Selamat datang kembali kita ucapkan untuk kamu semua yang baru bergabung di acara Evening Alumni Association Indonesia atau CAI dan jangan lupa sesaat lagi kita akan bergabung dengan topik yang akan kita bahas mengenai Scoreship Essays, Breaking Down Scoresification and Techniques in Essay Structures. Tapi jangan lupa ada protokol ruang CAI sharing ini yang harus dipatuhi tentunya. Yang pertama peserta diwajibkan mengubah nama sesuai dengan nama lengkap saat pendaftaran.
Serta diwajibkan untuk mematikan audio dan video saat acara berlangsung kecuali diperkenankan oleh pemandu acara. Dan silakan mengisi daftar hadir yang disiapkan panitia di kotak pesan. Dan ini yang keempat, panitia tidak menyediakan sertifikat pada acara ini.
Jadi silakan fokus untuk menikmati diskusinya. Oke, yang jelas untuk 11 Oktober 2020 ini kita tentunya selalu memiliki formula 3... orang yang akan hadir, dua sebagai pembicara dan satu orang moderator.
Yang pertama adalah Pernah Sapira Enfield in Environmental Policy, lulusan dari University of Cambridge, Jardang Scholar, dan ini merupakan lulusan atau juga chiefening angkatan 2017-2018, dan juga saat ini sebagai Indonesia mengglobal mentor untuk tahun 2020. Lalu yang kedua nanti yang akan menjadi pembicara adalah Sally Pristin. MSc in Social Development Practice dari The Barthet University College London, UCL, yang merupakan Chevening Scholar dari 2015-2016, juga Indonesia meng-global mentor di tahun 2018. Nantinya akan menjadi moderator adalah yang paling fresh from the oven, Rio Tuasikal, yang merupakan saat ini sedang akan menempuh MA in Media and Communication. di Goldsmith University of London, Chiffoning Scholar 2020-2021. Ini baru sampai London ya, Rio.
Rio ini adalah merupakan Indonesia mengglobalmenti 2018. Oke, sepertinya sudah sedikit lewat satu menit dari 15.15 di Jamping Kuduang. Misalnya saya serah terima kasih kepada Rio Tuasikal yang segera akan berimitator dan memanggil para pembicaraan. Silakan Rio. Ya, makasih Mas Akhir dan halo teman-teman semua, selamat sore waktu Indonesia dan selamat pagi waktu Inggris.
Selamat bergabung buat yang di Zoom dan selamat bergabung buat yang di YouTube. Gimana kabarnya hari ini? Semoga baik-baik aja dan mewakili teman-teman panitia dari CAI, mengucapkan terima kasih buat teman-teman yang sudah datang dan bergabung.
Teman-teman, kita tahu bahwa SI menjadi salah satu momok bagi pelamar beasiswa, termasuk pelamar beasiswa Sheffening. Dalam sesi kolaborasi CAI dan Indonesia Mengglobal ini, kita akan belajar langsung merespon pertanyaan esai dan menuliskannya ke dalam sebuah esai yang tidak hanya kuat, tapi juga memikat. Nah, bagi teman-teman yang akan daftar shafening tahun ini, deadline-nya akan ditutup awal bulan depan ya.
Masih ada beberapa minggu lagi, dan semoga bisa dapat banyak insights dari sesi sore ini. Pastinya kita akan belajar banyak sih, kalau menurut saya, karena... kita akan belajar langsung dari dua ahlinya penulisan SI. Ada Kak Pina yang bergabung dari Cambridge. Halo Kak Pina, say hi.
Dan ada Kak Shaly yang bergabung dari Jakarta. Sedikit rahasia aja bahwa Kak Shaly adalah mentor saya pas pendaftaran Chevening, dan ketemunya di program Indonesia Mengglobal. Jadi saya jamin suramin kombinasi keduanya pasti akan keren banget.
Nah teman-teman, pengingat aja bahwa sesi hari ini dibagi dua. yang pertama adalah panel dengan Kak Pina dan Kak Shaly yang dilanjut dengan pedah SI dan kedua nanti teman-teman peserta akan dibagi ke banyak breakout room dimana disana ada dua fasilitator yang bisa menjawab pertanyaan atau kebutuhan masing-masing soal SI dan untuk yang mau bertanya secara tertulis bisa langsung ke chatbox di Zoom dan Youtube tapi jangan kirim personal chat ke para mentor atau fasilitator ya nanti kami akan pilih pertanyaannya dan jawab ketika sesi tanya-jawab. Dan untuk minggu ini kita nggak ada link ke Pigeon Hall. Alright, kita langsung masuk ke yang pertama.
Menulis esai itu susah-susah gampang, dan hal ini sebenarnya bisa dibongkar ya, diatasi dengan cara membongkar pertanyaan esai, dan mengidentifikasi harapan para pemberi beasiswa. Untuk itu, kita akan langsung aja ke sesi yang pertama dengan Kapina. yang akan membawakan scholarship questions and writing with impact.
Kak Bina, waktu dan tempat kami silakan. Boleh teman-teman tepuk tangan virtualnya? Terima kasih banyak Mas Rio, selamat sore teman-teman, atau mungkin selamat pagi, selamat malam pada teman-teman yang ada di belahan dunia lainnya. Seperti yang tadi sudah dibilang di bagian perkenalan, aku Pina, aku dulu ambil master di Cambridge pakai Jardine Scholarship.
Jadi aku sedikit penumpang gelap mungkin ya di acara ini, karena aku bukan chevening, tapi aku perwakilan dari Indonesia Mengglobal. Jadi Indonesia Mengglobal ini sendiri. Cakupannya cukup besar, nggak hanya chevening, tapi meliputi berbagai beasiswa dari berbagai negara. Jadi hari ini harapannya tips-tips yang kita kasih nggak hanya apply buat chevening aja, tapi bisa juga buat apply beasiswa-beasiswa lainnya.
Sebelum aku presentasi, mungkin sekilas tentang Indonesia mengglobal. Jadi setiap tahunnya banyak banget acara dan bacaan pemanfaat yang bisa kalian akses tentang kuliah di Indonesia. Jadi kalau... lihat online, lewat website atau lewat instanya. Kalian bisa lihat ada banyak artikel, event, atau bahkan mentoring program untuk membantu kalian dapat kuliah atau beasiswa di luar negeri.
Jadi jangan lupa follow ya, guys. Oke, jadi langsung aja saya akan masuk ke inti presentasi saya hari ini. Jadi hari ini saya akan cover topik scholarship questions and writing with impact. Sebelum masuk ke teknis penulisan, penting sekali untuk kita melihat pemberi, pembiasiswa, mungkin perumpamaannya sebagai investor.
Jadi seorang investor biasanya kan selalu melihat ke depan dan mengevaluasi return of investment atau pengembalian investasinya. CV hanya bisa menunjukkan bahwa kalian eligible atau telah memenuhi syarat. Nah, sebuah personal statement bisa menunjukkan unsur... masa depan tersebut. Gimana caranya?
Jadi pemberi pihak siswa akan melihat sematang apa rencana studi dan rencana karirmu atau bisnis planmu, perumpaannya. Dan juga bagaimana pengalamanmu sebelumnya menunjukkan bahwa rencana tersebut dapat berhasil. Semua itu untuk menjawab pertanyaan are you worth the investment? Atau apakah kamu investasi yang baik?
Dengan mindset ini, lebih mudah untuk kita bisa melihat apakah rencana atau jawaban terhadap pertanyaan pihak siswa sudah cukup matang atau belum. Jadi, apa yang sebenarnya harus diperhatikan atau apa yang ingin seorang pemberi pihak siswa ketahui? Tiga hal yang saya highlight di bawah ini adalah, pertama, se-realistis apa rencana kalian dan apakah memang bisa digapai?
How realistic? and achievable your goals are, sematang apa rencana kalian, dan apakah sudah dipikirkan dan diriset dengan baik. Ketiga, apakah rencana kalian pas dengan objektif yang mereka punya sebagai pemberi pihak siswa. Di slide ini, ada ragam pertanyaan yang ditanyakan pemberi pihak siswa untuk studi di Inggris.
Beberapa lumayan mirip. Jadi kayak ada leadership, ada careers. Plans biasanya pasti ada.
Tapi poin yang aku ingin sampaikan dari slide ini adalah terkadang kalau kita jawab pertanyaan, kita sering lupa bahwa semua jawaban itu harus terhubung dan menjawab apakah kalian memenuhi kriteria mahasiswa yang diinginkan oleh pemberi beasiswa. Di slide berikutnya, saya akan meng-highlight apa yang selalu harus ada di benak kalian ketika menjawab pertanyaan-pertanyaan ini. Karena jawaban tidak bisa terlepas.
Dari kerangka besar atau goal besar kalian apa dan objektif ataupun kriteria pemberi beasiswa apa. Jadi tiga hal yang harus kalian sudah tahu sebelum menjawab pertanyaan beasiswa tadi adalah pertama, goal kalian apa? Apakah goal kalian smart?
Is it specific, measurable, achievable, realistic, time-bound? Kedua, Bagaimana kursus yang kalian ambil bisa membantu mencapai goal tersebut? Ketiga, apakah karakteristik beasiswa yang kalian tuju dan bagaimana goal kalian tadi bisa memenuhi objektif pemberi beasiswa? Ketiga hal tersebut harus bisa kalian tunjukkan di setiap jawaban-jawaban yang kalian kasih ketika kalian mengisi application form.
Aku kasih beberapa contoh mungkin ya untuk pertama smart goals itu gimana. Jadi ini adalah contoh bagaimana merubah goal yang mungkin kurang smart jadi goal yang lebih smart. Di sini goalnya sebelumnya adalah, I would like to improve the way Indonesia integrates international law into its national legal system.
Sayangnya, goal ini tidak spesifik dan kurang achievable. Jadi pertanyaannya, apakah iya suatu orang ini bisa memperbaiki sistem hukum Indonesia yang lumayan besar ini dengan mengikuti program master's di Inggris? Dan dalam kapasitas apa? Apa short term dan long term?
goal orang ini. Ini semua masih belum jelas. Jadi setelah goal ini kita bikin lebih smart, hal ini jadi jauh lebih jelas. Dia ingin kerja di universitas, goal yang cukup achievable, goal ini ada time bound-nya, ada after the course sama 10 years-nya, dan cukup spesifik apa yang ingin dia lakukan setelah course-nya selesai, dan bagaimana course yang dia tuju bisa membantu.
Hal lain yang harus kita lakukan adalah menghubungkan tadi yang saya bilang. Ini adalah contoh jawaban pertanyaan mengenai community service untuk kandidat yang sama. Jadi pertanyaannya adalah, describe areas of community involvement that the applicant has been or still active in.
Jadi mungkin bisa quickly kalian melihat jawabannya ini. Jadi jawabannya di sini menurut saya sih lumayan bagus karena jawaban dia tidak hanya menjawab pertanyaan mengenai pengabdian masyarakat, tapi menunjukkan juga bahwa dia orangnya berpikir kritis dan jawabannya berhubungan dengan smart goal dan career plannya tadi, dan ada konsistensi dalam keterlibatan dalam pendidikan. Tadi dia bilang dia mau jadi dosen gitu kan. Hal ini juga berhubungan dengan apa yang dicari pemberian beasiswa.
Dalam hal ini, pemberian beasiswa menginginkan orang yang sangat ingin atau passionate berkontribusi pada negaranya. Jadi, ketika kalian menjawab pertanyaan, jangan cuma jawab pertanyaannya saja, tapi go beyond. Dan jawaban yang contoh ini goes beyond the actual question itself.
Gimana sih caranya kita bisa menemukan karakteristik beasiswa? Mungkin saya nggak akan masuk satu persatu ke semua beasiswa, tapi mungkin saya bisa kasih tips-tips general, cari tahu. Pertama, tentunya jahit situs pemberi beasiswa dengan baik. Kadang-kadang ada banyak info yang lumayan terselebung di balik tautan-tautan yang tidak selalu ada di halaman depan pemberi beasiswa. Tanya alumni, bisa lewat LinkedIn, kepoin aja.
