Transcript for:
Kajian Akidah di Roja TV

Tajian Islam dunia di Roja TV dan Radio Roja Kitab Sarosunnah Imam Muzani ini merupakan kitab yang sangat luar biasa berharga tentang masalah akidah Ardhan Muqtasaran Imam Muzani memaparkan pembahasan-pembahasan akidah dengan ringkas dan radio Roja Bandung 104.3 FM Radio Roja Bobo dan Radio Roja Bandung menebar cahaya sunnah Jadakumullah khairan bagi Anda para pemirsa Roja TV Dan telah lagi kami hadirkan untuk Anda program acara Kajian Inya secara langsung Roja TV Seluruh antara wahabat Quran dan Kajian Islam Bismillahirrahmanirrahim Alhamdulillah Alhamdulillah wa syadu anna muhammadan abduhu wa rasuluh la nabiya ba'da ma'bad ikhwatai salamu ala azakumullah para pemerhati roja dimanapun anda bisa menyimak siaran kami Alhamdulillah di kesempatan Sabtu siang pekan pertama yang berbahagia ini, kembali kita akan simak program kajian ilmiah disampaikan secara langsung oleh guru kita Ustadz Abdurrahman Taib Elsyafidhullah Ta'ala dari kota Surabaya pembahasan di kesempatan ini masih melanjutkan tik kitab Ta'liku ala syarhi sunnah lil imami al-muzani yang ditulis oleh Fadilatul Sheikh Prof. Dr. Abdurrazzabin Abdul Musin Al-Badar Afidhullah Ta'ala Nami khuatir silam wa azakumullah setelah penyampaian materi silam silakan nantinya Anda dapat bertanya secara langsung di lantai 021-823-6543 atau Anda dapat mempersiapkan pertanyaan melalui pesan singkat di 081-989-6543. Berikut kita akan simak penjelasan materi yang akan disampaikan. Selanjutnya kami persilakan kepada Al-Ustaz Fadlal Masyarakat 6. Jazakumullah Khairan.

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Innalhamdalillah. Nahmaduhu wa nasta'inuhu wa nasta'gfiruhu.

Wa na'udhu billahi min syururi anfusina wa min sayyi'ati a'malina. Man yahdihi allahu fala mudhillalah. Wa man yudhilil fala hadiyalah. Ashadu an la ilaha ilallah wahd.

wa batha minhumaa rijaaalan kathiraan wa nisaa'a wa taqullaha alladhi tasaa'aloo nabihi wal arhaam inna allaha kana alaikum raqeebah ya ayyuhal ladhina amanu taqullaha wa qulu qawlan sadidah yuslih lakum a'malakum wa yakfir lakum dunubakum wa man yut'illaha wa rasulahu faqad faza fawzan azimah amma ba'd fa'inna as-saqal hadisi kitabullah wa khiral hadihi hadiu muhammadin sallallahu alaihi wasallam wa syaral umuri muhjasatuhah wa kulla muhjasatin bit'ah wa kulla bit'atin dolalah wa kulla dolalahin finnar Masal muslimin, pemirsa TV Raja, dan pendengar Raja-Raja di mana saja berada, rahmanirrahim. Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang mempertemukan kita kembali dalam kajian kitab Ta'liqatun ala syarhi sunnah lilmuzani oleh Fadilatul Sheikh Ad-Duktur Abdul Razak bin Abdul Masin al-Abbad al-Bajr Hafidallahu ta'ala Semoga Allah SWT wa ta'ala senantiasa memberikan kepada kita keistikomahan dalam belajar akidah salaf dan berpegang teguh dengannya sampai akhir hayat kita nanti. Masal muslimin, pemirsa Tifir Raja dan pendengar Raja Raja Rahimani wa Rahimahumullah, kita masih dalam pembahasan tentang akidah Imam Al-Muzani Al-Syafi'i yang berkaitan dengan sifat-sifat Allah SWT. Kita baca lagi ucapan beliau.

Kalimat Allah, kalam Allah, kekuasaan Allah, semua sifat-sifat Allah itu sempurna dan bukan makhluk. dan sudah ada sejak dahulu kala dan bukan sesuatu yang baru yang akan sirnah dan tidak ada sesuatu yang kurang dari Allah SWT lalu kemudian bertambah jallat sifatuhu anshibihi sifatil makhlukin makhlukin Maha suci sifat-sifat Allah dari menyerupai sifat-sifat makhluknya. Di sini kita pada pertemuan yang terakhir sudah pelajari ucapan Imam Muzani dengan syarah Sheikh Fadilatul Sheikh Abdul Razak bin Abdul Mohsen Al-Abbad. Kita lanjutkan pada ucapan beliau nanti.

Akal manusia tidak akan mungkin sampai untuk mensifati bagaimananya. Sifat Allah SWT. Allah Maha Dekat mengabulkan orang yang memohon kepadanya.

Ba'idun bitta'a zuzila yunak. Ia memiliki kekuasaan keperkasaan. yang tidak mungkin bisa dikalahkan. A'alin ala arshihi, ia tinggi di atas arshnya.

Ba'inun min khalqihi, terpisah dari makhluknya. Mawjudun, wa laisa bima'dumin, wa la bima'fud. Iaitu ada, bukan tidak ada, ataupun hilang.

Ini ucapan Imam Al-Muzani Ash-Shafi'i. yang berkaitan dengan akidah Ahlus Sunnah wal Jamaah yang berkaitan dengan Tawheed Asma wa Sifat. Sampai kepada ucapan beliau, Waka surat anhu fitanul wa sifin.

Akan manusia tidak akan mungkin bisa sampai untuk membayangkan, membagimanakan. sifat Allah subhanahu wa ta'ala kata asyikha dr. abdurazak fiha ibtalun litakif di dalam ucapan beliau tadi ada bantahan pembatalan terhadap atakif membagimanakan sifat Allah subhanahu wa ta'ala dan ini tentunya beliau imam al-muzani rahimallah ta'ala ambil dari guru beliau imam asyafi rahimallah ta'ala yang mana imam asyafi rahimallah berkata dalam mukaddimah kitab ar-risalah, beliau mengatakan walaya belugu alwasifuna kunha azamatihi orang yang mensifati Allah gak akan mungkin sampai untuk membayangkan hakikat keagungan sifat-sifatnya ini ucapan imam al-syafi rahimallah ta'ala gurunya imam al-muzani yang mengharamkan at-taqif, membagimanakan sifat Allah. Dan ini juga serupa dengan ucapan gurunya Imam Syafi'i yang bernama Imam Malik rahimahullah ta'ala.

Ketika bila ditanya oleh seseorang kaifastawa bagaimana Allah itu istiwa di atas arus. Imam Malik mengatakan al-istiwa umaklum, arti istiwa Dalam segi bahasa sudah dimaklumi. Kata Mujahid Abul Aliyah dari kalangan tadiin arti Ar-Rahman ala as-istawa.

Istawa artinya ala wartafa. Allah tinggi di atas ars. Makna istiwa itu sudah dimaklumi.

Wal-kaifu majuhul. Ada pun bagaimananya tidak ada yang tahu. Tidak diketahui. Ini masalah gaib.

Wal-imanu biwajib. Kata Imam Syed. Imam Malik rahim Allah beriman Tentang sifat Allah Sifat istiwa itu wajib Karena itu bagian daripada iman Kepada Al-Quran, iman kepada Allah SWT Sedangkan bertanya Bagaimana sifat Allah Itu pertanyaan yang Bid'ah Jadi ini yang dilanjutkan Oleh Imam Al-Muzdani Al-Shafi'i rahim Allah SWT Beliau mengatakan Akal manusia tidak akan mungkin sampai untuk membagimanakan sifat Allah SWT.

