gampang stres, gampang depresi, gampang kepengen healing, healing, healing gitu ya. Ini baru asumsi, bisa benar, bisa juga enggak teman-teman enggak merasa enggak apa-apa, merasa sedikit kayak gitu juga enggak apa-apa, merasa banget juga enggak apa-apa.
Untuk refleksi aja kata orang asumsinya begitu. Terus ada yang mengatakan juga generasi Z ini instan. Kalau ada apa-apa tidak nyari kepakarnya tapi langsung tanya sama Mbah Google.
Makanya ada buku namanya Matinya Kepakaran. Soalnya para pakar enggak laku karena teman-teman generasi ini nyarinya sama Mbah Google. Bukan telepon sama keluarganya yang mungkin lulusan sarjana ini, sarjana itu kan banyak ya.
Tapi langsung aja mencari mbah Google. Makanya ada yang menyebut kalau dahulu itu guru-guru kencing berdiri, murid kencing berlari. Kalau zaman sekarang katanya guru browsing berdiri, murid abadi. update berlari karena apa gurunya cepet-cepetan juga muridnya juga lebih cepet-cepetan lagi dalam update mengerjakan tugas semuanya cepet-cepetan namanya adalah instan ya boleh setuju boleh tidak terus ada juga yang menyebut anak zaman now ini mati Materialistik Materialistik itu apa? Mementingkan apa yang kelihatan secara materi Kenapa?
Soalnya banyak yang di follow itu Selegram Yang disitu misalnya gonta ganti fashion Bisa juga yang kadang-kadang Nontonnya itu Youtube-Youtube perjalanan-perjalanan ke luar negeri, ke luar negeri ya. Jadinya gonta ganti HP, gonta ganti kendaraan, jalan-jalan ke mal, dan sebagainya. Sehingga yang namanya materi itu penting banget.
Penelitian mahasiswa dan mahasiswi saya teman-teman, mungkin saya sudah lebih dari 10 kali menguji. Ada penelitian ke pondok-pondok pesantren saat ini ada banyak perubahan perilaku. Kalau dahulu di pondok-pondok pesantren itu kan pertanyaan antar santrinya sudah muroja apa hari ini gitu ya? Oke, sudah hafalan apa hari ini?
Kalau sekarang pertanyaannya sudah check out apa di toko online hari ini ya? Karena senang banget bela-bela beli-bela-bela beli di toko-toko online, ini gejala ada materialistik. Oke, boleh yes, boleh tidak, ini semua asumsi. Asumsi itu kata orang luar, kita boleh iya, boleh tidak.
Terus ada yang bilang generasi ini gadget edik. Ada yang satu hari enggak pegang HP, sekarang enggak pegang HP. Melatih biar teman-teman enggak gadget edik.
Tapi sehari-hari biasanya pegang HP kan? Bangun tidur langsung, pak gagap. Yang dicari adalah HP.
HP ku mana ya? HP ku mana ya? Duduk kalau enggak ada dicari di kolong-kolong. Paling pas aku tidur jatuh. Yang pertama dicari adalah HP.
Mau mandi? HP. Mau makan?
HP. Mau sekolah? HP.
Di dalam kendaraan pun? Di tengah kendaraan pun kita juga pegang HP Di dalam kamar mandi kadang-kadang juga HP Sambil di bilik termenung membawa HP Kadang-kadang sampai ada yang kecembelung Mbak kamar mandi juga kan Karena kita gadget editing Nah ada juga yang mengatakan pemahamannya itu hybrid Hybrid itu pemahamannya itu campur, ekleksis itu dipilihin yang enak-enak menurut dirinya aja. Jadi kalau belajar itu enggak misalnya YouTube yang panjang dari pengantar sampai penutup, tapi yang dibaca, yang dilihat, yang ditonton itu TikTok. Ya mungkin ada pelajaran ustad ini, ustad itu, tapi secara sepotong-potong.
Jadi ustadzahnya banyak, gurunya banyak, informasinya banyak, tapi mozaik. Mozaik itu adalah pecahan-pecahan yang udah ada di TikTok. Beda lagi informasinya, beda lagi informasinya. Reels-reels lebih sering ditonton daripada YouTube-YouTube yang penjelasannya kompleks.
Berapa menit teman-teman kuat menonton tayangan? Ya, berapa menit? Berapa menit nonton Youtube betahnya?
