Transcript for:
Dampak Reklamasi terhadap Nelayan Teluk Jakarta

Terima kasih telah menonton Mulai sekarang, petani kembali ke sawah. Melayan kembali melaut, anak-anak kita kembali ke sekolah, pedagang kembali ke pasar, buruh dan pekerja kembali ke pabrik, dan karyawan kembali bekerja di kantor. Lupakanlah nomor satu, lupakanlah nomor dua, marilah kita kembali kepada Indonesia yang satu. Indonesia Raya telah terlalu lama memunggumi laut, memunggumi samudera dan memunggumi selatan teluk Ini saatnya kita membalikan semuanya sehingga Jaya Sepefa, Jaya Mahi di Laut Justru kita jaya. Nama saya Ilyas, usia saya 60 lebih lah, ya dibayangkan aja 49 saya lahir, sampai sekarang berapa gitu, karena buta huruf gak bisa ngitung, cuma itu aja pengen saya, itu tinggal dikalkulasi aja lah sendiri.

Saya jadi nelayan, 65 saya sudah jadi nelayan. Dari mulai pasar ikan sampai lari di sini. Di sini aja sudah 40 tahun saya.

Kalau saya keseluruhan, kalau hidup semua, itu sama ibunya aja 11. Belum yang seperti kemarin itu yang dari Kuningan, itu 4. Kalau hidup semua, berubah ada lagi yang kepengen ya saya kasih lah. Jadi jadi bamban saya kan. Coba kalau anak saya hidup semua sekarang doang tuh begini. Nama saya Saifuddin, usia saya 35 tahun. Pekerjaan saya yang sudah 12 tahun mengolahkan asin.

Pekerjaan sampingan saya mengurus perahu kursin yang mencarinya di sekitar Teluk Jakarta. Nanti dicarikan dulu, sering dicarikan baru ditaruh di blong, di peti, untuk setelah itu baru diasin, dikasih garam. Hai kalau ini bagian olah sumi kalau ini bagian pembelinya langsung ada di sini enak gitu jadi mau jual di pasar mana berita usulnya langsung aja penuhin itu sebagai bakul bakul Hai mengulang tuh enggak bisa mengulang ikan basah Dari Morbaru, dari mana-mana, apa yang bekuan itu dibawa ke?

Ke Haji, nelayan, nelayan olah, kalau ini nelayan pasar basah, kalau saya nelayan darat. Dan saya juga mempunyai pekerjaan sampingan, menjual ikan di pasar grosir Morangke. Reklamasi, mau digusur loh.

Makanya kalau dukung Polisiti digusur, bener aja. Parah. Bentar lagi mau rake nih, diambang.

Hancuran. Depan kan udah digusur tuh, kelapa-kelapa. Jembatan pospol noh, depan sonoh.

Jembatan tuh, abis noh. Abis. Makanya jangan suka dukung-dukung plus city tuh, gini dampaknya. Makanya kayak paut, gimana sih paut dia? Gimana sekolahnya?

Tuh, itu biang-biangnya tuh. Tak lagi anggus dibangun Jatah Sola Dulu saya disini sampai berantem-berantem cari ikan disini. Iya ini gudangnya duit.

Kali saya disini. Kita sini nih. Gini.

Kenapa berantem? Hah? Biar kita rebut pelongasi disini.

Coba. Sampai 30-40 perahu disini semua. Kalau waktu kemarin-marin, ini kan alat kita kan direndam satu malam ya, termasuknya, satu malam lah.

Itu minim, minim, saya 20 kilo udah ada. Waktu sebelumnya ada reklamasi ini. Loh kalau sekarang...

Boro-boro untuk anak istri, untuk modalnya ini aja juga. Itu udah ibaratnya ngejerit, mau dia ngejerit. Buktinya seperti sekarang, satu hari dia melaut, satu minggu dia...

tapi dia pikirin dong wah gua daripada dibuang percuma uang seperti belimpan apa kan seperti dibuang kalau nggak menghasilkan kan, mendingan gua makan, ketahuan kalau dulu sehari-hari itu diatas 200, paling sulit saya cari 200 kalau sekarang, beli yang boro-boro yang 50 Ini kadang-kadang 50 jua keseluruhan. Nelayan belum dia lihat ikannya, dia lihat airnya aja begini udah tau dia. Itu aslinya nelayan.

Ini air-air limba sebetulnya. Kalau air yang bagus, biru ke ijo-ijoan. Itu yang bagus, yang normal.