Atau artikel Indonesia mengglobal, ada banyak banget kisah-kisah orang berhasil. Atau mungkin reach out ke mentor kalian. Atau juga bisa reach out ke perhimpunan pelajar.
Contohnya, aku tahu kalau misalnya kalian reach out ke PPE Cambridge, bisa dihubungkan dengan alumni yang berhubungan dengan course yang kalian ingin tuju. Jadi, reach out aja, nggak ada salahnya, tapi jangan lupa yang sopan ya. Last but not least, Google, Google, Google adalah kuncinya. Banyak banget informasi yang ada di internet yang bisa bantu kalian, tapi memang terkadang memang nggak eksplisit yang dikasih tahu apa yang diinginkan oleh pemberi beasiswa. Tapi itu bisa dilihat dari banyak hal.
Jadi contohnya mereka ingin kamu balik ke negara asal nggak, kalau iya mereka biasanya mengedepankan orang-orang yang bakal balik berkontribusi ke negara asalnya. kasih beberapa contoh scholarship karakteristik yang saya temui. Jadi pemberian bisniswa ada yang cari orang yang akan kembali dan berkontribusi ke negara asalnya, ada pemberian bisniswa yang cari orang yang riset berhubungan dengan topik prioritasnya dia, atau dia sekedar cari orang-orang yang bakal jadi leaders di field mereka.
Setelah meng-cover goal dan career plan tadi, dan sebelum masuk ke Star nantinya yang akan di-cover oleh Kakak Shelly, yang bisa bantu struktur jawaban kalian, saya ada beberapa tips penulisan esai. Pertama adalah, show, don't tell. Seringkali, kita mengklaim bahwa kita punya skill tertentu tanpa menunjukkan bukti.
Karena tanpa bukti itu, sebenarnya itu cuma opini kalian sendiri. Semakin kalian bisa banyak menunjukkan bukti, semakin baik. Ini adalah contoh lainnya.
Jadi sering banget kita bilang kita passionate atau have always wanted to do something. Apakah iya? Daripada kalian bilang misalnya kalian passionate, tunjukkan bahwa pengalaman kalian apa aja yang telah menunjukkan kalian mempunyai passion tersebut.
Show, don't tell is the key. Ini beberapa tips lainnya. Cukup general, jadi kayak gunakan kalimat yang pendek, jangan gunakan frase yang terlalu kompleks, karena pembajak tidak selalu tahu tentang subjekmu.
Pokoknya, keep it simple. Ini beberapa mistakes yang sering saya temui ketika nge-review essay orang adalah, pertama, hindari penggunaan klice. Contohnya, I have always wanted to study something. Pasienku selalu kembali ke kecil.
Dan hindari juga pertanyaan-pernyataan yang terlalu general, jadi tidak spesifik, yang tidak menceritakan tentang kamu, dan apa yang sebenarnya kamu ketahui. Coba hindari juga kalimat generik tentang kursus yang kalian tuju. Jadi jangan hanya copy-paste dari kursus, dari directory-nya mereka, informasinya, terus kayak, oh, karena itu tidak personal gitu loh.
Karena mereka ingin tahu tentang kamu. Jadi, buatnya se-personalized sebagai mungkin. Jadi, kalau boleh aku simpulkan semua yang telah aku jelaskan tadi. Pertama, be clear and specific. Selalu tunjukkan bukti.
Kedua, have a consistent theme. Ketiga, show, don't tell. Keempat, keep it simple.
Dan kelima, cari informasi sebanyak-banyaknya tentang memberi beasiswa, tentang universitas, tentang course yang kalian tuju dan topik yang kalian ingin geluti. Sebelum aku handover, aku ada beberapa meme. Jadi aku ingin bilang bahwa proses ini nggak gampang sih dan pasti bakal ada saat-saat dimana kamu putus asa. Proses menulis itu memang susah banget tapi don't give up, jangan putus asa. Yang paling penting tulis aja dulu.
Draft pertama pasti akan jelek. Well, di kasus aku sih biasanya akan jelek. tapi dari proses itu, proses review kalian akan semakin tahu apa yang kurang, nanti kita akan bedah kasus langsung tentang bagaimana bits and pieces of essay yang perlu kalian perhatikan tapi sebelum itu saya handover balik ke Mas Rio thank you banget Kak Pina, boleh dong tepuk tangan virtual buat Kak Pina thank you banget, ada Dua poin kunci kalau menurut saya yang barusan dibawain sama Kapina yaitu penting untuk mengetahui karakteristik beasiswa dan harapan pemberi beasiswa sebelum kita mulai menulis aset dan bagaimana mengubah tujuan kita menjadi lebih terukur dan realistis dengan metode smartnya tadi.
Dan kalau bisa, show, don't tell, and go beyond the actual question. Nah teman-teman, sebelum kita... Setelah kita bisa merespon pertanyaan SI dengan tips-tips yang dikasih Kapina barusan, kini saatnya kita menuliskannya dengan sama baiknya, menjadi sebuah SI yang kuat dan memikat. Hal ini supaya pengalaman-pengalaman tadi yang kita pilih itu bisa tergambarkan dalam SI yang kita ajukan.
Sebagian dari teman-teman mungkin sudah pernah dengar yang namanya metode STAR untuk menulis SI. Metode ini juga direkomendasikan oleh panel seleksi Schevening supaya SI kita lebih fokus dan jelas. Tanpa berlama-lama, langsung aja ini ke gurunya Star Method Langsung didatangkan dari University College London, Kak Shelly Hand over to you Baik, terima kasih banyak Rio dan terima kasih banyak juga untuk Pina Yang sudah babat alas gitu ya, kalau istilahnya itu Jadi sudah membuat kejalan, sudah tahu nih Gimana cara breaking down the scholarship questions Terus tadi Pina juga bilang satu hal yang menarik yaitu show don't tell Hmm Terus, oke, tahu nih harus show. Gimana caranya?
Metode STAR adalah salah satu cara yang bisa kalian coba, terutama untuk esai-esai yang membutuhkan demonstrasi seperti apa sih kemampuan leadership dan networking. Di sini saya akan coba bagikan presentasi singkat. Jangan khawatir nanti Pina dan saya akan bagikan setelah acara ya. Jadi, fokus saja menyimak dan mencatat karena itulah acara yang paling baik. untuk memastikan kita memahami materinya.
Jadi sedikit credentials saja, bahwa selain tadi yang sudah dikenalkan sama moderator atau membawa cerita di depan, saya juga pernah mendapatkan sertifikasi untuk target dan selected interview. Itu adalah sebuah metode seleksi berbasis kompetensi. Nah, sebelum cerita esai itu apa, saya mau dong pada raise hand di sini.
Siapa yang kalau menulis esai atau menulis sesuatu atau mau apply chievening itu mengalami masalah yang sama kayak spons, Bo. Jadi udah kayak mau nulis tuh, tapi kayak 4 jam baru di-nya doang gitu. Nah, waduh, udah kayaknya bukan cuma Spongebob sendiri ya, ini banyak banget ternyata teman-teman di sini, calon aplikasi chipping yang merasakan kendala yang sama.
Nah, gimana caranya? Di sini, mari kita berkenalan dengan metode yang namanya STAR. Jadi, apa sih STAR method itu?
Pada dasarnya, simpelnya, STAR itu adalah sebuah struktur yang bisa kalian pakai untuk merespon atau menjawab sebuah pertanyaan assessment, pertanyaan seleksi yang berdasarkan kompetensi dan perilaku. Dengan mendiskusikan atau yang membahas dengan mengambil contoh sebuah situasi yang spesifik, ini saya kasih garis bawah di kata spesifik, situasi, tugas, aksi atau tindakan yang kalian melakukan dan hasil dari sebuah kejadian di masa lalu yang kalian diskrisikan. Jadi di sini coba tolong diperhatikan ya, kata kuncinya ada kata kompetensi sama kata perilaku, dan yang penting juga adalah spesifik dan sesuatu yang sudah pernah terjadi untuk hal yang ditanyakan.
Kalau kalian lihat pertanyaan esenya Chevening, terutama untuk dua esen pertama, yaitu leadership sama networking, itu dia spesifik bertanya tentang sesuatu one. Situation or one example. Jadi itulah kata kuncinya bahwa ini kalian harus jawab dengan sesuatu yang terjadi di masa lalu.
Di sini situasinya cukup jelas. Nanti tasknya itu adalah hal yang harus kalian lakukan. Terus action itu specific actions. Jadi kalau bisa jangan cuma satu nih.
Karena kan nggak mungkin ya untuk mencapai sebuah hasil. Kalian itu, kan nggak mungkin kalian itu hanya melakukan satu aksi sehingga kemudian bisa mendapatkan hasil yang diharapkan. Dan disinilah yang disebut dengan namanya metode star.
Ilustrasinya seperti ini ya, jadi situasinya ini tanamannya layu, terus udah gitu tasknya adalah kalian harus membuat tanamannya tumbuh kembali. Actionnya, beli bibit, cari buku. menyampuk menyiram memastikan tersinari matahari kemudian hasilnya ada 123455 bunga yang akhirnya bisa tumbuh kembali itu ilustrasi sederhananya nah tadi sempat disebut bahwa ini adalah sebuah pertanyaan yang kompetensi and behavior based Kenapa sih achieving itu cari kandidat yang punya pengalaman di masa lalu atau kompetensi di masa lalu untuk seleksinya karena ini sebuah ada dium yang udah lumayan umum ya ternyata bahwa perilaku di masa lalu adalah predictor yang paling bisa diandalkan untuk perilaku di masa depan jadi kalau misalnya Cipening ini kan tadi Pina udah ngajarin ya caranya adalah untuk cari tahu nih Cipening tuh mau nyarinya sekolah-sekolah provider mau nyarinya yang kayak gimana nah Cipening itu mau cari future leaders future leaders itu harus punya perilaku-perilaku yang dicerminkan atau merefleksikan pemimpin juga.
Makanya dia cari yang di masa lalunya pun atau sebelum berangkat pun sudah menjadi pemimpin. Saya ada dua contoh. Di sini ini contoh pertama yang untuk leadership.
Di sini bisa kelihatan ya, ini sebuah ini satu star yang utuh. Di sini situation saya kasih highlight orangnya. Tasknya itu warna kuning. Actionnya warna hijau. Dan resultnya itu warna biru.
Nah, di sini kelihatan bahwa, sambil boleh dibaca masing-masing, di sini kelihatan bahwa kalau dilihat dari proporsinya, semua elemennya ada, tapi yang paling besar adalah action-nya. Action-nya kelihatan jelas ya, apa saja rangkaian hal yang dia lakukan sehingga akhirnya bisa menempatkan result, bawahannya itu sekarang sudah bagus kerjanya dan kepuasan konsumen atau kepuasan kliennya juga naik 50%. Nah, selanjutnya itu, ini contoh lain untuk networking.
Ini dia seorang cyber security consultant yang situasinya adalah dia itu penting untuk mendapatkan update-update terbaru tentang industri-nya lewat koneksi. Makanya dia harus selalu terhubung dengan peers-nya di industri yang sama. Task-nya adalah dia harus rajin ikutan conference dan workshop. Ini rangkaian actionsnya lengkap ya, jadi dia apply dulu ke conference, keterima di berapa, dia yakinin bosnya, terus udah gitu gimana cara yakinnya? adalah dengan berjanji bahwa setelah selesai kembali dari konferensi itu, dia akan bikin series of capacity building di internal perusahaan, dan bahkan sampai bosnya mau ngedanain dia untuk berangkat ke summit di spring 2019. Nah, hasilnya apa ini?
Dia hasilnya cukup gemuk ya, tapi nggak harus segemuk ini, teman-teman. Cuma ini karena cukup banyak, dia masukin semuanya bahwa Partisipasinya itu satu, menghasilkan tidak hanya koneksi dengan banyak orang, tapi juga ternyata salah satu koneksinya itu krusial untuk membantu perusahaannya menyelesaikan sebuah masalah yang dihadapi sama kliennya. Jadi kebayang ya bahwa dengan the power of networking itu benar-benar kelihatan.