Dua menit? Oh, tiga jam? Oh, really? Beneran tiga jam? Tiga jam itu mungkin berbagai mosaik ya, berbagai tontonan.
Berapa menit nonton Youtube? Hai hehehe enggak lama kan kalau Zoom juga begitu dahulu ada teman saya yang riset sebelum pandemi itu bisa konsentrasi Zoom mahasiswa dan mahasiswa itu 12 menit tapi setelah pandemi itu cukup delapan menit konsentrasinya ya setelah itu hilang atau goyang konsentrasinya ya itulah kemudian yang Namanya hybrid itu tadi. Hai informasinya tuh dari mana dari mana dari mana pada saat dia lagi on itulah yang nyantol di kepalanya itu namanya hybrid ya atau campur nah tapi kekuatannya generasi Z ini adalah Mbak Siti Maaf ya aku enggak menemanimu hehehe multitasking bener gak teman-teman bener Satu waktu bisa mengerjakan banyak tugas. Keren ya.
Mungkin sambil kuliah, sambil bisnis. Sambil dengerin dosen, YouTube-nya dosen, sambil masak. Sambil ngapa-ngapain.
Sebetulnya sih bagus loh multitasking. Asal teman-teman melakukannya dengan bertahap. bertanggung jawab contoh yang tidak bertanggung jawab ya misalnya nge-zoom dua perangkat satu pakai perangkat HP satu pakai perangkat laptop ya Eh ada apa tadi di sana pas lagi di sana dia di sini pas lagi di sini dia di sana akhirnya malah enggak dapet semuanya Nah itu contoh yang tidak bertanggung jawab terus kadang-kadang ada multitasking yang mengganggu konsentrasi Misalnya teman-teman lagi sholat tapi sebelum sholat itu order ojol, makanan dengan ojol ya. Nanti kalau habis sholat. Pas banget orderan makananku datang, maka ketika sholat, Allahu Akbar al-Fatihan, Ihdinas syurotal mustaqim, tunjukkanlah aku jalan yang lurus.
Masnya tadi, masnya ojol, udah sampai jalan yang lurus yang mana ya? Jadi mikirnya malah jadi campur ya. Antara mau menerjemahkan apa yang kita baca dalam sholat dengan memikirkan masnya ojol tadi nganter orderanku sampai dimana.
Itu kadang-kadang multitasking yang tidak bertanggung jawab. Jadi multitasking boleh asal kita lakukan dengan tanggung jawab. Pakai gadget boleh asal kita lakukan juga dengan cara yang benar.
Katanya lagi nih, teman-teman ini anti mainstream. Kalau zaman dahulu yang namanya cita-cita itu, di sini cita-citanya apa? Cita-citanya apa?
Dokter! Masya Allah cita-cita waktu kecil ya. Sekarang juga?
Oke. Udah di kedokteran? Oke.
Cita-citanya apa? Dokter juga waktu kecil, sekarang juga? Cita-citanya apa?
Youtuber? Dokter nyasar, calon pejabat. Yang pakai tulisan asik ya, bisa dibaca ya. Kok zaman dahulu kan cita-cita itu itu-itu aja.
Dokter, guru, dosen, insinyur, polisi gitu kan. Tapi anak zaman now anti-mainstream. Anti-mainstreamnya adalah sekarang apa cita-citanya?
Youtuber. Apa cita-citanya? Influencer.
Ada loh ibu-ibu yang nangis ke tempat saya. Bu Adip, saya sedih anak saya punya cita-cita aneh, jadi master chef. Padahal master chef sekarang duitnya banyak loh, karena kehidupan ini membutuhkan super spesialis sekarang ini ya. Kalau udah ahli banget itu dihargai dengan bagus.
Ada juga loh anaknya teman saya itu yang tabungannya puluhan juta, dari mana? Dari menjual gambar, masih SMP duitnya banyak karena dia bisa bertransaksi pakai Google Translate dengan aplikasi jual beli online khusus gambar, dia menjual gambar-gambarnya pada orang-orang asing. Lama-lama tabungannya banyak, itu jadi cita-cita dia.
Jadi anak zaman now ini kenapa tadi? Anti mainstream, karena apa? Karena wawasannya udah global, luas sekali wawasannya yang tidak sama dengan wawasan orang tuanya. Berikutnya generasi Z adalah pembelajar keras banget.
