Transcript for:
Manajemen Infrastruktur Jembatan di Indonesia

Human activities ini tidak hentinya memberikan tekanan pada infrastruktur kita, terutama jembatan yang mostly di Indonesia sendiri itu telah dibangun di era yang less stringent regulations, kayak belum ada ketentuan untuk tahan gempa atau apa, dan sekarang sudah melampaui. yang sekarang sudah melampaui umur sign-nya dan tidak mampu untuk menahan beban yang demand beban traffic sekarang. Oke, sebagai contohnya ini data dari Italia, Italian Road Network. Jadi ada sekitar 120.000 jembatan dan fire ducts di Italia yang mayoritas dibangun pada pertengahan abad 20. Untuk investment, Italia ini memerlukan investment sebesar 50 bilion euro dalam hal infrastruktur.

Namun saat ini Italia sendiri hanya 3-4 bilion euro yang dialokasikan untuk extraordinary maintenance dan sekitar 3-4 bilion euro untuk ordinary dan routine maintenance. Sehingga angka ini masih jauh dari cukup untuk... untuk upgrading infrastructures network existing di Italia dalam segi keamanan dan juga kapasitas agar dapat better serve the populations. Nah, sayangnya kita sudah menyaksikan beberapa konsekuensi dari underinvestment ini.

Salah satu contohnya adalah Morandi Bridge Collapse di Genoa pada tahun 2018. Pada saat kolaps, jembatan ini sudah beroperasi lebih dari 50 tahun, yang biasanya adalah umur desain jembatan. Dan ditemukan bahwa penyebab kolapsnya jembatan ini adalah adanya korosi pada prestres kabel yang tidak dimaintain secara... Dan sayangnya jembatan ini merupakan satu-satunya akses ke Genoa Harbor, sehingga kolapsnya murah di bridge pada... tahun 2018 mengakibatkan kerugian lebih dari 400 miliar euro terkait dengan penutupan terakhir.

Jadi analisis life cycle ini melibatkan evaluasi dari performance indicator dari struktur kita. Performance indicator itu apa saja bisa berupa reliability, bisa risk, bisa redundancy, bisa robustness, juga bisa resilience. Resilience atau indikator yang lain. Nah, contohnya kayak seiring berjalannya waktu, seiring berjalannya waktu, ini adalah waktu di mana kita membangun struktur kita.

Jadi, performance indikatornya, let's say it's full, percent. But over time, it will decrease. Why? Ada yang tahu? Kenapa?

Seperti apa Pak? Dapat apa? Jadi over time karena ada pena degradasi. Itu menyebabkan kapasitas struktur kita jadi menurun. Kalau misalnya kapasitas struktur ini sudah sampai target performance di awal, itu kita sudah mengkonsider bahwa struktur kita ini sudah habis umurnya.

Nah, bagaimana caranya biar bisa extend umur layan dari struktur kita ini adalah dengan maintenance atau perbaikan. Nah, secara general ada dua jenis. Ada dua tipe maintenance, yaitu preventive maintenance dan essential maintenance. Oke, lagi.

Kalau dari grafik ini, kira-kira ada yang bisa dibilangkan perbedaannya apa antara preventive maintenance dan essential maintenance? Ayo, ada Pak Iwan lho. Dapat A juga Pak.

Konsepnya benar. Preventive maintenance ini kayak involving. Jadi kalau preventive maintenance ini lebih ke perbaikan minor yang di-apply secara regular. Tujuannya bukan untuk meningkatkan kapasitas struktur, tapi hanya untuk slowing the deterioration rate.

Yang bisa nyebutin satu contoh saja kegiatan apa yang bisa extending the lifespan, tapi tidak boosting the structural performance. Contohnya aktivitasnya, betul sekali. Salah satunya adalah coating atau pengencangan baut dari struktur. Namun untuk essential maintenance ini kayak perbaikan besar.

