Intro Welcome to Her World A Chat With Ibad Ramadan kembali lagi dan kali ini spesial sekali karena, wah ini paling menyenangkan memang Her World selalu menyajikan yang pertama kalinya ya, jadi pertama kalinya The Power Sisters ini hadir untuk ngobrol-ngobrol tidak hanya di Her World A Chat With Tapi juga di cover dari Her World Indonesia. Hai! Ini tadi ya sebenarnya... So exciting. Iya, very exciting.
Ini tadi sebenarnya kalau misalnya udah direkam dari pembicaraan sebelum ini, udah jadi satu show yang sangat menarik sekali. Karena... Pemanas. Asli ini ngobrol sama Maudie sama Amanda menurut aku tuh gak akan ada habis-habisnya.
Sama Maudie aja gak kelar-kelar ngobrolnya. Ditambah ternyata ada adiknya yang juga gak kalah menariknya. Amanda ini pertama kali kamu interview sama Maudie. Iya. Padahal kita sebenarnya sangat dekat.
Cuma sama Maud belum ada kesempatan aja sih. Dan kita gak terlalu apa ya, kenapa ya? Gak tau. Kita juga sangat pribadi, jadi ini sangat istimewa.
Bagaimana perasaanmu? Gak tau rasanya... Sebenarnya agak lucu juga sih, agak aneh.
Tapi... Aku merasa sangat nyaman karena ada kakak juga. Oh, aku paham.
Tapi Amanda kan juga sering modeling kan ya? Fotoshoot? Beberapa kali dan seru-seruan.
Dan sekarang kayak influencer juga dia. Wih dih, ngeri, ngeri, ngeri, ngeri. Nanti bener-bener aku kalah kayaknya.
You know what, you know what, jaman sekarang ya, jaman sekarang, kalo misalnya udah ada embel-embel influencer, terus kemudian ada jumlah followers yang juga numbers-nya gede, oh be careful, be careful. Dan aku rasa tuh ini semakin, apa ya, ini adalah contoh dari perubahan the concept of a career juga. I think people are just...
Multifaceted, karir itu bukan cuma satu tapi juga A dan juga B dan juga C. Di dalam kes dia, kamu adalah data scientist, kamu juga influencer dan udah bisa sekarang. Setuju sih, jadi kayak sekarang tuh gak bisa cuma yang satu spesifik aja karena semua orang punya banyak layer.
Benar. Dan bisa dia kerjain. Benar. Seperti dirimu.
Ya. By the way. Smooth. Very smooth. Congratulations.
Thank you. Akhirnya udah lulus. So double degree master, master of arts untuk education dan master business of administration.
It was crazy man. Gila banget. Double degree master gitu lagi. Terus kemudian juga you just released your single, Don't Know Why. You're right.
Maybe I'll start with the... single first, baru kemudian kita bahas soal kemarin udah graduation segala macem it was very powerful karena menurut aku emang udah saatnya ya bahwa kehidupan percintaan itu tuh gak ditentukan hanya oleh satu pihak saja, gitu ya, tapi juga maksudnya kan biasanya selama ini tuh kayaknya klise banget, kalau orang putus cinta itu biasanya perempuan yang menderita iya gak sih? tapi kalau disini tuh disini mau diceritain bahwa no... Gue yang hilang feeling loh, gue bangun tidur kayak, rasanya kok gak ada ya?
Lirik pertama gue kayak, oh. Apa yang mau lo ceritain? Well, sebenarnya sesimpel, sebenarnya agak-agak kritik sosial juga bahwa kadang-kadang perempuan atau siapapun dalam percintaan itu seakan-akan bukan active agent gitu. Kita passive agent yang misalnya... lawan main ya pasangan kita misalnya entah selingkuh, entah apapun itu konfliknya dan itu yang akhirnya menyebabkan breakup.
Dan cerita ini lebih menceritakan tentang perempuan yang memiliki self awareness dan self agency bahwa kok setelah dipikir-pikir it's not working anymore gitu. And sometimes the reason is something deeper yang gak terlalu bisa diutarakan that's why it's like you know I'm not sure why but that can be enough. Itu bisa cukup untuk seorang wanita untuk memiliki sesuatu yang lain. Jadi, itu memuaskan dalam arti itu.
Tapi juga, itu adalah lagu tentang perempuan yang menggunakan waktu refleksi dan kesadaran diri untuk bisa sampai ke titik itu kan. Bahwa kita kalau misalnya di dalam sebuah hubungan atau di dalam sebuah hidup, di dalam sebuah pekerjaan, harus selalu tetap bertanya, Apakah ini masih berfungsi untuk saya? Ya.
