Transcript for:
Pengantar Liturgi dan Ibadat Harian

Selamat berjumpa teman-teman mahasiswa dalam kuliah pengantar liturgi. Kita akan melanjutkan apa yang sudah dimulai oleh Romo Subali berkaitan dengan bidang-bidang liturgi. Bidang-bidang liturgi. Romo Subali sudah memulai bidang-bidang liturgi ini. Dengan menjelaskan liturgi sakramen secara paripurna selesai, lalu dia juga sudah masuk ke liturgi harian atau ibadat harian, atau kita biasa kenal dengan brevir, liturgi yaurlarum, dan sudah menjelaskan di bagian sejarah. Sekarang saya akan melanjutkan liturgi harian itu, nanti plus ditambah liturgi sabda. Jadi memang tiga bidang itu yang akan digali di dalam bidang-bidang liturgi. Sekarang macam dan urutan ibadat harian. Kita bisa membuka pada buku biru, halaman 212-213. Dengan pembaruan konsulifatikan kedua, liturgi harian menjadi seperti ini. Bisa dibuka. Buka biasanya dengan pembukaan ibadat harian atau invitatorium. Lalu ada ibadat bacaan. Itu istilah sekarang. Dulu istilahnya matutinum. Matutinum itu adalah doa malam para rahib yang biasanya membaca sekian masmur dan juga bacaan-bacaan. Sekarang ini masmur dikurangi, bacaan ditambah, dan bisa didoakan. Cukup fleksibel, tidak harus malam, tapi bisa pagi atau mungkin waktu-waktu yang lain. Lalu ibadat pagi. Nah ibadat pagi dan ibadat sore, seperti sudah saya jelaskan juga dalam forum Zoom Meeting, dua ibadat ini, ibadat pagi dan ibadat sore, merupakan istilahnya dalam dokumen itu, poros rangkap ibadat harian. Itu adalah dua ibadat utama. kita lalu ada ibadah siang ibadah siang itu ada tiga macam biasanya didoakan oleh kelompok rahim atau rubiah ya kalau disini ya di Rawaseneng atau di Kedono ya itu ibadah siang bisa tiga macam yaitu seksta maaf Tertia dulu ya Tertia seksta itu pengah hari lalu nona sekitar jam 3 sore lalu ibadat sore seperti tadi sudah saya sebut ya fastfare itu untuk ibadat sore ibadat pagi tadi namanya bahasa latin laudes kemudian biasanya ada ibadat penutup atau kumpletorium biasa di doakan di biara-biara tapi juga para fratel juga biasa mendoakan Saya ingin menarik perhatian pada beberapa hal praktis, cara menyanyikan antifon. Kalau tidak punya antifon yang khusus dinyanyikan kayak Rawasneng ataupun Gedono, itu antifon dinyanyikan dengan cara satu nada, didaraskan dengan satu nada yang sama. Baru masmurnya atau kidungnya itu yang ada polanya. Karena ini linturgi resmi. Namanya saja dalam bahasa latin liturgia hurrarum, ibadat harian. Maka bacaannya juga bersifat resmi, membacakan sabda Allah. Maka diakhiri dengan demikianlah sabda Tuhan. Kalau kalian ditugas membaca di depan, diakhiri sependek apapun disampaikan dengan kata-kata diakhiri. Demikian sabda Tuhan. Kemudian doa penutup. Kalau ada diakon atau imam, maka... Imam atau diakon itu yang tugas mengucapkan doa penutup Kalau tidak ada ya pemimpin siapa saja Kalau di biara suster ya para suster atau suster pemimpin Doakan sendiri oleh pemimpin doa Itu kalau ada imam atau diakon itu bisa Imam atau diakon bahkan dengan berkat pula Nah sekarang kita sampai ke paham teologinya Makna dan teologi liturgi harian. Yang pertama, Liturgi harian itu sebagai liturgi kristiani. Maksudnya apa? Karena ibadat harian atau liturgi harian itu termasuk liturgi kristiani, maka semua makna teologis yang pernah