Jadi tujuannya adalah karena ini diimplementasikan saat struktur kita sudah mencapai threshold, ambang batas minimumnya, dan tujuannya mengembalikan performance strukturnya adalah perbaikan. mungkin penggantian plat atau perbaikan tier dan sebagainya. Tapi yang perlu dicatat di sini adalah life cycle maintenance ini merupakan pendekatan berbasis probabilistik. Jadi kita tidak tahu persis apa yang akan terjadi dan kita tidak yakin 100% kalau data input kita itu 100%. Jadi pasti akan melibatkan adanya...

ketidakpastian atau uncertainties. Kita selalu punya distribusi di sini. Dan yang perlu dicatat di sini adalah ketidakpastian ini selalu increasing over time.

Kita tidak tahu mungkin di tengah nanti akan ada bencana alam atau apa. Nah, terus bagaimana caranya kita dealing with uncertainties dalam analisis ini adalah dengan monitoring activities. Jadi jika memungkinkan, ini sangat disangkan untuk mengintegrasi hasil dari inspeksi lapangan maupun monitoring activities dengan life cycle analysis.

Tapi adanya monitoring activities ini tidak didesain untuk directly extend the lifespan atau mengurangi resiko dari strukturnya. Tapi ini hanya untuk... meningkatkan akurasi dari probabilistic model kita dengan mengintegrasi data yang kita dapatkan dari lapangan. Contohnya menggunakan Bayesian approach.

Jadi monitoring ini helps use epistemic uncertainty dan untuk meningkatkan presisi dari probabilistic model yang kita punya. Lalu untuk konsep life cycle cost ada yang familiar. Jadi untuk pengambilan keputusan di bidang ini biasanya kita menggunakan proses optimisasi.

Itu bisa didesain dengan menggunakan single objective atau multi-objective model. Biasanya kalau multi-objective model ini kita fokus ke gimana caranya kita bisa mendapatkan structural performance yang maksimum tapi duitnya paling minimum. Itu bisa memberikan pilihan kepada decision makers, beberapa pilihan ke decision makers tentang apa saja strategi yang bisa kita lakukan untuk restruktur. tersebut.

Kalau kita sekarang ngomongin tentang risk-based priority sessions. Ini konsep dasar banget, jadi saya harap ada yang bisa menjawab. Kalau ada yang tahu definisi risk, yang paling sederhana.

Oke, saya kasih clue. Ada tiga faktor di sini yang paling utama untuk menentukan risk. Ada yang tahu? Oke, jadi risk, definisi paling simple dari risk adalah kombinasi dari tiga basic components.

Apa saja? Ada hazard, vulnerability, dan exposure. Sudah familiar sampai sini? Atau masih no idea?

Oke, jadi hazard itu adalah fenomena fisiknya yang mengancam strukturnya kita. Contohnya, earthquake, tsunami, ada banjir, cyclone, ada blast, dan semua fenomena yang berpotensi untuk merusak struktur kita. Lalu, vulnerability ini represent the likelihood that the assets will sustain damage when exposed to hazard. merupakan dampak dari fenomena yang sangat bergantung pada bagaimana kondisi sistem dan bagaimana sistem itu bisa seling the damage. Kalau di jembatan, biasanya kita mengevaluasi vulnerability ini dari fragility analysis.

Tapi selain itu, impact dari hazard ini sendiri juga dipengaruhi oleh exposure. Ya itu jadi dua... Exposure yang associated with the locations, attributes, dan assets value-nya. Jadi dua struktur yang memiliki tingkat vulnerability yang sama dan terkena hazard yang sama itu bisa memiliki risk yang berbeda.

Kalau misalnya struktur ada di area yang populasinya tinggi dan mereka tidak punya pilihan lain. misalnya jembatan yang menghubungkan satu daerah ke daerah lain, mereka tidak punya digital route, dan dibandingkan dengan jembatan yang kalau misalnya ini collapse, kalian masih punya opsi yang lain, itu tingkatnya akan berbeda, karena tingkat exposure-nya juga berbeda. Sekarang tentang base prioritization ini di US.

Jadi di US sendiri itu ada sekitar lebih dari 600 ribu, di mana 42% diantaranya itu sudah berumur lebih dari 5 tahun dan 7,5% diantaranya itu sudah sudah structurally deficient. Ini berikut adalah grafik yang saya dapatkan dari website mereka. Dapat dilihat di sini bahwa jembatan dengan kondisi in a good condition. steady, constant, over time.