Apalagi, ma'asyal muslimin rahimani wa rahmukumullah, kata al-imam al-muzani, li'annal mukayyif ja'ala aklahu qadiran ala buluhi kudhi sifatillah, fakhadha fit-taki. Hal ini dikarenakan orang yang membagimanakan sifat Allah, menjadikan akal manusia. Kelakalnya itu sampai kepada membagimanakan sifat Allah. Ini berlebih-lebihan.

فَخَوْدَ فِي تَكِيبٍ Rasul mengatakan, هَلَا كَلْ مُتَنَا تِعُونَ Kelakar orang yang berlebih-lebihan. Di antaranya dalam membagimanakan sifat Allah SWT. Rasul saya salam bersabda, لَا تَفَكَّرُ فِي ذَاتِ اللَّهِ walakin tafakkaru fi khalkillah jangan memikirkan membayang-bayangkan membagimanakan zidat Allah ataupun sifat Allah namun pikirkanlah tanda-tanda kekuasaan Allah yaitu pada makhluk-makhluknya ini karena akal tidak akan sampai kepada membagimanakan sifat Allah bahkan Imam Ash-Shafi'i juga pernah berkata لِأَنَّا إِلْمَ ذَلِكُ لَا يُدْرَكُ بِالْأَقْلِ وَلَا بِالْرُؤْيَةِ وَالْفِكْرِ Bahwasannya ilmu tentang tawhid asma'wa sifat tidak bisa digapai dengan akal-akalan manusia, dengan pemikiran manusia.

Hanya dengan Al-Quran dan Sunnah kita bisa menetapkan nama-nawan sifat-sifat Allah SWT. Dan kata para ulama, kita bisa membagi manakan sesuatu, ini kaedah secara umum bukan hanya berkaitan dengan sifat-sifat Allah, kita nggak akan mungkin bisa membagi manakan sesuatu, kecuali kalau terpenuhi salah satu dari tiga hal ini. Yang pertama, melihat zat sesuatu itu.

Kalau kita kaitkan dengan sifat Allah, apakah ada seorang yang... Pernah melihat zat Allah? Tidak ada. Bahkan Nabi kita Muhammad SAW tidak pernah melihat Allah.

Bahkan ketika Isra'ul-Miraj. Ketika Abu Dhari bertanya, Haraita Rabbah. Apakah engkau, Nabi Muhammad, melihat Rabbahmu?

Kata Rasul, Nurun anna arah. Ada cahaya yang menghalangiku untuk melihatnya. Bahkan Nabi Musa AS.

Ketika memohon kepada Allah, Rabbi arini andur ilaih. Wahai Rabbahku. Tunjukkanlah dirimu, pelihatkanlah dirimu Aku ingin melihat kepada Apa jawaban Allah? Di dunia ini engkau tidak akan mungkin bisa melihatku Maka kalau kita tidak pernah melihat zat Allah Maka tidak mungkin kita bisa membagi manakan sifat Allah Itu yang pertama Sesuatu bisa kita bagi manakan sifatnya, zatnya Kalau kita melihat zatnya Yang kedua, kaidahnya kalau kita Kita bisa membahagiakan sesuatu kalau kita melihat yang serupa dengan sesuatu itu. Dan Allah, tidak ada sesuatu yang serupa dengan Allah.

Kalau tidak ada sesuatu yang serupa dengan Allah, tidak mungkin kita bisa membagikan sifat Allah. Dan yang ketiga, kita bisa membagikan sesuatu kalau kita mendengarkan, mendapatkan berita yang otentik tentang bagaimana sesuatu itu. Dan kata para ulama, di dalam Al-Quran dan hadis yang sahih, Allah dan Rasulnya hanya menjelaskan bahwasannya Allah punya sifat, misalnya Istiwa sifat tangan, sifat wajah. Namun Allah dan Rasulnya tidak menjelaskan bagaimana.

Maka tidak mungkin kita bisa membagikan sifat Allah tersebut. Ini sekali lagi kaedah dari para ahli ulama. Dan dari sini pula, akal manusia tidak bisa dijadikan tolak ukur. Ataupun dalil utama dalam pembahasan Tauhid Asma'wa sifat.

Akal... ditundukkan dengan nas al-Quran dan sunnah Rasulullah SAW wasalam akal harus disuruh mengikut apa kata Allah dan Rasulullah SAW menetapkan apa yang ditetapkan oleh Allah dan Rasulnya SAW di dalam al-Quran atau dalam hadis yang sahih tentang nama-nama dan sifatnya tanpa menyerupakannya dengan makhluk tanpa membayangkannya tanpa mentahrif menyelewengkan maknanya dan tanpa menafikan tetapkan apa adanya kemudian kata Sheikh wal fitanu hiyal ukul wal afham kata-kata wa kasurat an nu fitanu al wasifin al fitan artinya akal akal manusia terbatas gak akan mungkin bisa sampai membagaimanakan sifat Allah subhanahu wa ta'ala jangankan sifat Allah yang jauh dari dirinya roh yang dalam jasadnya manusia tidak mungkin bisa membagaimanakannya mereka bertanya kepada Nabi Muhammad tentang ruh, jawablah ruh itu hanya Allah yang tahu tentang ilmunya Maksud dari Imam Al-Muzain tadi, bahwasannya akal manusia itu nggak akan mungkin sampai membagimanakan hakikat bagaimananya sifat Allah SWT. Sekali lagi, sesat kalau ada orang yang menjadikan akal sebagai tolak ukur segalanya, apalagi dalam menetapkan ataupun menafikan sifat-sifat.

Allah subhanahu wa ta'ala Sekali lagi ingat ucapan Gurunya Imam Al-Muzani Yaitu Imam Ash-Shafi'i rahimallah Beliau mengatakan Ilmu tentang Nama-nama dan sifat Allah Tidak bisa digapai dengan akal Namun dengan Al-Quran dan Sunnah Rasulullah s.a.w Tempatkan akal pada Tempatnya Setiap kesempurnaan Yang akan manusia Menetapkannya Bagi Allah SWT Maka Allah lebih dari Itu semuanya Allah lebih agung, lebih mulia dari Itu semuanya Ada kisah seorang ulamak salaf yang bernama al-imam Abdurrahman bin Mahdi r.a. bertemu dengan anak kecil, abigilah mungkin, yang dia terkena virus at-taqif. Suka membayangkan sifat Allah s.w.t. Fakolalahu, maka kata al-imam Abdurrahman bin Mahdi, roai daka'i ya bunai hatta. pelan-pelan, wahai anak kecil sampai kita berbicara pertama kali tentang makhluk dahulu jangan membahas masalah sifat Allah SWT kita bahas dulu tentang makhluk kalau kita seandainya lemah dari membagaimanakan suaratu makhluk, maka kita lebih lemah lagi tentang masalah mensifati sifat al-Khaliq. Nggak mungkin kita bisa mensifati Sifat bagaimana, tidak mungkin kita bisa membagaimanakan sifat Al-Khaliq.

