Tempat sebenarnya, dalam konteks ini kan terjadi di ranah pendidikan, ada bullying di dunia pendidikan, baik di lokal, tingkat nasional, atau jangan-jangan ini di manapun di internasional. di belahan negara lain juga ini relevan, semuanya terjadi peristiwa bullying atau kekerasan baik verbal maupun fisik antara relasi siswa jangan-jangan bullying itu juga ada antara guru dan murid, ada guru sama kepala sekolah, kepala sekolah sama kadis, kadis sampai ke menteri. Artinya ada semacam relasi yang memang harus kita pikirkan bersama, yang tidak sehat di tengah-tengah masyarakat kita.
Terutama di dunia pendidikan, hari ini kemarin ada di Lampung Selatan ya Mbak ya? Ada di sekolah salah satu terbaik, ada di Lampung Selatan. Kemudian di tingkat nasional di Jaktim juga itu di... Salah satu sekolah ternama juga yang sedang viral bahkan sudah bawa ke ranah DPR Habib itu yang sudah menyidang menjadi ketua untuk mendengar bagaimana kesaksian bullying terjadi di sekolah Nah peristiwa atau fenomena bullying ini menurut saya akan selalu terjadi di manapun tempat Di tempat, medan atau wadah manapun Di hal yang terkecil dalam keluarga Bullying itu akan ada selalu Karena dalam konteks tertentu Bullying itu kan Ada semacam Relasi superior dan inferior Ada relasi simbolik Di situ Yang memisahkan Antara misalnya kalau faktor Simbolis ekonomi Misalnya ya Orang kaya misalnya Begitu dia relasinya dengan orang yang Kurang beruntung itu sudah terjadi pemisahan pertemanan persepsi, ada gap ada ketidakadilan sejak dalam pikiran, sehingga ada semacam keterasingan diantara komunitas masyarakat yang hirarki ekonominya yang kurang beruntung dengan yang beruntung, disitu sudah terjadi bullying sebenarnya, sejak dari awal kesempatan secara potensial, maka ketidakadilan atau bullying itu sudah ada sejak dalam pikiran, karena faktor simbolis ekonomi jabatan kekuasaan kekuasaan begitu kan Nah itu menurut saya akan terjadi dimana-mana bahkan bullying politik juga ada misalkan oke oke ya kan dan seterusnya ini bisa kita elaborasi ada hirarki tentang relasi dalam hubungan kita sesama manusia yang harus kita pikirkan bersama supaya tidak terjadi ketidakadilan antar sesama baik-baik pengantar itu dulu baik-baik baik ini ini langsung saja kita ke pokok mati karena memang tadi ada beberapa hal yang mungkin kita lepas sebagai salah satu penyebab punya bullying kita tadi sudah dari Pak Edi sendiri, mungkin karena ada gap antara superior dengan yang mungkin kelas middle begitu ya Pak ya, jadi itu sendiri bisa jadi pembatas, pemicu atau trigger dari suatunya bullying. Nah pasti banyak hal Bapak, kalau kita mencoba merunut ulang, mungkin saya juga dengar pendapat dari Pak Ari sendiri berkaitan dengan faktor penyebab yang mungkin bisa saja menjadikan bullying atau perundungan ini bisa sering terjadi di dunia pendidikan.
Saya sangat sependapat dengan Pak Edi tadi ya, karena katakanlah, karena itu sudah ada klaster-klaster sudah dari awal itu sudah terbagi dengan sendirinya dia menyimpul dengan sendirinya nah oleh karena itu kita ke depannya itu kalau kalau kita menghilangkan itu sulit lah apapun pasti tetap ada tapi paling tidak preventif yang harus kita lakukan kalau kami dari sisi Komisi Nasional Pilihan Anak lebih cenderung di dunia pendidikan itu untuk melakukan evaluasi yang lebih menyeluruh tentang perpeluncuan itu sendiri orientasi pengenalan kampus ataupun sekolah jadi lebih baik diarahkan kepada hal-hal yang lebih mendidik dan produktif kemudian peran guru BK-nya ini harus lebih menonjol, harus dia itu berada di depan, chandra di muka dalam menghadapi siswa-siswa apalagi, kalau ada beberapa siswa itu yang mempunyai. yang lebih ekstra, lebih super ya, nah itu lebih hati-hati lagi. Nah oleh karena itu kalau kami dari sisi Komnas selama ini ya memang kita mengadakan pendekatan-pendekatan yang demikian khususnya untuk di Provinsi Lampung ini, kita sudah mulai sosialisasi di sekolah-sekolah dasar dan sekolah menengah pertama khusus untuk Bandar Lampung. Dan ini diperlukan perhatian kerjasama juga dari pemerintah daerah merespon itu karena masalah anak bukan hanya masalah keluarga, bukan hanya masalah...
pemerintah, tapi itu adalah masalah kita semua, oleh sebab itu mari kita guyup sama-sama untuk mencari penyelesaian yang terbaik buat anak-anak ini ke depan nah kemudian Kita tidak bisa menutup Natal, kejadian yang kemarin, yang di SMA Kebangsaan. Kita bukan tujuan apa-apa, kami sengaja ke sana dalam langkah melakukan supervisi. Bagaimana langkah-langkah yang dilakukan oleh sekolah, khususnya kemudian di pihak korban juga sudah melakukan pelaporan. Polisian, kita melakukan diskusi dengan mereka sehingga apapun anak ini kedua-duanya ini menjadi korban sebenarnya. Baik korban maupun pelaku itu kalau kita bicara anak, dua-duanya korban.