Tapi yang di fair conditions ini slightly increase. Kenapa? Karena adanya, lagi-lagi karena fenomena deterioration atau degradasi dari strukturnya dan kurangnya anggaran yang anggaran pemerintah untuk beriak secara langsung.

Sehingga, yaudah ntar dulu, ntar dulu, akhirnya ini akan meningkatkan jumlah jembatan yang di kondisi yang kurang baik. Lalu, apa itu suficiency rating sendiri? Suficiency rating ini adalah sistem rank yang paling umum digunakan di US untuk menentukan apakah struktur ini eligible untuk federal funding atau enggak. Nah, untuk penentuannya sendiri ini hanya menggunakan persamaan aritmetik sederhana seperti ini, yang di mana semua datanya sudah di-store di National Bridge Inventory, yang merupakan bridge inventory terbesar di dunia.

Jadi, kita sudah di-store di sana, nanti kita tinggal eksploitasi saja dengan rumus yang sudah disediakan di guidelines-nya mereka, dan mereka nanti bisa menentukan apakah jembatan ini eligible atau tidak untuk didanai lebih lanjut. Untuk considering Italian conditions, pada tahun 2020, merintah Italia menerbitkan guidelines tentang prioritisasi resiko jembatan existing. Ini menganut multi-level approach dari level 0 sampai level 4, dan tambahan level 5 untuk jembatan dengan high importance.

in terms of socioeconomic and emergency situation yang dimana kita harus menganalisis network resilience-nya juga. Nah, minusnya apa? Minusnya apa?

Starting point dari analisis ini adalah inspections and filling up defects forms. Jadi, perlu diadakannya. Inspeksi secara visual, survei atau diagnostik untuk semua jembatan yang akan dianalisis. Jadi motivasi dan aims dari research-nya adalah untuk memberikan informasi kepada para decision maker tentang aspek apa saja yang perlu dikonsider dalam pemeliharaan jembatan, serta merencanakan segi pemeliharaan yang sesuai untuk setiap jembatan.

tipe jembatan, karena kan tidak mungkin ya kalau misalnya ada jembatan pemeliharaan dan beton kita aplikasikan juga untuk jembatan baja, kan tidak mungkin. Jadi kita nanti belajar untuk masing-masing tipe jembatan. Selain itu, penelitian ini juga memberikan rekomendasi kepada para pembuat kebijakan tentang perencanaan pemeliharaan yang efisien dan alokasi sumber daya yang tepat.

Sampai sini. pertanyaan atau poin yang perlu diklarifikasi lebih lanjut. Ini poinnya, the research aims to deliver a robust and driven methodology.

Aplikasinya adalah nanti kita akan menerapkan statistical analysis dan machine learning untuk refine priorities. Jadi kita punya database dan kita akan analisis lebih lanjut dan kita assign rank untuk masing-masing jembatan. Lalu kita bisa merencanakan bagaimana untuk jembatan A kita menggunakan metode yang X, seperti itu. Ada lagi?

Kalau nggak ada, kita lanjut ke part 3, yaitu preliminary assessment for bridge prioritization. Seperti yang sudah saya sebutkan di awal, kalau menerapkan metodologi yang dipropos oleh Italian Guidelines, itu perlu adanya survei, perlu adanya inspection, diagnostic, atau monitoring. yang dapat membutuhkan waktu dan biaya yang lebih besar.

Mengingat jumlah jembatan di Italia sendiri juga sebab itu kayak itu sesuatu yang tidak mungkin untuk dilakukan. Maka dari itu diperlukan adanya prosedur pengambilan keputusan yang lebih sederhana dengan menganfaatkan informasi yang tersedia dalam hal ini secara efektif. untuk menjadikan indikasi awal dalam alokasi sumber daya yang tersedia.