Ini berbeda sama generasi silent yang hidup pada masa peperangan. Beda sama generasi baby boomers yang hidup pada saat negara-negara sedang senang karena enggak ada perang, penuh dengan kompetisi ya, beda banget. Generasi Z ini pejuang keras, kenapa? Karena sudah tahu dunia luas dan harus bisa bersaing dengan orang di seluruh dunia. Pembelajar keras.
Siapa di sini yang pembelajar keras? Saya. Inilah generasi Z yang keren, super duper keren. Generasi Z juga orang yang kreatifnya luar biasa.
Kenapa? Karena fasilitas yang ada di dunia itu banyak yang sudah ada di tangan ya. Aplikasi-aplikasi gampang dipelajari dan semuanya mudah.
Kadang-kadang sampai orang tua kan manggil-manggil ya, tolong-tolong Bapak Ibu diajarin. Anak-anak dari generasi Z gak usah diajarin bisa sendiri, bisa mempelajari sendiri. Orang semuanya kelihatan kan kita harusnya bisa, bapak ibu juga harus bisa gitu ya.
Tapi orang tua seringkali lebih gaptek daripada generasi Z. Ada yang sering dimintain tolong sama orang tuanya? Ada, ternyata banyak ya.
Generasi sebelumnya kan gak sehebat kalian, kalian memang hebat. Dan sangat suka tantangan. Keren ya? Itu orang di Cina bisa, aku juga harus bisa. Itu orang di Amerika bisa, aku juga harus bisa.
Bahkan kadang-kadang ada yang punya cita-cita, aku nanti menikahnya bukan sama orang Indonesia, tapi sama orang asing. Karena generasi Z sudah berinteraksi secara global. Dia adalah warga global dan multilingual. Teman-teman di sini kan enggak cuma pakai bahasa Indonesia kan?
Ya? Bahasanya udah macam-macam ada yang belajar bahasa Korea. Belajar bahasa apa lagi? Arab pasti itu ya.
Belajar apa lagi? Bahasa Inggris Jerman. Katanya oke. Anak-anak zaman now pasti enggak cuma.
belajar bahasa Indonesia doang. Terus critical thinkingnya bagus. Daya kritisnya bagus. Kenapa?
Karena itu tadi informasinya udah banyak. Pasti dia itu sebagai manusia otomatis langsung otaknya bekerja. Membedakan ini, membedakan itu.
Memahami ini, memahami itu. Jadi critical thinkingnya bagus. Berarti teman-teman ini generasi yang kritis kritis bukan kritis penyakit loh Oh dia udah kritis bukan tapi kritis yang artinya critical thinking nya bagus siapa yang critical thinking nya bagus di sini semuanya Oke kemudian generasi Teh selfie atau melek.
Hai teknologi pasti disini semuanya bisa teknologi enggak ada yang alergi sama teknologi karena kalau yang generasi saya itu masih pilah-pilih ada yang memang suka teknologi ada yang sama sekali enggak mau pegang teknologi aku minta tolong ajalah aku bayarin orang ajalah ya aku tergantung sama orang aja lah. Tapi kalau generasinya teman-teman semuanya merasa butuh. merasa perlu dengan teknologi intinya bahwa teman-teman ini adalah digital native sejak lahir Ceprol sudah mengenal dunia digital teman-teman di sini adalah masyarakat virtual komunitas Menjadi masyarakat virtual Nah ini asumsi ya Boleh jadi benar Boleh jadi tidak Semua tergantung pada orangnya Nah ini saya skip aja Kadang-kadang pada saat kita menjadi virtual community Virtual community apa tadi?
Masyarakat virtual, kita seringkali ada masalah dalam komunikasi. Kadang ada yang saling marah-marahan, saling mengejek. Kenapa?
Karena masyarakat virtual itu antara satu dengan yang lainnya pada enggak kenal kan? Padahal enggak kenal kan? Tak kenal maka tak sayang. Karena enggak kenal maka kadang-kadang yang namanya komentar netizen itu betul-betul bisa menyakitkan. Kemasannya tidak dipikirkan karena memang benar-benar dia enggak kenal.
Seringkali teman-teman Kekerasan dalam bentuk teks, ya kekerasan dalam bentuk teks itu terjadi karena beberapa hal. Yang pertama, karena merasa dirinya benar, sedangkan orang lain, kenapa? Orang lain itu strange, aneh.