Nah oleh sebab itu anak-anak ini harus diselamatkan di dalam mereka menimba pendidikan itu. Karena tidak selamanya mereka berada pada posisi yang salah. Mungkin di lingkungan sekolah itu sendiri. Di dalam memberikan pemahaman pendidikan kepada anak itu juga ada hal-hal yang tidak baik.
Karena kita mendidik anak zaman sekarang tidak bisa kita samakan dengan usia saya yang didik oleh orang tua dulu. Dengan mata melotot kita itu sudah lari. Kita ketemu guru di jalan mungkin kita lari seribu ini. Kalau ini malah kadang-kadang diajak bercanda sama anak-anak sekarang.
Oleh sebab itu. kurikulum di sekolah itu Pak Edy ya, itu perlu apa ya, kalau zaman kita dulu itu kan pendidikan moral Pancasila apa segala macam ya Ibu dipekerti itu kan ada kalau sekarang ini kan semakin hilang semakin hilang, dihapus nah ini yang perlu ditinjau kembali oleh ya rekan-rekan kita khususnya yang ada di PRRI yang punya tugas-tugas untuk rakyat masyarakat ini untuk menjadi lebih baik ke depan. Mungkin itu kalau saya, kami dari Komisi Nasional Perlindungan Anak, di dalam hal kejadian di SMA Kebangsaan ini, apalagi tulisannya calon pemimpin bangsa, kenapa mesti terjadi begini.
Tanpa ada pretensi terhadap siapapun, Komnas Perlindungan Anak berdiri di tengah-tengah. Karena tidak. Upaya kan tidak ada korban di situ dalam hal mereka mengenyam pendidikan itu.
Nah kemudian ada beberapa langkah yang telah dilakukan itu, tapi ada beberapa yang keputusan-keputusan itu yang perlu kami lebih ke depannya untuk dicarikan lebih jalan yang terbaik. Kemudian kepada Polres, ya Lampung Selatan ya. telah merespon dengan positif kejadian ini, kita berharap itu diselesaikan dengan hal-hal yang menuju kebaikan untuk anak.
The best of child gitu ya. Jangan baik pelaku mau korban. Itu menjadi korban Apapun mereka Adalah generasi Yang kita persiapkan Untuk memimpin bangsa dan negara ini Ke depan Terima kasih Pak Ari penjelasannya Dan saya kembali ke Pak Edi tadi kan juga sudah disinggung bahwa ini merupakan tanggung jawab kita bersama berarti harus ada kolaborasi dari semua pihak karena faktor juga banyak sekali ya Pak ya dari sekolahnya sendiri, faktor lingkungan, faktor keluarga nah kalau menurut Bapak sendiri apakah memang disini harus butuh suatu sinergitas antara pihak sekolah dan keluarganya sendiri karena memang ini kan karakter itu kan dibawa dari rumah ya Pak ya menurut Bapak sendiri apakah ke depan memang harus butuh komunikasi yang baik antara orang tua, pihak sekolah dan mungkin lingkungan si anak ini sendiri sehingga bisa kejadian-kejadian seperti ini bisa semakin direduk dan begitu Pak saya sepakat, kalau dia fenomena perundungan kekerasan itu adalah tanggung jawab berbagai stakeholder ada pemerintah, ada sekolah ada masyarakat, ataupun orang tua nah, hanya problemnya, bisa tidak yang seperti kata Mbak tadi, setiap keluarga itu punya habitus punya pembentukan karakter sendiri dalam budayanya sendiri-sendiri budaya di sini Ini bisa saja suku, agama, maupun budaya, ilmu pengetahuan.
ekonomi ya, yang di titik tertentu anak yang terbiasa dengan saupan santun, dengan kelembutan, dengan kebijaksanaan dia mungkin bisa menerima perbedaan di titik tertentu, ada anak yang memang sudah terbiasa dari latar belakang keluarga yang selalu high profile kemudian ekonominya yang tinggi, yang selalu pengen menang, dalam pertarungan ekonomi mungkin sosial, gak mau kalah pokoknya dirinya akan dibentuk oleh habitus itu, yang tidak pernah mau kalah, artinya begitu dia masuk ke ranah sosial, ini kan terjadi medan pertempuran karakter atau budaya di ranah masyarakat. Akan menjadi kesenjangan. Disitulah letak kesenjangan antara karakter-karakter habitus dari setiap individu yang membawa latar belakang si anak masing-masing, budayanya masing-masing.
Kalau dia karakternya yang sangat agresif, selalu pengen melanggengkan ekonomi keluarganya, dia nggak bisa itu, ngerubahnya itu. Nah, yang bisa mendamaikan itu adalah value, nilai. yang diakomodikasikan via norma tertentu dalam hukum gahdia, kalau di sekolah dalam peraturan-peraturan sekolah nah kalau tidak ada regulasi yang mengatur sebagai value utama untuk membuat relasi ini berjalan dengan baik, katakanlah kalau di Eropa atau Amerika sudah ada multicultural, pendidikan multicultural sebagai value-nya misalnya tidak ada perbedaan latar belakang ras, misalnya dulu di Amerika Amerika ada underestimate superior dari white Anglo-Saxon protestant kulit putih itu selalu super yang mulia begitu-begitu sehingga memandang yang kulit hitam sorry, seharusnya saya katakan sangat rendah dan ugal-ugalan dan tidak bisa terdidik misalnya, kan, nah kemudian latar belakang kerangka otak dan seterusnya tidak bisa juga menangkap bahasa yang abstrak dan mempunyai pengetahuan yang, apa namanya nah Tinggi misalnya, sehingga dia tidak layak untuk bergaul dengan kulit putih misalnya. Di Amerika kan terjadi ya, tentang rasisme begitu ya. Kan rasisme terlalu penting kan kekerasan terhadap kultural juga itu kan.