Dengan demikian, resource yang ada nanti kita gunakan untuk conducting more detailed evaluations atau inspections dengan tujuan untuk membuatkan hasil prioritization yang lebih akurat sesuai dengan standar desain. Jadi untuk part ini, analisisnya hanya berdasarkan dokumen teori analisis. Kita tahun, oke jadi pada tahun 2018 dan Politecnico di Milano jadi dari pemerintah region meminta Politecnico di Milano untuk menentukan atau merumuskan kriteria dan pendorongan pemeliharaan dan manajemen infrastruktur pada level regional.

Metode yang diusung ini bukan untuk replacing apa yang sudah dipropos oleh Italians, tapi ini sebagai preliminary-nya. Karena tadi seperti yang sudah saya bilang, di Italian Guidelines ini kita perlu conduct. visual inspection, kita harus datang ke jembatannya atau kita harus melakukan suatu monitoring atau tes di jembatan yang akan membutuhkan lebih banyak biaya. Jadi kalau misalnya jadi analisis ini nanti hasilnya adalah rank yang bisa di consider oleh pemerintah dulu karena dia lebih high risk dibandingkan jembatan yang lain. Data yang digunakan dalam analisis ini hanya berdasarkan dokumentari analisis kayak data desain dan tahun build-nya berapa, materials-nya apa, hanya informasi standar mengenai jembatannya.

Sistemnya, jadi dari Politecnico di Milano kita menyusun suatu form yang nanti selanjutnya kita akan berikan ke Pak Owner. Untuk diisi yang tadi seperti sudah saya bilang kalau informasi hanya informasi basic. Basic seperti material, number of funds, berapa panjang jembatannya, dan beberapa informasi tentang damage yang ada di jembatannya. Saya bisa tunjukkan bentuk formnya seperti apa. Kurang lebih adalah seperti ini.

Yang belakang bisa terlihat. Jadi beberapa informasi yang kita request dari ONA adalah, contohnya adalah type of interference. Di sini kita punya beberapa pilihan. bahasa Italia, yang Verovia ini maksudnya adalah jembatan yang crossing jalan raya. Corsodi Aqua ini maksudnya adalah waterway, Verovia ini adalah jembatan crossing rail, kereta.

Lalu kalau Corsodi Aqua ini waterway, strada adalah yang crossing jalan raya dan apabila tipe yang lain bisa dimasukkan. Kemudian ada coordinates, location-nya, ada material. Di sini kita punya 8 tipe material, dari reinforced concrete, ada precast, ada steel, ada stones, ada Henry, dan beberapa informasi tentang, contohnya seperti year of construction yang pasti diketahui. Lalu openingnya, last inspection date, ada type of inspectionnya apa, dan beberapa informasi tentang kondisi sekarang, yaitu di sini ada damage type, ada damage level, damage extension, damage evolution. Jadi form ini harus diisi oleh owner yang nanti akan dikembalikan kepada Politecnico di Milano, lalu kita membuat suatu database dari semua form yang kita kumpulkan.

Pasti ada apa, itu nature dari suatu rich inventory. Jadi nanti akan ada caranya gimana kita bisa handling missing data juga. Dan untuk...

Metodologi ini tidak hanya mengkonsider risk pada jembatan secara individual, tapi kita juga melakukan network analysis dan functionality level. Maksudnya apa? Jadi kita bisa mengetahui apa impact-nya kalau jembatan A ini rubuh atau jembatan B ini ditutup, dan untuk analisis sederhana ini biasanya kita hanya mengkonsider tentang detour route, adanya ketersediaan detour route, berapa panjangnya.

untuk net analysis-nya. Jadi ini framework-nya pada individual level. Seperti yang tadi saya bilang, setelah dikembalikan form-nya kepada kami, lalu kita membuat swatabase untuk menyimpan semua informasi dari bridge form. Lalu kita melakukan analisis yang menjadi tiga, yaitu structural vulnerability assessment, hydraulic vulnerability assessment untuk jembatan waterway, dan hazard analysis. Dan masing-masing untuk vulnerability assessment ini, kita punya dua tipe kelas, yaitu attention class atau main class, dan classes atau macro class.