kita pelajari dalam buku biru itu ada enam dimensi, enam dasar, enam dimensi, itu masuk semua. Bagaimana ibadat harian juga adalah perayaan liturgi Trinitaris. Trinitar atau Trinitaris. Kita kalau beribadat harian itu merayakan perayaan kasih Allah Bapak yang dinyatakan melalui putranya dan disampaikan dalam roh kudus. Kita itu menerima dalam liturgi. Itu dirayakan liturgi kasih Bapak Putra dan roh kudus itu dalam sejarah keselamatan berpuncak pada misteri pasca. Maka nomor dua juga, liturgi itu selalu perayaan misteri pasca. Apapun temanya, apapun pestanya, hari biasa atau pesta atau peringatan wajib, fokus selalu tetap misteri Kristus pada misteri pasca. Kemudian juga sebagai karya roh kudus. Nampak dalam epiklese. Lalu tindakan Kristus dan gereja ini aspek subyek liturgi. Lalu eklesia. Karena dengan ibadat harian atau liturgi itu terbentuklah gereja. Terbangunlah eklesia. Umat beriman yang dipanggil oleh Allah untuk menyembahnya. Dan terakhir dimensi eskato logis. Dalam doa-doa ibadat harian juga aspek. Akhir jaman, kita menantikan kemuliaan yang akan datang, itu semua muncul. Itu aspek eskatologis. Kemudian tekanan khusus pada teologi liturgi harian. Ini sebenarnya nomor dua ya, nomor satu tadi. Ibadat harian sebagai liturgi kristiani. Nomor dua ini tekanan khusus teologi liturgi harian. Ada tiga poin untuk tekanan khusus. Yang pertama liturgi harian mengungkapkan dimensi khusus gereja yang sedang berdoa. Istilah bahasa latin yang terkenal itu Ecclesia Orans. Artinya gereja yang sedang berdoa. Menarik sekali bagi saya ya bahwa kalau ibadat harian didoakan di setiap kelompok. Maka sepanjang waktu itu ada doa. Yang disampaikan, diserukan kepada... Allah di surga. Misalnya kalau tadi pagi kita berdoa ibadat pagi atau laudes di daerah Amerika yang persis di balik bumi kita, mereka sedang doa sore atau doa malam. Kalau itu bersama-sama kan sekaligus di surga itu apa disampaikan doa ipadi doa malam. Di sana, di daerah mana sedang ibadat siang. Di daerah mana sedang Ibadat malam atau ibadat sore dan seterusnya. Jadi sepanjang waktu itu gereja sedang berdoa. Dalam arti keseluruhan dunia, seluruhan bumi ini. Gereja sedang berdoa. Maka kalau kita berdoa ibadat harian, kita ambil bagian dalam gereja yang sedang berdoa. Yang kedua, liturgi harian merupakan pengudusan waktu dan hari. Liturgi harian itu... Menampakkan penebusan Kristus yang kena, yang diterapkan pada waktu dan hari. Ketika berdoa malam misalnya para rahib atau ibadat bacaan. Lalu ibadat pagi, kita ibadat pagi misalnya. Itu hari ini dikuduskan. Yang mengkuduskan bukan rahibnya, bukan kita yang berdoa. Kristusnya. Kristus yang kita... Doakan karena misteri pasca sebagai pusat liturgi itu dihadirkan di tengah dunia. Kristus menebus dunia termasuk ruang dan waktu kita, hari kita. Maka sebenarnya tidak ada hari yang jelek buat kita. Kalau ada orang menikah itu kan biasanya kalau menurut hitungan-hitungan orang bangsa-bangsa, kayak kami di Jawa itu ada hitungan-hitungan hari yang baik. Ya kita biasanya mengikuti saja supaya tidak. Membaca di batu sandungan. Tapi secara kristiani, semua hari itu baik. Karena sudah ditebus oleh Tuhan. Yang ketika liturgi berisi ini. Doa pujian dan permohonan. Biasanya ada islah-islah terang, facar, atau hari baru, atau gelap, dan