Di bagian apa-apa dalam hidupmu, kan? Mau pekerjaan, mau percintaan. Jangan menjadi pelanggan pasif dalam hidupmu sendiri. Dan pada suatu hari, itu tidak berfungsi lagi. Itu tanda yang bagus dan berfungsi dengan perasaan itu.
Itu gila ya. Jadi benar-benar sebenarnya dalam kehidupan ini seperti plan, execute, dan review. Selalu. Review-nya jangan lupa.
Kamu tahu apa? Ini juga menarik. Aku jadi penasaran.
Kamu itu tipe yang juga, mungkin review-nya tidak seperti review bisnis, tapi lebih seperti jurnal, bukan? Saya menjelajah, tapi tidak sesering itu. Saya menelan banyak dengan orang di sekitar saya. Jadi, adik saya adalah rakan refleksi saya. Saya memberitahu dia dan dia mempertimbangkan saya.
Dia selalu bertanya, Apakah kamu masih bahagia? Kamu masih suka? Ya, selama-lamanya. Jadi, kalau aku bilang, apa yang kamu inginkan?
Kamu tidak inginkan melakukannya? Kamu bisa pergi saja. Jadi, kadang-kadang kita perlu orang itu.
Itu mengingatkan kita bahwa kita punya pilihan. Kamu tahu? Dan kadang-kadang kita gak ngerasa kita punya pilihan.
Kayak, ah tapi kan ini udah apalah itu alasannya. Itu sangat menarik. Aku dari lagu itu gitu ya dengan perhatian diri. Terus aku perhatikan ya bahwa generasi... muda aja I'm still millenial tapi millenial senja gitu batas atas masih muda kok masih wet cuma aku penasaran gini you put mental health activist in your bio di instagram that's very strong and powerful ya terus abis itu I wanna know a lot about Amanda Karena aku juga baca, dia tuh menarik sekali loh.
Karena aku baca juga kamu lulusan dari King's College di London, jurusannya adalah Digital Culture. Itu leads to one to another gitu ya menurut aku. Ya, very much so. Jadi mungkin aku mulai dengan explain what digital culture is. Digital culture is the study of how the internet impacts different aspect of society, be it economy, business or politics.
dan bahkan kultur dan masyarakat sebagai sepenuhnya Jadi di situ aku juga belajar banyak tentang bagaimana internet mempengaruhi kesehatan mental kita Jadi waktu aku kuliah pun, itu saat aku mulai mencari pengetahuan tentang apa artinya menjadi aktifis kesehatan mental Aku di diagnosi dengan Disorder Gengsial Ketika aku di sekolah, ya Dan itu tidak terlihat seperti itu Tapi karena Saya pikir ada pengangguran bahwa ketika kamu ekstrovert, kamu tidak memiliki kesehatan mental yang baik. Saya juga disetigmatisasi karena kalau kamu memiliki masalah kesehatan mental, itu tidak berarti kamu gila, atau tidak baik. dan juga keamanan mental, bahkan untuk orang yang belum di diagnosi dengan keadaan mental itu juga sangat penting, stres stres itu adalah sebuah masalah keamanan mental yang harus kamu hadapi dan itu, saya tidak tahu, itu hanya sesuatu yang sangat dekat dan dekat dengan saya dan saya ingin orang di Indonesia dan anak-anak yang lebih muda tahu bahwa, itu baik-baik saja dan tidak ada yang salah denganmu dan kadang-kadang itu tentang mengawasi dirimu sendiri gitu sih, terutama saat pandemi ini benar, benar itu juga, terima kasih semuanya sebuah tiktok yang menarik sekali aku juga ingin bahas itu cuman yang aku penasaran juga adalah sebagai seorang aktivis bantuan mental apa aja yang kamu lakukan maksudku, apakah kamu bikin Kan kalau zaman sekarang anak-anak tuh bikin platform Di Instagram, atau di media sosial, atau website gitu Atau kamu memang menyuarakan itu lewat konten-konten di media sosial? Jadi tuh aku suka terlibat sama banyak platform Sebenarnya kayak Moitu Ubah Stigma, atau beberapa yang lainnya Dan aku sering bicara tentang Bagaimana berfungsi di masyarakat Dengan keadaan mental atau bagaimana untuk meningkatkan kesehatan mentalmu juga Dan Seperti apa itu artinya, terutama sekarang anak-anak muda. Saya pikir itu sangat relevan karena kan jurusan aku juga kan.