Ini meskipun kita dapat nanti ikan pagi ya, ini ikan mati nantinya di bawah. Bau. Ini.

Kalau nelayan tuh udah gak sudah dia cium begini. Dia lihat begini aja udah ketahuan. Ini air limba. Apa sebabnya?

Nah ya sebabnya itulah Dikorek, diaduk, dikorek, diaduk Jadi nelayan bingung Ini semuanya, satu orangnya belum tahu semuanya, gak ada yang tahu masalah reklamasi. Tahu-nya pun dari pihak RW pun, tahu-nya pada saat dia diajak untuk silaturahmi, untuk makan-makan, nah itu doang. Cuma dia gak tahu dampak-dampaknya gitu.

Nah, kami kan sebagai nelayan nih, jadi... Saya harus ngasih saran ke kawan-kawan semua, ke yang lain itu, sampai dia bilang dikatakan gila saya itu. Sampai dia bilang kayak orang gila, kayak orang gila saya teriak-teriak gitu.

Sampai saya, sampai masang sepanduk aja nggak boleh saya. Masangan sepanduk nggak boleh sama oknum aparat. Sepanduk bentuk penolakan reklamasi.

Kita minta kepada pejabat-pejabat pemerintah sehingga akan pedulinya apa sih artinya Foros Maritim, apa sih artinya Presiden untuk memperjuangkan Indonesia ini merdeka supaya masyarakat-masyarakat kami juga yang masyarakat kecil, kata bahasa ini wong cilik, sehingga merdeka untuk mencicipi dan untuk menghidupkan. Memuara kini bagaimana supaya Lestari tidak ada gejolak, supaya kita tetap. adalah warga Muarangkai tetap Muarangkai. ...kebarangan, perkembangan, perumahan......sampai hari ini nilain-nilain tradisional mungkin bantuan dari pemerintah pusat baik daerah itu hanya nuklum sekian persen.

Mereka perahu bikin sendiri, jaring beli sendiri. Jadi perlu Bapak ketahui mereka... Mereka sudah mandiri, mestinya diwongke, kata Pak Jokowi harus diwongke, harus diberdayakan karena dia ingin hidup, belajar bermandiri.

Ini tangkapan berapa hari pak? Satu hari satu malam Kira-kira bisa dijual gak pak? Bisa dijual berapa sih harganya? Paling paling sekitar Ya 10 ribuan mungkin Paling jauh kita 1 kilo Jauh sekali Tapi pendapatannya?

Pendapatannya lumayan Nah sekarang? Sekarang Dua kilo aja segini, jarak dua kilometer. Hasil kita sekian.

Padahal di era Bapak Presiden Soeharto sendiri, mereka sudah mencanangkan cintai laut dan maritim. Di pemerintahan sekarang pun seperti itu. Tapi nyata-nyatanya sekarang ini nelayan kok banyak disingkirkan. Timbul masa lagi nelayan-nelayan kita akan dilokasikan di pulau seribu.

Akan dibangun 16 rakyat. lantai biar mati cepet saya Mama saya Bapak saya nelayan di Bumi nyalayan aslinya nelayan saya dilahirkan di Ancol di Haile itu tempat lahir saya saya dipindahkan dari Ancol dipindahkan lagi di Morakarang Morakarang dipindahkan lagi di Morangke setelah di Morangke terakhir kita bukan nyata ngopi kita ini manusia hai hai Karena kan beritanya kita ini disini mau diobok-obok, mau diacak-acak. Masa kita tinggal diam dong, nggak bisa dong.

Meskipun memang tempat saya hanya semacam ini, yang gak berharga bagi mereka, memang tempat gak berharga bagi mereka, tapi kan usaha berharga bagi saya. Tempat usaha berharga bagi saya. Kita tinggal di Muarangke itu tidak gratis, Pak. Dari tahun 1977 kita membayar, Pak. Kita bayar angsuran, kita beli, dan kita sudah lurasi rumah itu.

Kok kenapa tiba-tiba? Gubernur kita Ahok itu ada wacana mau mengusur kita, memindahkan kita. Kita beli lho Pak, kita bukan orang liar. Dan kita dipaksa oleh pemerintahan dulu untuk menempati kawasan warang kek yang dulunya hutan Pak. Orang dari kota taruhnya di pulau.