Tidak cuma bilang, saya maintain ini, saya punya banyak kenalan, so what? Di sini dia bisa tunjukkan bahwa dia bisa leverage. networknya untuk sesuatu yang bisa beneficial menghasilkan manfaat bagi bukan cuma dia dan perusahaannya, tapi juga industri dan negara secara umum. Nah, kan di sini teman-teman sudah pasti pernah, kalau mau daftar CVN itu minimal 2 tahun pengalaman kerja. Itu ada...
Sebentar, ini saya disconnected ya. Oke, halo, sorry tadi saya... Nilang nih kayaknya drop off karena koneksinya kurang baik. Iya.
Rio, saya boleh dibantu tadi terakhir sampai mana ya? Kak Bina tadi udah menjelaskan sebenarnya pas yang, dengan contoh-contoh itu, itu semuanya cukup jelas sih. Nggak ada drop sama sekali sebenarnya. Oh gitu, oke, oke. Di saya soalnya hilang.
Oke, saya lanjut kalau gitu setelah networking ya. Ini juga ada yang jawab. Makasih banyak, Rizky.
Oke, bentar. Nah, jadi karena kan achieving ini mencari orang yang sudah punya pengalaman kerja. Kenapa sih nggak boleh buat fresh graduate?
Caranya karena supaya dia sudah punya pengalaman leadership yang mumpuni. Sehingga bisa dilihat nih, apakah sudah cukup bisa untuk menjadi future leaders yang diharapkan. Nah, pasti dengan kalau kayak gitu, bakal punya lebih dari satu star buat ditulis.
Nah, kalau punya lebih dari satu star, Apa yang harus dilakukan? Ini saya paling suka banget bagian ini ya. Karena kalau kalian punya lebih dari satu star, ingatlah seri. Bukan peseri muliani, tapi similarity, recency, sama impact.
Jadi kalau similarity itu situasi yang paling mirip dengan nanti kalau jadi future leaders, itu bakal mana nih yang paling mirip contohnya? Misalnya kalau kalian mau jadi future leaders-nya ahli di cyber security, di mungkin ke... Ada dua contoh star yang sama-sama kuat, tapi yang satu di bidang profesional, yang satu di bidang misalnya community service, mungkin lebih dihulukan yang profesional. Kalau riset sih, ada satu contoh dari masa kuliah, dan satu lagi pada saat sudah kerja, apilah yang pada saat sudah bekerja.
Dan yang terakhir adalah I-nya adalah impact, yaitu bagaimana itu bisa memberikan manfaat. Tadi kan Pina juga sudah sempat sentuh tentang writing with impact. Jadi, impact ini yang perlu diperhatikan adalah bisa dua caranya.
Yang pertama bisa dengan cara-cara kuantitatif. Jadi, misalnya menambahkan angka, seperti tadi contoh yang ini, dia menambahkan angka, dia connected dengan 10 orang C-level professionals, dan dua lusin industry experts lainnya. Itu caranya cara yang kuantitatif.
Nah, bisa juga caranya kualitatif. Kualitatifnya ini adalah ketika misalnya dengan koneksi itu, perusahaan saya terbantu untuk menyelesaikan satu masalah yang dimiliki sama klien. Bisa macam-macam ini, jadi akan sangat bervariasi, tapi kalau bisa dikuantifikasi, silahkan dikuantifikasi, tapi kalau nggak bisa juga nggak apa-apa, yang penting jelas. Itu dampaknya menyentuh siapa, menyentuh dibaca berapa orang, kalau misalnya misalnya skopnya, saya ingat dulu S.A.nya Rio itu jurnalis kan, Rio ini ya. Jadi, Gimana liputannya Rio itu bisa berdampak sama pembacaannya yang kalau dikuantifikasi itu rata-ratanya sekian ribu orang.
Ingat kalau misalnya punya lebih dari 1 star yang mau dimasukkan ke dalam esai, kemarin saya nge-review beberapa esai orang yang minta dilihatin, itu ada beberapa yang dalam 1 esai 500 kata, dia taruh sampai 5 star. Biasanya kalau kayak gitu, jadi terlalu tipis-tipis. Nggak bisa banyak eksplor apa aja sih yang dilakukan, atau kegawatannya itu seperti apa sih, sehingga kalian itu bisa dengan baik mitigasi. Saran saya mungkin dibikin proporsional saja mengenai berapa banyak yang bisa masuk dalam satu star. Maksud saya, berapa banyak star yang bisa masuk dalam satu es.
Nah, ini saya mau sampaikan beberapa hal top 3 common star mistakes. Yang pertama ini, star-nya enggak lengkap. Ini kelihatan secara cepat bahwa di contohnya ini hanya ada task sama result.
tapi kehilangan situation dan actionnya apa. Di contoh yang kedua, ini situationnya agak banyak, tasknya ada, tapi nggak ada action, nggak ada result. Jadi harus lengkap semuanya supaya ceritanya utuh. Terus yang kedua, contoh yang juga sering dilakukan, kesalahan yang sering dilakukan adalah memasukkan dalam bentuk habit atau kebiasaan.
Nggak spesifik satu aktivitas, satu contoh yang pernah terjadi di belakang. Jadi ini contohnya, pakai kata kuncinya biasanya usually, sometimes, always. Tapi tidak spesifik disebutkan kapan sih itu terjadinya, kasusnya seperti apa.
Terus yang terakhir adalah menggunakan we not I, atau artinya tidak disebutkan spesifik role-nya itu seperti apa. Jadi yang di sini, contoh nomor satu, ini sebenarnya cukup lengkap ya, ada situasinya apa, tasknya ada, actionnya ada, resultnya ada, tapi ini semua kolektif, tidak ketahuan kalian itu ngapain, penulis asalnya tidak ketahuan ngapain. Hal yang sama dengan contoh dua, bahwa resultnya ada, bagus, situasinya juga tergambar jelas, tapi nggak disebutkan atau nggak spesifik, role-nya si penulis SI itu ngapain.
Nah, kemudian barulah tadi si startnya kalian ramu dengan pembukaan, paragraf pembukaan, jadi jangan ujuk-ujuk tiba-tiba langsung start, kan udah start gitu. Tapi nggak mungkin juga dong kalau misalnya makan burger cuma patty-nya aja. enaknya kan ada roti atas dan roti bawahnya juga. Jadi jangan lupa di-update dengan pembukaan dan penutupan yang siamik. Intinya baru start.
Ya, kayak tadi kan, the first draft is always jelek gitu ya. Jadi nggak usah kebanyakan mikir, mendingan ditulis aja. Jadinya akhirnya kalian punya waktu buat revise, revise, revise. Dan further reference-nya ini nanti juga akan dibagikan, nanti juga akan saya taruh di chatroom. Ini adalah feedback dari pen baca SAC Mening untuk aplikan.
Itu akan berguna sekali di sana. Demikian dari saya, terima kasih. Thank you banget Kak Shelly. Boleh dong tepuk tangan virtual buat Kak Shelly dan Kak Pina sebelumnya juga. Jadi kalau ada beberapa poin inti yang boleh saya rangkum gitu ya.
Pertama, yang pastiin pengalaman-pengalaman kita itu bukan cuma habit. tapi benar-benar impact yang kita buat, gimana caranya dengan menyeleksinya, dengan menerapkan metode STAR. Apakah itu benar-benar achievement, dan apakah itu impact-nya sudah baik. Kalau misalkan ada banyak STAR, kita terapkan metode SRI. Similarity, Recency, dan Impact.
Dengan begitu, semoga SI-nya isinya daging semua, dengan gambar analogi tadi bergerak. Oke, kita bakal langsung bergeser ke... bedah SI.
Jadi kalau misalkan teman-teman tadi udah dapet banyak insights dari Kak Pina, dari Kak Shelly, kita akan memberikan contoh bagaimana sebenarnya mengubah SI dari yang B aja jadi wow menakjubkan gitu ya, dan bikin impression kepada selection panel dengan menerapkan metode STAR. Nah Panitia sudah menyiapkan ada contoh dari yang B aja, nanti kita langsung minta Kak Pina dan Kak Shali untuk memberi masukan ke SI tersebut. Oke, kita mulai dari Kak Pina. Terima kasih banyak, Mas Rio.
Jadi mungkin sesi ini sedikit lebih interaktif, kalau bisa juga diingat-ingat tadi semua poin-poinnya apa saja, tapi yang bagian aku ini lebih fokus ke tips-tips yang aku kasih di presentasiku. Kalau masih inget tadi, be clear and specific, have a consistent theme, show don't tell, keep it simple. Jadi, what I'll do adalah aku bakal menunjukkan contoh esay. Terus kalau bisa kalian tulis di chat box apa yang salah, bisa rebutan juga lah. Oke, jadi ini contoh esai orang tentang career plans.
Promptnya adalah, please give an outline of future career plans and explain how your proposed studies will help achieve these aims. Mau gue mungkin kasih satu menit gitu untuk baca dulu mungkin ya. Oke, bagus.
Saya suka chat yang datang. Saya rasa hampir semua benar. Oke, kalau siap aku tunjukin slide berikutnya. Jadi benar banget chat yang pada masuk, jadi lumayan banyak, cukup ngawang.
banyak klise, it tells, but doesn't show. Jadi banyak kayak, I have always been passionate about something-something, teaching is something that I've always wanted to do, tapi tidak ditunjukkan. Banyak hal yang juga cukup tidak spesifik. Jadi contohnya, apa, I would like to improve Indonesia's legal system, specifically the improvement of human rights. Padahal human rights kan gede banget gitu loh.
bagian aspek apa human rights yang kalian ingin fokus gitu. Terus reason-nya sendiri lumayan generik. Jadi bagian yang ini nih, it is taught by some of the finest academics undertaken by students who are the best in the blah blah blah.
Ini aku copy-paste sih sebenarnya dari website-nya LLM-nya Cambridge. So you need to make... Ini lebih pribadi. Coba aku lihat.
Ada lagi? Ya. Semuanya benar, guys. Bersihkan.
Bersihkan. Jadi sekarang mungkin aku kasih contoh. Ese yang.
Jadi tadi kita. Ini adalah sebelumnya. Ini adalah setelahnya.
Jadi mungkin aku kasih. Sedikit waktu 30 detikan untuk baca kali ya. Kalau kalian malah bisa bilang kayak, oh ada yang kurang nih, lebih bagus lagi karena we tried our best to make this. So, menurutku apa yang bagus dari esai ini adalah goals-nya lumayan spesifik dan achievable, tidak terlalu ngawang. It shows, not merely tell.
Jadi, dia bilang. It indirectly shows what he or she wants to do, tanpa harus copy-paste dari course directory. Dan jawaban ini cuma menjadi bagian dari aplikasi.
Dia sangat memikirkan jawaban lain di aplikasinya dia. Jadi ini kan hanya untuk bagian career plan. Di bawahnya itu, I believe scholarship at Cambridge provides the skills to facilitate my future plan.
LLM sebagai penulis kembali ke akademik pembangunan saya. Ini benar-benar memperbaiki rencana pelajarannya, yaitu jawaban yang lain di form aplikasi. Ya, bagus. Ada yang bilang, penulis tidak menunjukkan modul yang akan dia ambil, dan bagaimana mengambilnya akan membantu mencapai tujuan.
Ya, itu sangat bagus. Saya harap Anda mempelajari satu dua hal dari exercise ini, aku balikan ke Kak Shelly untuk essay klinik yang fokus ke star. Makasih semuanya. Oke, makasih Pina. Oke, ya jadi tadi ada feedback, katanya tadi saya Buru-buru ya untuk contoh-contohnya.
Ya, jadi tadi memang ada sedikit time constraint, tapi yang ini kita bisa lebih mendalam. Bedanya, kalau di yang sekarang ini, saya akan langsung ngajak kalian ngasih feedback untuk contoh yang tadi sudah disampaikan. Jadi kan kita sudah punya tiga contoh ya. Yang pertama, Complete Start. Terus yang kedua-dua yang Habit.