sebagainya. Misalnya saja, kalau ada ibadat pagi hari Senin, misalnya dinyanyikan, sumber cahaya mulia, yang menerangi dunia, malam kau hentikan sudah, kau terbitkan facar cerah, engkau lah terang sejati. Jadi, terang, malam, facar itu, Sesuatu yang menyimpulkan waktu. Nah ini memang kekasan dari ibadat harian. Selanjutnya kita sampai pada spiritualitas ibadat harian. Dasarnya adalah partisipasi dalam penyerahan diri Kristus kepada Allah Bapak dalam roh kudus. Kalau kita ibadat harian, kita itu ambil bagian dalam doa penyerahan diri Kristus kepada Bapak dalam roh kudus. Jadi kalau kita berdoa itu bukan untuk... supaya kita diberkati pertama-tama tapi ambil bagian dalam doa Kristus yang menyerahkan dirinya kepada Bapak dalam doa hidup Kristian ini makanya suatu proses yang terus menerus untuk menyerupai Kristus, supaya kita semakin seperti Kristus bahkan Kristus hidup dalam diri kita ungkapan peran serta kita dalam tugas gereja yang berdoa Eglisia Orans tadi yang sudah kita jelaskan bersama seluruh umat beriman di muka bumi setiap tempat ada gilirannya tadi sudah saya jelaskan ya kalau sini mungkin pagi, lain tempat ada yang siang lain tempat ada yang sore dan itu kan sekaligus karena bumi ini bulat ya, bentar ya jadi seperti itu Pak Santon Benediktus itu dari Nurusia pernah mengatakan kepada para rahibnya, kalau kalian berdoa tidaknya mens concordat foci, akal budi menyeraskan dengan suara atau doa yang sudah ada. Memang doa-doa itu sudah ada, kata-kata sudah ada di brevirnya, dan kita cuma mengucapkan doa-doa yang barangkali itu rumusan daud, rumusan zaman perjanjian lama. Tapi, Santu Beneditus XVI, Santu Beneditus Nursia mengatakan, supaya kita itu masuk dengan pikiran kita, hati kita, ke rumusan itu. Menyelaraskan Lalu praktek yang diwajibkan Untuk para klerus Ataupun biarawan-biarawati Itu bukan untuk mengganti Doa seolah-olah kalau kita sudah berdoa Lalu awam atau Orang lain atau teman kita Tidak usah berdoa karena sudah saya ganti Tidak, setiap orang itu Harus berdoa Tapi kita memang berdoa Untuk dunia Bukan untuk mengganti mereka, lalu mereka tidak usah doa, bukan. Ini aslinya doa semua umat beriman. Jadi sebenarnya doa berefer itu doa yang mestinya didoakan oleh semua orang, termasuk umat beriman. Bukan hanya para romo atau para suster budir, bukan. Karena ini dalam konsulifatikan kedua disebutkan dengan jelas. Bahwa itu doa semua orang beriman. Hal itu dikatakan misalnya dalam konstitusi liturgi, Sakrosantum Consilium artikel 99, ibadat harian merupakan suara gereja atau suara segenap tubuh mistik yang memuji Allah secara resmi. Lalu secara eksplisit disebut dalam artikel 100, dianjurkan para awam pun mendaras ibadat harian. Entah bersama imam, entah mereka sendiri, atau bahkan perorangan. Jadi memang jelas konsulifatikan kedua meminta semua umat beriman juga biasa mendoakan ibadat harian. Segera selesai bahan untuk ibadat harian, kita masuk ke perayaan sabda. Perayaan sabda. Jadi, Ada tiga bidang, sudah jelaskan nomor sebalik liturgi eksakramen, lalu liturgi harian, yang sudah saya lanjutkan tadi, yang terakhir ini liturgi sabda atau perayaan sabda. Peristilan dan macamnya. Kita mengenal beberapa istilah, ada perayaan sabda. Perayaan sabda ini mencakup liturgi sabda dan ibadat sabda. Kata perayaan