Orang dari pulau aja kesini, kan kita ke pulau-pulau. Lagi pengen jadi, dukung-dukung kesini, menta-menta, dukung saya, dukung saya. Kalau sudah jadi, rakyat kecil ditindes. Itu lautnya di daerah mana, Pak? Sini, maaf ya.

Di Teluk Jakarta, sini. Teluk Jakarta, Pak, ya? Di Teluk Jakarta, sini. Pokoknya luar biasa ada dampak.

Kalau sini udah nggak ada ikan. Dekat pasir ini udah. Udah aduk-aduk. Dapat berapa semalam?

Dapat uang 250, satu hari satu malam buat solar, buat umpan, gak ada tinggal 50 rindu buat makan, habis. Kalau dulu sebelum pada pulau ini gimana? Ya masih lebih 200. Sebenarnya kalau sebelumnya ada pasir ini, kita paling enak nyari ikan disini. Keluar aja, udah keluar sini.

Itu banyak ikannya sebelum ada reklamasi ini ya. Kata Ahoknya nggak ada kan, nggak ada ikannya di Jakarta. Kata siapa? Ahoknya aja suruh ikut ke laut. Iya bener nggak pernah ketemu sih sama kita.

Kalau pernah ketemu gue ajakin tau. Bersatu kita teguh, bercerai kita runduh Hidup nelayan, nelayan miskin akibat reklamasi Reklamasi, hancuran bagi masyarakat nelayan Kami hari ini atas nama koalisi selamatkan teluk Jakarta Yang terdiri dari sejumlah organisasi dan juga masyarakat nelayan yang ada di Teluk Jakarta untuk mengembalikan dan memulihkan hak-hak masyarakat nelayan kita khususnya di Teluk Jakarta. Yang kedua, memulihkan lingkungan hidup yang ada di Teluk Jakarta. Kami percaya bahwa...

Hanya dengan lingkungan hidup yang baik dan bersih di perairan Teluk Jakarta itu, kita bisa mendapati Jakarta yang lebih sehat. Nalayan ini diresmikan Alisa Dikin tahun 1977, perumahan ini. Setelah begitu, setelah jadi rumah, tahun 80-an, 84-85 itu turun Pak Harto.

Karena rumah nalayan ini sudah penuh, memberitakan membangun lagi ini. Di situ Pak Harto berbicara bahwa ini rumah tanah di bawah. Dari Morake ini diperuntukkan nelayan dan bisa dibiliki tujuh turunan. Ya itu makanya saya tuh gak mau pindah.

Sekarang mau dipindahin gimana? Gak mau lah saya pokoknya gak mau pindah. Pokoknya dari Morake masih hutan saya udah disitu Pak.

Makanya saya gak mau Pak dipindahin. Saya gak mau giliran udah begini aja. Sini ada gedung, sini ada gedung.

Kita dipindahin. Sekarang dimana itu? Bentar-bentar kita rakyat kecil mau dipindahin gak segampang itu Pak.

Jadi kita ini masyarakat kecil ini mau hidupnya di mana? Nah nelayan ini kan dibutuhkan ini hasil tangkapannya untuk kepentingan masyarakat kan. Mulai dari masyarakat biasa sampai masyarakat tingkat tinggi kan.

Presiden aja makan ikan, gubernur juga makan ikan, orang kecil juga makan ikan kan jadi dibutuhkan. Nah ikan yang diproduksi di sini deh sejago tabek. Karena menurut saya... Itu jantungnya nenayan Ibarat Hanya orang yang tadinya usaha lemah, kerja apa-kerja apa saja bisa makan. Jadi ada perahu masuk, ada ikan-ikan yang harga mahal mungkin dibeli dengan orang-orang yang ke restoran maupun ke mana-mana yang murah-murah kita bisa makan, yang nganggur-nganggur bisa kerja.

Kalau yang lain dipindahkan semua ke tempat salah satu, diumumkan akan sepi total. Yang tiap hari bolak-balik, tiap ketik, disir-usir mulu. Cuma saya yang lawan, jujur aja.

Dia di situ, di lingkungan yang lagi kerja. Saya juga tahu kalau lagi kerja, lagi mondar-mandir, saya nggak ada reklamasi itu. Cuman gak kerja juga, buktinya gak dapet. Saya ngelawan aja bisa dapet.

Naur juga. Tahu kan? Lawannya, Bapak katanya wilayah lagi dilarang.

Eh, saya tuh panding gak kapuk tuh dari awal sekarang udah jadi juga. Kalau lagi gak repot, saya cari gak ada masalah. Kenapa di sini?