Itu menurut saya lebih parah ya. Nah bagaimana relasi yang seperti di Indonesia, katakanlah relasi ekonomi saja lah. Nggak usah tentang kultural seperti kulit hitam dan putih ya Pak ya. Ya di sini kita juga ada persepsi Jawa memandang non-Jawa misalnya kan.
Lampung dipandang yang lain Ada selalu gap dalam kultural disitu Sehingga ada juga kultural Mempengaruhi pengetahuan seseorang Nah bagaimana di ruang kelas Apakah faktor-faktor itu Masih dibiarkan secara liar dan Ugal-ugalan menjadi skemata setiap individu Yang memandang budaya lain itu Selalu rendah Dalam konteks superior dan imperial Nah sehingga dia tidak mau bergaul sama yang di luar dirinya Yang tidak sama Kualitas apa namanya ekonominya Nah itu yang Itu yang terjadi misalnya dirayakan juga artinya ada perluasan sosial dalam hal ini relasi kuasa di masyarakat dipindahkan ke ranah pendidikan. Masih terjadi berarti pendidikan dia masih tetap sebagai medan pertempuran antara relasi ekonomi politik maupun budaya. Berarti pendidikan.
gagal menjadi laboratorium untuk membuat keadilan di situ bagi setiap orang lah kan bukan kah tujuan pendidikan kan begitu, pengen memanusiakan manusia tanpa melihat latar belakang siapapun, punya potensi yang sama Punya perlakuan yang sama Terjadi di Lampu Selatan mungkin bisa jadi seperti itu Ada antara senior dan junior Begitu memandang junior selalu menganggap rendah Kemudian ada semacam value yang keliru Sistem yang tidak berjalan Norma yang kalah dengan politik Seperti mungkin Ini saya analogi dan analisa melihat teori struktur Kekuasaan pindah ke dalam ranah pendidikan Misalnya di BINUS Sorry Kalau saya tidak boleh nama nanti diralat ya Ada salah satu misalnya disana kan Sampai hari ini ke DPR ya Pak ya Dia bagaimana orang yang sangat rendah Dia punya cita-cita yang mulia Pengen membanggakan orang tua Tetapi di sisi lain ada sebuah sekolah Yang disitu punya benefit, punya value Punya identitas yang sekolah itu Kira-kira bisa mencetak kader-kader Bangsa yang secara privilege Sehingga dia disitu tapi dari latar belakang yang kurang mampu Sehingga dia disitu ada semacam gap sosial di sebuah sekolah yang ternama internasional itu. Terjadi bullying, bisa saja karena itu ada faktor relasi disitu. Anak yang merasa orang kaya, anak katanya diduga sosial. Seorang tokoh politik, partai politik begitu semena-mena terhadap dirinya Bahkan katanya, bahkan ini kan masih dalam keadaan proses ya yang di Jakarta ya Bahkan katanya sedang diavaluasi, apakah sekolah disitu justru tidak berani taringnya untuk melakukan evaluasi yang benar-benar apa adanya.
Bahkan karena dikhawatirkan mungkin karena berhadapan dengan politik, dengan kekuasaan yang lebih besar, orang kaya, kan tidak mungkin bisa, bisa saja ditutup. Untuk mungkin sekolah itu atau bagaimana ya, saya tidak pernah tahu. Tetapi itulah keadaannya kalau relasi kuasa dipindahkan, diproyeksi, diperluas, masih tetap hadir di ranah pendidikan, maka bullying, ketidakadilan, kekerasan terhadap relasi itu akan selalu akan tetap terjadi.
Nah bahasa lain dalam politik disebut feodal. Ya, baik, baik. Kami menangkap apa yang disampaikan oleh Pak Edi sendiri, karena memang itu fenomena yang terjadi saat ini ya.
Ya. Mungkin Pak Ari juga sudah memberikan tanggapannya bahwa ketika gap itu terjadi, apalagi dengan latar belakang tadi, relasi dan sebagainya. Menurut Bapak sendiri, ini kan memang ada satu pembentukan karakter yang mungkin akan menjadi satu poin penting juga Bapak.
Tadi sudah disampaikan bahwa mungkin ada kurikulum-kurikulum yang bisa dipertajam. Karena memang ternyata dari keluarga saja tidak cukup untuk membentuk suatu karakter anak. Menurut Bapak sendiri, ke depan apakah ada evaluasi berkaitan dengan kurikulum? kolikulum yang memang perlu ditambahkan agar bisa membentuk anak-anak pada generasi ke depan yang mungkin lebih baik gitu Pak? Itu sangat dibutuhkan seperti saya tadi telah menggaris bawahi zaman kami dulu punya pendidikan seperti pendidikan BMP dulu ya, itu sangat ini sekali ya, kemudian budi pekerti yang semakin ini terkikis.
Menghilang, nah kemudian suka dan tidak suka kami dari saya pribadi ya mengatakan bahwa ini kegagalan, semua adalah kegagalan daripada orang tua Terus serang ya, karena ya orang tua itu sendiri, kita menyadari lah tidak pernah melakukan komunikasi yang baik terhadap anak melakukan pembiaran pembiaran, pulang keluar rumah melakukan pembiaran, kemudian dipacu kembali oleh teknologi sekarang ini ya, adanya gadget kalau kita tidak pernah mau, saya beberapa kali disini mengatakan bahwa bagaimana keluarga itu ya menyiapkan waktu untuk anak kalau bapak ibunya bekerja sama-sama bekerja ya, sampai rumah capek semua, tapi apapun itu, mestinya habis sholat maghrib ya, itu siap Siapkan waktu untuk anak, berikan waktu mereka untuk bercerita, kita bertanya kepada anak, apa yang dilakukan mereka tadi, apa yang ke depan. Ada suasana yang demokrasi itu harus dimulai dari dalam rumah tangga, keterbukaan itu. Sehingga anak kadang-kadang itu perilaku itu di luar karena dia tidak mendapatkan kepuasan di dalam rumah itu sendiri. Nah, oleh karena itu suasana demokratisasi di dalam keluarga itu sangat diperlukan.