sabda itu lebih luas. Liturgi sabda. Itu di mana? Itu dalam Prayani Karisti. Prayani Karisti itu kan terbagi atas Atas ritus membuka, liturgi sabda, liturgi ekaristi, lalu ritus penutup. Tapi ada ibadat sabda. Nah, istilah ibadat sabda itu lepas dari perayaan ekaristi. Ibadat sabda dibimbing prodiakon, ibadat sabda dibimbing oleh frater, suster, katekis. Itu ibadat sabda. Maka eksplisi di sini disebut, liturgi sabda bagian perayaan ekaristi. Resmi makanya ibadat Sabda memang tidak resmi, karena itu bisa dipimpin oleh awam. Sebenarnya catatan bacaan misal bisa dibaca di buku halaman 221-224, mau dibaca sendiri. Nanti dalam forum Zoom Meeting saya akan menanyakan. Tapi intinya cara mengetahui tahun A, B, dan C itu gampang. Tahun A, B, dan C itu gampang sekali. Yaitu tahun yang habis dibagi 3 itu mesti tahun C. Tahun yang habis dibagi 3 itu mesti C. Ya contohnya tahun 2019 tahun lalu itu habis dibagi 3. Kalau 2019 coba kalian bagi 3 pasti habis. Nah itu tahun C. Karena tahun kemarin tahun C ini pasti tahun A. Kalau dalam hitungan 2020 dibagi 3 ya. 6, 7, 3, 1, 1, 1, 1, atau 3, 3, 3, 3, itu berarti tahun A. Kalau 6, 6, 6, 6, tahun B. Kalau tahun C pasti habis dibagi 3. Untuk tahun bacaan pertama, untuk bacaan harian, misal harian itu kan ada tahun A, ada tahun 1, dan tahun 2. Gampang untuk memilihnya. Pokoknya sesuai dengan tahun takwim. Kalau tahun takwim itu misalnya 2020 ini kan genap, berarti pakai bacaan kedua. Kalau 2021, 2021 tuh kasal atau ganjil loh, maka tahun pertama. Nggak sulit ya. Yang lain tolong dibaca sendiri dalam buku. Kita suci dalam gereja. Abad pertengahan hingga awal abad 20, kita suci itu kurang mendapat perhatian. Pada waktu itu yang penting kutbah, kutbah moral, tapi tidak sering ada hubungannya dengan kitab suci. Dengan konsulifatikan kedua berkat gerakan dialog ekumenis dengan teman-teman protestan, kitab suci mendapat penghargaan kembali dalam gereja katolik. Lalu konsulifatikan kedua memerintahkan agar semua perayaan liturgi dan ibadat selalu menggunakan, yang lemusatkan juga pada... Kitab suci, bacaan-bacaan Harus dari kitab suci Jadi gak boleh kalau misal Itu bacaan pertama atau kedua Diambil dari konstitusi Demikianlah sabda Tuhan Konstitusi kok Sabda Tuhan Maka harus kitab suci Deferbum artikel 21 Menyebut kitab suci dan transisi suci itu Norma iman gereja Sedangkan dalam konstitusi liturgi artikel 35, kitab suci menjadi berpewartahan gereja. Penting supaya bacaan itu harus dari kitab suci. Kalau misa, bahkan misa khusus kordo kongregasi, tetap tidak diperkenankan kalau misa kudus bacaannya non-kitab suci. Kadang saya masih mengalami ada perayaan liturgi. Nisa Kudus oleh sekelompok Romo, sebuah kelompok religius bacaan pertamanya itu dari konstitusi atau suster juga pernah itu tidak sesuai dengan Fatikan kedua selanjutnya teologi sabda, teologi sabda intinya mau menyatakan pertama sabda Allah itu penuh daya, kata-kata Allah itu adalah dabar sabda dalam kitab suci itu artinya dabar bahasa Ibrani artinya sabda yang tidak tidak terpisahkan dari isi kalau Allah bersabda jadilah ingat kita perjadian ya Allah berfirman jadilah terang maka terang itu jadi apa yang dikatakan Allah itu langsung berdaya berdaya berubah sabda itu berdaya guna berdaya ubah Kayak Isaiah 55 ayat 10-11 itu