Contoh, kalau ada yang gaya kerudungnya beda sama kita, terus dibully di sosial media ya. Aneh banget gaya kerudungnya, kayak ini, kayak itu. Sampai kemudian yang posting tadi setres sendiri menerima bulian dari para netizen. Hanya karena penampilannya berbeda. Kita anggap apa?
Strange. Kadang-kadang juga kita merasa diri benar atau baik, sementara orang lain itu other. Other itu apa maksudnya? Bukan bagian dari kita, beda.
Dia itu beda dari kita. Hai misalnya kita Islam sendiri ya ternyata orang lain itu berislam tapi tidak sesuai dengan pandangan kita udah kita buli abis-abisan karena dia itu the other atau beda beda sama kita padahal dalam Alquran sudah jelas bahwa memang kita ini diciptakan beragam bersuku-suku supaya kita saling mengenal bineka tunggal ikan ini juga terjadi karena apa diri sendiri paling benar paling baik Orang lain yang menampilkan diri di sosial media tadi, outsider. Outsider itu apa? Outsider itu apa?
Orang luar. Misalnya ada yang posting, ini hanya untuk anak UMJ. Orang selain UMJ tidak boleh komen. Tiba-tiba kita bully dia karena dia bukan orang UMJ.
Kamu adalah outsider terus dibully abis-abisan. Enggak boleh seperti itu. Yang keberapa itu?
Empat ya. Karena mungkin orang lain itu who are not equal. Enggak se-level sama kita. Ya, kadang-kadang mungkin kita lagi posting, ternyata ada orang repost, repost, repost, terus ada yang komen.
Yang komen mungkin dia tukang bangunan ya, terus kita bilang, hei aku kan mahasiswa, kamu kenapa tukang bangunan bisa komen-komen status aku misalnya ya. Karena kita merasa diri tidak level atau dia itu not equal, enggak setara dengan cita. Yang terakhir adalah less worthy atau kurang layak.
Kadang-kadang kita marah-marah di sosial media itu karena lawan bicara kita, kita pandang orang yang tidak layak. Lo siapa nasihat-nasihatin gue? Berani-beraninya nasihatin gue Nah itu adalah kalimat-kalimat Yang menunjukkan Bahwa kita sedang gusar Dan menganggap orang lain Tidak layak Karena itu teman-teman Ini sudah kurang berapa menit Mbak-mbak sekalian Masih cukup Kalau dalam Al-Quran itu Ada Quran surat Al-Hujurat Ayat 11 Ada tiga kata kuncinya teman-teman sekalian untuk keadaban digital kita.
Yang atas masih semangat? Wih keren! Tengah masih semangat?
Keren abis! Kanan masih semangat? Wih hebat! Yang bawah juga kan? Alhamdulillah, pertama layashor artinya tidak boleh mengolok-olok kaum yang lain karena boleh jadi mereka lebih baik daripada kita.
La yashor. Kata kunci yang kedua, wa la talmizu. Artinya, janganlah, dibaca dong, janganlah saling mencelak.
Contohnya kalau yashor, Tadi mengolok-olok, dasar kamu idiot, komentar kok seperti itu, idiot lo. Itu berarti mengolok-olok. Kalau Talmizu mencelah, ih kamu pendek banget sih.
Hari gini kurang gizi, ya itu namanya mencelai yang menjadi kejelekan orang lain. Yang ketiga, apa teman-teman? Walah tanah bezu, janganlah saling memanggil. dengan gelar-gelar yang buruk.
Contoh, Hei anak haram, Tumben kamu komen di status saya ya anak haram ya. Oke, atau kadang-kadang gini, Karena kita berselisih paham tentang arti suatu dalil Al-Quran ya. Ada yang beda caranya gitu, terus kita memanggilnya gini, eh ketua RT di surga, eh ketua RT di surga, kayaknya ngomongnya bagus ketua RT, tapi kalau dibilang ketua RT di surga, kan jadi kayak tengil gitu ya, jadi nyebelin gitu ya, kok aku diomongin ketua RT di surga gitu.
Itu adalah cara-cara bagaimana kita harus beradab di dunia digital. Jadi sebetulnya ada beberapa prinsip keadaban digital kita. Baik itu masyarakat langsung maupun masyarakat virtual. Yang pertama marilah kita ciptakan ummatan wasapom. Yaitu umah yang berilmu, yang selalu bersikap tengahan mendamaikan semua pihak.