Bagaimana waktu anak itu sebagai anak, sebagai kawan, sebagai pacar. Komunikasi itu harus selalu ada dengan anak. Dan sama-sama luangkan waktu untuk sama-sama.
tinggalkan gadget itu dari jam sekian aja Mari kita ini keluarga ya kita seperti dulu kan kalau kita kan habis maghrib itu dikumpulkan orangtua dengan ngajikan ngobrol kamu tuh kalau sekarang Anak liar, apapun orang tua harus akui itu, tidak pernah melakukan, memberikan kesempatan waktu kepada anak. Sehingga anak mencari di luar, ya kalau dapat hal yang positif. Nah kembali terhadap kurikulum di pendidikan itu memang sangat perlu.
Kembali evaluasi zaman kita dulu, pendidikan kita itu dulu lebih baik. Jadi hal-hal ada mungkin ada mata pelajaran kurikulum yang lalu itu perlu dihidupkan kembali. Kemudian kita cari tren-tren pendidikan sesuai kekiniannya untuk anak-anak ke depan sehingga mereka ini tidak tercampakkan.
ke dunia seperti yang terjadi sekarang ini, saya menggarisbawahi, ada relasi kuasa, kalau pendidikan jangan dimasukkan ke jalur politik. Baik, ini percakapan semakin menarik ya Bapak, mungkin kita akan diskusi lebih dalam lagi, namun setelah jeda iklan berikut ini. Bisa kami akan kembali setelah jeda iklan berikut ini, jangan kemana-mana.
Intro Intro Cintai Produk Dalam Negeri Intro Taman Nasional Tanjung Putih, disinilah lokasi kami tinggal dan hidup. Hutan hujan tropis di Kalimantan adalah rumah bagi kami orang utan. Orang hutan ini adalah yang satu-satunya peninggalan nenek moyang kita Dan sangat disayangkan apabila kita tidak melindungi dan mengetahui apa sih orang hutan itu Kita harus melindungi dari kepunahan dan untuk menjaga kelas tariannya Jagalah kami dari kepunahan Agar tak hanya dongeng yang menjadi warisan. Kami juga memiliki hak hidup yang sama, seperti kalian, manusia. Pelihara hutan, selamatkan orang hutan dari ancaman kepunahan.
Pemirsa kembali kita di sudut mandang masih berbincang mengenai marak yang perundungan di lembaga pendidikan dan saya masih bersama dengan Bapak Arianto Werta yang merupakan Ketua Komers Penindungan Anak Provinsi Lampung dan Bapak Edi Siswanto yang merupakan pengamat pendidikan. Baik saya ke Pak Edi nih Pak Edi, tadi sudah disampaikan oleh Pak Arianto. berbagai hal juga, mungkin adanya bentuk evaluasi mengenai sistem pendidikan dan beberapa kurikulum, terutama yang berkaitan dengan moral, nah menurut Bapak Sendi, ketika memang ke depan ada beberapa evaluasi seperti itu menurut Bapak, apakah memang cukup dilakukan di sekolah, atau mungkin Mungkin ada juga hal lain yang memang mungkin tadi seperti tadi berkolaborasi dari semua pihak atau bersinergi semua pihak bahwa ini bukan hanya tugas sekolah begitu Pak.
Ya saya sepakat Mbak Anggi tentang kolaborasi bahasa lain dari kolaborasi itu kan silaturahmi mungkin ya silaturahmi yang baik yang penuh rahmat yang penuh cinta kasih kali ya terhadap apa untuk memperdulit terhadap anak didik. Bukan hanya dari sekolah tetapi orang tua maupun masyarakat Kenapa saya bilang silaturahmi yang cinta kasih? Karena sekolah kalau dia memakai value makanya kan gak boleh anomi Anomi itu sebuah sistem pendidikan yang samar tidak jelas arah nilainya, normanya maupun tentang hukum yang mau diberlakukan Nilai visioner apa yang ingin menjadi panglima untuk mendidik anak-anak itu. Kalau dia samar anomi, maka ketidakjelasan silaturahmi itu antara kesesuaian dengan harapan pada masyarakat.
Misal masyarakat itu dididik dengan value yang misalnya ramah, penuh dengan cinta kasih. Kemudian kita terdiri dari kultur yang misalnya kalau Jawa itu, kalau dia berkuasa, nggak boleh adigang, adigung, adiguna. Kalau yang banyak duit, nggak boleh sombong.
yang berkuasa gak boleh menindas, kira-kira begitu kan itu kan nilai-nilai pirtu karipan lokal yang berlaku sejak dahulu kala nah sejak kita kemerdekaan, berubah struktur pendidikan kita apakah value-value karipan lokal itu masuk ke rana pendidikan? itu contohnya, sehingga value kita ini adalah value yang mana? norma yang mana?
dalam konteks masyarakat hari ini kemudian sesuai gak antara norma di sekolah, value yang ada di sekolah terhadap? pada masyarakat kita. Nah kalau tidak berarti ada norma yang baru yang mungkin masih samar yang tidak terjelaskan oleh sekolah maupun sistem pendidikan. Misal norma kita adalah pengen seorang yang intelektual tetapi dia juga punya budi pekerti dan perilaku.