فَأَنَا أُعْتِكَ مِثَالًا وَذَاكَ رَلَوْا حَدِيثًا نَبِيَ السَّلَّمُ أَنَا رَعَى جِبْرِي الْعَلَيْسِ السَّلَّمُ وَلَوْ سِتُمِيَ جَنَةً قَوْسَدًا الْأُفُقُ Kemudian Al-Imam Abdurrahman bin Mahdi R.A. menyebutkan kepada anak kecil tersebut hadis Nabi S.A.W. yang berkaitan dengan Malaika Jibril yang pernah dilihat oleh Nabi S.A.W. dengan enam ratus sayapnya yang menutupi jagad raya. ثُمَّ قَلَ لَهُ الْإِمَامِ عَبْدُ رَحْمَنِ سِفْلِ خَلْقًا مِنْ خَلْقِ اللَّهِ لَهُ سِتُمِ أَجْنَةٍ Kemudian, Al-Imam Abdurrahman bin Mahdi rahimallah berkata kepada sang anak kecil tadi, Wahai anak kecil, bagaimanakan gambarkan kepada aku sebuah makhluk, suatu makhluk yang memiliki enam ratus sayap namun anak kecil kebingungan, gak bisa jawab membagi manakah suatu makhluk punya enam ratus sayap, bagaimana merangkainya, kemudian kata Abdurrahman bin Mahdi kalau inti tidak bisa membagimanakan makhluk yang punya enam ratus sayap, ya sudah saya ringankan, saya kurangi menjadi tiga sayap saja jadi enam ratus dikurangi lima ratus sembilan puluh tujuh, hanya tinggal sisa tiga sayap, kata Abdurrahman bin Mahdi sekarang bagaimanakan gambarkan kepada aku suatu makhluk yang punya tiga sayap.

Rakib al-jana as-salis minhum maudian ghairan maudian alladaini rakabahum Allah, rakabahum Allah hatta a'lan. Susun tiga sayap tersebut, atau sayap yang ketiga di luar sayap, kedua sayap. Artinya susun tiga sayap dalam suatu makhluk. Fakola gulamba dalalika ya Abbas Said, nahnuqat ajazna ansifatil makhluk, wa nahnu ansifatil khalik ajaz wa ajaz. Maka sang anak kecil pun menyerah, wahai Abbas Said, punya Abdurrahman bin Mahdi.

Kita lemah untuk membagimanakan sifat makhluk, maka tidak mungkin kita bisa mensifati, membagimanakan sifat al-khalik. Fa ushiduka anikat rajatu andal. Maka persaksikanlah aku telah bertobat dari membagimanakan sifat Allah SWT Wa astagfirullah dan aku mohon ampun kepada Allah SWT Nah, jadi dari sini kita wajib meyakini, wajib menetapkan sifat Allah Tanpa membayang-bayangkan membagimanakan sifat Allah tersebut وَمِمَا صَبَقَ يَتَبَيَّنُ أَنَّا تَمْسِلْ أَعَمُّ مِنَ التَّكِفِ Dari penjelasan yang telah berlalu, telah jelas bagi kita bahwasannya At-Tamsil menyerupakan itu lebih umum daripada membagi manakah.

Dua-duanya terlarang. At-Tamsil, yang menyerupakan Allah dengan makhluk, ini hukumnya kufur akhbar. Kalau misalnya ada yang mengatakan Tangan Allah sama dengan tangan makhluk, ini kufur akbar. Ada pun sekedar menetapkan Allah punya tangan, tidak ada kelaziman, itu menyerupakan.

Jangan gagal paham. Banyak orang gagal paham ketika mendengar ada seseorang mengatakan Allah punya sifat ridha, sifat murka, sifat cinta, sifat tangan, sifat wajah. Dikatakan dia mujassima musyab. Ini orang yang gagal paham.

Sekedar menetapkan bukan berarti menyerupakan. Sebagaimana kata Nu'in bin Hamad rahimahullah ta'ala. Beliau mengatakan, Bukanlah apa yang Allah sifatkan dirinya dengannya itu menyerupakan. Kalau menyerupakan itu kata ulama as-salaf, Wajih Allah kawajihi, iadullah kaya di. Kalau ada yang mengatakan wajah Allah sama dengan wajahku.

tangan Allah sama dengan tangan kuda seterusnya ini baru namanya atasbih yang kata Nu'aym bin Hamad man syabba Allah bisil min khalqi fakat kafara Barang siapa yang menyerupakan Allah dengan makhluknya, maka dia nafis. Sekali lagi, menetapkan bukan berarti menyerupakan. Apalagi Allah sendiri yang menetapkan sifat-sifat tersebut dalam Al-Quran dan hadis Rasulullah SAW. Maka sesat kalau ada yang memahami berakhirnya ayat-ayat tentang sifat itu menyerup kepada At-Tashbih. Karena itu menurut Al-Quran menyerup kepada At-Tashbih.

Karena kata al-Sheikh Abdul Razak, فَكُلُّ مُمَثِلٍ مُكَيِّفٍ Setiap orang yang menyerupakan Allah dengan makhluk, maka dia mukayyif, yang membagimanakan sifat Allah. Kenapa demikian? لِأَنَّهُ جَعَلَ لِسِفَةِ اللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى كَيْفِيَةً مُمَثِلَةً لِسِفَةِ الْمَخْلُقِ Karena namanya al-mumathil yang menyerupakan Allah dengan makhluk, maka dia menjadikan sifat Allah.

itu memiliki kaifiah ya memiliki kaifiah bagaimananya serupa dengan sifat makhluk, jadi setiap yang menyerupakan pasti dia membagimanakan namun tidak semua yang membagimanakan itu menyerupakan kenapa demikian waktar'aw fifamihi waj'alaw lirabil alaminah subhanahu wa ta'ala karena orang yang membagi manakan hanya sekedar terlintas dalam bayangannya saja hanya khayalannya saja tidak sampai menetapkan sebagaimana mumafsir tadi mengatakan tangan Allah sama dengan tangan manusia wajah Allah sama dengan wajah manusia ini namanya mumafsir adapun mukkaif hanya sekedar khayalan dalam benaknya saja. Setiap memasil, mukayif. Namun tidak semua mukayif, memasil. Itu yang dikatakan Sheikh Dr. Abdul Azhar. وَلَيْسَ لِهَذَا تَخَيُّلْ فِي ذِهْنِ مُمَاسِلًا فِي الْمَخْلُقِ Dan apa yang ada dalam benak tersebut tidaklah terdapat pada makhluk.

وَكُلٌّ مِنَ التَّنْسِلْ وَتَكِفْ بَاطِلٌ وَضَلَالٌ Setiap at-tansil penyerupaan. atau menyerupakan Allah dengan makhluk setiap takyif membagi marahkan sifat Allah itu jelas batil dan sesat sebagaimana sudah kita sampai akhidah al-sunnah wal-jamaah tentang tawhid as-tawah sifat menetapkan apa yang ditetapkan oleh Allah tentang nama-nama dan sifatnya dalam kitabnya dan yang ditetapkan oleh Rasulnya SAW dalam hadisnya yang sahih Tanpa menyerupakan, tanpa membagimanakan, tanpa menyelewengkan maknanya, tanpa menafikan. Tetapkan tanpa menyerupakan. Sebagaimana firman Allah. Tidak ada sesuatu yang serupa dengan Allah dan dia mendengar lagi maha melihat.

Tidak ada sesuatu yang serupa dengan Allah. Ini tanzihun. Walakin bila taktil.

Mensucikan Allah dari penyerupaan terhadap makhluk. Namun tanpa menafikan sifat Allah. Karena Allah berfirman.

Dan dia malah mendengar lagi malah melihat. Ini isbatun bila tamthil. Ini menetapkan tanpa menyerupakan.

Ini pahami ayat ke-11 dari surat Ash-Shura. Seorang muslim-muslima ketika mendengarkan membaca ayat tentang sifat Allah. Contoh misalnya. Allah berfirman wa ya baka wajihu rabbika duljalali wal ikram kekallah wajah Rabbu yang memiliki kebesaran dan kemuliaan maka ingat ayat tadi laisa kamis lisei tetapkan Allah punya wajah namun wajah Allah gak sama dengan wajah makhluk ini akhidah alisunnah wal jamaah ini akhidah alisunnah wal jamaah tetapkan tanpa menyerupakan sebagaimana Allah punya sifat pendengaran Allah punya sifat pendengaran namun tidak sama dengan pendengaran makhluk. Tetapkan Allah punya sifat asama al-basar namun tidak sama dengan sama wal-basar al-makhluk.