Jadi kalau posting itu yang mendamaikan, mendamaikan saya. saja yang netral-netral saja yang membuat peradaban menjadi lebih bagus jangan yang membuat orang saling gontok-gontokkan yang membuat orang marah-marahan yang damai-damai saja namanya adalah Ummatan Wasabot Yang akan kita capai adalah hayantoiba, yaitu adalah kehidupan yang baik, kehidupan yang tertata, membahagiakan antara semua. umat manusia kan jadi enak kita sebagai penduduk dunia dan netizen itu jadi enak kalau semua orang postingannya tujuannya adalah hidup yang baik atau hayan toyiban kemudian kalau kita menyetatus harus ada prinsip lahaufun alaihim Tidak boleh membuat orang ketakutan, cemas dan sebagainya. Jadi orang takut, orang sebel, orang kesel.
Harus yang lahaufun alaihim. Tidak membuat takut orang lain. Kemudian berikutnya apabila kita harus berdiskusi baik secara langsung maupun di dunia virtual, maka diskusi kita adalah diskusi yang baik yaitu hikmah wal maw'idhotil hasanah.
Yang kita katakan itu yang penuh hikmah saja dan yang kita sampaikan adalah yang maw'idhotil hasanah. Yang baik-baik saja, jangan ngomongin yang jelek-jelek. Kalau ternyata ada yang mendebat kita, Atau terpaksanya kita harus berdiskusi dengan hebat, berdiskusi dengan keras. Al-Quran juga kasih warning yaitu, Wajadil humbil latihiyah ahsan.
Tetap diskusinya, debatnya harus dengan cara-cara yang ahsan, cara-cara yang baik. Kata-katanya harus di dijaga sopan santunnya harus dijaga Bagaimana caranya supaya orang lain tidak kecewa Oke teman-teman sekalian pernah denger enggak Alquran itu mengajarkan bahasa ma'a malaka Basama Malaka itu adalah kode etik kita untuk berinteraksi. Ini teori saya sendiri, Basama Malaka ya.
Banya itu kalau ngomong... Ngomonglah yang baligon, ngomong yang cepat sampai kepada orang yang kita ajak bicara. Teg, enggak usah muter-muter, teg enggak usah nyindir-nyindir, tapi pakai cara-cara yang efektif. Namanya adalah koulan baligon.
Yang kedua setelah kaulan balikon adalah kaulan saditan. Kalau posting itu, posting yang benar-benar aja. Jangan posting yang hoax, gak boleh yang... hoax verifikasi dulu validasi dulu yakin bener baru diposting koulan sadidat yang ketiga koulan Marufa Kalau ngomong langsung, kalau bikin postingan, bikinlah postingan yang makruf, yang ada manfaatnya. Jangan yang pornografi, pornoaksi, pemborosan, dan ngajari yang jelek-jelek yang lainnya.
Manfaatkan gadget untuk kepentingan yang baik-baik. Sudah berapa tadi? Basama. Sekarang? Malaka.
Kau lan mai suron. Perkataan yang pantas. Ini menyangkut etika ya teman-teman. Pantas atau tidak pantas kan misalnya ini tepat waktunya apa enggak.
Saya ngomong sama anak kecil pasti berbeda dengan ngomong sama mahasiswa. Sama orang tua pasti beda sama orang muda. Jadi harus kita pilih dengan kata-kata yang pas Diksi yang pas Supaya orang lain tidak terluka Jangan memilih kata yang ada siletnya Kata-katanya setajam silet Kau lan mai surot Kelima adalah koulan layinan koulan layinan itu adalah kata-kata yang lembut kalau ngomong itu kata-kata yang lembut kalau posting juga menggunakan diksi-diksi yang lembut jangan dikisi yang kasar kalau ngomong aku ini lagi laper tahu gak sih kamu Kamu kok teriak-teriak, apa rumahnya pinggir rangerout kamu itu ya? Apa rumahnya pinggir hutan ya, tepi hutan ya? Ngomong yang enak-enak saja, lembut-lembut saja, biasanya lebih diterima hati dibandingkan dengan cara teriak-teriak.