Yang ketiga yang We Not I. Jadi, boleh di bawah ini. Dia ini kan kita udah tau, yang missing itu adalah situation sama action. Karena ini kondisinya boleh mengarang bebas, ada nggak yang mau bikinin kalimat situation-nya buat SI ini dan action-nya seperti apa?
Ini karena nggak tau ya keadaan sebenarnya, jadi boleh aja nih bebas mengarangnya kayak seperti apa, tapi coba kasih situation sama action yang kira-kira dia lakukan, apa sih sehingga result-nya bisa tercapai yang seperti ini. Oke, boleh. Mungkin sambil masih pada mikir ya. Nah, mau sedikit ini aja sih, kasih gambaran aja bahwa namanya dalam seleksi berberasi SI kayak gini, biasanya SI kalian tuh akan diperiksa, bukan biasanya sih, harus diperiksa lebih dari satu orang. Bener nggak, Pin?
Jadi kalau from your knowledge juga pasti diperiksa sama lebih dari satu orang, kan? Dan biasanya yang baca itu akan diusahakan punya knowledge tentang industri atau... atau tentang konteksnya.
Jadi kan ada kategorinya itu. Makanya, sebisa mungkin tuh jangan ngibul ya. Bukan jangan ngibul nih, karena bisa jadi kalian itu esainya dibacai sama orang yang emang ngerti banget.
Bisa jadi senior, bisa jadi atasan, kita kan nggak pernah tahu. Maka dari itu, coba lakukan atau coba bikin serealistis mungkin, seapa adanya aja, cuma frame itu dengan cara yang terbaik. Ini oke, ada kesalahan ya. There is a lack of artificial intelligence reference in industry. Oke, get a brief intro to AI, boleh.
Ada lagi ya, mau kasih contoh situation. When I was in charge in the IT department in my current occupation, I was thinking to create sophisticated tech. Betul. Jadi situasinya digambarkan dengan satu dua kalimat.
Boleh ya seperti itu ya. Terus tadi ada juga yang Kezia kasih contoh ini repurpose the previous algorithm to my land manager. Iya ini sebenarnya agak-agak masuk ke action sih.
Bener. Jadi A-nya ada tapi tipis banget. Cuma harusnya bisa lebih panjang dong dia jelasin. Karena itu lumayan loh.
Adoption rate-nya ini bagus nih. Yang dia taruh di sini contohnya sesuatu yang berhasil. Jadi boleh tuh ditambahin.
Jadi dia repurpose-nya itu kayak gimana. Kan mungkin dia saking pintarnya aja. Bisa repurpose sedikit aja, udah langsung bagus hasilnya. Padahal coba dijelasin dengan lebih spesifik, secara bertahap hasilnya seperti apa. Oke, kita ke contoh selanjutnya ya.
Ini yang kedua tentang habit not specific. Ada yang mau kasih ide nggak? Dari ini kan dia kasih dua nih, kasih dua contoh ya.
Boleh salah satu aja sebenarnya yang di-breakdown jadi spark. Silahkan ngarang aja mau bikin jadi seperti apa. Ada yang, good, oke.
Ini yang tadi ya, yang ini masih yang dari contoh yang pertama. Kalau yang contoh yang kedua ini saya langsung kasih ide aja ya. Kalau menurut saya ini bisa dibikin sehingga misalnya jadi dia kasih contoh misalnya di tahun segini saya punya target untuk membangun koneksi dengan sekian banyak orang.
Caranya dengan misalnya tadi saya rajin ikut conference ya. Udah gitu saya selalu bawa kartu nama yang saya kasih personalized note tentang bagaimana pertemuan waktu itu. Kemudian saya kasih, dan di tahun berikutnya saya sudah punya 50 kenalan baru yang bekerja di industri yang dimaksud. Jadi bisa lebih spesifik contohnya dengan apa sih yang bisa dilakukan sama si penulis esai ini. Kalau yang buat yang kedua, bisa aja dia ambil satu contoh nih.
Pada waktu saya membuat perbicaraan pagi, saya bertanya satu-satunya opini mereka tentang ide mereka untuk menurunkan waktu tidur. Jadi waktu itu kira-kira di Q3 2019 saya melihat ada masalah seperti ini, sehingga saya lakukan hal 1, 2, 3, terus hasilnya adalah lead time-nya memendek 20% setelah saya menjalankan masukan dari para peserta brainstorming-nya. Oke, yang ini, yang after ini. Tadinya mau saya benerin langsung, cuma kayaknya ternyata kurang ideal ya kalau live revision begini.
Tapi yang di sini sebenarnya dari segi struktur ini sudah cukup baik. Tapi orangnya ini sebenarnya bisa saja dengan membuat spesifik apa sih sebenarnya rolnya dia di komunitas belajar-mengajar ini. Apakah dia bagian partnership dengan CSR-nya itu, apakah dia bagian yang ngajar sehingga dia bisa retain anak-anak itu selalu hadir setiap hari dan sebagainya.
Jadi, dibuat spesifik ketika itu adalah suatu hal yang merupakan team effort, breakdown ke perannya seperti apa, dan nanti dicantumkan resultnya juga yang berhubungan dengan action yang dilakukan. Jadi, jangan klaim sesuatu yang diperaih secara tim sebagai personal result. Nanti masukannya, teman-teman silakan aja masih masukin di chat room. Saya akan coba rangkum dan nanti di versi PPT atau PDF yang nanti dibagikan, saya akan kasih contoh before afternya seperti apa.
Tapi kalau melihat feedback di dalam chatroom, sebenarnya sepertinya sudah cukup bisa dipahami ya, apa yang what's lacking, terus ways to improve-nya, tadi sudah bisa mengimplementasikan contoh-contoh yang diberikan. Nanti akan saya compile dan nanti bisa dibaca atau dilihat before afternya. di PDF version yang nanti akan dibayarkan 2 hari setelah acara. Demikian kalau dari saya, terima kasih. Kembali ke Rio.
Gila, Kak Shelly dan Kak Pina. Tepuk tangan, keren banget. Keren banget, keren banget, keren banget. Langsung hands-on, setelah tadi dapat insights di awal, kita bisa langsung menerapkan. Dan tadi saya lihat teman-teman di chatbox juga sudah bisa mengidentifikasi kesalahan umum.
Ada yang klise, ada yang kurang spesifik, dan lain-lain, ada yang kurang realistis. Dan juga tadi di sesi Kak Pina, Kak Shelly, sorry, sudah bisa membantu mengidentifikasi struktur SI dengan menerapkan metode star. Nah, sekarang kita akan membagi teman-teman peserta ke breakout room yang jumlahnya ada delapan.
Jadi, di sana nanti teman-teman bisa bertanya ke fasilitator dengan lebih spesifik. Nanti akan dibantu oleh teman-teman fasilitator di sana yang juga merupakan Chaffening Alumni dan Chaffening Scholars. Nanti kalau ada pesan otomatis dari Zoom untuk undang ke breakout room, please teman-teman pilih join supaya bisa masuk ke ruangan masing-masing.
Nah sebelum itu, barusan ada slide yang merupakan breakout room-nya. Saya bacakan sekilas para fasilitator dan ruangannya. Jadi di ruangan utama akan ada saya bersama Kak Pina dan Kak Shelly. Kemudian ada grup Blur bersama Kak Rina, Kak Yosea.
Ada grup Bombay, Bicycle Club bersama Kak Nishara dan Kak Rika. Ya ada grup One Direction, Kak Wahyu, Kak Aditya, ada The Beatles, Kak Nita, Kak Nurul, Coldplay, Mas Taufik, ada Kak Ahmad, ada Spice Girl, ada Mas Akhir, Rizky, dan Kak Dona. Oke ini dia slidenya.
Jadi ini di main room, kemudian ya ini ada teman-teman di belakang layar, ada Mbak Gita, Mbak Ratna, dan lain-lain. Di grup Blur, ini grupnya. Kemudian ada grup 2, grup Bombay.
Grup 3, oke ini One Direction, The Beatles. Ada grup 4, grup 5, ada Coldplay, ada grup 6, Spice Girls. Teman-teman bisa baca juga fasilitator itu dari bidang studi apa dan kampusnya di mana.
Ini 7 dan 8. Teman-teman di dalam ruangan breakout, teman-teman bisa nanya yang lebih konsultatif sifatnya dan lebih kasuistik. Kalau teman-teman mau bertanya secara umum mengenai Beasis Watch Evening, mohon teman-teman melakukan Google aja. Bisa dilihat di website-nya, itu datanya lengkap soal syarat-syarat administratifnya.
Tapi kalau di breakout room, please nanyanya contoh-contoh yang sudah lebih konkret. Misalkan, ini saya pilihnya, starnya mendingan yang mana ya? Saya punya dua contoh, misalnya kayak gitu bisa ditanya ke facilitator. Oke kalau gitu silahkan bergabung dan klik join di layar Zoom masing-masing. Rionya kayaknya ketendang nih Vina, jadi kayaknya kita ngobrol-ngobrol aja ya.
Oke, boleh-boleh. Jadi tadi Vina, bagus banget nih pembukaannya ya, jadi tadi strong banget. Dan memang kan Vina sendiri...
Pengalamannya itu dari Jardine Scholarship ya, Pini? Mungkin di sini nggak banyak yang tahu Jardine Scholarship kayak apa. Itu boleh dikasih penjelasan dikit, nggak, Pina, sambil kita tunggu Rio kembali.
Boleh, boleh. Jadi Jardine Scholarship itu full scholarship buat studi di universitas tertentu di UK. Jadi mereka sekarang memfasilitasi untuk beasiswa belajar di University of Cambridge sama University of Oxford. Nah, mereka itu punya program khusus juga buat anak, misalnya ada jalur UGM, ada jalur ITB, ada jalur UI juga.
Dan sistemnya pun, jalur-jalur tertentu itu mereka punya sistem mentoring juga. Jadi, mereka akan bantu review application sebelum masuk Cambridge dan segala macam. Jadi, ya, itu sangat bagus.
Itu mirip dengan Shevening. Cuma mungkin bedanya, satu perbedaannya adalah tidak ada... ketentuan untuk harus balik ke Indonesia. Tapi ya itu balik lagi ke arah kritisik beasiswa. Beasiswanya dari Jardine Foundation yaitu mereka dari corporate.
Mereka mencarinya lebih ke orang-orang yang bakal mungkin jadi leaders in their field. Begitulah sedikit proposisi. Iya, jadi kadang mungkin gak banyak yang familiar ya sama, belum banyak yang familiar saya juga baru tahu Jardine setelah saya jadi scholar Snatch Evening nih. Jadi makanya menarik juga pas. Pina cerita bahwa itu walaupun bentuknya foundation, tapi dia dari perusahaan.
Jadi dia adalah sebuah corporate scholarship. Oke, jadi mungkin ada beberapa pertanyaan nih Pina. Kita mandiri ya, jadi ini kita ngobrol dulu sambil Rio yang kembali bergabung.
Tapi intinya tadi ada beberapa pertanyaan nih yang bisa mungkin kalau pertanyaannya cukup general, saran saya sih teman-teman bisa... melakukan research dulu ya, research dulu lewat, tadi kan dikasih sama Pina, bisa dari website kampus, bisa dari alumni, bisa dari korespondensi langsung dengan profesor gitu ya, jadi itu bisa research mandi dulu. Mungkin saya di sini mau minta tanggapan Pina dulu dong, jadi kalau misalnya menurut Pina tuh, dari dari menti-menti yang, karena kan Pina ini di Indonesia Mengglobal juga sebagai mentor ya dari menti yang menti yang pernah Pina bimbing, selain tadi tuh kesalahannya yang udah dibahas, apalagi sih sebenarnya yang biasanya muncul di SI-nya aplikan jadi kayak mengumbar ini dong kepalahan anonim ya oke, baiklah disensor mungkin ya, mungkin sebelum itu eh Shout out juga sama orang-orang yang lagi nonton di Youtube, tulis aja di komen kalau kalian ada pertanyaan, gunanya main panel ini adalah untuk mengakomodir kalian.