Lalu kombinasi dari structural vulnerability dan hydraulic vulnerability assessment ini, nanti kita akan dapat structural hydraulic vulnerability. Dan kombinasi antara vulnerability dan hazard, nanti kita dapat technical priority-nya. Untuk menentukan risk, nanti masih harus melewati satu tahapan lagi yaitu network analysis untuk menganalisis exposure-nya.

Karena seperti yang tadi saya bilang, kalau risk ini adalah kombinasi dari basic components. Tapi di sini cuma ada dua, yaitu vulnerability dan hazard. Untuk attention class-nya, kita bedakan menjadi 4 kelas. Dan kenapa kita juga punya inter-class atau macro-class level?

Ini untuk refine the priorities. Jadi kita punya main class-nya, lalu kita refine lagi priority session-nya sehingga kita... Pada inilah nanti kita akan memiliki 16 kelas yang berbeda.

Dan untuk studi ini hanya difokuskan pada Structural Vulnerability Assessment, bukan pada Hydro Vulnerability. Ini adalah distribusi jembatan di regionelom. Ada total sekitar 288 bridge form yang dikolek. database dan pada gambar di sebelah kiri, kita ada bridge cluster-nya. Ada long fidex, ada medium span, ada masonry bridge, pasti di Italia, dan ada juga cable state.

Yang slide ini menunjukkan statistical elaborations from the database. In terms of material and static scheme dan damage type dan lainnya. Karena ini adalah starting point kita nanti untuk melakukan analisis attention class.

Jadi, ini semua di-collect dari bridge form-nya. Untuk menentukan structural attention class sendiri, kita butuh kombinasi antara dua attention class, yaitu Damage Attention Class dan Historical untuk di Damage Attention Class ini tadi di form kita sudah menyediakan beberapa tipe tipe damage dan juga harus di assign levelnya seperti apa nanti kita bisa menentukan. Sebagai contoh, kalau misalnya di form-nya ada cracks dan level-nya adalah severe, maka dia akan masuk di attention kelas 1. Attention kelas 1 dan yang lain pun juga sama.

Kalau misalnya erosion tapi negligible, nanti di attention kelas 4. Lalu kita juga perlu menganalisis historical attention class, yang merupakan fungsi dari year of construction. date of last inspection dan material. Caranya sama, kurang lebih sama. Dari bridge form kita tahu kapan terakhir kali dilakukan inspeksi. Contohnya misal inspeksi dilakukan 5-10 tahun.

Between 5-10 tahun yang lalu dan untuk jembatan yang baru dengan tipe jembatan adalah steel maka tension classnya adalah 4. Lalu bagaimana caranya untuk meng-combine ini? Kita menggunakan matrix yang dibuild berdasarkan expert judgment. Tapi di sini dapat dilihat bahwa matrixnya tidak simetrik dan kita memakan weight yang lebih kepada damage attention class.

Jadi contohnya jika damage attention class kita ada satu dan historical attention class kita adalah empat, maka Hasil akhirnya untuk structural attention class-nya adalah kelas 2. Ini untuk main class-nya. Berikut adalah hasil dari analisisnya, di mana 53 jembatan dikelategorikan sebagai high risk structural attention class. Karena angkanya masih cukup besar, maka dari itu kita melakukan refined prioritization dengan structural vulnerability intraklas yang dievaluasi berdasarkan dua vulnerability.

Ada intrinsic vulnerability dan condition state. Kalau intrinsic vulnerability ini refer to inherent defects yang strukturnya itu sudah punya sejak deconstruct. Kalau condition state ini lebih dipengaruhi oleh damage.

