Terima kasih. Halo teman-teman semuanya, di tangan saya sudah ada Xiaomi 14T Pro. Kamera ini, maksud saya ponsel ini baru launching beberapa waktu yang lalu.
Hebatnya seri Xiaomi 14T dan 14T Pro. ST Pro mencatat rekod penjualan yang baru. Kedua ponsel tersebut terjual 10.000 unit dalam 36 jam saja. Luar biasa bukan?
Tapi dibalik itu, teman-teman mungkin juga penasaran. sebagus apa sih kameranya dari perspektif fotografer profesional. Maka itu saya akan fokus untuk menguji kamera Xiaomi 14T Pro ini di berbagai lokasi dan untuk berbagai subjek foto, terutama di kondisi saya yang minim sesuai dengan tagline Xiaomi 14T Master Light Capture Night.
Tapi sebelumnya sedikit perkenalan dulu ya, seri Xiaomi T ini punya harga yang menarik. Karena ia menggunakan prosesor dari MediaTek, yaitu Dimensity 9300 Plus untuk 14T Pro ini. Sebenarnya prosesor ini cuma kalah-kalah tipis dari prosesor merek yang lain yang lebih populer, seperti Snapdragon dari Qualcomm.
Tapi perbedaannya dari segi harga itu cukup banyak. Xiaomi 14T Pro ini yang saya pegang harganya cuma 8 jutaan. Baiklah.
Bandingkan dengan Xiaomi 14 Pro yang nggak masuk ke Indonesia, itu 700 USD atau sekitar 11-12 juta. Lumayan kan hemat 3-4 jutaan? Ponsel ini punya 3 modul kamera.
Yang utama adalah kamera bersensor 1x1,31 inci. Sensor ini relatif besar untuk ukuran ponsel. Dan lensanya Leica Sumilux F1,6 yang sangat lebar. bukaannya. Penamaan merek Sumilux biasanya disematkan Laika ke lensa-lensa yang berbukaan besar mencapai f1.4.
Sumilux berasal dari kata suma yang artinya banyak dan lux yang artinya cahaya. Artinya lensa ini bisa memasukkan banyak cahaya dan oleh sebab itu dipakai di kondisi minim cahaya atau low light juga akan bagus sekali. Ada dua kamera lain lagi yaitu ultrawide 12MP f2.4 dan telephoto 60mm f2 dengan sensor 1x2.88 inci.
Keduanya boleh dibilang termasuk nice to have ya, tapi kualitasnya menurut saya biasa saja, tidak sebagus yang utama yang Leica Sumilux yang pasti. Menurut Xiaomi, di kamera utamanya ini menggunakan teknologi yang namanya Light Fusion, yang kalau saya pahami adalah sejenis teknologi computational photography yang terkenal dengan kualitas kamera. Yang mana saat kita memotret, kamera akan mengambil secara cepat sekali beberapa gambar, lalu menggabungkannya tujuannya untuk mengurangi noise dan meningkatkan detail dari fotonya.
Oke, kita langsung lihat aja ya bagaimana kualitas foto dan fitur kameranya. Tapi sebelumnya, saya mau informasikan bahwa foto-foto yang kita tampilin di sini adalah foto-foto langsung dari kameranya. Langsung dari ponselnya maksud saya.
Tampak. ada post processing atau editing. Karena Xiaomi 14D Pro ini dipromosikan untuk kemampuan low light-nya, maka saya banyak memotret di malam hari.
Hasil fotonya sekilas memang mantap. Tajam, warnanya cerah, dan juga bebas dari noise. Tapi kalau kita lihat dengan seksama, tekstur-tekstur yang halus atau istilahnya fine detail itu tidak terlihat di beberapa kondisi, terutama saat kondisi yang sangat gelap. Sepertinya proses penajaman dan noise reduction itu menghilangkan detail-detail yang halus tersebut.
Untuk foto portrait ada mode portraitnya disini seperti ponsel-ponsel yang lain. Nah bedanya di Xiaomi ini kita bisa atur jarak vokal seperti 23mm, 35mm, 60mm atau 75mm. atau kita bisa atur karakter lensa dan bokehnya. Misalnya, lensa dokumenter 35mm mensimulasikan lensa Leica 35mm f1.4 Sumilux. Swirly bokehnya, bokeh mensimulasikan lensa 50 mm f0,95 noktilux mode potret 75 mm mensimulasikan lensa noktilux 75 mm f1,25 dan yang gak kalah menarik adalah soft focus 90 mm dimana hasilnya menyerupai lensa Leica tambar 90 mm yang subjeknya menjadi sangat halus dan berpendar atau glowy Dan bentuk bokehnya seperti donat.
Sepengematan saya, hasil foto dari potret-potret ini kadang bisa bagus banget, tapi kadang bisa kurang sempurna. Yang kurang biasanya terletak di pemisahan subjek dan backgroundnya yang kadang-kadang kurang mulus. Misalnya saat kita foto subjek yang rambutnya panjang dan bergelombang.