Allah punya sifat kehidupan namun tidak sama dengan kehidupan makhluk. Ini akidah simpel ahli sunnah wal-jama'menetapkan tanpa menyerupakan. Nah, Wayan bagitan B ila anna'i betal madhhabi at-taqif Layakni nafial kaifiyya ansifatillah Yang selayaknya harus diingatkan disini Bahwasannya ketika kita melarang orang membagimanakan sifat Allah Bukan berarti menafikan bagaimana sifat Allah.

Bedakan antara apa? Kita sebagai hamba dilarang membagimanakan sifat Allah dengan menafikan bagaimana sifat Allah. Setiap sifat ada keifiannya. Ada hakikatnya, cuma kita enggak tahu. Nah itu masalahnya.

Jadi sekali lagi bedakan antara membagimanakan yang itu terlarang dengan Allah itu sifatnya tentunya ada Keifianya ada bagaimana Itu yang dikatakan oleh Al-Sheikh Karena sifat Allah pasti punya keifian Punya bagaimana Cuma kita gak tahu Sebagaimana hal-hal yang roi Kita gak tahu Meskipun itu hanya Allah yang mengetahuinya Contoh masalah hari kiamat Kita gak tahu kapan hari kiamat Namun yang tahu hanyalah Allah subhanahu wa ta'ala demikian pula keifianya sifat Allah hanya Allah yang tahu kita tidak boleh membagi manakannya wa inna malman fi anu ilmunah wa inna malman fi huwa ilmunah bihadir keifian yang dilarang, yang ditiadakan itu ilmu kita tentang bagaimananya sifat Allah subhanahu wa ta'ala apalagi Rasulullah tadi bersabda tafakkaru fi khalqillah wa la tafakkaru fi zatillah Pikirkanlah, renungkanlah tanda-tanda kekuasaan Allah, makhluk-makhluk Allah, namun jangan pernah memikirkan zat Allah dan tentunya juga tentang sifat Allah SWT. Kemudian Imam Al-Muzani Ash-Shafi'i berkata lagi, Qaribun bil-ijabati indas su'al, Allah maha dekat mengabulkan doa orang yang memohon kepadanya. فَرَبُّ الْعَالَمِنْ قَرِيبٌ بِالْإِجَابَ لِإِبَادِ إِنَّ مَا يَسْأَلُونَهُ Allah maha dekat dengan hamba-hambanya dan mengabulkan apa yang mereka minta kepada Allah SWT.

Dalilnya surat Al-Baqarah 186 وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ Ujibu dakwa tadda'i idada'an. Apabila hambaku bertanya kepada Mpem Muhammad tentang diriku, jawablah aku dekat. Pak ini korib. Sesungguhnya aku dekat.

Aku mengabulkan doa orang yang berdoa kepada. Wa nahnu akrabu ilaih min habalil warid. Dan kami lebih dekat kepadanya daripada urat leher. Dan kata para ulama, dekat bukan berarti nempel. Jangan gagal paham.

Dekat bukan berarti dempet. Bukan berarti, seperti yang diyakini oleh kelompok, Allah bersatu, Allah bersemayam dalam diri hambanya atau para walinya. Ini kufur akbar.

Allah subhanahu wa ta'ala, zatnya di atas arus, namun dia dekat dengan hambanya. Dekat bukan berarti menempel bersatu. Contoh dalam segi bahasa, kita katakan Pulau Lombok dekat dengan Surabaya.

Apakah berarti Pulau Lombok nempel di kota Surabaya? Tidak. Dia dekat dibandingkan dengan Irian, dengan ya mungkin Aceh.

Dekat bukan berarti nempel. Demikian pula, dalam segi bahasa, kalau kita berkata kepada mungkin istri kita, bahwasannya engkau selalu dekat denganku meskipun aku jauh darimu. Dekat tidak harus apa? Menempel. Dekat di hati atau jauh?

Di mata, dekat di hati. Ini sekali lagi, dalam segi bahasa, kata-kata krip. tidak mesti nempel jangan dipahami dengan pemahaman yang salah atau jangan gagal paham tentang hal ini Allah dekat mengabulkan doa orang yang berdoa kepadanya sebagaimana dalamnya tadi surat al-baqarah 186 maka seorang hamba wajib berdoa hanya kepada Allah semata Kalau mau berdoa langsung berdoa kepada Allah. Jangan minta perantara kepada yang telah meninggal dunia.

Allah berfirman, وَالَّذِينَ تَدَعُونَ مِنْ دُونِهِ مَا يَمْلِكُونَ مِنْ كِتُمِنَ إِنْ تَدَعُهُمْ لَا يَسْمَعُوا دُعَاتُ Apabila kalian dan orang-orang yang kalian seru selain Allah, dari orang-orang yang telah mati misalnya, baik dia nabi, dia wali, mereka tidak memiliki meskipun kulit ari, kulit yang menempel di buah atau di bijinya kurma. Orang-orang yang kalian minta-mintai selain Allah, mereka tidak memiliki meskipun kulit ari. Jika kalian berdoa kepada mereka yang telah meninggal di dunia, mereka tidak akan mungkin bisa mendengarkan doa kalian. Seandainya mereka mendengarkan doa kalian, mereka tidak akan mungkin bisa mengabulkan doa kalian. maka berdoa lah hanya kepada Allah SWT dan Allah berfirman dan Allah mengatakan jangan engkau berdoa kepada selain Allah yang tidak bisa mendatakan manfaat maupun mazarat bagimu dan tetap, dan jika engkau tetap berbuat demikian, maka engkau termasuk orang dolim, yaitu orang musyrikin yang menyekutukan Allah dengan al-makhluk, berdo'anya kepada Allah, u'da'uni as-sajib berdo'anya kepada Allah SWT apalagi Rasul bersabda ad-do'ah wal-ibadah, do'a adalah ibadah, dan setiap hari kita berkat, membaca ayat Allah, iya gana'budu'a iya gana'sa'id maka berdo'anya kepada Allah SWT Allah juga berfirman Dan kalian berfirman Berdoa lah kepadaku Aku akan kabulkan Maka jangan berdoa kepada Selain Allah Baik itu nabi ataupun wali Doa hanya kepada Allah Iyakana buduwa iya Kanasta'in Waqala aydan Uji'u rabbakum tadurru'an wa khufya Innahu la yuhibbul mu'tadid Berdo'alah kepada Rab kalian.

Dengan tazurru. Dengan penuh kerendahan diri. Wa khufiyah dengan lirik. Inna ulai hibul mu'tadit. Sesungguhnya dia tidak suka dengan yang melampaui batas.

Wa la tubsidu fil ardi ba'da islahiha. Dan jangan merusak di atas muka bumi setelah diperbaikinya. Wa da'uhu khaufan wa taumak.

Berdo'alah kepada Allah. Dengan penuh rasa cemas dan rasa berharap. Inna rahmatallah karibun minal mu'sinin.

Sesungguhnya rahmat Allah dekat dengan orang-orang yang berbuat kebaikan. Surat Al-Araf, ayat 55-56. Ini sekali lagi menunjukkan Allah maha dekat dengan hamba-hambanya, namun bukan berarti dekat itu nempel bersatu dengan hamba-hambanya, tidak. Seperti yang akan disampaikan pada penjelasan selanjutnya ini.

Waqola Abu Musa al-Ash'ari radiyallahu anhu. Berkata Abu Musa al-Ash'ari radiyallahu anhu, Kata Abu Musa al-Ashari radiyallahu anhu, kami dulu pernah pergi bersama Rasulullah SAW. Ketika kami ada di atas lembah, kami mengucapkan tahli, kami mengucapkan takbir, sehingga suara kami terdengar dengan kerasnya.