juga baik, oh itu kan sangat mulia itu berkesesuaian dong dengan masyarakat ya kan, bahwa dia pintar mesti punya hati nurani juga terhadap orang yang belum pintar kemudian perlakuannya juga terhadap orang yang pintar bisa untuk membimbing menerangkan, bukan dimanfaatkan justru sekarang kan terbalik karena apa? karena ada nilai disitu yang menjadi apa nilai lebih begitu ya nilai yang kalau dia sudah punya privilege menjadi semacam Hai medan-medan pertempuran antara yang punya pengetahuan dan tidak punya pengetahuan nah pengetahuan yang dikonversi menjadi politik maupun ekonomi, sehingga menindas orang yang tidak punya kesempatan, punya pengetahuan ekonomi dan juga politik. Sehingga relasi-relasi seperti ini berarti kan ada value yang tidak berbeda. tidak berkesesuaian dengan masyarakat.
Nah, peliw yang saya katakan tadi itulah peliw medan kompetitif namanya. Kompetitif itu seperti di medan pertempuran, siapa yang kuat dan yang menang. Artinya tidak peduli terhadap orang lain, dia ingin merayakan dirinya, individuasi dirinya maupun keluarganya untuk dirayakan selalu menjadi orang yang superior.
Dalam hal pendidikankah, dalam hal ekonomi kah, tidak penting saya yang lain, tidak ada dia berbicara sosial, kepentingan orang lain yang ada hanya adalah kepentingan diriku. Nah sehingga pendidikan disitu adalah alat dia untuk... memproyeksikan, melegitimasi atau memperluas tentang nilai individu tadi itu di ranah pendidikan. Nah, ini yang terjadi.
Maka banyak bullying-bullying yang ada di sekolah, mengaitkan antara keadaan yang lebih super terhadap... terjadi di Jakarta, mungkin terjadi di masyarakat, terjadi di kampus minder yang kurang mampu, kan terjadi isolasi sosial, isolasi kesempatan memperoleh pendidikan, dan seterusnya. Oke, ini jadi PR bersama ya Pak.
Ini PR bersama tadi. Kalau kita coba flashback beberapa waktu lalu, sudah ada juga kejadian yang menyedot perhatian publik ketika Mereka waktu itu salah satu anak pejabat pajak, mungkin Bapak juga masih di sana. Iya, iya. Jadi itu kan, jadi semua mata tertuju saat itu. Karena memang si korban nyaris sempat koma ya Pak ya, sempat koma dalam waktu yang lama.
Dan itu kan sampai hampir merenggut nyawa. Di sini juga akhirnya berbuntut panjang ketika akhirnya keluarga dan lain semua terserah di situ. Berarti kan memang dari sini, sebenarnya itu satu pembelajaran yang luar biasa ya Pak ya. Ini jadikan contohnya.
contoh bahwa ketika si anak melakukan suatu bentuk kesalahan, itu kan hanya dampaknya juga luar biasa. Namun, Bapak sendiri apakah memang selama ini, kejadian-kejadian seperti ini kurang mendapat efek jerah, berkaitan dengan sanksi dan lain sebagainya, sehingga dengan sebanyak banyak contoh-contoh kok kayaknya terjadi lagi seperti never ending story gitu Pak apakah memang sanksinya sejauh ini memang belum cukup keras atau bagaimana Pak? Kita banci kayaknya ya Negara ini banci Kemudian penerapan hukum Penegakan hukumnya Sangat lemah Baik Ketika Pak Edi mengatakan ada relasi kuasa, ada pemisahan blok yang mampu dan tidak mampu, saya terenyuh.
Karena itu realitas yang kita hadapi. Oleh karena itu... Kita membutuhkan pemerintahan yang kuat ke depan ini, dan jangan coba-coba dunia pendidikan masuk ke ranah politik.
Yang menjadi korban itu anak-anak, lebih jauh ke depan negara dan bangsa ini yang akan menjadi korban. Itu yang perlu kita pertimbangkan. Nah oleh karena itu mungkin kalau kita bicara soal kurikulum, Aspek pendidikan Pak Edi Lebih memang di bidangnya Kalau kami di Komnas Pelindungan anak ini Tatarannya lebih Yang visual Pak ya Yang kita hadapi Pelindungan terhadap anak itu itu sendiri apapun yang terjadi kami tidak mau anak-anak itu menjadi korban baik pelaku maupun korban nah kembali kepada yang disampaikan Pak Edi tadi ya memang perlu kolaborasi itulah ya karena itu harus guyuk kerja harus kerja bareng tetapi di dalam hal kerja bareng itu harus memastikan pemisahannya jangan kerja bareng bareng masuk lagi ke Politik, kan bingung kita gak ada ujung-ujungnya.
Kembali terhadap kejadian-kejadian yang tidak pernah selalu ya, seperti bola salju itu tadi ya, itu kenapa masih terus begitu terjadi? Itu yang saya katakan tadi, lemahnya penegakan hukum, kemudian... Tidak ada satu kepastian tentang kurikulum bagaimana kita mendidik anak. Terombang ambing kita ini.
Negara ini terombang ambing, sedih kita. Sekarang ini sedih. Melihat anak-anak ini ke depannya nantinya. Apa ya, mau jadi apa anak-anak kita ini sekarang ini? Karena kami ini di Komnas LSM itu berada di tataran di grassroot di bawah.
Kita tahu ratakan. Ya. Yang di bawah itu, saya mestinya nggak sejauh ini Pak.
Betul. Tapi ketika Bapak bicara itu tadi ada relasi masuk situ kemudian ada gap antara yang ekonomi mapan dan segala macam. Saya jadi sedih. Ya.