Jadi, experience mentee biasanya itu sih, mereka kurang spesifik aja. Jadi kayak tertarik pada suatu program, tapi sebenarnya kenapa mereka tertarik? Apakah karena cuma sekedar kece?
Which is sometimes fine. Cuma harus disesifikan lebih lagi gitu loh. Jadi seringnya itu aku kasih selalu pertanyaan sebenarnya problem apa yang kamu ingin solve gitu. Jangan mulai di aku ingin kuliah di UCL gitu. Kenapa gitu loh?
Kenapa harus di UCL gitu? Jadi selalu mulai dengan problem pertama. Apakah kamu ingin lebih ke poverty atau kayak development.
Yang bagus untuk... program itu di mana, gitu. Atau apakah riset yang kamu ingin tuh... 7 riset yang ingin kamu lakukan itu profesornya, ahlinya di mana jadi selalu berpikir universitas itu hampir semua bagus semua, kayak modulnya hampir sama lah yang diajarkan ya itulah tapi yang bikin beda adalah hal-hal kecil tersebut kayak spesialisasi mereka itu apa ada profesor yang spesialisasi di topik itu atau tidak disitu, apakah kamu bisa melakukan riset independen atau cuma thought course doang.
Jadi hal-hal kecil itu doang sih yang pertama aku selalu kasih. Jangan mikirkan universitas ini kece dan aku ingin masuk gitu ya. Itu sih biasanya aku kasih. Iya, benar banget.
Kak Shelly gimana? Iya, itu juga hal yang cukup sering juga aku temu ya pas nge-mentorin scholarship. Nah, kita udah balik lagi sama Rio nih. Halo Rio, tadi ini ya sempat ngilang bentar ya. Salah masuk ruangan, mohon maaf.
Oh, begitu. Sudah kembali. Silahkan Kak Sally. Oke, iya. Jadi tadi aku nanya sama Pina, apa aja sih common mistakes ya?
Bukan common mistakes juga sih, maksudnya kayak hal-hal yang bisa diperbaiki dari seorang menti, dan ternyata beyond pertanyaan esay. Jadi goal-nya tadi tuh belum, belum apa ya? Belum matang.
Iya, belum matang gitu. Jadi, Masih belum selesai berdamai sama diri sendiri sih kayaknya. Kalau saya lihatnya jadinya masih kayak, aduh, ini kan jalan-jalan, tapi ya gimana kan harus fokus.
Sama smart tadi ya yang dikasih sama Pinat. Terus ini tadi di chatbox ada beberapa pertanyaan. Nih Rio, aku coba jawab ya.
Ada pertanyaan yang terkait staff. Itu pertanyaannya apakah harus satu aja? cuma boleh mencantumkan satu star atau boleh lebih dari satu, terus apakah tiap star itu ada resultnya masing-masing atau enggak. Jadi gini, ini kan biasanya kalau saya melihatnya, contohnya yang di leadership question ya, jadi kan ada pertanyaan itu adalah kurang lebihnya, intinya givening itu mencari future leaders yang akan berdampak kepada home country-nya masing-masing.
Jelaskan bagaimana kalian memenuhi kriteria sebagai seorang pemimpin masa depan dan influencer yang akan bisa membawa manfaat bagi negara tempat kalian berasal. Jadi kalau menurut kalian itu pertanyaan tentang future leader dan influencer itu bisa dijawab dengan satu aja, istilahnya hanya satu. Tapi kalau menurut kalian, influencer sama future leader itu butuh beberapa kualitas yang ada di diri kalian, itu boleh masing-masing punya star yang berbeda.
Terus nanti kendalanya kan kalau misalnya kebetulan ada tiga, kalau ada tiga star, terus kalau mau star yang lengkap, jadinya nggak cukup ruangnya. Berarti cari star yang misalnya dalam satu star itu bisa lebih ada dari satu kualitas leadership atau kualitas influencer. Jadi dimasukkan lebih dari, jadi startnya itu yang satu gemuk, yang satu lagi mungkin ada kualitas lain yang menurut kalian itu juga perlu masuk. Jadi kalau misalnya Dika hanya menurut saya, Kalau lihat beberapa menti yang saya lagi bimbing sekarang sih, kalau satu star, saya satu star itu jarang bisa daging semua ya, kalau kata Ria tadi. Jarang gitu dagingnya bisa mantep.
Biasanya dua atau tiga, barulah itu proporsinya enak. Tapi bisa aja satu. Kalau misalnya ternyata proyeknya mega banget, gede banget.
Itu bisa satu star aja karena itu udah tercakup semua tuh elemen dari effective leadership sama influencing yang harus dicari atau harus dieksplore dari seorang kandidat. Itu jadi jawabannya. Thank you, Kak Shalika.
Kak Pina mungkin mau nambahin kalau ada dua star nih, kita mesti gimana milihnya? Ada dua experience gitu ya. Aku sih balik ke yang paling berhubungan dengan goalmu itu apa gitu.
Itu salah satu hal yang aku sering temui kalau misalnya lagi nge-review esai adalah, balik lagi, kan sering pertanyaannya kan beda-beda ada leadership, career plan, dan kadang-kadang kita lupa, sebenarnya kita mau tunjukkan dengan poin ini tuh apa, kadang-kadang, oh iya aku leadership, ngerjain ini, ini, ini, terus hubungannya dengan this whole course apa? Atau kamu... untuk menunjukkan community service, aku kayak gini-gini.
Kamu belajar apa dari situ? Bagaimana itu berhubungan dengan bendang merahnya dengan goalmu yang besar? Atau apa hubungannya dengan pengalamanmu agar kamu bisa sukses di program master tersebut? Selalu ingat benang merah. Mana yang paling relevan.
Jadi pakai metode Bu Sri Mulyani SRI tadi itu. Jadi jangan lupa setiap kita ngasih contoh, tetap kita lihat tema besarnya gitu ya Kak Pina ya. Tujuannya apa sih? Jangan lupa. Karena kita tahu kita punya pengalaman banyak banget, networking mungkin banyak banget, tapi nggak semuanya relevan.
Volunteering banyak banget, tapi nggak semuanya relevan. Jadi penting untuk... selalu stick sama tema besarnya untuk dapat benang merah, kata Kak Fina barusan. Pertanyaan kedua, bagaimana exaggerating simple things?
Katanya, bagaimana misalnya kalau tas atau aktivitas di office hanya berkutat di koordinasi? Make simple calculation, etc. Gimana, Kak Shelly?
Jadi, kalau menurut saya, Leadership itu kan memang sesuatu yang nggak bisa jadi dalam jangka waktu singkat ya. Itu proses dari kita dapatkan kepercayaan sehingga kita bisa dapat tanggung jawab. Terus kita buktikan bahwa dengan tanggung jawab itu kita bisa deliver result.
Jadi kalau misalnya sekarang, ini saya nebak-nebak ya, mungkin yang penanyanya ini, sekarang itu eksposurnya masih terbatas. Misalnya baru ini pengalaman kerjanya pas dua tahun gitu, sehingga belum banyak tanggung jawab yang bisa diperoleh. Ya mungkin memang belum saatnya.
Dalam artian harus tambah eksposur tadi. Kalau misalnya nggak bisa dapat eksposurnya itu di kantor, bisa dengan komunitas, bisa dengan tanggung jawab lain. Misalnya ada kayak kemarin organisasi keagamaan, ya silakan. Tunjukkan bahwa memang, oh mungkin kalau di kantor memang lingkup kerja saya belum banyak.
Tapi itu mimpi besar saya, nanti relevan dan bisa saya jamkau dengan lewat... aktivitas di komunitas A, gitu. Misalnya pengen jadi, apa ya, misalnya pengen jadi penggerak masyarakat di bidang lingkungan hidup.
Nah, itu bisa tuh lewat komunitas, walaupun di kantor kerjaannya masih clerical nih. Jadi, harus cari cara, cari avenue, supaya kalian tuh bisa terekspos, gitu, kondisi atau kualitas leadership-nya. Sementara, kalau tapi yang mau saya tekanin di sini, belum tentu hanya orang-orang yang sudah punya kualitas atau kayak kesempatan exposure leadership yang luar biasa yang bisa dapat Cipining ya, karena saya sendiri waktu di angkatan saya dulu, saya lihat ada banyak anak-anak muda gitu ya, pengalaman kerjanya persis 2 tahun, itu diberikan kesempatan sama Cipining, karena dalam jangka waktu yang walaupun baru 2 tahun, tapi mereka punya kesempatan buat menunjukkan leadershipnya dan itu efektif dan jangan kecil hati ya kalau misalnya nggak langsung keterima, karena saya aja ini baru keterima ini percobaan ketiga. Jadi saya anggap bahwa waktu pas, mungkin pas pertama kali saya daftar itu saya 3 tahun setelah pengalaman kerja 3 tahun eksposurnya belum sepadat itu. Di pengalaman kerja 4 tahun yang masih belum padat dan di kondisi saya, kasus saya di tahun kerja kelima.
Jadi makanya jangan pernah berhenti mencari eksposur untuk meningkatkan kualitas leadershipnya teman-teman masing-masing. Thank you Kak Sally. Kak Pina? Oh iya.
Jadi sama kayak Kak Shelly, dulu itu cek, kisahnya adalah aku juga di reject jardin pas pertamanya gitu. Tapi akhirnya pas aku apply, dia bilang, you're good, tapi you need to be exposed more gitu. Tapi mereka bilang, oh tahun depannya kamu apply aja lagi gitu, kita bisa bantu gitu. So jangan kecil hati, jangan pun sasa, masih bisa.
Dan pengen nambahin Kak Shelly tadi. Leadership itu tidak selalu harus digaduh terdepan dan memimpin, tergantung kamu mendefinisikan leadership itu gimana. Kan kadang-kadang leadership juga bisa artinya supporting those who are around you to fulfill, to achieve their fullest potential. Jadi nge-framing issue itu bisa lah, kamu bisa. Jadi kayak kamu cari-cari tahu sebenarnya leadership itu apa, apakah only.
memimpin atau supporting others itu juga bentuk leadership dan kapan kalian pernah melakukan itu jadi bisalah walaupun kalian belum benar-benar memimpin satu tim besar atau apa bisa lah dicari instance-instance dimana kalian pernah melakukan bits and pieces of leadership siap, thank you Kak Pina, jadi mungkin buat teman-teman Yang pekerjaannya mungkin masih yang kalian nilai, oh masih sederhana ini, belum ada leadership role, mungkin bisa look into... volunteering, atau community, ataukah di situ punya leadership role, dan definisi leadershipnya juga harus diperluas, jangan cuma kita melihat, oh ini harus manager, oh harus director, tapi seperti Kak Shelly dan Kak Pina barusan sebut, di mana kita actually influence people in our circle to do something, misalkan teman-teman punya inisiatif, itu bisa menjadi contoh leadership juga. Karena contoh leadership saya waktu itu yang... hasil diskusi sama Kak Shelly waktu jadi mentor, saya akhirnya memimpin sebuah proyek kecil. Dan sebenarnya itu tidak luar biasa, tapi dianggap menjadi contoh yang baik.
Oke, kita ke pertanyaan ketiga. Di akhir paragraf, kita memberikan teaser mengenai end goal, tujuan akhir, dan tidak bisa detail karena limitasi kata. Apakah baik jika hal ini diberikan di esai dan nanti akan diceritakan di interview jika dipanggil? Atau hindari saja kalimat yang high level?
dan tidak mendetail. Kak Pina mungkin mau mulai? Jadi pertanyaannya adalah, gimana-gimana kalimat terakhir? Jadi kalau di ujung esai itu kan suka ada kalimat-kalimat yang end goal, dan suka kalimatnya high level, atau tidak mendetail.
Karena seperti harapan, dan lain-lain. Nah karena keterbatasan kata, itu sebaiknya ditulis aja, atau kayak gimana? Menurutku itu selalu ada balans.
Jadi kadang-kadang memang butuh satu kalimat terakhir itu untuk mengingatkan scholarship provider apa goal besarmu. Kadang-kadang memang butuh. Tapi makanya proses review itu penting.