Lalu nanti kita bisa mendapatkan structural vulnerability index. Dan berikut adalah hasilnya. Jadi, sebanyak 18 jembatan ini dikategorikan sebagai highest structural vulnerability. Sampai sini ada pertanyaan?

ada 4 attention class dan intraklasis, jadi total ada 16. Nah, jadi hasil ini merupakan nanti starting point untuk machine learningnya, Pak. Jadi, karena ini angkanya masih cukup besar, kita masih berusaha untuk gimana caranya kita refine lagi untuk hasil analisisnya. Terima kasih.

tetap di kelas tension number one. Iya, ada lagi? Sekarang kita masuk ke inti pembicaraan kita hari ini, yaitu principle component analysis and clustering. Jadi ini hanya teoretik.

untuk tujuan dari prinsip komponen analisis ini adalah kita untuk mereduce dimensions dan kita untuk mencari pola. dengan mentransformasi variable asli ke dalam sekumpulan variable baru yang tidak terkorelasi atau principal component. Dan piece ini akan memberikan gambaran yang jelas tentang dimensi distribusi variansi yang digunakan untuk membangun suatu klasifikasi atau starting data untuk clustering tekniknya. Untuk yang part ini semua STDs, tapi ada beberapa yang harus melalui binary code, harus pakai hot encoding. Tapi karena untuk part ini yang structural vulnerability semua dari database.

Lalu untuk tujuan dari clusteringnya adalah untuk mengelompokkan jembatan di profil kerentanan yang memiliki vulnerability profile yang serupa. Lalu setelahnya akan dilakukan teranalisis di mana yang paling berpengaruh dan yang paling berkontribusi dalam menyebabkan high vulnerability index. Seperti saya sudah jelaskan, vulnerability index ini dipengaruhi oleh dua grup, yaitu inherent vulnerability dan condition state. Jadi nanti kita......

membedakan mana faktor yang lebih dominan dan berkontribusi untuk yang menyebabkan high vulnerability pada masing-masing group of bridges. Jadi, ini adalah diaplikasikan untuk seluruh database, di mana ada 208 data. 288 data yang langsung kita analisis menggunakan principal component analysis dan clustering.

Dan dapat dilihat di sini dari hasil principal component analysis-nya ini bahwa intrinsic vulnerability may affect structural vulnerability somewhat stronger than the condition state. Kenapa? Karena Karena kontribusi positif pada PC2 dari intrinsic vulnerability, dari analisis principal component.

Lalu selanjutnya untuk clustering techniques-nya, di sini kita bisa mengidentifikasi faktor mana yang lebih dominan pada setiap cluster. di case untuk database pada klaster 1 itu dipengaruhi oleh intrinsic vulnerability, sedangkan untuk klaster 2 ini lebih dipengaruhi oleh condition state. Jadi nanti kita bisa nge-plan untuk strategi maintenance-nya, kalau yang dipengaruhi oleh intrinsic vulnerability nanti kita harus merefine desain atau mereview desainnya dan lain-lain.

Dan untuk yang lebih dipengaruhi oleh kondisi, mungkin kita bisa mengadakan perbaikan di lapangan seperti injeksi cracks atau monitoring system. Iya, betul. Kalau condition state ini dipengaruhi oleh kondisi sekarang, struktur kita seperti apa. Jadi, di sini dapat dilihat kalau condition state ini merupakan function dari schema, damage extension atau damage datanya, seperti damage state, damage type, damage evolution, damage levelnya berapa, sedangkan kalau intrinsic vulnerability ini lebih ke inherent defects yang struktur kita sudah punya. Ini merupakan function dari material start game.

dan span lengthnya. Di ikisik vulnerability bisa jadi salah satu strateginya apabila di klasternya. Terus ternyata yang mendominasi adalah intrinsic vulnerability, salah satu saran atau rekomendasi untuk decision maker adalah untuk mereview design. Iya, itu nanti maksudnya kalau condition state jadinya ya Pak, karena kan sudah dikonstruksi, lalu ternyata ada cracks atau apa, dan nanti kan dilaporkan juga di form-nya, jadi nanti kita, itu mungkin nanti lebih dipengaruhi oleh condition state-nya.

Karena sudah dikonstruksi nanti jadi mengevaluasinya nanti setelah, maksudnya saat konstrukturnya sudah ada kan Pak, jadi kalau misalnya bebannya berlebih, jadi kita tahu ada bekas krek atau fatigue dari buatan kita yang mungkin adalah sebabnya sebenarnya adalah kelebihan muatan atau apa, tapi ya kita bisa mengevaluasinya dan merencanakan. Kebaraannya adalah karena sudah dibangun, jadi kita tidak bisa mereview desain lagi. Terima kasih. Jadi jadi blur ya antara dua tipe, untuk intrinsic vulnerability dan condition state.