Fakolan Nabi SAW. Maka Nabi pun menegur mereka. Yang keras-kerasan dalam berdikir.

Seraya bersabda. Ya ayuhannas irba'u ala antikum. Wahai manusia. Kasihanilah diri kalian. Fa'innakum la tade'una asamah wa la zho'inah.

Sesungguhnya kalian tidak berdoa kepada zat yang tuli. Ataupun yang tidak ada. Kalian tidak berdoa kepada yang tidak ada. Innahu ma'akum, sesungguhnya Allah bersama kalian. Innahu sami'un qarib, sesungguhnya dia mendengar lagi maha, maha dekat.

Tabaraka smuhu wa ta'ala jadduhu, maha tinggi. Nama Allah dan maha mulia, sifat Allah subhanahu wa ta'ala. Haris riwayat, Bukhari dan Muslim. Ini sekali lagi, teguran dari Rasulullah SAW, larangan dari Rasulullah SAW, agar kaum muslimin tidak keras-kerasan dalam. berzikir karena Allah itu bukan zat yang tuli, bukan zat yang tidak ada.

Dia maha dekat dan dia maha mendengar. Kemudian kata Imam Al-Muzani Ashrafi Rahimallah, Ba'idun bitta'azuzi layunal. Artinya, Fallahu azza wa jalla lahul izzatul kamilah. Allah memiliki keperkasan yang sangat sempurna. Fallayunalu janabu.

Tidak mungkin bisa dikalahkan. Wa kasaha fil hadisil kusi. Annahu jalla jalaluh yakul.

Ya ibadih. Dalam hadith kursi Allah berfirman Wahai hamba-hambaku Engkau atau kalian tidak akan mungkin Sanggup untuk Memaduratkan diriku Karena Allah Al-Aziz Al-Qawi Kemudian dilanjutkan lagi dengan Ucapan Imam Al-Muzani Alin ala arsihi Dia tinggi Di atas arsnya Ini Ini Kata Sheikh Takoddama Zikrul Ulufi Bidayati Hadir Risalah. Pembahasan ini sebetulnya sudah dibahas di awal kitab ini. Di awal-awal pembahasan, ada pembahasan Allah alin ala arsi. Allah tinggi di atas arsnya.

Waqad a'adahul musanif rahimallah fi hadal mawbi ta'qi dan lahu. Dan diulangi lagi pada kesempatan ini untuk menguatkan menegaskan. Namun, wallahu'alam, ini sebetulnya ada faedah yang lain ketika disebutkan dalam pembahasan tadi.

Qaribun bilijabati indasu'al. Semaha dekat. Kemudian disebutkan di sini, Allah tinggi di atas ars.

Ini menunjukkan sebetulnya tidak ada pertentangan antara dua hal tadi. Antara Allah dekat dengan Allah tinggi di atas ars. Ini segera lagi wallahu'alam digabungkannya, digandengkannya pembahasan ini oleh Imam Al-Muzani.

Untuk membantah sekelompok orang yang mereka tidak mau menekankan ketinggian Allah di atas aras dengan jalil. Ada ayat-ayat yang berkaitan dengan kedekatan Allah dengan hamba-hambanya. Kok dikatakan Allah tinggi di atas aras sedangkan Allah itu dekat. Maka disampaikan oleh Imam Al-Muzani, kedekatan Allah dengan hambanya tidak menafikan ketinggian Allah di atas aras. Ketinggian Allah di atas aras tidak bertentangan dengan...

kedekatan Allah dengan hamba-hambanya. Allah dekat dengan hambanya, Allah melihat hamba-hambanya, Allah mendengar semua ucapan hamba-hambanya, doa hambanya, namun dia di atas. Tidak ada pertentangan dalam hal ini. Makanya Imam Al-Muzani menggabungkan dua hal ini dalam pembahasan yang satu ini, meskipun pembahasan il'ulullah. atau istiwa Allah di atas aras sudah kita pelajari di awal, cuma dimasukkan lagi ke dalam pembahasan ini tadi wallahualam untuk menjelaskan tidak adanya pertentangan, kontradiksi antara Allah tinggi di atas aras dengan Allah dekat dengan hamba-hambanya ma'asan muslimin ikhwanifillah wakwati pemerintah TV Raja dan pendengar Raja-Raja di mana saja berada, Rahimani wa Rahimahum Allah, akidah al-Sunnah yang satu ini, sebutnya sangat terang beneran, jalilnya ada tujuh ayat dalam Al-Quran, yang Allah berfirman, Ar-Rahman alal-Asistawah, yang ada di dalam Sattoha, ayat kelima, dalam surat, ayat yang keempat, ini semuanya, wajib untuk betul-betul, menjadikan seorang Muslim, mantap dalam, keyakinan yang satunya.

Allah tinggi di atas arus. Dan arusnya Allah ada di atas langit yang ketujuh. Arus adalah makhluk yang Allah ciptakan pertama kali, makhluk yang paling besar, dan makhluk yang paling tinggi.

Al-ars adalah makhluk yang paling tinggi, yang paling besar, dan yang pertama kali Allah, Allah ciptakan. Dan Allah tinggi di atas al-ars. seperti yang sudah kita sampaikan tadi ar-Rahman alal as-istawa mujahid abul aliyah dua ulama tabiin mentafsirkan istawa artinya ala wartafa Allah tinggi diatas ars bukan istawalah menguasai itu ta'wilnya tahrifnya kelompok al-jahmiah na'udzubillahimindari kemudian kata imam al-muzhani as-syafi'i rahimallah ta'ala Allah terpisah dari makhluknya Ini juga sebagai bentuk penekanan lagi.

Tidak ada pertentangan antara Allah, itu tinggi di atas aras, dengan dia dekat dengan hambanya, namun dia terpisah dengan hambanya. Dekat bukan arti nempel, dia terpisah. Ba'inun artinya munfasilun, terpisah dari makhluknya. Tidak manunggali wa'ka'ulah gusi, tidak bersatu dengan...

Wali-walinya atau hamba-hambanya Sebagaimana akidah kufur kelompok Al-Wihdatul Wujud tadi Kata al-Syekh Abdul Razak Hadihil kalimatu Yazikuruha ulama'us salam Wahya kalimatun sahihah Kalimat ini Ba'inun min khalqihi Di ucapkan oleh banyak ulama'salah Dan itu ucapan yang benar Wala iskarafiyah Tidak ada masalah dalamnya ini sebagai bab al-khabar mengabarkan Allah terpisah dari hamba-Hama yang tidak bersatu, tidak nempel yang sebagaimana ma'iyatullah kebersamaan Allah dengan hambanya dia bersama kalian dimana saja kalian berada bersama bukan artinya nempel kata para ulama dalam segi bahasa misalnya orang Arab mengatakan syirtu wal komaro Aku berjalan bersama rembulan. Rembulan ada di atas. Kalau kita jalan malam hari, bulan selalu mengiringi kita kan. Dikatakan tadi, aku berjalan bersama rembulan.

Bukan berarti rembulan ada di samping kita, di saku kita. Tidak, dia di atas. Namun apa?

Ketika kita berjalan, dia selalu bersama kita. Arti bersama, bukan berarti nempel-dempel. Tidak. Sama dengan kata-kata korib tadi.

Allah subhanahu wa ta'ala terpisah dari makhluknya. Anahu laisa fi dhati sya'un min makhlukati. Yang maknanya juga tidak ada sesuatu dari zatnya yang merupakan makhluk.

Tidak ada sesuatu pun dari makhluk yang menempel dalam zatnya. Wala fi makhlukati sya'un min dhati. Dan tidak ada makhluk yang istilahnya.