Baru kali aja gak. Oh! Terlalu. Demokrasi!

Kepala Karena itulah, keluarga besar Melayu Rupualangke telah menentukan sikap untuk mendukung program reklamasi dari pemerintah. Ha? Duit orang teribu? Tidak ada artinya bagi kami. Kami jadi hidup pasaran, warga kita jadi hidup payanan.

Kami berhati-hati demi anak-anak kita nanti, bukan demi para tuan yang berdekasi atau para tukung. Hidup orangnya, hidup orang lain. 4 orang, itu setiap tahun ya, bukan sekarang, setiap tahun kita sudah punya 4 orang.

Itu yang didahin sama pengumpulan? Iya, iya. Ya jelas ngedukung karena kita memanfaatkan kompensasinya itu, kita memanfaatkan.

Hai, apa ini cukup-cukupan disana? Mana? Pengadilan? Ya, saya menguka. Jangan mau bu, cuma dihargai duit 100 ribu, nanti bisa digusur nih.

Iya, saya menguka. 100 ribu, jangan mau. Ngapain kau sangat-sangat? Harga diri pun, nilainya jatuh bu. Jadi dia ini salah satu korban, jelasin.

Bahwa pada dasarnya dia tuh gak tau kalau pengen dia ajak di pengadilan tuh. Disangka itu demo mau buat RTRW, iya kan? Iya, iya bener. Tuh, jelasin.

Saya sebenernya gak tau nama. Nama-nama? Nama saya Kadmina.

Saya asli bukan nelayan, cuma saya pedagang jamu di terminal. Kemarin saya diajak, tak kira diajak demo bikin bentuk RTRW. Tahu-taunya, nyampe sono demonya begitu, dukung reformasi. Saya kaget. Saya sebagai orang sini kan, kok begitu?

Aturan kan sebenarnya kan, gimana ya? Mau berontak reformasi, kalau ngikut rombong-rombongan orang sini. Tapi saya nggak tahu, nyampe sana begitu.

Tapi saya malu bener. Berarti dikasih duit atau gimana? Dikasih duit. Kami memang diberikan uang sebesar segian, ataupun seratus ribu, tapi kan tetap saja.

Korlap, tiga ratus. Orang-orang di sana berfungsi untuk apa, untuk apa, ada orang yang ikut tetapi tidak ada catatan. Malam saja, malam.

Saya bangun tidur, bilangnya begini, besok ikut. Saya nggak tahu ikutnya kemana itu. Pagi saya mandi, ikut aja ke sana.

Pas naik mobil. Kemana aja itu diajaknya? Ya, itu rombongan bis itu. Nah, bilangnya, nanti sampai sana tinggal duduk manis, makan. Masih makan apa itu?

Nasi goreng. Pas sampai sana, saya dikasih sepanduk. Suruh jeber. Ya, sempat.

sempet jeber itu. Pas jeber dipoto-poto, pas dibaca, kok begini? Aduh, saya malu. Bacaannya apa, Bang?

Bacaannya, saya nelayan tradisional. Asli asli nelayan? Iya, bacaannya begitu.

Asli nelayan tradisional, morangke, mendukung reklamasi. Jadi kan kaget, kok didukung? Polis-polis juga kaget.

Banyak sekali pemberian-pemberian dari pengembang. Itulah metode keberhasilan sedikit berhasil, metode pendekatan kami dari pengembang. Yaitu dengan metode pendekatan kami ke pengembang, maka pengembang memberikan.

Ketika kami sebagai nelayan mempunyai acara, yang pertama acara pesta laut nelayan. Pengembang memberikan 200 juta rupiah. Dan ketika...

Ya kan, penopang-penopang kayunya tidak sesuai lagi, ya kan, tidak berfungsi lagi. Pengembang juga, eh, proposal yang diberikan kepada pengembang, pengembang juga tanggap terhadap musyola kami juga. Memberikan uang sebesar 147 juta rupiah. Dan ada kegiatan-kegiatan agama, keagamaan yang ada di B**** juga, yang sudah diberikan oleh pengembang, yaitu maulid yang diberikan ke masjid B****.

Sebesar 15 juta ribu rupiah Jam 6 pada datang nih yang anak-anak mahasiswa Siap besok? Sore ini Siapa-siapa? Bayuan Cuman kesana dulu datangnya ke Pak Khalil, ke Kerang Ijo.