Jadi tujuan analisisnya adalah nanti kita bisa memberikan rekomenda saja. Kalau sebabnya karena intrinsic vulnerability nih jadi nextnya mungkin bisa direview design. Tapi untuk yang sekarang sudah kejadian mungkin kita bisa pasang monitoring system.

Jadi kita bisa memonitor defect yang kita punya. Ya kayak misalnya kalau konkret kan. inherent defect-nya itu cracks ya, jadi itu bisa dimonitor aja, tapi kalau untuk dari condition state, kalau misalnya sudah terjadi cracks-nya, oke kita fill dengan injeksi atau apa Terima kasih. Itu juga bisa menjadi suatu rekomendasi Terima kasih Pak Poinnya Jadi ini hasil untuk database keseluruhan yang mencakup ada delapan tipe materials dan beberapa tipe static scheme juga. Ini secara menyeluruh saja. Tapi kalau kita berhenti di sini, kita masih tetap tidak dapat general overview-nya.

Karena tadi yang dibilang perilak pemeliharaan untuk struktur konkret atau steel pasti berbeda-beda. Jadi perlu adanya detail analis lagi dengan meng-consider masing-masing group of bridges-nya. Pertama ini adalah untuk RC bridge. Jadi pertama datanya di-filter, di-filter hanya untuk RC bridges saja.

Lalu dari... Hasil ini dapat dilihat bahwa both intrinsic vulnerabilities and conditions ini juga berpengaruh pada jembatan tipe ini. Jadi untuk maintenance-nya kita harus mencari balance. Untuk strategi pemeliharaannya kita perlu mempertimbangkan kerentanan dari kondisi seterusnya.

Untuk kluster satu atau yang high risk itu penyebab tingginya. Structural Vulnerability Index adalah Intrinsic Vulnerability. Dan untuk kelas terdua lebih dipengaruhi oleh Change State. Jadi untuk mengatasi masalah terkait Intrinsic Vulnerability, intervensi yang lebih fokus seperti perbaikan desain, penilaian kualitas material, dan kegiatan perbaikan segera harus direncanakan untuk menjaga integritas setelah jembatan.

Dan untuk mengatasi grup di kelas terdua, maka inspeksi dan pemeliharaan secara rutin diperlukan untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan korosi pada reinforcement, retak, dan pengelupasan serta dekasi lain pada beton. Jadi kayak direct repairment di lapangan untuk yang kelas terdua. Ada pertanyaan sebelum saya lanjut? Nah, untuk analisis ini masih sama di RC Bridge, namun sekarang kita filter lebih jauh lagi untuk masing-masing macro class, attention class. Tadi kan kita punya 4 nilai KS, dari 1, 2, 3, dan 4. Lalu kita analisis dan ternyata hasilnya per kelas ini juga beda-beda.

Contohnya di kelas 1, pada kelas tersatu diharui oleh intrinsic vulnerability, sedangkan di structural attention kelas 3 lebih dipengaruhi oleh condition states. Jadi, generally speaking, one size fits all approach ini tidak suficien untuk mempertimbangkan atau capturing beragam faktor yang mempengaruhi vulnerability jembatan. Jadi, perlu adanya analisis mendetail untuk setiap makrokelas dengan mempertimbangkan juga dampak dari historical attention. Jadi kalau masih ingat semuanya kalau untuk obtain structural attention class kita punya dua faktor.

yaitu damage attention class dan historical attention class. Jadi di sini tidak hanya meng-consider structural vulnerability index-nya, tapi juga meng-consider dari historical attention class-nya. Kemudian ini hasil untuk geber beam. Pernah-análisis ini geber beam. pada grup gerber beam, ini lebih dipengaruhi oleh condition state.