Karena orang lain bisa ngejudge kalimat tersebut itu butuh nggak sih? Atau sebenarnya kalau dihilangin, your point already comes across gitu loh. Jadi pandangan orang lain sehadap SMU itu penting banget menurutku. Tapi itu balance. Kadang-kadang butuh juga karena ada orang yang suka bikin esenya detail dulu terus ada conclusion.
Dan conclusion itu jadinya penting untuk menghubungkan yang lain. Jadi itu balance. Dan coba tanya orang lain apakah poin Anda cukup jelas untuk menghubungkan. Kak Shelly?
Iya, jadi kalau ditanya nih ya, ini satu hal yang akhirnya saya juga belajar banget dari pengalaman belajar di UK, karena belajar di UK itu kalau di program saya itu 70% lah nulis SI. Nah, jadi prinsipnya itu gampang banget. Apakah sebuah SI itu cukup baik atau tidak.
SI yang baik adalah SI yang menjawab pertanyaan. Jadi sesederhana itu prinsipnya. Jadi kalau menurut kamu, dengan tidak pakai kalimat penutup, Eh, saya sudah terjawab, ya sudah, selesai. Cuma, kalau misalnya ibaratnya kayak, ibaratnya apa ya, ya lebih enak aja gitu kalau misalnya bisa ada pembukanya yang bagus gitu kan, ada recap-nya dulu, setelah itu kasih isinya, setelah itu akhirnya ditutup dengan baik dan callback ke belakang gitu, ya itu juga hal yang baik gitu kalau bisa.
Cuma kalau misalnya lawani limitasi kata, ya kalau dari... kalian harus milih antara ngasih result atau enggak, dan kalimat penutup mungkin kalau saya yang ditanya, saya akan lebih senang ngeliat ada kalimat, ada result daripada liat kalimat yang mungkin bukan daging gitu ya, gak apa-apa yang penting saya penutupnya dikit aja terus nanti ditutup yang penting ditutup dengan proper aja sehingga kita bisa lihat storyline-nya itu jadi ditutup dengan walaikumsalam ya kak iya, begitu Dengan best wishes ya. Oke, kita move to the fourth question. Ini kayaknya terhubung dengan pertanyaan kedua tadi.
Kalau tidak punya kompetensi atau behavior yang menarik untuk diceritakan, apa yang harus dilakukan? Kalau misalnya punya tetapi result yang didapatkan tidak wow gitu, apa yang harus dilakukan? How to identify our experience?
Kak Pina mungkin? Mungkin Kak Shelly dulu, kayaknya butuh bertapa dulu untuk mendapatkan jawaban. Selain yang udah disampaikan tadi ya, jadi kalau misalnya memang belum wah, mungkin memang belum waktunya, atau mungkin perlu exposure tambahan, dan itu bukan satu hal yang jelek, teman-teman.
Percayalah bahwa lebih baik kalian berangkat di saat yang tepat daripada waktu masih setengah matang. Itu many of us can relate ya, ini kayaknya Rio, Pina juga sama gitu kan, nggak langsung... Tiba-tiba mau sekolah, tiba-tiba langsung berangkat.
Tapi kalau menurut saya yang bisa dilakukan juga adalah tanya orang lain. Mungkin itu bukan sesuatu hal yang kita bisa lihat langsung. Saya itu jadi ingat mentoring saya sama Rio yang pertama kali.
Jadi buat Rio itu yang dia lakukan itu nggak keren gitu loh. Tapi buat saya gila, keren banget Rio gitu. Jadi hal yang buat kita biasa aja bisa jadi ternyata itu suatu hal yang berdampak. Jadi cara yang bisa dilakukan adalah cari orang lain.
Kalau misalnya nggak kesempatan buat ada gabung dalam program mentorship yang sekarang, saran saya cari deh teman yang sama-sama mau apply juga, terus kalian jadi tandem. Jadi body terus udah gitu dia liatin kondisi kalian. Kalau bisa orangnya yang emang ngerti kalian seperti apa ya, jadi tau pengalaman leadership kalian seperti apa, terus udah gitu exposure-nya, kalau ngeliat growth-nya kalian dari dulu seperti apa dan sekarang gimana. Jadi kalau menurut saya sih bisa caranya seperti itu. Dan perlu diingat bahwa nggak semuanya itu mesti kuantitatif.
Smart, eh sorry. Metode STAR ini sangat mudah, paling enak itu kalau orangnya kerjanya di operations. Ini soalnya saya juga ngalamin di kerjaan saya yang sekarang, itu pakai metode re-evaluasi juga harus STAR. Terus kalau orangnya di operations itu enak banget, karena dia bakal bisa langsung menghubungi sama sales, sama naiknya engagement, itu angka semua.
Sementara kalau saya, bagian public affairs kerjaannya nggak bisa untuk ngaitin itu sama angka. Bukan sesuatu hal yang kuantitatif kerjaan saya. Tapi yang dilihat adalah misalnya apakah ada perubahan perilaku?
Apakah ada situasi yang menjadi lebih baik buat bisnis? Apakah ada hal-hal yang mungkin intangible ya, tapi sebenarnya itu bisa ketahuan loh, bisa kerasa gitu. Misalnya kayak, contohnya Rio lagi nih ya, karena saya ingat banget mentoring sama Rio itu bikin saya sendiri sebagai mentor belajar. Jadi kayak waktu itu tuh karena Rio ini jurnalis, dulu tuh gimana, Kak, caranya buat mengkuantifikasi atau mengukur result dari kerjaan saya. Udah gitu saya kasih contoh, ada nggak misalnya dari liputan yang kamu bikin, itu tuh mengubah sesuatu.
Misalnya membuat stakeholder tertentu itu berubah perilakunya, berubah sikapnya, atau ada perubahan yang bisa diobserval sebelumnya seperti ini, karena ada liputan kamu, dia berubah jadi seperti ini. Itu ya contohnya. Jadi saran saya, bisa jadi bukan dari diri kalian yang bisa lihat, cari orang lain yang bisa liatin dan perbanyak perspektif bisa jadi result itu gak satu jenis terima kasih Kak Pina, mau menambahkan mungkin? udah lengkap banget sih, tapi bener banget yang dibilang Kak Shelly jadi satu hal yang menurutku yang aku belajar juga dari program mentoringnya Indonesia mengglobal, salah satu assignment mentee adalah nge-list semua experience mereka, terus para mentor ngebaca semua experience dan pengalaman mereka yang cukup berhalaman-halaman lah ya tapi dengan orang lain ngebaca list of experience, orang lain itu bisa bantu menteenya untuk melihat oh ini pengalamannya relevan, oh ini pengalamannya bagus banget, kadang Kadang-kadang kita pun kalau misalnya cuma di kepala doang dan kita nggak tuliskan, itu kita pun juga lupa bahwa ini sebenarnya oh iya ya, ini relevan juga ya pas aku ngerjain ini di universitas, oh ternyata aku pernah ngelit juga ya. Kadang-kadang kita lupa juga bahwa sebenarnya ada loh pengalaman relevan.
Jadi menurutku sih it's always good to just start writing down all your experiences, terus konsultasi sama teman. Terus yaudah sambil brainstorm, oh ini yang relevan, ini ada hubungannya. Terus mulai dari situ kita melihat, oke kalau ini relevan, ditelaah lagi.
Ketika kamu melakukan hal tersebut, impact-nya apa? Jadi dari experience itu, impact-mu apa? Jadi per proses aja, take it bit by bit. Tulis dulu, terus telah dulu, terus di-filter, terus dilihat impact-nya apa.
Bit by bit, you can do it. Merangkum dari Kak Pina dan Kak Shelly barusan, memang penting banget ya buat kita yang masih bingung sebelum nulis SI, kita ngelis dulu deh, selain ada CV, kita lis dulu deh pengalamannya. Oh pernah ikut ini, pernah ikut ini, pernah ikut lomba, misalkan pernah ikut komunitas, kita bikin proyek ini, proyek ini, proyek ini, banyak banget di mana kita lead.
Terus kita ngobrol sama temen, kayak Kak Shelly tadi bilang, kita ngobrol, menurut kamu ada yang lebih bagus nggak? Oh ternyata jangan-jangan. orang lebih bagus melihat angle pengalaman kita gitu, ketimbang kita sendiri karena kita sendiri gak ngeliat itu secara utuh gitu jangan-jangan masukan dari orang justru membuat kita Menemukan pengalaman kita yang keren gitu. Oke, kita lanjut ke pertanyaan selanjutnya.
Untuk situation, batas waktu maksimal di masa lalu kira-kira berapa lama nih? Karena ada artikel yang saya baca dari alumni Shevening, menyarankan untuk current situation aja. Nah ini mungkin nambahin juga, kalau misalkan sudah lulus kuliahnya 10 tahun yang lalu, terus kita mau ngasih contoh dari himpunan. Kira-kira, Kak Shelly mungkin? Mau ngerespon?
Makasih Rio untuk pertanyaannya. Ini pertanyaan yang pas banget ya, karena berarti Ibu Sri mengena gitu di Sanobari. Pemirsa sekalian di sore ini. Jadi, tadi memang ada kata resensi.
Resensi itu memang kaitannya sama waktu. Kalau pertanyaannya berapa lama, itu nggak ada hitungan yang baku. Jadi buat misalnya kayak...
Saya lagi mentoringin orang yang baru lulus kuliah 2 tahun, pengalamannya di himpunan waktu dia tahun ketiga masih relevan. Tapi kalau orang yang seperti tadi contohnya Rio, sudah lulus kuliah 10 tahun, terus pengalaman leadershipnya semua dari kampus gitu ya, di himpunan kampus, di UKM gitu. Terus selain bekerja, ngapain aja? Itu pasti akan menimbulkan pertanyaan. Makanya kalau tadi ada yang bilang, di alumni yang bilang current situation aja, sebenarnya makin recent makin bagus.
Prinsipnya seperti itu. Tapi nggak berarti hanya boleh di current situation aja ya, boleh agak mundur, tapi jangan kelamaan. Itu nggak ada science-nya sih, jadi nggak ada hitungan bakunya.
Kurang lebihnya itu yang penting adalah harus konsisten. Ketika itu ditunjukkan 4 tahun lalu, ya 2 tahun lalu masih ada dan sekarang masih ada. Jangan 4 tahun lalu ada, terus itu hilang, nggak tahu ke mana leadership quality yang itu. Kak Apina, mungkin mau nambahkan bagaimana cara menghadapi pertanyaan ini?
Susah ya, karena memang sering problemnya itu mereka kerja, terus topiknya beda dengan yang mereka inginkan, padahal pengalaman yang zaman dulu itu lebih relevan. Jadi, itu sulit. Ya itu tadi, semakin current situasinya semakin baik.
Jadi kalau misalnya ternyata tidak ada experience yang mendekati, past recent, it's totally okay to apply like the year after, atau cari exposure dulu. Karena kita juga nggak mau dong, kayak kita dapat beasiswa, atau kita dapat program yang demand. A, B, C, D, terus pas sampai sana kita nggak bisa memenuhi demand itu walaupun keterima, kadang-kadang kan kita kayak yaudah bikin-bikin aja kayak apa ya bukan ngawang sih, ngebullshit lah ya blablabla tapi sampai sana ternyata kita tidak bisa memenuhi demand tersebut, jadi susah juga tapi ya, tapi it's definitely not late you can find experience anywhere jadi um Kalau bisa diprioritaskan yang recent. Cuma kalau misalnya mau menunjukkan bahwa kamu dari dulu kamu unif, itu konsisten sudah melakukan hal yang sama dari 10 tahun lalu sampai sekarang, then you can mention that menurutku.
Oke. Kak Pena, ini masih ada pertanyaan yang mirip sebenarnya. Kalau untuk SI networking, jika ingin punya dua scene berbeda, misalkan dalam tahun sekolah dan bekerja, untuk cerita beberapa tahun lalu di kampus, apakah masih bisa relevan untuk diceritakan?
Jika impact-nya bagus, gimana? Dia pengen ngajuin satu contoh dari kampus, satu dari pekerjaan. Kak Apina?