ya. Ingat nggak? Bahas text-nya. Dalam text itu disebutkan begini. Sebab seperti hujan dan salju turun dari langit, Dan tidak kembali ke situ, melainkan mengairi bumi, membuatnya subur dan menumbuhkan tubuh-tubuhan, memberikan benih kepada penabur dan roti kepada yang mau makan. Demikianlah firmanku yang keluar dari mulutku. Ia tidak akan kembali kepadaku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang ku kehendaki dan akan berhasil dalam apa yang ku inginkan. kusuhkan kepadanya. Sabda Allah itu gak pernah kembali dengan sia-sia. Begitu disabdakan, itu efektif, berdaya guna. Baru dalam bahasa kita sehari-hari saja ya, kalau kita itu berjanji pada orang, besok aku datang ya, itu orang sudah percaya bahwa dia akan memenuhi. Kalau misalnya teman yang baik, lalu ya menyiapkan masak apa, atau orang sering Sekarang suka modelnya kita makan di luar, udah nyiapin uang untuk makan bersama. Jadi walaupun cuma melalui perkataan manusia biasa teman-teman saja, kita sudah percaya apalagi ini yang berbicara adalah Tuhan. Pasti meyakinkan, pasti tidak menipu. Nah dalam perjanjian baru, sabda Allah ini bukan hanya efektif, tapi menjadi manusia. Firman telah menjadi manusia dan... tinggal di antara kita. Yaudah sebab satu wayat 14 ya, mengenai penjilmaan Allah yang menjadi manusia dan manusia kemudian dan manusia itu adalah Yesus Kristus Tuhan kita, Sang Manusia Sabda. Ya, lanjut. Kristus hadir dalam perayaan Sabda. Ini poin kedua dari teologi tadi. Pertama, Pertama tadi ya, yang sabda Allah benuh daya. Yang kedua, ini angka duanya kok hilang kemana ini. Kristus hadir dalam perayaan sabda. Artinya apa? Sabda Allah itu melahirkan gereja. Tapi dari gereja juga diwartakan sabda Allah. Jadi ada hubungan timbal balik. Bagaimana misalnya gereja lahir dari sabda? Itu misalnya dalam kisah Rasul. bab 2 ketika Santo Petrus dan para rasul mewartakan sabda Allah yaitu berita wafat kebangkitan Kristus Tuhan sebagai penyelamat orang-orang mendengarkan dan karena gerakan roh kudus, karena pencurahan roh kudus dan karunia roh kudus orang-orang kemudian menanggapi sabda itu mereka percaya dan bertobat di baptis dan mulai hari itu terbentuklah atau berita terkini Jadilah umat yang sampai ribuan itu. Karena sabda Allah. Dalam satu sakrosantum konsilium artikel 7 dikatakan kehadiran Kristus itu kehadiran dalam sabda. Kristus ketika bersabda, maaf, ketika kitab suci dibacakan maka Kristus sendiri yang berbicara. Maksudnya begitu. Kewaraan sabda juga bersifat sakramental. Artinya menghadirkan. Allah sendiri. Kalau kita mewartakan sabda, membaca kitab kunci, romoh, itu Allah bekerja dalam bentuk simbol yang kita terima dalam bentuk pendengaran dan sebagainya, tapi sekaligus karya itu berdaya efektif dalam hidup kita. Proses bagaimana bahasa manusia menjadi medan komunikasi Allah, bukannya Allah. Bukannya kita belajar bahasa Allah, supaya kita tahu Allah, tapi kebalikan. Allah menjadi manusia, Allah menggunakan bahasa kita, agar bahasa kita ini menjadi sarana untuk perjumpaan dengan Allah. Allah yang ngalah, Allah yang turun, Allah yang mencari, Allah yang menggunakan bahasa kita. Bukan kita mempelajari bahasa Allah. Allah berbicara dengan kita, dengan bahasa kita, dengan pengalaman-pengalaman sehari-hari kita. Tidak pakai pengalaman istimewa atau