Karena kami ada di bawah, kami merasakan itu. Maka kami tidak pernah takut siapapun. Kami akan bicara padanya, kami akan sebut. Kalau APH kami akan sebut, kami tidak takut-takut.
Kami tidak ada yang kami taruh, karena kami tidak ada NIP, tidak ada NRP. Tetapi kami kepentingan terbaik buat anak, ke depan bangsa dan negara ini. Oleh sebab itu tugas kita sama-sama sesungguhnya. Makanya Colorado Raji. itu sangat diperlukan, mungkin itu saya jadi terasa baik, enggak apa-apa Pak ini ini yang menyentuh, karena kita merasa punya tanggung jawab besar untuk peneliti peneliti bangsa saat ini baik Bapak, ini juga ada fenomena ketika suatu kasus mungkin selama ini tadi ada relasi kuasa dan sebagainya tapi ketika peran netizen ini tidak kita pun kira ya jadi ada sisi positif kayak dua mata uang, ada sisi positif ada sisi negatif, tapi sisi positif kadang-kadang kasus yang selama ini mungkin teredam, karena tadi ya, ada faktor-faktor X dan sebagainya bisa terblow up dan mendapat support dari masyarakat ketika itu menjadi viral tapi kan tidak bisa terus-terusan seperti ini ketika viral aja baru selesai mungkin saya ingin dengar tanggapan dari Pak Edi dan juga mungkin nanti Pak Ari yaudah benar lah Mbak Anggi tadi itu, berarti kan penanda bahwa kata dari Pak Pak Arianto dari Komisi Perhidungan Anak, sudah jelas dia punya statement awal bahwa kita harus berani, gak boleh banci, gak boleh disandra apa dia?
Pendidikan tidak boleh disandra oleh kekuatan ekonomi maupun politik. Kan keren itu Pak ya? Sehingga menjadi netral, bukan menjadi medan, tetapi menjadi alat laboratorium untuk generasi pembentukan karakter bangsa. Kan sangat keren dan mulia sekali cita-cita itu kan.
Nah, kenapa fenomena netizen adalah semacam bentuk hukum intervensi sosial yang paling akhir? Berarti kan kita ada semacam fenomena yang terburuk di negeri ini. Kalau bahasa Mahput MD itu sudah berkata, berbagai teori maupun rumus tertentu sudah diambil diadopsi bahkan diadaptasi untuk menyelesaikan problem di Indonesia ini ternyata masih ugal-ugalan nggak bisa selesai artinya apa ya kita memang harus bebenah mungkin ya moral value pulang-pulang lagi apa ya ya value kita tentang hidup value kita memandang uang value kita memandang manusia yang di luar dari kita itu harus kita redefinisi ulang sehingga ada Apakah ada semacam evaluasi diri merendung sejenak tujuan-tujuan hidup kita dalam ranah ekonomi, sosial maupun politik itu?
Apakah kita sudah lepas dari nilai-nilai yang adiluhung seperti yang dicita-citakan oleh nenek luhur kita, oleh pendiri bangsa misal ini kan? Kalau mau ada refleksi tentang evaluasi nilai... dalam setiap individu itu. Nah tentang konteks pendidikan, tadi sudah kita bahas bukan nggak boleh kita itu kaya lho mbak, boleh kita berkuasa kok kalau nggak ada kekuasaan, kalau nggak ada sistem ekonomi yang berjalan ya apalah arti dari sebuah kehidupan Kehidupan harus tetap berjalan.
Nah tetapi lebih parah kalau kehidupan semuanya hari ini diperparah oleh relasi-relasi yang hanya kalkulasinya kepentingan ekonomi maupun politik belaka. Kemudian menyandra wilayah hukum. Hukum, sehingga hukum menjadi panglima tertinggi tunduk dengan politik maupun kekuasaan.
Kan ngeri, pendidikan sebagai panglima untuk membentuk generasi bangsa tunduk pada swaka politik maupun ekonomi. Ya goyang, semuanya terjadi desakarilisasi terhadap fungsi-fungsi status mulia dari hukum maupun pendidikan. Nah itu yang terjadi, sehingga begitu kepala sekolah mau menegak.
Keadilan, mau mensangsi sosial untuk dalam rangka mendidik akan diintervensi, disandra oleh kepentingan ekonomi misalnya kan, gimana kalau yang punya relasi itu sama kepala dinas kepala sekolah mau ngomong apa? nanti kena pecat kepala sekolahnya misalnya kan ada relasi-relasi kuasa yang berkelindan, tidak objektif di ranah pendidikan dia tidak diberikan sebagai ruang yang memang Akademis, ruang pendidikan bukan ruang politis ataupun ruang kalkulasi ekonomi yang ada di pendidikan. Nah kalau itu terjadi maka tidak akan mungkin terjadi yang kesejajaran terhadap dunia pendidikan.
Ada nilai yang... pasti dia anomi dari situ, susah dia mau menegakkan hanya orang-orang pilihan yang kata Bapak tadi berani yang mengambil resiko tinggi dalam keadaan yang sangat krodit yang ugal-ugalan seperti ini kalau masih banyak suaka Komnas Pendidikan Anak tadi itu suaka politik maupun ekonomi yang masih menyandra mengintervensi di dunia pendidikan maupun hukum, pasti kita akan terjadi ugal-ugalan dalam bermasyarakat maupun bernegara ya, itu satu hal yang mungkin saat ini ironi ya Pak ya ironi sekali, baik saya juga dengar tanggapan dari Pak Aris sendiri Pak karena kadang-kadang masyarakat mengambil jalan pintas viral kan, jadi mungkin itu salah satu, karena mungkin apakah ini salah satu betul-betul atau mungkin berkurangnya trust dari masyarakat bahwa ini akan terselesaikan dengan baik. Jadi mereka butuh bantuan netizen begitu. Menurut Bapak sendiri tanggapannya seperti apa Pak?