Ya, saya akan mengikuti. Kampus itu... Ada banyak contoh yang bisa Anda gunakan dari kampus.
Kalau masih berapa tahun lalu, 3-4 tahun lalu, saya akan masih menggunakannya. Yang penting yaitu kalau misalnya kalian nunjukkan yang 4 atau 5 tahun lalu, juga jangan lupa nunjukkan yang lumayan recent. Karena yang tadi Kak Shelly bilang, kalau misalnya kalian cuma menunjukkan 4-5 tahun lalu, tapi tidak menunjukkan recent, itu malah menimbulkan pertanyaan. Apa yang kamu lakukan selama ini?
Apakah kamu tidak konsisten atau cuma kamu ada, kamu sempat menunjukkan kualitas pembimbingan itu hanya 5 tahun lalu. Jadi, untuk saya, tidak apa-apa menyebutkan pengalaman yang telah berlalu 5, 6, 5, 4 tahun lalu. Yang penting kamu bilang juga pengalaman terbaru kamu apa.
Kak Asyali mau menambahkan? Ya, setuju sama Pina. Terutama mungkin gini ya, kalau networking menurut aku malah bisa jadi sesuatu yang menarik di masa depan. Karena misalnya sekarang belum jadi apa-apa, tapi beberapa tahun lagi orang-orangnya akan duduk di posisi strategis. Banyak contoh kasus, Ekatan Alumni itu adalah salah satu tempat paling strategis untuk mengail network.
Jadi kalau menurut saya tidak apa-apa, terutama mungkin bisa dikaitkan sama konteksnya tadi, si goal besarnya apa yang... kina ulang-ulang terus ya, goal besarnya apa, kalian mau jadi apa, di field apa, dan bagaimana koneksi itu relevan. Jadi, dan nggak mesti misalnya kayak harus dihimpunan profesi, atau kayak di asosiasi profesi saja yang akan mendukung profesi kalian, gitu. Kalau kayak saya dulu, saya di kampus aktifnya di mahasiswa Angklung, terus saya tuh tahu soal chiefening itu dari teman saya yang di unit Angklung itu loh, menunjukkan bahwa sebenarnya kan dia itu, kita sama-sama nangklung, tapi dia itu anak seni rupa yang kita sama-sama punya interest yang sama, dan dia ngasih tahu tentang networking untuk future leaders yang beasiswa namanya Chevening.
Jadi teman-teman bisa lebih ini juga ya, bisa lebih luas gitu, ngelihatnya nggak cuma karena, oh aktivitasnya nggak tahu deh, sekarang ada grup klub UKM mahasiswa, ada apa aja. Itu tuh saya ngerasain banget sih, karena saya lulusnya udah agak lama ya, adik-adik ya. Jadi sekarang itu ngerasain bahwa dulu teman saya waktu di olimpiade, di unit angklung, di rumah belajar itu sekarang someone. Jadi kalau saya butuh apa-apa yang relevan sama kebutuhan profesional saya, saya selalu bisa mengetahui mereka.
Mantap, keren banget. Ini ada pertanyaan yang menurut saya menarik banget nih. Untuk esai, apakah etis atau sebaliknya terlihat snob? Kalau kita memasukkan perbandingan, misalkan kalimatnya, compared to my other colleagues with similar age, I was selected as a blah blah blah. Menurut Kak Shelly, etis nggak?
Ini tergantung yang baca ya, kalau yang baca saya sih nggak apa-apa. Tapi sekali lagi sebenarnya banyak cara yang, mungkin kalau saran saya itu bisa lebih elegan aja. Alih-alih misalnya Agak condescending ke peers-nya Misalnya bilang aja Pakai sesuatu yang emang terukur Jadi misalnya Di angkatan saya Saya itu yang pertama misalnya dipromosikan Jadi manajer, ya silahkan, itu kan fakta Tapi mungkin bisa dibikin phrasing-nya Enaknya harus lihat banget sih ya Contohnya supaya lebih enak Mungkin Pina bisa kasih Masukan juga Tapi kalau menurut saya sih bisa jadi, itu satu hal yang sangat wajar karena itu fakta.
Tapi ya itu delivery-nya harus pas. Soalnya saya pernah sih tahu ada orang, ada seorang teman saya yang nggak lolos sebuah beasiswa ya, karena beasiswanya memang mencari orang yang bisa menjadi pelayan masyarakat, begitu, ya nggak lolos karena dia snob. Balik lagi ke tadi yang Pina bilang ya, yang dicari seorang scholarship provider-nya seperti apa. Silahkan Pina. Hmm, Kak Pina.
Ya, bener banget. Setuju sama Kak Shelly. Snob atau tidak, that is a good question.
Tapi yang penting itu adalah ketika kalian menambahkan kalimat yang mungkin snob atau arrogant, itu kalian selalu harus kasih evidence gitu. Ada relevansinya, you have a point when you say that, gak cuma ngomong. Karena orang di judge arrogant atau tidak itu...
melihat apakah dia cuma sekedar name dropping atau memang ada poinnya jadi kalau misalnya kalian memang ada poin yang ingin kalian sampaikan dari itu dan ada evidence untuk nge-back up dan relevan dengan goal kalian, then show it this is the time so yeah, I don't mind yang penting kalian ada poin dan it's relevant dan kalian kasih kalimat-kalimat setelahnya juga Itu sih, tapi mungkin aku mikir sih kalau misalnya, ya itu tergantung culture juga lah ya Kak Shelly, kalau misalnya mungkin kalau LPDP gitu-gitu, mungkin tidak sejujurnya untuk menjadi seperti itu. Karena kita, kultur Indonesia juga mungkin sering melihatnya kayak, wah ini arugan banget nih hanap. Tapi mungkin nggak masanya untuk beasiswa-beasiswa luar, sedikit lebih, it's okay menurutku.
Tapi ini perserempinnya, aku bukan komite scholarship, nggak tahu juga sih. Karakteristik beasiswa penting. Cie, balik lagi.
Jadi selain kita mengenal karakteristik beasiswanya, kita juga harus wise melihat apakah kalau kalimat seperti ini dimasukin ke beasiswa tertentu itu akan cocok atau enggak dengan kultur beasiswa tersebut. Dan jangan lupa tadi, enggak cuma memdebatkan apakah ini terdengar snob atau arogan, tapi apakah ada poinnya, apakah ada nilai tambahnya kalau kita masukin kalimat tersebut. Nah, pertanyaan selanjutnya, ada yang bilang, belum paham sama habit. not specific.
Ini tadi merifer ke session-nya Kak Shelly ya. Kak Shelly mungkin boleh elaborate lagi soal habit not specific dan kaitannya dengan star. Silahkan Kak Shelly. Mungkin saya coba kasih contoh balik lagi tadi ya soalnya belum sempat terlalu mendalam nih.
Cuma ini saya kasih contoh dari yang udah bagus. Ini adalah hasil permak saya dari dari versi aslinya yang padinya sangat tipis, sangat tipis-tipis sekali untuk semua evidence-nya. Jadi dia padinya nggak ada situation-nya, terus saya tambahin situation-nya. Pasnya dia bilang, saya orang yang selalu, yang merasa networking bisa dicapai dengan berpartisipasi di conference dan workshop secara regular. Nah, kemudian ini action-nya saya tambah.
Jadi... Jadi ini memang saya karang ya, karena kan saya nggak tahu orangnya aslinya kayak gimana. Tapi tadinya tuh kayak, I participate in a regular workshop.
I always ask my boss to allow me to attend the workshop or conferences. And he grants me the permission. Terus udah gitu, I regularly gitu loh. Jadi kalau habit, itu tuh nggak bisa. kelihatan apa sih sebenarnya yang spesifik yang dia lakukan, dia pakai kata-kata kuncinya tadi.
Pakai tansnya simple present tense gitu loh. Tidak ada spesifik, kalau ini kan spesifik disebut waktunya kapan, konferensi ada berapa nih, sangat jelas. Sementara kalau yang tadinya, sebelum ini jadi seperti ini, cuma saya enggak saya masukkan di sini before afternya, ini tuh sesuatu yang sangat umum.
Jadi I always... dan bla bla bla bla I always connect myself with industry experts, professionals and players from the same field I regularly update them about my company's recent initiative and keep them in touch hal-hal yang seperti itu, jadi contoh indikatornya tadi ya, indikatornya itu dia pakainya present tense, bukan pakai fast Kalau dia Starnya bagus, dia akan pakai past tense Karena dia akan merujuk ke satu Situasi spesifik di masa lalu Dan lengkap situasinya Bisa ditulis waktunya kapan, siapa aja Namanya, ini kalau mau dibikin lebih bagus Terus aja nama perusahaannya apa Kalau misalnya itu tidak confidential Dan hal-hal detil lainnya Yang membuat yang baca Jadi lebih ngerti, oh ini maksudnya Begitu, mudah-mudahan kebayang Kak Pina mungkin mau menambahkan terkait ini? Oh, udah lengkap Kak Shelly.
Kak Shelly master star soalnya. Jadi saya sama suhu aja. Oke. Ya mungkin kalau di Pina itu tadi poinnya ini ya. Untuk jatuhnya itu jadi yang klise tadi sih.
Kalau saya perhatiin agak-agak mirip gitu ya. Jadi dia tuh cuma kayak, I always wanted to be bla bla bla. Kan nggak selalu seperti itu. Bener, always ini berarti nggak boleh ada putusnya loh. Dalam seumur hidupnya kan bener ya, ini yang ngambul ada putusnya loh.
Tidak satu detik pun. Tidak satu detik pun goyang. Iya, nggak ada gitu.
Nah, itu contoh-contoh yang habit gitu kan. Sementara kalau bilang yang kayak gitu, semua orang bisa. Mengucapkan kalimat yang krisisnya, semua orang bisa.
Tapi balik lagi, ini apakah orangnya itu beneran nggak sih? Dia pernah, dia selalu punya interes yang sama, apa buktinya? Karena dia nggak cuma... Konsep doang gitu daydreaming, oh iya kayaknya saya pengen jadi hatung MA gitu kan, ya terus.
Oke, oke. Ini ada pertanyaan yang menurut saya penting banget nih. Kalau mau mencantumkan data-data atau research dalam essay, apakah sources-nya disebutkan dalam bentuk kutipan atau bisa link website atau bagaimana?
Please suggest. Kak Pina mungkin? Mungkin pakai footnote ya?
Ala apa pakai apa nih? Pakai standar Chicago. Ya.
Kak Pina? Ya ampun. Itu tergantung banget Beasiswa atau Aplikasi yang kamu masukkan Jadi kadang-kadang kan Lo harus masukin Harus ketik gitu kan Jadi gak ada tempat Untuk kamu masukin source Atau footnote Atau apapun gitu Kadang-kadang bentuknya essay Jadi kalian bisa Tapi Pada pengalaman saya Saya akan Saya tidak berpikir Saya pernah mengucapkan Seseorang Tapi Paling aku bilang Aku bakal bilang namanya aja, terus year, terus apa yang relevan gitu loh.
Tapi aku gak akan menyebut buku kalau misalnya kalian harus ngetik ya. Tapi kalau, maksudnya ngetik jawabannya di dalam aplikasi yang online gitu maksudnya. Tapi kalau misalnya esai, mungkin kan sih. Cuma ya itu, karena aku belajarnya hukum kan, jadi word count itu sangat... apa yang bisa dibedah, apa yang bisa di-cut.
Jadi, kadang-kadang footnote itu bisa panjang banget, dan lumayan mengurangi word count kita, yang padahal satu kalimat itu bisa kita tambahin di essay kita biar lebih kuat. Jadi, I would say, kalau bisa sekecil mungkin sih, kalau bisa nama sama the year should be enough. Itu menurutku. Siap.
