Hai, selamat datang di TML Podcast, A Standpoint, bersama saya Eloy Zaluhu, hadir untuk menolong individu menemukan tujuan hidup dan potensi terbaiknya sehingga berkarya dengan penuh gairah. Kemudian dilatih menjadi pemimpin terbaik di bidang masing-masing untuk hasil yang 10 kali lebih baik demi kesejahteraan bersama. Yes, kembali bersama dengan saya Eloy Zaluku di TML Podcast.
Bagi kamu yang baru saja bergabung, welcome. Dan teman-teman millennials atau gen Y, gen Z, dan gen Alpha dimanapun berada, bersambung doa semuanya sehat, sukses, dan bahagia. Pada episode yang lalu kita sudah berbicara tentang pemimpin sejati versus manipulator terlatih dan saya sangat berharap seperti yang saya sampaikan di ujung podcast itu semua kita komitmen to become a true leader yaitu pemimpin yang sejati dengan hasil 10 kali lebih baik demi kesejahteraan bersama namun saya memahami Kalau ada di antara teman-teman yang kemudian menjadi skeptik dengan istilah pemimpin sejati itu.
Kenapa? Karena realita di lapangan memang sangat tidak mudah untuk menjalani praktik kepemimpinan kita dengan prinsip-prinsip yang sudah mulai saya bukakan sebagai standpoint dari TML, Theocentric Motivation. dan leadership.
Maka kali ini saya akan masuk lebih dalam menjelaskan mengenai definisi kepemimpinan sejati yang saya maksudkan. Dan itu nanti tentang dua sisi kepemimpinan. Dua sisi ini urutannya tidak boleh tertukar. Teman-teman bisa membayangkan koin dengan dua sisi.
Jadi sisi A harus ditemani oleh sisi B. Tetapi sisi B... Harus didahului oleh sisi A, tidak boleh hanya salah satunya. Nah sisi A itu adalah tentang values driven leadership.
Artinya kepemimpinan yang didorong berdasarkan berlandaskan values yaitu prinsip nilai. Disinilah prinsip teosentris itu spiritual menjadi penting yaitu Tuhan sebagai pusat dari segala sesuatu yang kita pikirkan, yang kita putuskan, dan kita kerjakan sebagai seorang pemimpin bersama dengan orang-orang yang ada di dalam tim yang dipercayakan kepada kita. So, teman-teman, itu sisi A. Kemudian ada sisi B, yaitu results-based leadership.
atau performance driven leadership. Values driven itu berbicara mengenai theocentris atau spiritual tentang Tuhan. Tetapi sisi yang kedua itu adalah transformasional.
Ini tentang kinerja, performa. Dua sisi kepemimpinan ini, sisi A dan sisi B. Values driven leadership yaitu karakter.
Theocentris, spiritualitas ada disini. Bicara tentang servant leadership, bicara tentang authentic leadership ada disini. Sementara sisi yang kedua, results based leadership, performance based leadership.
Ini mengenai hasil, ini mengenai kinerja, mengenai performance. Ini dua-duanya penting. Disana ada yang disebut strategic leadership.
Disana ada yang disebut dengan change leadership. Saya sudah bahas ini lebih lengkap di dalam buku LHCT Leadership Habits and Culture Transformation. Jadi dua-duanya penting. Tidak boleh hanya ada salah satu dan juga urutannya tidak boleh berubah. Begini loh teman-teman.
Kalau kamu itu seorang yang jujur tetapi tidak punya skill dalam bidang yang dibutuhkan oleh Perusahaan dimana saya memimpin misalnya. Maka kita bisa berteman tetapi kamu tidak bisa menjadi bagian dari tim kerja saya. Kenapa?
Karena kamu tidak punya skillnya. Kamu tidak punya kompetensinya. Karakternya bagus, kompetensinya tapi tidak ada.
Tetapi kamu bisa punya kompetensi yang bagus banget Pengalamannya banyak Dari sekolah terbaik dunia Tetapi kalau kamu tidak punya karakter yang baik Tidak punya values, prinsip yang baik Artinya kamu tidak jujur Tidak bisa dipegang kata-katanya Karena commitmentnya Konsistensinya dipertanyakan Maka saya juga tidak mau bekerja sama denganmu Why? Karena hanya menunggu waktu Saya pun akan jadi korban Jadi itulah sebab kenapa pemimpin sejati, true leader harus punya sisi yang pertama. Yaitu values, prinsip, standpoint.
Tetapi juga harus punya results based. Harus ada performance-nya. Justru kalau ada orang mengatakan, aku pemimpin sejati.
Tetapi kamu melihat hasil kerjanya kok payah. Selama berbulan-bulan bertahun-tahun kok gak ada improvement. Sama seperti buku yang saya tulis pada tahun 2016 yang lalu.
Saya mengatakan leaders itu selalu drive change and improve performance. Itulah true leader yang kita maksudkan. Itulah kepemimpinan sejati yang kita maksudkan.