Ya kesini ya, kalau datang mama aja yang wawancara, yang ngomong. Bapaknya lagi mau ke laut dulu. Siapa lagi yang ngedukung kalau bukan di ini.

Ya untuk masyarakat kali, kalau sekarang kan reklamasinya kan lain Untuk pengembang pengusaha yang pemerintah yang ikut campur Ya kalau saya, kalau teman-teman pendapat sama saya Kalau emang udah mentok, bergabung jadi satu duduk bersama Saya emang minta puluh dong Yang penting untuk nelayan dibagi Terima Kalau misalnya di relokasinya di Pulau Seribu, lo mau gak? Enggak lah, gak mau bener. Kan lebih dekat dari pencarian ikannya.

Walaupun dekat juga beda lah. Belum terbiasa dia nangkep ikan, cara nangkepnya gitu. Berani-beraninya teluk Jakarta udah nggak ada ikan. Saya nggak terima tuh sampai kemanapun juga.

Dulu-dulu ada reklamasi kan agak pelayan. Masih dapat penghasilan sehari 30 kilo, 40 kilo kan dapat. Nah sekarang-seharang ada reklamasi, baru-baru dapat 30 atau 40. Cuma tadi aja kita lihat itu cuma dapatnya 2 kilo, ada yang 10 kilo, yang 10. Kalau lagi nggak ada mah ya nggak usah ngomong namanya nelayan Istilahnya kosong juga ya berangkat terus Tapi kan namanya habis barat kan ibarat orang tanam di darat mempanen Karena dipanennya mau panen apa orang keadaannya begini Walaupun ada ikan juga datang sebentar kabur lagi Lihat airnya bukan kolam susu lagi kecomberan Ter Hai iya Pak ini asli kan nih bukan rekayasa tuh tuh masih kepek-kepek tuh masih nggak ngelihat tuh tuh tuh tuh tuh hantar Masang lagi aja, sebentar lagi.

Daya. Saya dianggap nelayan palsu. Kenyataannya ikan aja bilang Teluk Jakarta udah gak ada ikannya.

Tapi mana yang asli ini? Karena kenyataan ikan asli ini Teluk Jakarta. Apakah saya nelayannya yang bukan asli?

Apakah Bapak Gubernurnya yang mulia? Maaf, karena istilahnya mengatakan bukan nelayan asli, bukan asli teluk Cekarta ikannya. Ini asli teluk Cekarta, jadi mana yang palsu?

Minta dipertimbangkan dengan hormat yang mulia. Terima kasih 40, 40, awas, awas, awas, 5 tangan 40, 40, 40, 30 Bensin 25 ribu, rokok 15 ribu, kembali 10 Terima kasih. Bapak jangan bikinnya anak puluh sendiri aja, kalau memang orang kemode gusur, bikin puluh satu khusus untuk nelayan, kata saya teresonal.

Bisa enggak malah diprotes sama teman-teman lain, malah bisa saja, katanya begitu. Ya kalau enggak bisa ya, udah enggak usah. Kalau mau saya dibikin, Pak, satu pulau khusus untuk nelayan, nggak apa-apa, kata saya.

Ditaruh di mana, di pulau di tengah, khusus nelayan. Karena ada jalan ke sana, yang senyambung ke situ. Bikin pulau khusus tradisional, Pak, bagus, kata saya, Pak.

Itu nomor saya. Saya begitu. Nggak ditanggapin sama teman-teman, Pak.

Apa gimana teman-teman ngebilain, kata saya. Terima kasih. Ini si seduit kan beransi 50 Ya memang ini saya yang ini Tapi kan yang melakukan dia Jadi ini, Sokak Zim, Pak Arsim 150. Setelah dibibas, ia kembali menyedarkan narkoba.

Saya 100. Sudah, Pak Arsim. Sudah-sudah. Pak Arsim, bagaimana? Pak Arsim punya perahu. Dampaknya dari reklamasi untuk saat ini lagi menurun.

Rencana sih mau dipindah, kita juga mau direlokasi, makanya kita bingung ini. Jadi kena semua imbasnya. Masyarakat nelayan warahmke Teluk Jakarta hadir di gedung Dewan Perwakilan Rakyat DKI Jakarta untuk menyampaikan pendapat kami.

Kalau kita tidak menolak reklamasi di Jakarta, maka Jakarta akan mati. Jakarta akan kena bencana ekologi. Dan menurut saya penolakan kita terhadap reklamasi di Jakarta itu sekaligus adalah sikap dan penolakan kita terhadap reklamasi di Indonesia. Tolong, tolong, tolong...