Saya bicara tentang bagaimana Instagram bisa mempengaruhi kesehatan mental. Dan kenapa kadang-kadang itu bagus untuk kamu berbicara dari platform media sosial. Jadi aku sih lebih dari angka situ dan saya suka kayak... Sering jadi speaker, share.
Saya sudah bicara tentang itu di Instagram juga. Dan itu menarik karena... Kamu punya latar belakang kultur digital. Jadi kamu bisa arahin ke situ.
Ya. Itu sangat menarik. Ngomongin lagi soal tadi.
Sejak kamu menyebutkan itu. Sebelumnya. Pandemi ini menggantikan kesehatan mental.
isu untuk orang, terutama kaum muda, millenials dan genzi aku lihat kalau di sosial media tuh mereka bener-bener kesiksa banget bener-bener yang kayak, every content like, oh my god, pandemi kapan selesai, I can't stand it anymore gak bisa ketemu temen, gak bisa hangout atau ke kantor dan sebagainya gitu, itu mungkin sekolah dan kuliah waktu kamu ngambil master kemarin, itu pandemi baru mulai kan ya Maudie right? how it affect? Waktu itu.
Memang down banget sih. Aku yang paling bikin down tuh awalnya kagetnya. And then all of a sudden merasa bahwa kita gak bisa membuat rencana. Kayak we feel like kita gak punya control terhadap hidup kita.
And that's scary gitu. Gak apa lagi untuk kontrol freak ya. Untuk kontrol freak gitu.
Everything well planned, terus tiba-tiba kayak, ini gak bisa. Gak bisa gitu. I feel you.
Dan isolation, disaat itu terjadi, yang harus dilakukan adalah kita menyendiri dan yang gak bisa banyak berinteraksi dengan orang. And those, you know, the combination of things itu sangat menyulitkan. Dan kenapa mungkin buat anak-anak muda khususnya jadi sulit banget? Karena menurut aku Kita sebagai anak muda tuh lagi dinamis-dinamisnya gitu. Lagi kita sendiri aja tuh lagi pengen berubah terus, pengen tumbuh terus, lagi banyak.
Lagi banyak banget hal yang kita pengen ubah dan kita coba. So, dalam situasi kayak gitu terus kita kayak, you know, dikurung. It's very, it causes a lot of anxiety and stress pastinya.
Kalau aku sih ngebayanginnya kayak gitu ya. Kamu ngerasain gak anxiety sama stress itu sendiri? Ngerasain, aku justru lebih ngerasain pas pulang ini dibanding waktu di sana. Oh, aku dengar waktu kamu landing pertama kali habis dari, ya aku ingat pandemi itu lagi lucu-lucunya di Indonesia. Nah.
Aku ingat. Nah, itu dia. Waktu di sana karena masih sekolah, masih ada apa, itu tuh justru tetap ada aktivitas yang rutin yang tetap membuat aku merasa berjalan gitu. Kalau waktu pulang kesini kan sebenernya energinya banyak sekali untuk pengen melakukan banyak hal gitu. Jadi pas wah balik lagi di rumah dan lain-lain, sempet drop banget karena aku juga gak tau ujungnya sampai kapan gitu.
Di antara kalian berdua, I don't know, sebenernya gak boleh di compare seperti ini ya. Gak apa-apa. But aku pengen tau yang lebih banyaknya imbangin. Siap, maksudku, kamu adalah artis. Kamu banyak bekerja dengan hati, perasaan, perasaan.
Makanya kayak gitu-gitu tuh mengangkat kamu banget gitu. Amanda lebih logik atau sebenarnya sama? Gak, gak, gak. Susah.
Gini, gini. Kita kayak punya fase-fase masing-masing lah gitu ya. Tapi sebenarnya mungkin gini. Kayak tadi gitu.
Bedanya, kayak waktu kamu bicara tentang pandemi, aku kan ya waktu... Awal pandemi aku di Jakarta, jadi aku udah biasa dengan bekerja dari rumah, gak keluar kemana-mana juga. Dan aku udah ngerasa gimana cara jadi produktif di rumah gitu. Yang aku rasakan untuk orang yang masih punya kesempatan untuk, ketika kamu di sana kan kayaknya lebih baik, jadi kamu masih bisa keluar dan melakukan semua hal ini. Jadi beda sih.
Kebetulan waktu aku pulang pun di sana lagi membuka. Jadi... Mungkin itu juga kontrasnya.