Terakhir, K adalah Kau lan kariman, yaitu adalah perkataan yang mulia. Sesungguhnya kata-kata kita itu mencerminkan storage of mind kita, gudang di kepala kita. Kalau gudang di kepala kita banyak yang baik-baik, keluarnya baik.
Gudang di kepala kita kok korea-korea terus, keluarnya korea-korea terus. Kudang di kepala kita kok. Komik-komik terus pasti nanti ekspresinya komik-komik terus Tapi gudang di kepala kita ilmu-ilmu agama-agama Keluarnya juga akan seperti itu Maka isilah storage of mind teman-teman Dengan hal-hal yang baik Supaya ketika kita ngomong Supaya ketika kita posting Keluarnya juga kariman Sesuatu yang baik-baik Bisa dimengerti? Hai bisa dipahami sip sampai di sini karena sudah dikode untuk berhenti semoga bermanfaat saya ke tempat Mbak Siti lagi ya saya akhiri wa'atashimu bihablillahi jami'awwala tafarrukuh Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Baik, sekali lagi kita berikan tepuk tangan yang meriah. Hai sebelumnya kita ucapkan terima kasih kepada Ibu Doktor Adip Sofia SSM home yang telah memberikan materi yang luar biasa yang tentunya membuka cakrawala berpikir kita sebagai generasi Z terhadap apa-apa yang kemudian harus kita pahami nah selanjutnya teman-teman mungkin bisa saya sapa dulu ya teman-teman teman-teman dari FEB mana suaranya Oke, teman-teman dari FKIK, dari Fokasi ada? Dari FPB? Oke, nah teman-teman semuanya sudah dicatat tadi materi yang disampaikan?
Baik, selanjutnya ini kita buka sesi tanya jawab, silakan siapkan pertanyaan terbaik teman-teman untuk disampaikan kepada pemateri. Saya buka dua pertanyaan untuk satu sesi. Baik, silakan yang ingin bertanya.
Yang di atas. Oke, dua orang ya. Oke, dua orang.
Bentar, bentar, bentar. Oke, oke, oke, oke. Yang di atas boleh turun dulu gak apa-apa yang di atas?
Oh dua orang aja? Oke, dua orang ya, dua orang ya. Bentar ya, bentar ya.
Oke, oke. Pak Nitya tolong ini. Oke, dari atas. Yang mana lagi?
FPB? Oh iya, ini boleh. Yang ini sama yang ini ya, yang lainnya boleh turun ya.
Tadi yang udah saya pilih, oke. Udah ada. Oke, mohon maaf ya teman-teman karena hanya ada dua pertanyaan. Kita sudah dapat dua penanya, jadi dimohon teman-teman untuk tetap tertip, karena di sini kita ada pemateri di depan, silakan karena sudah dibuka sesi tanya-jawab, dipilih untuk dua orang, jadi sudah ada dua orang di sini untuk bertanya, silakan.
Yang pertama dari Eva. Oke baik, terima kasih atas waktu dan tempat yang sudah dipersilakan kepada saya. Sebelumnya perkenalkan nama saya Audia Panges Mukti, saya dari Fakultas Hukum. Mohon izin Ibu izinkan saya bertanya. Tadi sudah disebutkan bahwa terkadang ada kesalahan yang terjadi dalam komunikasi.
Nah kesalahan tersebut terjadi karena pandangan dirinya paling benar atau baik. Yang ingin saya tanyakan adalah komunikasi yang terjadi di dalam media sosial. Sudah disebutkan juga tadi bahwa kita harus memposting dengan tujuan hidup yang baik atau hayanto yiban.
Nah saya ingin bertanya bagaimana cara mengatasinya jika kita telah memposting di dalam media sosial, contohnya Instagram, memposting dengan postingan yang baik, membranding diri kita dengan branding yang baik, agar kita bisa memotivasi orang lain melalui media sosial Instagram, tetapi ada Pandangan buruk dari netizen-netizen atau teman-teman yang menjadi followers kita dan mereka menebarkan hal-hal buruk yang tidak sesuai dengan diri kita itu yang menimbulkan fitnah. Sehingga orang-orang menggagalkan branding diri kita sendiri atau nama kita menjadi tercoreng dan buruk. Nah bagaimana cara menangkapinya? Ada juga pepatah yang mengatakan kita hanya punya dua tangan untuk menutup telinga, kita tidak bisa menggunakan dua tangan kita untuk membuka mulut-mulut yang mengatakan kita.