Allah bersemayam di dalam mereka. Na'udzubillahiminda'alaihim. Ini sekali lagi, akidah kufur, wehdatil wujud.

Allah bahainun min khalqi, terpisah dari makhluknya. Zat Allah ada di atas al-ars. Fahuwa mustawin ala arsihi bahainun min khalqi.

Dia Allah istiwa di atas arsnya, terpisah dari makhluknya. Dan ini juga bantahan. bagi sebagian kelompok yang suka mentakwil, mentahrif ayat-ayat sifat.

Di antaranya masalah istiwa di atas aras. Kata mereka kalau Allah istiwa di atas aras, Allah butuh kepada aras, maka ini keleaziman yang tidak lazim. Tidak ada kata-kata ketika Allah di atas aras, berarti Allah butuh dengan aras, tidak ada.

Karena apa? Tidak semua yang di atas butuh kepada yang bawah. Buktinya kata apa ulama? Langit di atas bumi. Namun langit tidak butuh dengan bumi.

Allah menciptakan langit tanpa tiang-tiang yang menyangganya. Tidak butuh dengan bumi. Ini antara makhluk yang di atas tidak butuh dengan yang di bawah.

Apalagi al-Khaliq. Makhluk yang butuh kepada Allah. Allah tidak butuh kepada...

makhluk dan tidak butuh kepada sesuatu apapun, maka sekali lagi ini sesatnya ta'wil yang tidak mau menetapkan sifat istiwa Allah di atas al-arj, atau mengatakan kalau Allah tinggi di atas arj, maka arj Allah ini lebih besar daripada Allah, Allah Allah maha besar dan maksudnya ta'wil-ta'wil mereka yang sesat dan menyesatkan intinya al-sunnah menetapkan sifat istiwa bagi Allah SWT yang sesuai dengan kebesarannya tidak serupa dengan makhluk wa ahlul inni innama ihtaju li zikriha li yubayyinu butlana madhabil jamiya al-qailin inna allaha subhanahu wa ta'ala fi kulimakan ta'ala allaha andali Para ulama, ketika menyebutkan kata-kata Allah itu ba'inun min khartik, terpisah dari makhluknya, mereka ingin membantah. Kelompok Al-Jahmiyah. Sudah kita sampaikan kelompok Al-Jahmiyah ini, kelompok yang mengingkari nama dan sifat Allah. Mereka mengatakan Allah tidak punya nama, tidak punya sifat.

Dan mereka mengatakan Allah bersatu. Allah di mana-mana. Allah bersatu dengan hamba-hambanya. Allah di mana-mana. Maka para ulama pun menegaskan.

bahwasannya Allah terpisah dari makhluknya ini ada kisah dibawakan oleh Imam tentang salah satu Al-Qudat Al-Hakim atau Hakim di pengadilan syariat yang bernama Hisham bin Ubaidillah Al-Razi. Bahwasannya beliau pernah menghukum salah satu pengikut kelompok Jahmiyah dan memenjarakannya. Kemudian sang Hakim itu diberitahukan si Fulan dari Jahmiyah tadi telah bertobat jadi Bid'at. namun Hisam bin Ubadillah tidak langsung membebaskannya namun mengujinya terlebih dahulu ngetes dulu apakah engkau bersaksi bahwasannya Allah diatas arsnya terpisah dari makhluknya fakolah jami orang yang di penjara tadi salah satu pengikut kelompok jami yang mengatakan, la andri aku tidak tahu ma ba'inun min khalqihi apa itu ba'inun min khalqihi fakolah isyam rudu fa'inna olam yatu ba'kembalikan dia ke penjara karena dia belum bertobat ini pentingnya pembahasan yang satu ini ba'inun min khalqihi Ini akhidat salah, ini ucapan salah Yang membedakannya dengan kelompok Al-Jamiyah Ini seorang pengikut kelompok Al-Jamiyah Ketika dites apakah Allah diatas arasnya terpisah dari makhluknya Dia mengatakan La Adiri Maka ini salah satu akhidat mereka yang tetap bersiklas mengatakan Allah dimana-mana, Allah bersatu dengan hamba-hambanya Maka dahulu ulama salaf sangat keras, tegas kepada mereka Bukan hanya dihukum penjara, bahkan ada tokoh mereka yang dihukum mati. Seperti dalam kisah Ja'ad bin Dirham yang dihukum mati oleh Khalid bin Abdillah Al-Qasri, salah seorang gubernur di zaman kekhalifahan Hisham bin Abdul Malik.

Dan dengan perintah khalifah, Khalid bin Abdul Al-Qasri pernah berkhutbah. Itu latah, seraya berkata, Wahai manusia! Sembelahlah sesembelahan kalian, semoga Allah menerima sesembelahan kalian. Namun aku sekarang akan menyembelah Ja'ad bin Dirham. Karena dia, Ja'ad bin Dirham, mengklaim bahwasannya Allah tidak menjadikan Ibrahim sebagai kekasihnya, Dia mengatakan Nabi Musa tidak diajak bicara oleh Allah SWT.

Atau Allah tidak berbicara dengan Nabi Musa. Maka beliau pun turun dari mimbar. Langsung disembelih. Langsung disembelih Ja'ad bin Girah. Ini sekali lagi.

Tegasnya ulama salah. Lebih baik orang-orang itu dihukum mati daripada menyesatkan akidah umat. Ini kelompok al-Jamiyah. yang tokoh-tokohnya dari Jah bin Sofwan, Ja'ad bin Dirham, Aban bin Sam'an, demikian pula Tolud dan Labid bin Al-Asam al-Yahudi.

Banyak kekafiran kelompok al-Jahmiyah yang mungkin sudah pernah kita sampaikan pada kesempatan-kesempatan yang lalu. Di antaranya mereka mengatakan al-iman hanya mengenal Allah. Allah nggak punya nama, nggak punya sifat.

Mereka mengatakan surga neraka tidak kekal. Mereka mengingkari adab, adab kubur dan seterusnya. Oleh karena itulah kata para ulama, ada 500 ulama salaf yang mengkafirkan kelompok al-jahmiyah.

Di antaranya Imam al-Bukhari. Abdullah bin Mubarak dan yang lainnya. Dan dinukil juga hal ini oleh Imam Al-Lalikai dalam kitabnya Syar'usul Intikot al-Sunnah wal-Jamah.

Di antara ulama-ulama yang mengtafirkan kelompok al-Jamiyah. Kemudian, Ucapan Imam Al-Muzani yang terakhir tadi, Allah itu ada. Bukan tidak ada.

Bukan sesuatu yang hilang. Wahadha aydon ibtalan minhu rahimallah lima kratil jahmi Jadi ucapan Imam Muzain di sini untuk membantah kelompok al-jahmiyah Bukan istilahnya ujuk-ujuk dia mengatakan dia maujud Karena ini masalah yang sudah di atas fitrah manusia Allah itu ada Cuma ini ungkapan untuk membantah kelompok al-jahmiyah Allah itu maujud, Allah itu ada Ini untuk membantah kelompok al-jahmiyah Kenapa demikian? Karena kelompok al-jahmiyah berkata kata kelopok aljamia Allah tidak di atas, tidak di bawah tidak di kanan, tidak di kiri artinya Allah tidak ada karena kata ulama sesuatu yang ada zatnya pasti dia ada di suatu arah tertentu dan Allah Ar-Rahman Allah ada di atas Al-Arsh Dan Allah Sekali lagi di atas Arsh Dan Allah tidak diliputi oleh Al-Arsh Allah di atas Arsh Dan Allah tidak butuh kepada Al-Arsh Sebagaimana kata Imam At-Tuhawi Rahimallah Keponakan dari Imam Al-Muzani Dan sekaligus Muridnya Imam Al-Muzani Beliau mengatakan Allah mustawin ala arsihi Wahua mustawin Allah istiwa di atas aras Namun Allah tidak butuh kepada aras Dan tidak butuh kepada Selain al-aras Kelompok jamin mengatakan Allah tidak di atas, tidak di bawah Tidak di kiri, artinya Allah tidak ada Ini sama dengan Bantahan ulama kepada kelompok Al-Mu'tazila Kalau kelompok jahmiah, mereka mengingkari nama dan sifat Allah. Allah nggak punya nama, nggak punya sifat, kata kelompok jahmiah.