Referensi sekilas aja ya Kak Shelly mungkin mau menambahkan Soal resources Betul sih, tadi kembali lagi ya Ke metode apply-nya Kayak gimana, kalau ternyata bisa Masukin hyperlink, ya bisa Dimasukin link berita Atau link website yang kalian kutip Cuma, saya tuh pernah dikasih Nasihat sih, waktu Aplikasi pertama saya Aplikasi chief link pertama saya Yang gagal itu Jadi waktu itu saya kayaknya masih belum ngerti gitu ya konsepnya seperti apa. Jadi itu banyak masukin buzzwords dan ngutip hasil riset lah segala macam. Terus setelah itu saya diingetin, waktu itu formatnya esai Ciri ini belum kayak sekarang, jadi cuma satu esai panjang, seribu kata kalau nggak salah, atau dua ribu gitu. Terus saya itu diingetin bahwa, Sali, this is your personal statement, so it should be personal.
Nah, di situ saya jadi mikir bahwa, oh iya ya kenapa saya ngabisin word count buat ngutip pemikiran orang lain padahal kan yang mau nyeleksi saya itu pengen tahu isi kepala saya apaan kalau lihat pertanyaannya Chippening tahun ini pun menurut saya itu masih kesempatan yang sangat luas buat kalian tanpa perlu harus mikirin referensinya dari mana gitu kan, kalau misalnya menurut kalian Gership itu seperti apa menurut kalian cara membangun dan mempertahankan networking itu seperti apa jadi nggak perlu sih menurut saya terlalu ribet gitu ya memikirkan ini harus dikasih kutipannya siapa karena bukan apa ya, mungkin ya jangan sampai itu jadi tadi ya, mengurangi kesempatan kalian buat mendemonstrasikan bahwa kalian adalah kandidat yang layak dipilih untuk beasiswa ini. Thank you Kak Pina, Kak Shelly. Remember Gengs. Oh iya, silakan Kak Pina.
Oh, tapi udah mau selesai ya, ini acara ya. Masih ada kok waktunya. Ngomong aja, nambahin Kak Shelly tadi bilang, ya this is your time to show yourself. Bener banget. Jadi sering banget aku ngeliat SIS-nya yang ngasihin quote-quote atau impersonal statement.
Padahal orang itu pengen tahu, ya itu, apa yang kamu ketahui, dan apa pandanganmu terhadap suatu hal, bukan nge-quote orang lain. Jadi kalau bisa sih, selama ini aku belum nemuin. Mungkin ada, tapi selama ini aku belum menemukan esai yang berhasil yang dia banyak ngutip orang lain. Kecuali dia ngutip orang yang ingin dia jadi supervisor yang dia tuju atau apa. Oh, saya ingin menjadi supervisor ini karena blablabla pandangan dia berhubungan dengan pikiran saya, blablabla.
Itulah menurutku poin relevan di mana kamu bisa menunjukkan... relevansi orang tersebut terhadap programmu. Teman-teman, pengingat aja bahwa ini bukan akademik esai ya, bukan tugas makalah kuliah. Jadi, ini adalah esai pribadi, harusnya tentang Anda. Apa ide Anda tentang masa depan Anda dan kontribusi Anda kepada masyarakat?
Jadi, tunjukkan pesonamu. Jangan kutip-kutip. Nah, waktunya udah habis. Bentar lagi teman-teman di breakout room akan bergabung lagi ke main room di sini.
Mohon maaf. Buat teman-teman yang pertanyaannya nggak sempat dibacain Tapi Panitia sudah berusaha mengoleksi dan merangkum pertanyaan-pertanyaan Yang paling sering diajukan Semoga tadi pertanyaan dan penjelasannya menjawab Nanti di sini kita akan gabung dan mendengarkan Contoh diskusi-diskusi yang berlangsung dari breakout session tadi Supaya kita bisa saling belajar bersama Nah mungkin sambil nunggu teman-teman masuk ke main room lagi Ini boleh kali ya, ada satu pertanyaan, mungkin pendek aja di ringkas sama Kak Shelly sama Kak Pina. Ini gimana kalau misalkan ada career path, future plan, supaya tidak halu. Dan kalau misalkan ada dua pilihan, misalkan pengen jadi academics dan juga entrepreneur, gimana cara nulisnya? Kak Shelly mungkin?
Iya. Tadi udah dikasih bocorannya, jadi saya mau pakai jawabannya Pina. Nah, habis ini Pina bingung deh mau jawabannya gimana. Intinya harus smart. Intinya harus smart, measurable, dan kadang tuh kita suka ngerasa, mungkin ya, ini sebagai orang yang pernah gagal berkali-kali beasiswa, selain Cipun yang juga gagal beasiswa-beasiswa yang lain ya, pemirsa adik-adik sekalian, saya tuh pernah ada di masa saya tuh khawatir kalau saya ngasih karir plan yang nggak wow, itu tuh nggak akan kepilih.
Nggak, teman-teman. Justru lebih baik kalau misalnya karir plannya itu sesuatu yang memang realistis buat dilakukan. Kalau dikasih ujungnya aja, jangka panjangnya aja, terus ada jangka menengahnya, nggak ada jangka pendeknya, itu juga jadinya halu yang kayak tadi disebut.
Jadi menurut saya, baik untuk realistis juga gitu. Terukur dan realistis, bahwa memang itu sesuatu yang bisa diraih dalam jangka waktu yang kalian sudah tentukan. Mau super banget, ya silahkan. Misalnya mau jadi presiden, mau jadi menteri, mau go. Cuma harus bisa menurunkannya menjadi rencana-rencana ke jangka menengah dan jangka pendek.
Terus udah gitu pertanyaan yang kedua. Apa, Rio, tadi? Sorry, Kak Shelly. Kayaknya kita teman-teman di breakout room udah pada masuk nih. Tapi barusan poinnya bagus banget.
Kak Pina, mungkin? Atau karena sudah dirangkum sama Kak Shelly, kita langsung ke teman-teman. Tadi cuma mau bilang karena Kak Shelly pake smart, aku mau pake seri.
Jadi jangan lupa pilihanmu itu harus relevan terhadap course yang ingin kamu tuju. Itu aja sih. Kalau kamu pengen jadi entrepreneur tapi programnya kok gak relevan yaudah mungkin pilih aja yang career akademik.
Itu aja sih. Siap. Itu bagus banget.
membantu teman-teman, dan teman-teman dari Breakout Room, selamat datang kembali di main room, semoga tadi fruitful ya discussion-nya di Breakout Room yang dengan nama-nama band itu ada, what's life, dan lain-lain coba mungkin ada satu atau dua fasilitator mungkin dari Breakout Room yang mau share boleh banget ngehubungin nanti ngehubungin Mungkin ada satu pertanyaan yang paling menarik gitu ya, atau yang belum pernah didengarkan selama mentoring, mungkin boleh di-share supaya teman-teman yang lain juga bisa belajar dari sesi-nya masing-masing. Oke, ini ada nggak nih? Coba, coba, coba.
Halo, apakah ada? Saya tunjuk aja lah ya. Jadi kayak guru nih.
Iya. Ya ini udah dapet Itah, Rio tunjuk aja Siap, coba dari grup Westlife Dari Westlife mungkin ada Uptown Girl yang mau cerita sebagai fasilitator Ya ini ada, ya Kak Marwa silahkan mungkin boleh cerita di grup Westlife tadi ada apa Satu pertanyaan yang paling menarik mungkin Satu pertanyaan yang paling menarik sih mungkin menurut aku yang ini sih, yang relationship dengan UK gitu, apakah menjadi penting kemudian apa? studi yang pengen kita ambil itu atau karir plan kita ambil itu berkontribusi terhadap hubungan Indonesia dengan UK gitu misalnya.
Yang mana menurut penanyaan tadi itu akan menjadi tantangan ketika isu yang ingin kita angkat atau studi yang ingin kita ambil itu tentang finance dan private gitu. Jadi memang instead of kalau misalnya isu-isu sosial, development dan lain-lain itu kan mungkin akan lebih gampang gitu untuk mengambil koneksinya gitu ya. Jadi itu sih tantangannya mungkin.
teman-teman mempunyai kendala yang sama gitu untuk nyambungin dengan program-programnya UK gitu dan kontribusinya untuk membangun hubungan Indonesia dan UK gimana Tapi apa saran Anda, Kak Marwa? Saran saya itu bisa dilihat kalau aku sih secara pribadi mungkin memang akan menjadi tantangan sendiri Tapi UK sebagai negara, mereka adalah eksperti bukan hanya di di universitas dan di pendidikan, tapi di banyak sektor. Yang mana itu bisa menjadi sesuatu yang bisa Indonesia pelajari.
Dengan cara itu bisa jadi basis untuk kenapa kemudian menjadi penting Indonesia buat membangun kerjasama dengan UK dalam isu tersebut. Dan itu berlaku di private, social, ataupun di berbagai sektor. Ini juga mungkin yang... terkait bisa juga dilihat apa kerjasama-kerjasama UK, perusahaan UK gitu misalnya yang udah dilakukan di Indonesia gitu. Jadi jangan hanya terfokus kepada UK as a government, maksudnya as a state gitu, tapi lihat UK as a private industry and many other things gitu, mungkin itu bisa jadi basis gitu untuk kerjaan, gitu sih kalau saran aku.
Terima kasih telah berbagi, Pak Marwa. Itu sangat berguna dari grup Westlife. Kalau boleh saya rangkum, jadi kalau kita bingung gimana caranya kita kontribusi ke hubungan antara UK dan Indonesia, jangan terfokus sebagai UK sebagai pemerintah saja, tapi juga sebagai entiti bisnis atau bidang-bidang lain. Dan seperti yang Pak Marwa tadi sebut, di situ mungkin kita bisa menemukan kerjasama atau pekerjaan dari UK.
bisnis entiti yang ada di Indonesia yang mungkin kita bisa kontribusi di sana. Kalau gitu teman-teman kita sampai di akhir penghujung acara, nggak kerasa sudah 2 jam kita belajar langsung dari guru-gurunya Star Method. Ada Kak Pina yang sudah mengajarkan cara mengenal pasti karakteristik dari setiap pelajaran dan cara menjawab pertanyaan pelajaran.
Juga kita langsung belajar dari masternya Star Method tadi Kak Shelly, mengenai metode star dan juga metode three, gimana caranya memilih pengalaman-pengalaman yang relevan dan bagaimana menceritakan itu sebagai sebuah esai yang kuat dan menarik. Terima kasih sekali lagi buat teman-teman yang sudah hadir hari Sabtu sore ini, eh sorry, hari Minggu sore ini. Dan makasih Kak Pina sudah bergabung dari Cambridge, saya juga dari London, ini masih pagi di sini.
Makasih buat teman-teman yang sudah hadir. semoga minggunya berfaedah mohon maaf kalau ada technical glitch semoga tidak mengurangi manfaat-manfaat yang bisa didapat dari session kali ini jangan lupa di minggu depan tanggal 18 Oktober jam 3 sore masih ada sharing session bersama Shafening alumni lainnya temanya adalah return stronger and win the award mengutip tadi Kak Shelly sempat bilang lebih baik kita dapatnya ketika sudah siap gitu ya, bukan pas tengah mateng gitu. Jadi supaya teman-teman juga nggak jiper gitu, kalau misalkan belum dapat award-nya tahun ini, bisa daftar lagi tahun depan.
Dan kalau masih tetap mau ikut, tanggal 25 Oktober itu masih ada mystery guest, yaitu tentang adaptive leadership katanya. Jadi teman-teman bisa dilihat, ini minggu keempat. Oke, dan sekali lagi Session di minggu ketiga ini adalah kerjasama yang sangat luar biasa Dari CAI, Asosiasi Alumni Chevening di Indonesia Dan juga Indonesia Mengglobal Terima kasih banyak Kak Pina buat sharingnya hari ini Dan teman-teman semua kunjungi terus website dan social media Dari CAI dan Chevening Untuk berbagai informasi menarik lainnya Sampai jumpa di acara selanjutnya, dan buat yang lagi nulis esai. dan mencari aplikasi untuk Shafening tahun ini Kami berharap Anda berjaya dan semoga semua aplikasinya lancar, SI-nya mantap, semuanya keren banget, dan selamat hari yang baik untuk semua.
Bye-bye!