Waktu itu, gue mau bilang gini, tadi waktu di offline, off air gitu ya, mereka sempat cerita gitu, bahwa Maudie tuh sering banget cerita sama Amanda. Terus kemudian Amanda yang bisa ngomong gitu, are you still happy doing it? If you're not happy, just leave it.
Segala macem gitu. Waktu itu, ketika baru nyampe, terus kamu ngerasa kayak, oh my God, what is this? Of course you tell her. Ya.
Dan apa reaksimu? Aku mau tahu. Aku bilang ke dia, apa yang bisa kita lakukan untuk membantu? Dan saya pikir, pertama sekali, itu penting ketika seseorang berjuang dengan sesuatu, kamu memperbaiki perasaan mereka.
Jangan sampai kayak, jangan dong kayak gitu, semuanya akan baik-baik saja. Itu positif yang beracun. Kita harus melakukan itu. dan mendengarkan perasaan mereka dan mendengarkan mereka dan bagaimana kita bisa melakukan apa yang bisa kita lakukan untuk berjalan ke depan rencana yang berkesan adalah sesuatu yang kakak itu mengajarkan jadi ketika kamu tertekan, ketika kamu panik Kamu coba membuat... Plans yang konkret yang kita bisa pegang gitu karena...
Gila, gila. Kalian berdua kayak bisnis plan gitu. Dan pas itu, plan aksi.
Oke lanjut. Karena pada saat kita stress atau down itu kan sebenarnya karena kayak... Kita tidak bisa menahan diri pada hal-hal saat ini gitu.
Kalahkan perasaan... Angkat dan mengawasi. Jadi ya salah satu hal yang kita lakukan adalah...
Sesimpel, yaudah action plan yang kayak, oke, how can we regain our sense of control? Aku akhirnya jadi kayak nyetir-nyetir lagi around Jakarta. Yang tadinya aku gak nyetir.
So, just to rebuild a sense of, apa ya? Freedom, control, power. Control. Ini menarik ya.
Jadi, sebenarnya adalah salah satu langkah paling mudah untuk menerapkan soal awareness mengenai mental health adalah ketika ada seseorang yang bercerita sama kita, nomor satu dengerin. Yang kedua, I really love that. Validate their feeling. Gue sedih nih.
Ya, I can sense that you're sad. Kenapa sedihnya. Biarin dia cerita terus gitu ya.
And I love tadi yang kamu bilang mengenai balikin lagi kontrolnya. Itu dengan hal mudah kayak nyetir. Mungkin kalau yang agak jelek adalah shopping ya. Online shopping itu sebenarnya tidak membalikkan, oke aku punya kekuatan. Walaupun jatuhnya agak kayak jadi spending.
Iya memang. Tapi itu merasa bagus. Tepat sekali. Jadi kalau orang bingung kenapa ya gue shopping kok rasanya kayak hidup lagi tuh karena itu sih.
Karena itu memberikan kekuatan. Iya. Memberikan kontrol.
Betul. Menarik. Dan sekarang sangat mudah kan? Saya hanya menekan tombol dan Anda seperti ini. Wow, oke.
Tapi kalau kalian sendiri selain itu tadi, mengurangi kontrol Anda, mengurangi kekuatan Anda dengan nyetir, apa kira-kira Anda waktu awal-awal? Semua orang ini sedang stres sekarang. Waktu awal-awal, awal-awal itu seperti, saya makan, saya makan begitu banyak. Sebenarnya itu yang saya lakukan. Dan kemudian saya memasak, yang saya sangat suka.
Memasak juga mengurangi kontrol dan kekuatan Anda. Tepat sekali, terutama karena kita bisa memilih, kan? Makan apa yang dimasak, kita bisa mencoba, dan itu sangat menyenangkan. Saya memasak roti. Anda memasak?
Tiba-tiba, dari mana-mana, Anda bisa memasak? Ya, roti pula. Anda mencoba, kan?
Ya, saya mencoba. Itu sedikit terlekat, tapi tetap enak kok. Oke, oke. Terus? Ya, dan kemudian...
Saya berlatih, akhirnya jadi kayak fenomenon ini, berlatih dari rumah yang saya sangat suka. Itu seperti itu yang saya lakukan, mencoba untuk membuat rutin atau perjalanan tertentu. Tapi ini gak bisa disampaikan sama semua orang ya, bisa jadi adalah ada orang yang gak butuh hal seperti ini.