Sehingga nanti produksinya naik, hasilnya naik. Turnover dari anggota timnya itu menurun. Lalu bisa ada customer satisfaction.
Ada kepuasan dan loyalitas customer. Ada yang namanya employee engagement. Ada yang namanya relasi yang baik dengan supplier. Dan seterusnya, dan seterusnya. So, teman-teman.
Dua sisi kepemimpinan. Yaitu values driven leadership. Dan results based leadership. Adalah yang disebut dengan kepemimpinan sejati. True leader.
Dan itulah yang kemudian menjadi keinginan kita bersama. Bertumbuh. Melatih diri menjadi pemimpin sejati itu.
Sejak tahun 2005, kami sudah melayani lebih dari 200 perusahaan di berbagai tempat di Indonesia ini. Entah itu multinational companies atau perusahaan nasional, BUMN, kementerian, lembaga pemerintahan, dan seterusnya, dan seterusnya. Yaitu bahwa ada kesalahan dari sebagian besar pelatihan. Dan buku-buku kepemimpinan selama ini, apa itu terlalu berfokus pada kompetensi, strategi, teknik, dan taktik manajemen, lalu mengabaikan esensi terpenting dari kepemimpinan? Karena saya sudah menanyakan ini di berbagai kelas pelatihan yang kami isi selama ini.
Dan amazingly, banyak orang yang ternyata belum pada pemikiran ini. Yaitu apa? Esensi terpenting dari kepemimpinan.
Bukan teknik manajemen. Esensi kepemimpinan adalah diri si pemimpin itu. Maka berarti sebelum kita berlatih tentang ilmu manajemen. Strategi. Critical thinking.
Problem solving. Decision making. Kita harus terlebih dahulu mengerti dulu mengenai natur dari manusia. Jadi manusia itu ternyata ada tiga esensi teman-teman.
Yang pertama adalah spirit. Yang kedua. soul. Yang ketiga body.
Nah di dalam spirit di lain kesempatan nanti kita akan bahas mengenai kardia dan sunnidesis. Tetapi kemudian di level soul itu berbicara mengenai tiga. Mind pikiran, emotion emosi perasaan, dan will atau kehendak. Lalu di level body tubuh itu kita berbicara mengenai senses panca indera Kita berbicara mengenai organ-organ tubuh kita Dan kita berbicara mengenai sistem Di dalam diri kita ini Di dalam tubuh kita ini Nah tiga-tiganya mesti kita pahami Jadi teman-teman Memang generasi X Saya generasi X Generasi Y Generasi Z Dan generasi Alpha Sampai hari ini Ini berada di dalam spirit postmodernisme Yang mana tadi itu Skeptis terhadap berbagai macam Standpoint atau prinsip Dan terlalu subjektif Sehingga lebih mengedepankan apa yang dirasa Apa yang dipihir Dan disinilah kemudian muncul yang disebut relativisme Bahwa tidak ada lagi standpoint Apa yang selama ini kita anggap sebagai rambu-rambu Untuk kita bisa menjalankan kehidupan Dan kepemimpinan Itu kemudian menjadi cair dan tidak ada lagi yang menjadi koridor atau rail. Tetapi TML Podcast hadir untuk kemudian mengatakan, hey, lihat apa yang ada di sekeliling kita.
Dan ada hal-hal prinsip-prinsip standpoint yang harus kita pegang bersama. Jikalau tidak, maka yang sebelumnya tadi saya sampaikan, ada yang salah ini. Maka kesalahan itu akan semakin membesar. Nah sekarang teman-teman mari kita lihat dua contoh ya. Di dalam film berjudul The Wolf of...
Wall Street Jordan Belford yang diperankan oleh Leonardo DiCaprio memulai karir di Wall Street dari tingkat paling bawah dan ternyata gagal di awal karir. Ia kembali berjuang. Dia menunjukkan hasil dari bisnis yang dibangunnya dengan kerja keras dan kepandainya.
Dirinya mendapatkan banyak harta dan ketenaran. Ia pun mendapatkan banyak teman. Namun, di ujung, teman-teman bisa menyaksikan dari film itu. Ia ditangkap dan dijebloskan ke dalam penjara karena penipuan dan kejahatan bisnis yang dilakukannya.
Berbeda lagi dengan kisah Rajat Gupta yang dilahirkan di Kalkuta dan menjadi yatim piatu sejak remaja. Apa yang dirahi oleh Gupta teman-teman sungguh fenomenal. Gupta menjadi CEO McKinsey, perusahaan konsultan paling bergensi di dunia.
Ia pensiun pada tahun 2007 dan memperoleh posisi di PBB serta Forum Ekonomi Dunia. Bayangkan itu. Ia berpartner dengan salah satu orang terkaya di dunia, yaitu Bill Gates.
Ia menjabat sebagai Dewan Direksi di lima perusahaan publik. Dari daerah Kumuh di Kalkuta, Gupta menjadi salah satu pengusaha paling sukses di dunia. Kesuksesannya mendatangkan kekayaan, teman-teman. Pada tahun 2008, Gupta dilaporkan memiliki kekayaan sebesar 100 juta USD.