Nah bagaimana cara mengatasi hal tersebut sebagai generasi Z yang dinyatakan asumsi masyarakat kita sebagai generasi lemah. Seperti Ibu, terima kasih. Siapa namanya tadi?
Oh dia, ya lanjut aja ya. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Perkenalkan nama saya Diya Jeng Kenconoratri. Diya Jeng, ya.
Dari Fakultas Pendidikan Bahasa, Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris. Karena sekarang di era digital, orang semakin mudah berkomentar apalagi pakai akun fake. Jadi kita tidak bisa mengontrol perilaku orang lain. Maka pertanyaan saya bagaimana...
Yang lain tolong didengarkan terlebih dahulu ya teman-teman. Agar diri kita tidak menjadi sensitif ketika membaca komentar-komentar dari orang lain. Terima kasih. Terima kasih mungkin. Oke, yang sudah bertanya silakan kembali ke tempat.
Terima kasih. Dua pertanyaan. Oke silahkan teman-teman, pemateri ingin menjawab pertanyaan dari teman-teman kalian, silahkan untuk diperhatikan dengan baik dan seksama. Oke mungkin Monggo Ibu silahkan dijawab dari dua pertanyaan.
Terima kasih. Mohon maaf, boleh berdiri lagi ya. Mohon maaf banget untuk semua pertanyaan yang gak bisa kejawab ya. Tadi saya janji boleh ditulis pakai teks tadi ya.
Oke, yang udah maju tadi. Teman-teman sekalian, ini ada dua pertanyaan dari Mbak Audia sama Mbak Diajeng. Pertanyaannya mirip sebetulnya. Kan yang namanya komunikasi itu memang ada penulisnya, ada pesannya, dan ada audiens ya.
Ada outdoor, ada text dan ada reader. Ada komunikator, ada komunikasi dan ada komunikan. Ada barang yang dijual, ada barangnya, ada pembelinya. Pasti gitu urutannya. Makanya ketika kita posting teman-teman.
Kita jadi diri itu harus diri yang punya self-improvement. Punya apa? Harus jadi orang kuat yang setiap saat menjadi diri yang lebih baik. Ciri-ciri self-improvement itu Yang pertama punya niat, niat untuk hidup yang lebih baik. Jadi kalau postingannya Mbak Audia dan Mbak Diyajeng, langsung saya gabung aja ya jawabannya ya karena mirip.
Postingannya tadi memang... Diniatkan untuk amar ma'ruf nahi mungkar? Ya sudah, dijalani saja. Tidak usah berpikir yang lain-lain, semua berawal dari niat. Dari apa guys yang di atas?
Niat. Self-improvement yang kedua adalah tidak boleh baperan. Tidak boleh apa? Baperan. Modalnya hidup di era seperti ini emang gak boleh baperan.
Karena yang namanya netizen itu di luar kuasa kita, mereka mau gimana? Jarinya jari mereka. Kuotanya kuota mereka, akun sosmednya akun sosmed mereka, kepalanya kepala mereka, orang tuanya orang tua mereka, tradisinya tradisi mereka, budayanya budaya mereka, kita gak bisa kontrol.
Maka kalau sudah di virtual community itu, Seorang pelaku sosial media Enggak boleh Bapak orang enggak usah dipikirin banget sampai nggak bisa tidur sampai kalau mandi menitikan air mata lagi naik motor sampai deliver-deliver nangisnya ya nggak bisa makan nggak bisa minum Sedih banget Apa yang menjadi komentar netizen Biarin aja Taruhlah postingan-postingan yang diniatkan Amar Maruf Nahimungkar tadi dengan stabil, konstan, itu baik-baik terus. Nanti lama-lama netizen akan melihat, oh ternyata... orang ini postingannya bagus-bagus bermanfaat aku akan follow aku akan komen dengan komentar yang bermartabat sekali dua kali mungkin begitu saya rasakan sendiri teman-teman ya Saya punya dua akun Facebook, satu akun Facebook untuk keluarga dan teman-teman kuliah, teman-teman mualimat dan sebagainya. Satu akun untuk publik. Nah yang sering komen di luar dugaan saya itu yang untuk publik.
Tapi enggak boleh baperan mereka mau komen apa. Tapi saya postingnya terus seperti itu, lama-lama netizen tahu sendiri bahwa konten-konten saya seperti itu. Lama-lama tidak ada lagi yang komen-komen jelek karena tahu niat kita.