Jadi kalau kondisinya seperti sekarang ini ya butuh bantuan netizen itu jelas. Tetapi yang harus koreksi siapa? Apa rata negara hukum koreksi diri?
Kenapa rakyatmu? Kenapa anak-anakmu gak percaya? Ini kan karena seperti tadi relasi ekonomi, relasi politik, kepala sekolah kalau diancam dari atas. Dan kita tahulah kondisi negara sekarang ini siapa yang beruang, siapa yang tidak. Tapi kan ini bukan ranah saya untuk bicara itu.
Tapi yang jelas memang ya, apa yang melakukan netizen sekarang ini merupakan apa ya, cambuk buat kita semua khususnya para pendegak hukum untuk. Berbuat baiklah, bicara apa adanya, kalau itu hitam katakan hitam, kalau putih katakan putih. Kita tahu sendirilah, masyarakat sekarang, apalagi anak keluarga, anak yang tidak mampu untuk mengakses.
Ke hukum itu sangat sulit sekali, tidak ada koncinya mereka bakal dimenangkan Makanya kami selalu berada di garda terdepan untuk anak ketika mereka tidak diperlakukan dengan adil anak-anak yang berhadapan dengan hukum. Kami dari Komnas Perlindungan Anak selalu berada di lini terdepan. Tetapi yang jelas dari semua kelompok netizen ataupun siapapun itu sangat dibutuhkan. Dan jasa netizen terhadap hal-hal yang seperti itu sangat besar sekali tanpa mereka. Sekarang ini kalau itu tidak viral tidak jalan.
Masa para penegak hukum gak tau itu? Katakanlah di sebelah kantor polisi itu kejadian, dia gak tau kalau gak dipiralkan dulu. Saya bukan mendiskreditkan siapapun, tapi kita bicara kenyataan loh.
Ini pahit, siapapun yang merasakan itu pahit. Oleh sebab itu, kedepannya introspeksi dan perbaikilah itu. Itu yang paling penting Baik Bapak Terima kasih Pak Ari Ini semakin menarik perbincangan kita Karena kita sudah sampai pada Ranah yang mungkin memang paling krusial Ketika karakter Ada berapa hal mungkin pressure-pressure mungkin yang dihadapi oleh berbagai pihak sendiri untuk membuat masalah itu menjadi lebih clear itu ternyata gak segampang itu ya Pak ya, tidak sesimpel itu.
Nah ini kita kaitkan lagi dengan generasi ke depan, karena seperti kita tahu Bapak ada juga yang bilang oh genza sekarang cemen gitu, dikit-dikit apa gitu, maksudnya gak setaf generasi-generasi sebelumnya. Gak tangguh. Gak tangguh begitu kan, terus mungkin mereka sudah dibuai oleh tadi dengan berbagai macam privilege yang mereka dapatkan. Terus ada juga yang kita lihat sekarang fenomena anak di bawah umur melakukan kejahatan-kejahatan yang di luar make sense kita ya Kan baru-baru ini viral ya Pak ya Nah sebenarnya apa yang salah kita sudah agak sedikit meluas ya Pak mengenai Perpermasalahan berkaitan dengan anak ini kan ternyata bukan hanya sampai pada titik perundungan Tapi ketika anak-anak itu bahkan bisa melakukan hal-hal yang di luar nalar kita Mungkin kita berpikir, oh waktu saya seusia dia saya masih main kelereng begitu ya Gak mungkin saya melakukan hal seperti itu Tapi ini kan sudah menjadi suatu hal yang mungkin kita sudah tidak bisa tinggal diam begitu Pak, mungkin disini juga, mungkin waktunya juga kita bisa sharing ke pemirsa di rumah bahwa semua pihak itu sudah harus memukul generang perang, bahwa kita semua harus sama-sama untuk menyelamatkan generasi ke depannya, mungkin saya ingin dengar tanggapan dari Pak Edi, silahkan Pak saya sangat sepakat dan setuju sekali ini ada harus yang diselamatkan, bahasa Mbak tadi ya kita dihadapkan dengan sebuah peristiwa yang juga kita bingung, pengen mau menyelesaikannya seperti apa ya Pak ya apakah orang tua begitu punya waktu, punya kemampuan dan keterampilan tertentu untuk merawat anak-anaknya hari ini ya, di rumah misalnya, pola pendidikan yang seperti apa apakah Apakah masih relevan pendidikan kearifan lokal, bahkan pendidikan agama hari ini yang sudah nyaris mungkin terpisah dari kehidupan generasi anak-anak hari ini. Sehingga makin anomi juga nilai-nilai yang ada di masyarakat itu, makin samar dan tidak jelas.