Maka itu kita perlu hati-hati. Jika rambut tidak rapi, hasil gambarnya bisa tidak sempurna. Bedanya kalau kita menggunakan... menggunakan kamera dan lensa yang khusus yang dedicated itu tidak akan muncul masalah tersebut ketajaman dan latar belakang blurnya akan lebih mulus bergradasi contohnya kalau kita fokus ke mata yang satu mata yang lain sudah blur sedangkan kalau kita pakai kamera ponsel kita fokus ke subjek orangnya itu akan tajam semuanya satu badan dan kemudian latar belakangnya langsung blur banget soal ini sebenarnya adalah plus minusnya kalau teman-teman mau look foto yang semuanya tajam memang pakai ponsel menjadi suatu kelebihan sedangkan kalau pakai kamera atau lensa yang dedicated malah akan kesulitan untuk bikin satu badan itu tajam semua kreatif style yang lain yang cukup menarik perhatian saya adalah Leica high contrast monochrome yang kita bisa pakai untuk kombinasi foto potret atau juga cocok untuk foto arsitektur Yang paling mantap pastinya adalah kamera utamanya yang bermerek Leica Sumiworks 23mm f1.6.
Bukaannya besar dan lensanya cukup lebar untuk berbagai jenis fotografi. Light gathering kapasitinya dan bokeh powernya juga mantap. Setara dengan f5.6 di kamera full frame atau f4 di kamera APS-C dan f2.8 di sistem micro 4 thirds. Cukup lumayan bu. Tapi memang bukan saingannya kamera Leica plus lensa Leica Summilux atau Summicron yang bedanya bisa mencapai 3-4 stop atau ekvivalen dengan 8-16 kali lebih gelap dalam hal kapasitas menyerap cahaya dan kemampuan membuat bokeh yang natural.
Kelebihan ponsel ini dibandingkan dengan kamera yang dedicated adalah ponsel punya prosesor yang lebih canggih dengan arsitektur 4 nanometer dan teknologi computational photography. Dia bisa menyempurnakan hasil foto lewat processing secara langsung di kameranya sehingga hasilnya bisa cerah dan seimbang. Lensa dengan bukaan yang sangat besar seperti f1,6 ini tidak bisa diatur atau kita tidak bisa kecilkan ya seperti ke f2,8 atau ke f8. Jadi dia juga punya kelemahan yaitu pemeratan ketajamannya. kadang tidak sama misalnya kalau kita fokus ke satu subjek tepi-tepi foto bisa jadi terlihat lebih blur atau kurang tajam nah mungkin ini akan kurang mengundungkan untuk fotografi semacam still life atau dokumen implementasi tapi kalau kita mau foto potret yang sengaja mau latar belakangnya agak blur itu jadi menguntungkan secara keseluruhan saya melihat karakter foto dan juga warna dari Xiaomi 14t Pro ini sudah bagus dan enak dilihat hasilnya eye catching dari kameranya dan juga exposurenya cenderung cukup sesuai atau seimbang kalau tidak sesuai atau kita mau sedikit kreatif mau gelapkan sedikit atau lebih terang kita bisa manfaatkan kompensasi.
Exposure dengan menekan tombol EV, di mana itu sangat praktis sekali dilakukan di lapangan. Selain hardware kamera yang makin canggih, Xiaomi yang terbaru ini juga dilengkapi dengan software AI yang canggih. Kita bisa menghapus subjek di gambar yang kita tidak inginkan, misalnya ada orang lain di latar belakang.
Saya mengamati kalau objek yang ingin dihilangkan itu tidak tumpang tindi dengan yang lain, tidak sulit untuk menghapusnya, dan hasilnya... masih natural. Tapi kalau overlap dengan yang lain seperti ada orang lain yang duduk di kursi, nah itu bisa menjadi kendala karena software kadang kesulitan untuk mengenerate bagian yang dihapus tersebut.
Selain menghapus gambar, AI juga bisa digunakan untuk expand sebuah gambar atau memperbesar ruang gambar. Ini cocok banget kalau kita menemukan foto yang secara tidak sadar waktu konteknya tidak terlalu dekat atau terlalu ketat komposisinya. Bagi saya, Xiaomi 14T Pro ini saat worthy bagi penggemar fotografi karena fiturnya lumayan lengkap dengan harga yang lebih terjangkau dibandingkan dengan versi flagship seperti Xiaomi 14 dan Xiaomi 14 Ultra.
Meskipun menggunakan prosesor MediaTek Dimensity yang mereknya tidak seterkenal Snapdragon, saya tidak merasa ada kendala dengan kinerja kamera atau kamera. atau ponselnya. Baik dari autofocus, pengaturan setting, pemrosesan gambar, semuanya bekerja dengan cepat dan hampir instant.
Terima kasih kepada Xiaomi Indonesia yang telah berkenan meminjamkan satu unit ponsel Xiaomi 14T Pro ini selama kurang lebih 2 minggu. Mudah-mudahan review ini bisa memenuhi harapan teman-teman, penggemar Xiaomi, dan juga Laika. Sampai jumpa lagi di review ponsel berikutnya.
Oke, bye-bye! Terima kasih.