Treatmentnya beda-beda, that's why kalau misalnya kita ngomongin mental health adalah seek for help. Ya, itu penting sekali gitu. Oke, menarik.
Kalau ngatasin kebosanan? Ngatasin kebosanan? Itu agak mirip-mirip juga ya.
Kalau ngatasin kebosanan, kalau aku sih, aku benar-benar mencoba untuk mengkonsumsi banyak konten yang menguasai. Aku lihat. Jadi, kayak di Instagram pun aku follow akun-akun yang kayak, entah itu kayak terapi akun atau kayak...
Like motivational account, jadi kalau melihat Instagram yang memunculkan diri itu itu. Terus kayak nonton platform-platform yang educational, mau itu di YouTube atau masterclass or whatever it is. Atau kayak download book, jadi pada saat ada kekosongan itu tuh paling enggak ada sesuatu yang aku udah bisa grab. Yang juga udah aku kurasi. Karena bahaya kalau misalnya kita kayak kosong tapi belum di kurasi akhirnya kayak berjam-jam jadi melihat konten-konten yang malah bikin makin drop atau apa gitu.
Betul, betul. Bagaimana kamu? Wah sama, tapi kayak bedanya paling kan kayak gue makan banyak. Itu bisa membuatmu senang, tidak apa-apa. Gue makan banyak, itu terdengar sangat buruk.
Tapi kayak gue suka coklat, jadi sekarang tuh kayak gue mau lewat ini. Fase coklat yang aku suka. Yang aku kayak bisa kayak nge-go-mart coklat. By the way ya, by the way ya, do you girls watch like, apa namanya, chick-lit? Apa itu namanya?
Korean drama? Ya, Korean drama maybe, atau kayak di Netflix tuh ada have. I ever, apa namanya? Never have I ever Nonton gak sih kayak gitu-gitu?
Nonton, I watch the first season Gitu Never have I ever Iya tapi aku belum nonton yang the second season What do you think about Bevy? I think she's Look, I think she's like Very Gen Z, I don't know Like there's a part of me that relates to her And then ada bagian dari diri aku yang kayak Wow, menarik. Apakah ini bagaimana yang orang muda pikirkan? Aku sih agak ngerasa gitu ya, gak sih? Iya, aku juga begitu.
Kalau beneran pasti beneran. Jangan nanya gue. Jangan nanya gue, tolong. Cuma lihat aja.
Oke, ini menarik ya. Jadi ternyata layer-nya banyak sekali. Yang aku juga penasaran sekarang adalah... kalian digedein dulu kayak apa sih?
Bagaimana kalian dibesarin sama orang tua? Kamu bisa mulai dengan ini. Saya pikir orang selalu bilang, pasti kayak ibu bapa sangat peduli tentang pendidikan atau sesuatu. Tapi itu tidak benar.
Masa? Sepanjang kita mencoba yang terbaik, sebenarnya ibu bapa kita sangat santai. Tapi kita sangat suka sekolah.
Kalian memang benar-benar suka sekolah. Ini menarik loh, karena gini ya. Aku tuh suka banget sekolah sampai SMP kelas 3. Dan aku masuk SM Negeri 8, disitu aku benci sekolah.
Karena disaat itu adalah tiba-tiba ketemu sama konon katanya anak-anak pinter sejak karta. Tiba-tiba aku gak jadi pinter lagi. Aku benci.
Aku benci perasaan itu. Terus sampai di satu titik dimana akhirnya aku pikir gini, gue gak mau belajar lagi, serah biar aja mereka jadi orang pinter gue gak mau. Aku sangat penat gitu.
Tapi menemukan motivasi... Itu menurut aku juga gak mudah. Dan aku menonton Youtube kamu, pertanyaan pertama adalah gimana cara mengatasi males dan kemudian kamu jawab adalah dengan, kamu harus memotivasi diri.
Cuma how to nya itu gak gampang loh. Emang enggak sih. Jadi, link to apa ya, link to... Termasuk masa kecil kalian menurut aku, kayak, How you get motivated to study? Itu sebenernya pertanyaannya agak susah ya.
Itu diapain gitu, ngapain dulu? So, yang aneh adalah bisa dibilang our parents tuh cukup santai. Jadi gak pernah yang kayak harus nilai tuh A atau nilai tuh 100 atau apa tuh bener-bener gak ada ya. Gak ada, gak ada kalo kamu nilai 100 dikasih hadiah kan ada yang gitu-gitu kan.