Kelompok Mu'adzila mengatakan Allah punya nama, namun nggak punya sifat. Ini ada kisah juga dari para ulama. Kelompok jahmiah itu perumpamaannya seperti orang yang dia mengatakan, saya punya pohon kurma. Atau kalau di tempat kita, pohon mangga atau pohon kelapa. Namun ketika ditanya, apakah pohonmu itu ada buahnya?

Dia mengatakan tidak ada. Apakah pohonmu itu ada rantingnya, batangnya? Dia mengatakan tidak ada.

Apakah pohonmu itu memiliki akar? Dia mengatakan tidak ada. Apakah punya daun?

Tidak ada. Ini sama saja bohong, tidak ada pohon di rumahnya. Sama dengan kelompok mu'atazilah yang mereka mengingkari sifat-sifat Allah. Kata mereka Allah tidak punya sifat sama sekali. Maka ini sama saja mengatakan Allah tidak ada.

Karena kata peulama sesuatu yang maujud pasti punya sifat. Minimal sifat wujud. Lebih dari itu Allah SWT sifatnya tidak ada yang tahu kecuali Allah SWT.

Ini sama dengan kelompok jaminan. Mereka atau kelaziman ucapan mereka yang mengingkarin nama dan sifat Allah sama saja mengatakan Allah tidak ada. Demikian pula Mu'tazila ketika mereka mengatakan Allah tidak punya sifat, ini sama saja mengatakan Allah tidak, tidak ada. Makanya Imam Muzir mengatakan Allah mawjud. Karena apa?

Allah punya nama, punya sifat. Wa alaihi sabi ma'dumin. Eh bukan yang tidak ada.

Kalau ma'dum, sesuatu yang tidak ada di area tadi. Tidak punya nama, tidak punya apa? Sifat subhanahu wa ta'ala. فَوَصَفُوا اللَّهَ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى بِالْعَدَمِينَ Mereka mensifati Allah dengan apa?

Ketidakadaan ta'ala Allah أَمَّا يَكُلُونَ وَسُبْحَانَ اللَّهُ أَمَّا يَسِفُونَ Maha tinggi Allah dari apa yang mereka katakan dan Maha suci Allah dari apa yang mereka sifatkan. مَعَصَلْ مُسِمِينَ إِخْوَانِ فِي اللَّهِ وَخُوَاتِ رَحِمَانِ وَرَحْمَكَمُ اللَّهُ Ia sedikit mengulang kaidah-kaidah tentang nama-nama dan sifat Allah SWT yang pertama bahwasannya nama dan sifat Allah itu Tawqifiyah Kita tidak bisa mengatakan, ini nama Allah itu, nama Allah ini, sifat Allah itu, sifat Allah, kecuali dengan ad-dalil dari Al-Quran dan Sunnah Rasulullah SAW. Sebagaimana kata Imam Ahmad RA, Allah, Tidak boleh Allah disifati, kecuali dengan apa yang Allah sifatkan dirinya dengannya, Atau yang disifatkan oleh Rasulullah SAW dalam sunnahnya, kita tidak boleh melampaui Al-Quran dan sunnah Rasulullah SAW. Kemudian kayak ada yang kedua yang wajib kita yakini, namanya sifat Allah tidak ada yang tahu jumlahnya kecuali Allah SWT.

Tidak boleh dibatasi dengan 20 atau sifat yang 7. Sifat Allah, sekali lagi tidak ada yang tahu berapanya kecuali Allah SWT. Dalilnya, Sabda Rasulullah SAW dalam doa beliau Allahumma inni as'aluka bi kulis min huwalak Sammai tabi nafsak au anzal taufi kitabik Au allam taufi khalkik Au istak sarta bi fi ilmi lukai bi indak Allahumma inni as'aluka bi kulis min huwalak Ya Allah aku memohon kepada mu dengan semua nama yang kau miliki Sammai tabi nafsak yang kau namakan dirimu dengan Au anzal taufi kitabik Yang kau turunkan dalam kitab Atau yang kau ajarkan kepada salah seorang dari hambamu atau yang engkau simpan dalam ilmu gaibmu. Kalau sudah Allah simpan dalam ilmu gaibnya, nggak ada yang tahu kecuali Allah subhanahu wa ta'ala.

Maka tidak boleh kita membatasi sifat Allah hanya 20 atau 7, atau membatasi nama Allah hanya 100. Yang 100 itu hanya yang Allah sediakan bagi orang yang mau ahsoha, yang mau membacanya, memahami isinya, yang mau mengamalkan konsekuensinya. Itu bukan keseluruhan dari nama-nama Allah Ya, sabda Rasul Allah miliki 99 nama 100 kurang 1 Barang siapa yang asohat Jadi, jangan menyempitkan Nama Allah hanya 99 atau 100 atau 1000 Nama Allah tidak yang tahu jumlahnya Kecuali Allah subhanahu wa ta'ala Kemudian yang Ketiga, bahwasannya adalah menetapkan nama dan sifat Allah tadi. Jauhi, at-tamthil.

Jangan menyerupakan sifat Allah dengan sifat makhluk. Jangan membagimanakan sifat Allah. Jangan menyelewengkan makna sifat Allah.

Seperti misalnya menyelewengkan sifat tangan dengan sifat kudro. Kata mereka Allah tidak punya tangan. Maksud balia daum ma besutotan adalah kedua nikmat Allah, kedua kekuasaan Allah. Ini adalah tahrif. sebagaimana kelakuan orang-orang Yahudi.

Na'udzubillahimindalik. Oleh kata-tulah, Imam Ashabuni Asyafi, di awal kitab Akhirah Salah wa Ashabul Hadith, bila mengatakan di antara metode al-Sunnah, menetapkan semua sifat Allah, tanpa menyerupakan, tanpa mentahrif. Seperti kata beliau, sebagaimana kelompok jamiah mu'tazilah, mentahrif sifat kedua tangan Allah, dengan kedua nikmat, kedua... kekuasaan Allah.

Ini tahrif ala Mu'tazila Jan Al-Jami'ah. Kemudian, dalam masalah kita harus memahami sesuai dengan dohirnya ayat kata para ulamak salaf pahami tetapkan ayat-ayat sifat, hadis-hadis sifat sesuai dengan apa adanya. Jangan ditakwil-takwilkan.

Contoh dalam Hadis Rasul mengatakan Allah turun ke langit dunia Seperti gamelan terakhir Tetapkan Allah turun ke langit dunia Sesuai dengan kebesarannya Tidak sama dengan turunnya makhluk Selesai masalah Jangan ditakwil Ini adalah tahrif Al-Yahud Kata ulama orang Yahudi ketika Allah perintahkan Mengatakan hintah Mereka mengatakan hintah Ditambahin nun Eh sama dengan kelompok yang mengatakan istawa artinya istaw lah. Ditambah ilang. Na'udzubillahimindari. Tetapkan apa adanya sebagainya para ulama as-salah.

Mereka tidak menyerupakan, mereka tidak membagi manakan, dan mereka tidak menyelewengkan makna dari makna yang sebenarnya. Wallahu ta'ala alam. Ini yang mungkin bisa kita sampaikan. Nah, jazakallah fukheran, barakallah fikumustad atas penyampaian materi yang sangat bermanfaat di kesempatan ini berkaitan dengan penjelasan mengimani sifat-sifat Allah.