khusus, nggak ada itu. Selalu pengalaman yang dapat dialami secara interami. Ini slide terakhir berkaitan dengan pertanyaan apakah komunisasi boleh diadakan di luar misal. Dari sisi, nanti kita akan melihat ya. Dari sisi pengalaman pastoral sendiri, badat sabda di luar misah itu sering terjadi. Kalau di stasi yang jauh dari paroki, di tempat-tempat teman-teman yang kayak di Sulawesi, di Kalimantan, yang pedalaman itu kan imam tidak hadir, pastor tidak hadir. Maka ada ibadat sabda dibimbing oleh pemimpin atau oleh prodiakon atau oleh siapa ya di daerah itu. Dan itu merupakan ibadat sabda, itu merupakan ibadat yang baik, jangan direndahkan. Memang perayaan ekarisi itu puncaknya, tidak ada yang mengalahkan. Tapi ibadat sabda juga ibadat yang baik. Kalau umat tidak bisa merayakan ekarisi, malah gereja menganjurkan ibadat ini. Ada pada konstitusi liturgi artikel 35 ayat paragraf 4 ini. Pertanyaan yang diajukan adalah apakah boleh komuni itu diadakan, diberikan pada saat ibadat sabda, khususnya perayaan ekarisi. Berasal dari hari Minggu, di stasi-stasi yang saya sebut tadi di pedalaman, tempat-tempat yang jauh. Jawabannya begini, dari sisi teologis-liturgis itu tidak ideal. Karena apa? Karena komunik itu sebagai kesatuan atau tak terpisahkan dengan doa syukur agung. Komunik itu, penerimaan hostis suci itu adalah partisipasi secara personal, eglisial dari masing-masing umat. Dalam... Peristiwa penyelamatan Tuhan yang dihadirkan dalam doa syukur agung. Maka doa syukur agung dan komun itu satu rangkaian yang tak terpisah. Nanti kalau kita belajar liturgi Ekaristi di kuliah Ekaristi, akan kami jelaskan bagaimana DSA, doa syukur agung dan komun itu tidak bisa dipisahkan. Tetapi gereja juga punya praktek yang cukup tua, yaitu pengiriman komun. Praktek ada atau ada praktek dalam gereja memberikan kumuni di luar perayaan nekaris itu biasanya untuk kasus-kasus darurat atau kasus-kasus yang umat tidak bisa ikut misal karena terhambat. Entah karena fisik, geografi, misalnya bayangkan kalau pada waktu gereja dianiaya lalu banyak orang gereja dipendara. dan gak mungkin mengadakan misal. Lalu ada yang diutus biasanya untuk memberikan komuni di penjara. Ya entah bagaimana caranya. Maka kalau praktek sekarang masih ada ya, mengirim komuni untuk orang sakit, untuk yang lansia, bahkan dalam masa pandemi ini, juga untuk yang sudah lanjut tidak diseyukyakan hadir di... gereja untuk misal offline untuk mencegah atau juga untuk bersikap agar tidak terjadi penularan maka mereka ini layak dan penting dan perlu saya dukung itu untuk mendapat komunikasi dikirim komunikasi dalam perayaan Sabda hari Minggu yang jauh dari Roma tidak ada pastor lalu dipimpin ibadat Sabdanya dipimpin oleh seorang pemimpin prodiakon atau siapa itu boleh menerimakan komuni sesudah selesai misalnya doa Bapak kami tapi tanpa doa syukur agung lalu boleh menerima komuni komuni yang tentu saja sudah diberkati sudah dikonsagri oleh Romo entah kapan atau mungkin dibawa langsung dari gereja paroke yang diambil nah itu soal teknis yang bisa diatur jadi begitu secara Teologis-liturgis tidak ideal, tapi secara pastoral dimungkinkan bisa diterima. Begitu saya kira cukup untuk penjelasan saya. Sampai jumpa dalam pertemuan Zoom Meeting. Sampai jumpa. Terima kasih untuk semuanya.