Kalian gak? Gak ada insentif, gak ada punishment juga. Jadi sebenernya menurut aku what's good adalah tapi karena itu terjadi, Whether or not we perform at school itu menjadi tanggung jawab kita sendiri.
Jadi kayaknya menurut aku yang pertama yang diberikan adalah ownership. When it comes to school. So I feel like school is my thing.
You feel like school is your thing. And whether or not we perform itu on us. Jadi kayak gitu. Jadi malah jadi kayak tanggung jawab gitu and because of that I think we did well. Itu menarik.
Gimana caranya kemudian kalian sadar bahwa itu tanggung jawab? Itu tidak mudah loh, dicontohin gak? Aku kayak, gimana ya?
Gimana ya, kenapa kita melihat itu sebagai tanggung jawab ya? Oh, saya pikir justru karena pada saat kita punya nilai bagus, responnya tidak seperti, oh, sangat bijak, terima kasih. Bukan orang tua yang mengucapkan terima kasih, tapi, bagus, kamu harus bangga dengan dirimu. You know, it's like... Dikembaliin ke kalian lagi.
Yes, yes, yes. Justru dengan insentif, kalau kamu dapat segini, misalnya papa beliin kepa gitu. Iya, itu enggak. Itu kan jadi, we're studying for someone else.
Hmm, hmm. Right? Hmm, hmm. But justru dengan gaya yang ya biasa aja, but good for you. You know?
Iya, iya. Jadinya lebih kayak, oh this is on us. Nanti kita sukses apa enggak, it's on us. Iya, true.
That's nice ya. Dan itu membuat orang jadi motivated sih. Anehnya jadi gitu. Iya, kalau misalnya gue gak berhasil, ya gue akan fail-fail sendiri.
Gue yang susah, susah sendiri gue gitu ya. Itu sangat bagus. Tapi mama sama, panggilnya mama sama papa. Iya.
Mama sama papa emang nyontohin gak sih di rumah, Min? Seperti bagaimana mereka bekerja di kantor, mereka berprestasi. Mama punya etik kerja yang besar.
Mama. Iya. Kayak apa contohnya?
Gimana ya? Dia punya etik kerja dan kita dulu sering diajak ngeliat. Beliau kerja juga? Mama itu kerja gimana sih dulu?
Mama itu entrepreneur sebenarnya gitu. Jadi, dia membangun dan menginstallasi rumah dan lain-lain. Jadi, real estate. Atau kontraktor?
Bagaimana kita menjelaskannya ya? Seperti bergabungan, seperti dia bisa melakukan banyak hal. Jadi, super wanita.
Dan entrepreneurial juga, jadi seperti pembangunan diri sendiri. Jadi dulu jemput dari kita sekolah, kita tuh suka nemenin, misalnya kayak kadang-kadang ngelihat bahan lah. Seperti semua hal ini. Jadi kita melihat kemana etika kerja yang baik bisa membawa kita.
Dan bahwa kayak... Whether or not you make it in life, it's on you. Jadi itu kali ya yang membuat kita ngerasa kayak, wow, we need to work for what we want.
So you grow by example berarti ya? Dan example itu mama banget yang ngasih lihat sebenarnya. Dan example-nya itu bukan academic sebenarnya.
Example-nya itu lebih work ethic. Karena kita kan gak ngelihat mama pas kuliah dan lain-lain. Kita ngelihatnya pas bekerja.
Oh wow, and that inspire you a lot ternyata. tanpa disadari. Oke, apa kira-kira cita-cita? Apa yang ingin kita gunakan?
Ya, ya. Saya akan mulai dengan Amanda. Kulturnya digital.
Ayo! Itu apa? Gimana?
Ini pertanyaan spesifik. Saya rasa cita-cita aku adalah untuk jadi, keinginan saya sekarang dalam kultur digital adalah ide untuk memproses data besar untuk lebih baik. Karena apa yang terjadi dengan teknologi sekarang adalah amalgamasi berbagai jenis data yang besar.
Dan bagaimana kita bisa menggunakannya untuk memperbaiki masyarakat. Tapi dari pandang pribadi lebih ke impact sosial Saya ingin membuat impact sosial dan dari data itu aku merasa bisa Karena itu inti saya, berkaitan dengan idealisme Dan itu maksud aku gini ya, dengan kamu masuk digital culture kan artinya kamu udah tau tuh Saya ingin membuat impact dengan data, impact sosial dengan data Itulah kenapa kamu memilih digital culture Dan membuat impact sosial dengan data I want to make social impact with data tuh Gak langsung ya Gak langsung sih, itu kayak It was a lot of Awalnya kenapa digital culture gitu Awalnya mungkin karena I really like technology Dia tuh dari dulu suka banget Suka ngutak-ngutik gitu loh Jadi kayak I was making websites Hah? And like anything to do with technology Aku dan mama dan papa tuh always kayak Dek, dek, dek Kayak she's the one who like Jadi aku memang suka teknologi dan semua hal-hal yang ada.