Karena explain variance pada PC1 lebih tinggi dari pada variable kedua. Lalu untuk hasil clusteringnya, kerentanan intrinsik pada... dan kondisi struktur pada di kelas terdua lebih dipengaruhi oleh condition state. Jadi, garber beam ini kan generally lebih dipengaruhi oleh cacat bawaan atau inherent beam dari skimnya sendiri.

akibat kompleksitas desain, degradasi material, dan distribusi beban atau juga deterioration. Selain itu, jenis kemastatis ini juga rentan terhadap kerusakan, terutama di bagian sambungan. Oleh karena itu, strategi pemeliharaan sebaiknya direncanakan, mengurangi resiko yang terkait dengan kerentanan intrinsik dan degradasi yang ditemukan oleh kerusakan juga di lapangan. Untuk yang terakhir, analisisnya dilakukan untuk structural priority. Kalau tadi masih ingat pertanyaannya Mas Indra Gunawan, untuk di KS sama dengan 1 dan daes sama dengan 1, kita punya 18 jembatan.

Dan sekarang saya mau tahu gimana strategi pemeliharaannya untuk 18 jembatan itu dan mana yang lebih kritis. Jadi, analisisnya masih sama, hanya kita filter lebih jauh lagi. Dan dalam ini, high vulnerability index-nya disebabkan oleh intrinsic defects pada klaster 1 dan juga klaster 2. Dan setelah dilakukan back-analysis, ternyata sebagian besar tipe jembatan pada structural priority ini lebih ke gerber brim.

Dan, RC, dan reinforced concrete. Jadi, memang lebih depends on the inherent defects dari perilaku material dan static scheme-nya itu sendiri. Ada pertanyaan? Mungkin kalau tidak.

Akhir, ini ada conclusion-nya. Jadi, research ini proposed a comprehensive approach to structural life cycle management by means of statistical analysis using principal component analysis and K-means clustering. And the proposed framework aids public authorities in effective bridge management by integrating statistical and contextual analysis, making… one size fits all approach to address specific maintenance needs across different context. And for the church developments, mungkin ada yang mau melanjutkan research-nya dikuat beberapa saran untuk improvement.

Yang pertama dari data collections, kemudian ada additional variables. Tadi karena di studi saya hanya mempertimbangkan structural vulnerability, mungkin bisa di-extend ke hydraulic vulnerability juga. Lalu untuk refine predictive models dan menggunakan statistical techniques untuk yang menggunakan dynamic statistical techniques untuk capturing complex interactions dan juga penting untuk melibatkan stakeholders yang lain.

Terima kasih. Terima kasih. Prof. Iwan mungkin sudah siap untuk menjadi promotornya, dan Suci sudah siap menjadi konsultan, karena nampaknya beliau lebih suka untuk bekerja di industri, dan nanti konsultannya Anda tinggal berangkat ke Milan beberapa bulan, begitu di sana pulang sudah selesai. Saya sih ingin...

mungkin agak lebih detail begitu. Kalau ada kira-kira kita spare waktu 15 menit. Ada prakteknya di ada kalau mau pakai Excel, mau pakai analisisnya begitu, terus kok bisa keluar ini tuh?

Bisa enggak di praktekkan? Oh enggak, bawa codingnya. Kita coding on the fly. Kira-kira, ayo. Kita coba dulu kalau ada.

Jadi bisa dilihat dari pertanyaan Pak Senat bagaimana kalau misalnya ada beberapa data yang missing. Seperti contohnya bridge ini bahkan untuk static scheme mereka tidak fill, static scheme dan total lengthnya mereka tidak mengisi data. Jadi memang ada beberapa yang tidak bisa dilanjutkan untuk analisisnya.

Tapi itu on nature of. Bridge inventory Pak, jadi sangat common terjadi dan juga terkait dengan damage di mana adalah starting point kita untuk melakukan analisis, beberapa juga tidak mengisi. Jadi beberapa juga tidak bisa dianalisis, makanya tadi di attention class ada kelas kelima yaitu not.

defined, jadi in the end total yang dianalisis tidak sampai 288 jembatan kalau misalnya penasaran dengan detail prosedurnya nanti bisa ngobrol itu adalah string gauge tapi ini kan masih kita di banyak levelnya di di laboratorium jadi ada yang ada string gauge Kalau di beberapa jembatan itu, yang saya baca itu