Kalau sebagai bangsa yang religius, bangsa yang berkeadaban, yang punya nilai-nilai adiluhung, saya rasa rasa-rasanya tidak mungkin akan terjadi. sebuah kesenjangan sosial, perundungan di masyarakat, kemudian terjadi keretakan yang sangat tajam antara yang pintar dan tidak pintar, antara yang lebih memiliki keberuntungan ekonomi dengan tidak keberuntungan, seolah-olah terjadi gap yang begitu signifikan, yang tidak mau berteman, tidak mau bersahabat lagi. Berarti kan ada nilai-nilai kemanusiaan, nilai-nilai adiluhung kita yang mulai ditinggalkan. Nah terus lantas...
kita mau masuk dari mana untuk menyelesaikan itu, sementara generasi Z yang kata mbak tadi itu dengan segala macam privilege dia yang sangat santuy di sebuah cafe, kaum rebahan dengan lagu-lagunya yang hari ini sangat mellow dan santai yang tidak punya daya juang yang tinggi, seolah-olah musuh itu tidak ada sama sekali kebingungan kita mau memainkan fungsi yang mana sebagai agen pendidikan terhadap anak kita, nah sementara sekolah sudah disimpan di Sandra orang tua kebingungan ada anomi juga pada nilai pada orangtua karena gencatan ekonomi harus cari duit misalnya kan Pak bingung dia antara mau mendidik anak yang benar apa mau cari duit kan sebuah kepentingan yang sangat mendesak semua artinya apa mbak memang problem ini sangat pelik ya tidak bisa kita menyalahkan juga misalnya di satu pihak sekolah orang tua bisa diskalahkan nah berarti kan harus ada kata dari Komnas perlindungan anak tadi harus duduk bareng ini untuk merumuskan, mendefinisi ulang tentang arah nilai kita, hidup kita berbangsa maupun bernegara hari ini. Semuanya sudah kerodit. Di ranah hukum tadi itu sudah kebingungan.
Kata mbak, kalau mau menyimpang kan ada mewajibkan pakai kondom kan? Di tingkat sekolah kan? Artinya kan ada semacam demoralisasi yang sudah terjadi yang di luar konteks yang sebagai bangsa yang bertuhan.
Artinya semacam ada... Kebebasan seksual yang sudah marah Di generasi muda hari ini Seksual menjadi sebuah kebutuhan Yang sudah biasa gitu dikonsumsi oleh Anak-anak muda hari ini Yang di luar pernikahan misalnya Itu sangat mirip sekali kan Kalau kita dari sudut pandang agama maupun Kultur ketimuran, nah tetapi itu adalah Sebuah fakta yang harus kita terima Ada apa hari ini dengan Nilai dengan generasi muda hari ini Jangan-jangan ya memang sudah Begitulah, berarti ada Treatment Apa yang jitu gitu, kalau dalam dunia pendidikan, mari pulangkan marwah dunia pendidikan itu, jangan dicampuri oleh kepentingan ekonomi maupun politik. Tapi saya rasa agak susah itu ya, untuk melepaskan diri pendidikan itu menjadi sebuah yang otonom. Selalu ada intervensi dari luar untuk masuk ke ranah pendidikan.
Ya saya juga bingung ya mbak ya, karena saya tadi hanya mengkritik tetapi saya tidak tahu strategi jalan keluarnya, tetapi paling tidak So complicated begitu ya mbak ya? Begitu complicated Oke, baik baik Ini ada satu hal yang mungkin ini, kan kita berkaitan dengan betapa mereka terbit tentang superior dan inferior. Nah, apakah mungkin anak-anak ini kita giring untuk bentuk dalam suatu bentuk kompetitif yang jauh lebih positif? Misalnya kita memberikan ruang-ruang misalnya untuk berkompetisi pada jalurnya misalnya prestasi, mungkin itu. Apakah memang sejauh ini ruang-ruang itu memang sudah diberikan begitu luas kepada mereka bahwa nih kalau memang pengen merasa jago nih disini nih gitu kan ajangnya gitu kan Nah menurut Bapak sendiri apakah ruang-ruang itu memang sudah ada atau mungkin memang karena karakter itu sendiri mereka malah enggan tuh kalau memang berkompetisi di bidangnya begitu.
Menurut Bapak sendiri bagaimana Pak Ari? Jadi gini, kita ini perlu jujur. Saya ini akan bicara padanya. Saya seperti saya nggak ada beban ya. Kalau kita bicara ke itu ya.
Diri kita ini gak jujur, kalau kita buat kompetisi apa-apa segala macam, ya. Kan masih relasi kuasa itu lagi, walaupun anak saya lebih baik dari dia. Saya punya contoh, anak-anak yang mau ikut kongres ya, kongres anak atau forum nasional anak, ya. Kita kan punya tugas untuk menyaringkan kebupaten, kota, dan indikat provinsi. Tetapi apa yang sederhana kita itu berubah.
Anak pejabat si Amas. Nah ini kan jadi persoalan. Ini-ini yang perlu dirubah.
Moral dari arah itu yang harus dirubah. Itu yang diri mereka ini yang harus dirubah. Bukan anak-anak.
Anak-anak ini akan menunggu itu. Makanya sekarang ini simpul saya. Setiap ganti pemimpin Kebijakan berganti Ganti menteri ganti Ganti gubernur ganti Ganti semua akhirnya duit negara berhamburan Ya gak usah jauh-jauh ganti Nama satu nama aja Berapa besar itu cap itu Kop surat akan seluruh berubah Itu tidak pernah terpikir Makanya bahasa sederhana saya Hasil pertemuan kita sore ini Ada apa denganmu Baik Seperti kita sampai pada penghujung tidak terasa Ya Waktu juga yang memisahkan kita Dan ini menarik sekali perbincangan kita Karena memang ini juga mudah-mudahan bisa mengedukasi Juga para perempuan di rumah ya Karena kita punya banyak PR ya Pak ya Dan mudah-mudahan semua juga Awareness juga semua pihak, masyarakat Di sini juga keluarga, orang tua juga bisa Memberikan sesuatu yang jauh lebih baik Untuk menyiapkan masa generasi ke depan yang jauh lebih baik Juga untuk bangsa dan negara ini Baik terima kasih sudah hadir di sini Bapak Sekali lagi semoga tadi kita perbincangkan Juga memberikan banyak hal positif juga Bagi semua pihak Baik terima kasih