Sejak kelas 8, aku sudah membuat website dengan Dreamweaver dan HTML. Koding? Koding. Jadi kebawa dari situ. Dan ketika saya bicara tentang kultur digital, karena kita belajar tentang impact of teknologi, aku jadi sangat tertarik.
Makin dalam lagi Iya mendalami, kayak how do we create positive impact with technology yang kebanyakan waktu juga bisa jadi It can be negative, you know what I mean? True, true, true Interesting Kalau kamu? Aduh, kalau aku sebenarnya kan agak macem-macem gitu ya Aku akan mulai dengan gini, kamu Your bachelor degree itu adalah politik Philosophy and economics Itu juga menarik. Politik, Filosofi, dan Ekonomi. Itu adalah tiga hal yang sebenarnya sangat berkaitan dengan operasionalnya sebuah negara atau sebuah kota atau sebuah provinsi.
Dan kenapa kamu memilih itu? Jadi, sebenarnya orang selalu nanya, emang mau masuk politik? Enggak sih.
Jadi, malah yang pertama adalah Filosofi, Politik, baru Ekonomi. It's just a multidisciplinary course yang memang memiliki kayak tiga bagian itu. Dan itu datang dari kecintaan aku terhadap membaca buku. Dan setelah aku reflect dan yang aku suka adalah sejarah dan ekonomi.
Dan aku juga suka sastra dan aku suka filosofi. Dan ada waktu itu yang bilang sama aku kalau mau ngambil PPI itu harus suka banget baca. Karena baca bukunya tuh seminggu bisa. Sepuluh buku gitu, kayak itu sangat gila. Dan kamu harus suka menulis esai dan aku pada saat itu juga suka banget.
Jadi kayak milihnya benar-benar gara-gara kayaknya gue bakalan suka banget gitu. Dan itu benar-benar datang dari tempat yang saya pikir akan saya suka. Dan itu benar, saya sangat suka. Berarti balik lagi adalah...
Apa namanya? Plan, terus kemudian action plan, review. Iya dong, abis dari kamu planning, terus kamu execute, terus kamu review lagi, oh I like this, this, this, this, terus lihat dari data. Data lagi ya, nilai tertingginya ada di sini, sini, sini, sini, and I choose this. Itu sebenarnya step loh, gimana caranya untuk memilih passion, terus kemudian gimana caranya memilih jurusan, you start from that.
You start from action, bukan start from... Reflection dulu, karena apa yang mau di reflect kalau belum action kan? True, apa yang dijalanin dulu, abis itu lihat tuh nanti mana yang paling bagus.
Oke, terus kemudian kamu ambil S2 nya, oh my god, double degree. Satu education, satu lagi NDA. Kalau NDA memang iya ya, kalau kamu mau masuk korporasi, you know how to manage people, itu penting. Education, kenapa kamu merasa bahwa itu penting sekali?
So, similarly to Dede, maksudnya aku selalu mikir, Aku ingin membuat impact dengan apa yang aku lakukan. Dan aku merasa MBA itu sangat penting untuk mendapatkan kemahiran umum. Dan kamu bisa belajar bagaimana memulai perusahaan, mengurus perusahaan, berbicara dengan orang, dan lain-lain.
Tapi aku juga ingin punya bidang spesifik di mana aku ingin membuat perubahan itu. Jadi aku rasa MBA dan education itu jadi combo yang bagus karena yang satunya sangat luas dan yang lain sangat spesifik. pendidikan itu dan mudah-mudahan kombinasi kedua hal itu bisa jadi membiarkan saya memulai sesuatu yang berpengaruh di bidang yang memang sudah lama kayaknya itu adalah hipotesis bahwa memang bidang itu yang aku suka atau bukan suka ya tapi lebih kayak bidang yang aku pilih untuk membuat Perubahan gitu. Dia melakukan dengan sangat baik. Tapi itu sangat bagus.