Kita cinta Persija, cinta Jakarta. Itu wajib. Makanya kita spontanitas dari anak-anak ya kita buat banner itu untuk ngebentangin di stadion. KPK telah menetapkan politikus partai Gerindra M. Sanusi sebagai tersangka suap korupsi.

Ibai Sanusi tidak pernah melaporkan harta kekayaannya dan juga Sanusi diketahui selalu bergaya hidup mewah. Semua menakan baju pangkalan pas KPK. Sanusi tampak membawa sebuah tas dan cepat menemui perasaan hukumnya. Jusa Arisman Wijaya, Presiden Direktur PT Agung Modomoro Land, Jumat malam menyerahkan diri. Tentu diperiksa selama 15 jam oleh penyidik KPK.

Presiden Direktur PT APL Arisman Wijaya resmi ditahan KPK sebagai tersangka dugaan suap. Reklamasi 3 proyek proge Saya masyarakat nelayan Terutamanya Jakarta percaya kepada KPK Bahwa KPK ini mengawal persidangan kami Tolong KPK Ini kami buat perwakilan dari nelayan Terutamanya Jakarta Tolong masyarakat nelayan-nelayan mengasih kapal ini sebagai simbolis untuk mengingat setiap saat KPK mengingat di proyek reklamasi terluka kata ini untuk diberhentikan karena tidak menguntungkan kepada masyarakat kecil cuma menguntungkan kepada pengembang-pengembang Assalamualaikum Waalaikumsalam Sekedar pemberitahuan Nanti hari Minggu kita akan merayakan hari kemenangan nelayan gitu. Insya Allah, dimana sih?

Kita akan menyekel pulau G. Di pulau G. Pulau G, iya.

Memang udah ada berita, sayang. Tujuannya sih, pulau G, pulau C, sama D. Minggu bisa digunakan, pulau ini, kita bawa.

Yaudah, bang, ya. Iya, iya, iya. Siap, eh.

Min, minggu itu, negara pulau, kodomoro, iya, dari setiap blok. Nih, hari minggu. Kemenangan layan, blokade laut, pulau, udah segel pulau. Saya mau udah bikin patok seratus, ini patok merah.

Apa ya? Mau dipatok, cuman orangnya siapa yang berani patok? Nanti hari Minggu lah. Iya yang berani masang patok.

Iya udah siap, pokoknya udah Minggu, udah gabungan seluruhnya. Pak Yas, gak percaya kalau bakal ngegel pulau? Iya, maksudnya jam berapa? Jam berapa kata Pak? Jam 9 Oh, jam 9 Leket gak?

Iya dong Polisi TNI dan Sampo PP untuk mengundus rakyat kecil Kenapa terhadap pembangunan-pembangunan pulau yang ada Dan pembangunan-pembangunan yang ada dia tidak berani tugas Gubernur Ahok bertemu dengan nelayan-nelayan yang ada Yang ada solusi untuk merelokasi ke pulau Seribu atau membuat kampung layan tapi pulau tempat-tempat rumah mereka itu ditutup pulau dimana mereka akan melaut lagi artinya kan tetap ada solusi kan iya tapi itu solusi yang sepihak bukan solusi yang tulus dalam proses ini harus solusi yang tulus Ibu berjuang Masih akan berpikir sayang Berbuncang! Tinggungan! Hakiam Indonesia!

Jalan ini! Selayan Indonesia, kami warga Teluk Jakarta, warga Muara Anke, tokoh-tokoh masyarakat Muara Anke, ibu-ibu di Muara Anke menyatakan pulau ini disengar. TOLAK! Untuk sementara, kita hentikan moratorium pembangunan proyek reklamasi Tuk Jakarta sampai semua persyaratan undang-undang dan peraturan diperoleh.

Belum beli atau enggak aja, dia juga belum beli kok. Itu pulau kan gak bisa diperjualan di mana. Karena kan belum ada GOP.

Tapi mereka otomatis kayak panjarnya dulu. Itu yang ngepanjar kok. Yang pasti ini pulau tidak akan dihentikan.

Kamera nih, temen media yang lain ini gak apa-apa ya. Perlu kami sampaikan bahwa kami adalah pengembang, kami adalah pengembang yang mematuhi setiap ketentuan dari pemerintah. Intro Hai selamat menikmati Hai, selamat datang di channel saya.