Jumlah yang tak terbayangkan bagi sebagian besar orang. 5% dari keuntungan tahunannya menghasilkan hampir 600 dolar per jam. Dengan penghasilan sebanyak itu, tanpa harus bekerja lagi, Gupta bisa melakukan apapun yang ia inginkan. Tetapi teman-teman, Gupta bukan hanya ingin menjadi jutawan, dia ingin menjadi miliarder dalam kursus dolar.
Dan ia sangat menginginkannya. Apa yang terjadi kemudian? Gupta duduk sebagai Dewan Direksi di Goldman Sachs. Sebuah perusahaan bank investasi dan jasa keuangan multinasional asal Amerika yang berkantor pusat di New York City.
Dengan itu, Gupta dikelilingi beberapa investor terkaya dunia. Benar. Gupta menemukan pekerjaan sampingan yang menguntungkan. Pada tahun 2008, Goldman Sachs menghadapi krisis keuangan.
Warren Buffett, salah satu orang terkaya dunia, berencana menginvestasikan 5 miliar dolar ke bank investasi itu agar tetap bertahan. Sebagai anggota Dewan Goldman, Gupta mengetahui transaksi ini sebelum publik tahu. Sebuah informasi yang sangat berharga bukan?
Keberlangsungan hidup Goldman diragukan dan dukungan Warren Buffett pasti akan membuat sahamnya melonjak. Teman-teman, 16 detik setelah mengetahui kesepakatan itu, Gupta menghubungi manajer investasinya bernama Raj Raja Ratnam. Pembicaraan tidak direkam, tapi Raja Ratnam tiba-tiba membeli 175 ribu saham Goldman Sachs.
Teman-teman, bisa menebak. Apa yang telah mereka diskusikan? Kesepakatan Buffett-Goldman diumumkan kepada publik beberapa jam kemudian dan saham Goldman melonjak.
Teman-teman, Gupta menghasilkan keuntungan 17 juta dolar. Dalam hitungan jam loh itu, Gupta dengan insider tradingnya bersama Raj memperoleh 205... 45 miliar uang yang mudah diperoleh oleh Gupta dan Raja Ratman.
Namun akhirnya mereka berdua dipenjarakan. Karena permainan orang dalam atau insider trading. Sehingga karir dan reputasi mereka hancur. Nah teman-teman kisah seperti ini banyak banget. Termasuk di negara kita.
Gak perlu sebut nama lah. Terlalu banyak untuk kita sebut. Pertanyaan yang perlu direnungkan mengapa Jordan Belford dan Rajad Gupta beserta miliar orang di sepanjang sejarah umat manusia termasuk hari ini di negeri tercinta ini jatuh dalam keserakahan yang sama.
Dan jangan-jangan kita juga bagian dari semua ini walau mungkin beberapa di antara kita sedang tidak menyadarinya atau belum ketangkap aja. Mengapa bisa begitu? Teman-teman sebagai penutup dari podcast kita kali ini. Karena pencapaian dunia tidak berbeda dengan alkoholisme atau penyalahgunaan narkoba teman-teman.
Bahkan jauh lebih berbahaya karena dunia memuja dan mendewakannya. Kita sudah berbicara mengenai dua sisi dari kepemimpinan. Ketika saya berbicara mengenai kepemimpinan sejati, true leadership, maka itu ada sisi A dan sisi B. Sisi A, values driven leadership.
Itu mengenai prinsip nilai, kejujuran, integritas, kerja keras, kerja ikhlas. Tetapi ada sisi yang kedua, yang namanya results based leadership atau performance based. Leadership itu juga penting banget. Kalau yang di awal adalah theocentrist, yang kedua ini adalah transformasional.
Maka saya menyebut theocentrist and transformational leadership. Itulah dua sisi kepemimpinan yang kita simpulkan sebagai kepemimpinan sejati. Dan dua-duanya harus hadir, dua-duanya harus ada. Dan itulah perjuangan kita bersama. Bukan berarti saya sudah bisa menghidupinya, saya juga dalam proses untuk terus berlatih dan belajar.
Tapi teman-teman, ayo kita bergandengan tangan. Ingin melihat dunia yang lebih baik, ingin melihat perusahaan yang lebih baik, yang hasilnya 10 kali lebih baik, demi kesejahteraan bersama, Theocentric Motivation and Leadership. Menjadi sebuah standpoint, dan harapanku untukmu, kamu juga punya standpoint sendiri. Tapi kalau kamu belum punya, pertimbangkan.
TML sebagai standpoint untuk menjalani hidup dan kepemimpinan yang betul-betul bermakna. Sampai jumpa di podcast berikutnya. Pastikan kamu sudah like, share, dan subscribe.
Dan nyalakan loncengnya supaya kamu tidak ketinggalan video-video yang akan terus kami bagikan. Ukir jejakmu. Terima kasih telah menonton