Tapi educational bukan berarti kemudian ngomongin jadi guru gitu, tapi sistem. Sistem, kayak desain kurikula, kayak desain cara kita belajar. Ngelihat ujungnya mau dibikin jadi kayak apa, sebuah bangsa atau sebuah masyarakat. lewat pendidikan dan di desain itu. Oh my God.
Bu! End game. Kamu dulu deh. Dilepar sama dia.
Harus mikir dulu. Itu yang intinya. What's your end game?
Ya, end game aku adalah yang tadi aku bilang. Gimana cara mengolah... memperbaiki masyarakat di seluruh dunia mau itu dari sisi bisnis atau dari sektor publik, saya tidak tahu Anda 24 tahun sekarang, bagaimana Anda melihat diri Anda ketika Anda berusia 30 tahun?
Oh Tuhan, ini seperti pertanyaan untuk pemerintah Tapi ini nyambung sama si, bagaimana Anda melihat diri Anda? Saya melihat diri saya berkembang Saya merasa seperti So far in my data oriented data science career aku tuh baru from an academic standpoint Jadi sekarang I wanna start developing it professionally Jadi aku mungkin lihat myself so within that field lebih banyak ownership maybe I don't know yet Ask me in 6 years Oke, Maudie it's your turn Ada, tetep ada. Begini, gimana ya, karena sebenernya yang aku pelajarin ya, dari personal experience aku 5 tahun terakhir bahwa endgame itu evolving gitu.
So it's a little bit hard to say that I have an endgame dan yang konkret gitu. Tapi yang jelas aku tuh endgamenya adalah I want to be in the intersection of entertainment, education. Dan juga lebih motivasional atau aspirasional.
Interseksi itu bentuknya, oh saya pikir itu dalam bisnis. Jadi banyak. Tapi interseksi itu bentuknya entah masih apa, tapi aku sudah tahu itu bidang-bidang yang ingin saya terlibat.
Dan kebetulan kemarin aku lagi nonton juga masterclass. Yang dia bilang bahwa sekarang, you know as young people we have the power to custom, to customize our career. And we can choose the different intersections and the different industries that we want to be in.
Dan role-nya itu nanti ya bisa macam-macam and you can be more than one thing. Jadi itu pertanyaan yang bagus. Bisa tanya? Itu bagus. Bisa tanya?
Bisa tanya? Bisa tanya? Untuk interview selanjutnya.
Oke, pertanyaan terakhir. Bagaimana kamu melihat Amanda? Bagaimana kamu melihat Maogi?
Dan apa yang menurut kamu belajar dari Amanda? Dan apa yang menurut kamu belajar dari Amanda? Ya.
Kakakku adalah salah satu orang yang paling berbahagia, paling memahami. Aku tidak pernah merasa bisa sepercaya itu atau senyaman itu sama orang. Karena dia sangat mengakibatkan dan orang yang tidak berpikir-pikir.
Benar? Ya. Itu skill yang susah loh. Itu skill yang sangat susah.
Dan itu bukan... Itu karaktermu, tapi itu juga banyak kerja. Untuk tidak menilai dan tidak itu.
Jadi, saya menghormati Anda untuk itu. Dan itulah sebabnya kalau aku misalnya lagi keras atau lagi turun, ada hampir tidak ada yang lain yang saya akan pilih dulu. Karena apalagi pada saat kita turun yang kita butuhkan adalah tidak menilai itu, kan? Cuma terima siapa Anda dan bagaimana saya muncul. Dan Anda memiliki kemampuan yang luar biasa.
Oh, saya sangat mengingat. Lihat dia sedang bergerak! Oke, itu dia namanya.
Wow. Kenapa ini datang? Kakak itu, Saya ingin tahu. Dia adalah salah satu orang yang paling kuat dan paling autentik yang saya kenal.
Nah. Setidaknya ketika kita bersama, saya pikir begitu. Karena kamu menginspirasi saya banyak dan saya memberitahu dia ini, tapi saya tidak percaya. Jika saya bukan adiknya, saya mungkin menjadi fan.
Karena saya merasa bahwa ada banyak hal yang bisa saya lihat. Seperti dari kamu, dan saya pikir kamu sangat bekerja keras, kamu sangat kuat. Penjelasan saya tidak akan sebagus yang kamu katakan, tapi saya merasa seperti... Saya berhutang dengan cara yang saya inginkan sendiri.
Seperti, di dirimu. I love you girls so much Indonesia beruntung sekali punya kalian Dan aku berharap sekali Di usia kalian nanti You 30, kamu 30 Udah ada banyak perubahan yang akan kalian buat Amin See you, bye