Jadi untuk self improvement tadi satu apa teman-teman? Niat. Dua?
Enggak boleh Pak Peran, dan yang ketiga dalam buku-buku self-improvement itu adalah punya planning kehidupan. Punya apa? Punya planning kehidupan. Misalnya sekarang ini postinganku adalah postingan untuk mengajak perdamaian.
Pekan depan apalagi planningnya? apalagi begitu jadi teman-teman punya planning tahu semester ini mau ikut IMM misalnya gitu ya tahu semester ini ikuti IMM besok lagi jadi apanya di IMM besok Lagi jadi apanya begitu? Ada planning itulah yang disebut sebagai self-improvement. Mau tidak mau, hidup kita harus punya planning.
Jangan seperti air mengalir. Kan kadang-kadang ada yang punya prinsip hidup begitu ya, aku seperti air mengalir saja lah, tapi mengalirnya kemana? Mengalir kecomberan mau apa enggak? Kalau bisa hidup ini ditata, Tahun ini begini, tahun ini begini begini, atau bisa juga yang lebih kecil, semester ini begini semester ini begini, semester ini begini postinganku, bulan ini gini, bulan ini gini, bulan ini gini semuanya teratur, terencana menuju Hayanto Yiba ada yang kesut ya teman-teman sekalian ya begitu untuk Mbak Audia dan Mbak Diajeng Tidak boleh baperan, tunjukkan niatmu bagus, planningmu bagus, insyaallah netizen akan ikut dengan cara-cara yang bermartabat.
Terima kasih. Baik, tepuk tangan yang meriah dulu teman-teman semua. Jawaban yang luar biasa sudah diberikan sama pemateri kita. Saya harap teman-teman dapat memahami dengan baik dan dapat mengisi storage of mind-nya teman-teman seperti yang disampaikan pemateri kita.
Mungkin kepada Ibu ada yang ingin disampaikan lagi sebagai closing statement Ibu. Mungkin saya berikan sedikit waktu untuk menyampaikan closing statement. Closing statement, apa ya teman-teman enaknya ya? Baik, teman-teman sekalian masa depan ini adalah milik kita sendiri. Oleh karena itu, kitalah yang menentukan bagaimana cara kita untuk dapat...
meraih masa depan. Jangan sampai orang lain yang menentukan agenda-agenda kehidupan kita. Tapi milikilah agenda-agenda itu dan kita capai dengan penuh semangat supaya kita menuju ke suksesan yang besar karena usaha. keras kita sendiri setuju?
setuju baik, itu ya mbak ya aku mau foto selfie sama mereka dulu ya baik, terima kasih ibu oke teman-teman kita foto selfie terlebih dahulu ya baik sekali lagi tepuk tangan yang meriah untuk pemateri kita hari ini Baik, telah sampailah kita ke penghujung acara. Saya sangat berterima kasih atas antusias dan semangat teman-teman semua dalam mengikuti rangkaian OSDI yang terakhir ini. Saya harap apa yang kemudian disampaikan pemateri kita hari ini dapat membukakan...
buka pemikiran teman-teman, dapat menjadi motivasi baru teman-teman sebagai mahasiswa baru di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Nah sebelum saya memberikan closing statement, mungkin kita bisa tagline dulu nih. Kalau saya sebut OSDIUMnya dari tahun 2023 jawabannya? Baik kita coba ya, 1, 2, 3, Osti UMnya 2023. Oke, terima kasih teman-teman sekali lagi.
Saat banyak hal yang kemudian bisa kita dapatkan di materi hari ini bahwasannya sebagai generasi Z, sebenarnya generasi Z itu kalau kita simak dengan baik apa yang disampaikan pemateri bahwasannya banyak sekali peluang atau hal-hal yang kemudian menjadi potensi besar bagi generasi Z untuk mampu berinovasi, mampu untuk menciptakan hal-hal baru yang dapat membangun bangsa ini. Oleh karena itu jadilah generasi yang unggul, jadilah generasi yang islami. Mungkin sekian dari saya, kurang lebihnya saya memohon maaf.
Bilaif sabi lil haq, fasta bikul hayrat, wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Beri tepuk tangan yang meriah kepada pembicara dan moderator kita kedua kali ini.