Nah, ikhwata islam wa azakumullah, silakan bagi Anda yang ingin bertanya. Apakah benar ada hadis tentang Allah membuka hijab tabirnya ketika seorang hamba sholat dengan khusyuk dan akan menutup tabir hijabnya ketika hamba tersebut lalai tidak khusyuk dalam sholatnya? Mohon nasihatnya Ustaz, Jazakallahu khairan.

Silahkan Ustaz. Wallahu talalam saya tidak tahu hadis Allah membuka hijabnya ketika orang itu sholat dengan khusyuk. Wallahu'alam, saya tidak tahu.

Cuma, wallahu'ala'alam, kalau dari hadis yang sahih yang saya tahu, kalau Allah membukakan hijabnya, semua makhluk akan terbakar dengan cahaya wajah Allah SWT. Sekali lagi, ada hadis yang berbunyi, hijabu'an nur. Hijabnya Allah itu cahaya. Laukasafahu lah tarakasubhatu wajahi mantah ilaihi.

basarhu min khalqihi. Al-Qamukla Rasulullah SAW. Rasulullah mengatakan hijabnya Allah itu cahaya. Seandainya Allah singkapkan, maka cahaya wajahnya akan membakar semua makhluk yang dilihat.

Wallahu ta'alam jadi 6. Itu yang kita bisa jawab. Syukuran wa jizakallah khairan ustadz atas jawaban yang disampaikan Semoga bermanfaat untuk penanyaan Pak Fizal Nah, mikrotik selama azakumullah masih kami buka kesempatan bagi Anda yang ingin bertanya secara langsung Dalam telepon 021-823-6543 Ya, silakan Silakan bagi Anda yang ingin bertanya di lantai 021-823-6543 Halo Halo, Assalamualaikum Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh Dengan ibu siapa, di mana? Dengan ibu Siti Adadita Sikmalaya Halo, Assalamualaikum Mohon maaf ibu, sebelum dilanjutkan dikecilkan terlebih dahulu volume televisinya Dengan ibu Siti Adadita Sikmalaya di kecilkan terlebih dahulu ibu ya udah ya baik silakan ibu kalau saya bertanya yang lain boleh nggak tentang apa ibu?

saya kan suka ngeridikin barang gitu pak Ustadz maksudnya kalau misalkan kita jual konten kita suka ngeridikin barang Kalau Misalkan 100 ribu ya Pak Ustadz Terus kalau dikreditkan kan 100 lebih gitu ya Bagaimana itu Pak Ustadz ya Mohon maaf Ibu untuk pembahasan Vicky Muamala Ibu bisa bertanya di kesempatan hari Kamis Bersama Ustadz Dr. Erwandi Taramizi Mohon maaf Nah, Fathislamulazakumullah Kita masih beralih ke pertanyaan melalui melalui pesan singkat di kesempatan ini dari hamba Allah salamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Ustadz Apakah sama zat Allah dengan jisemnya Allah mohon penjelasannya jazakallahu khairan silakan Ustadz baik yang pertama para ulama yang dipakai oleh mereka hanya istilah zatullah sebagaimana Rasulullah SAW mengatakan tadi Tafakkaru fi khalqillah, wala tafakkaru fi zatillah. Ada pun kata al-jizm, ini kata peolama lafat yang mujumah. Tidak bisa dinafikan secara mutlak, tidak bisa ditetapkan secara mutlak, ditafsir.

Apa yang masuk dengan al-jizm ini? Kalau yang dimaksud bahwasannya Allah memiliki wajah sesuai dengan kebesarannya, Allah memiliki tangan sesuai dengan kebesarannya. Maka wajib ditetapkan lafat-lafat Al-Quran tanpa memakai kata jisam tersebut.

Ini lafat-lafat yang sekali lagi harus ditafsir kata para ahli ulama. Demikian pula lafat-lafat yang mujumal, yang global, yang mengandung hak dan batil terutama dengan berkaitan dengan pembahasan kita ini. Sekali lagi cukup kita mengatakan sebagaimana kata Rasul, tafakkaru fi khalqillah wa la tafakkaru fi zatillah.

Karena banyak orang yang gagal paham ketika kita... mengatakan Allah punya tangan dikatakan berarti kita menetapkan jisim bagi Allah, berarti mujahid siapa bilang kalau bahwasannya kalau kita mengatakan Allah punya sifat wajah berarti kita mujahid Allah sendiri yang menetapkan wajahnya apakah yang lebih tahu daripada Allah subhanahu wa ta'ala maka sekali lagi harus betul-betul hati-hati cukup pakai istilah-istilah para ulama assalamu'alaikum jangan ngarang-ngarang istilah-istilah yang baru nanti akan menyesat atau sesat dan menyesatkan Wallahu ta'ala Nah, jazakallah khairan Barakallahu ikhlas atas jawaban yang disampaikan semoga bermanfaat untuk penanya masih pertanyaan melalui pesan singkat kembali Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Ustadz, apakah ada doa khusus apabila kita melewati atau melintasi tempat ibadah non-muslim, serta kita melihat patung pohon berhala yang mereka sembah? Mohon nasihatnya Ustadz, Jazakallah khairan. Wallahu'alam, kalau ditanya doa khusus saya tidak tahu.

Syukran Ustadz, wa jazakallah fukheran atas jawabannya Nam, wa ta'isila ma'azakumullah Kita masih bacakan pertanyaan melalui pesan singkat di kesempatan ini Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Ustadz Dari Bapak Muhammad Hafiz Ihsan Ustadz dalam berdoa kita memulai dengan memuji Allah dan bersolawat yang menjadi pertanyaannya apakah boleh memuji Allah dengan tasbih tahmid dan tahlil dan takbir mohon penjelasannya Ustadz syukran Iya secara ringkas Allah subhanahu wa ta'ala mengajarkan kita bagaimana berdoa kepadanya yaitu diantaranya dengan memulai berdoa dengan puji-pujian seperti yang Allah ajarkan dalam surat Al-Fatihah kata pahala al-Fatihah itu banyak adab-adab berdoa diantaranya sebelum kita meminta kepada Allah Allah mendahulunya dengan yang pertama kalau kita mulai dengan Alhamdulillah Rabbil Alamin tahmin ada pujian Berupa apa? Mengucapkan Alhamdulillah. Kemudian, Ar-Rahmanirrahim Malikiyahumid.

Ini puji-pujian bagi Allah. Sebelum kita meminta Ihnya Surat Al-Mustaqim, kita memuji Allah terlebih dahulu. Ini kata Pak Ulama, adab doa dalam Surat Al-Fatihah.

Kemudian ditambahkan dengan lagi, Iyakana'budu wa'akilasta'in. Yaitu, tawassul dengan ibadah yang kita lakukan. Tidak ada masalah kita mengucapkan, Tasbih Tahmid, puji-pujian kepada Allah SWT sebelum kita berdoa kepada Allah SWT.

Jajakallah fukheron, barakallah fikum, Ustaz, atas jawaban yang disampaikan. Semoga bermanfaat untuk penanya. Pertanyaan berikutnya dari Bapak Fatin Nugraha. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Ustaz.

Ustadz, bagaimana halnya menjelaskan kepada anak kecil tentang tempat dan bentuk Allah yang mereka mudah mengerti? Mohon penjelasannya Ustadz. Jazakallah khairan.

Ya, Wallahu tala'alam khatibun nas biqadri ukulihim. Berbicara kepada manusia sesuai dengan kemampuan otak ataupun akal mereka. Ya mungkin masih anak-anak kecil, sampaikan saja. Kalau Anda...

Kalau anak mau minta kepada Allah SWT, sebagaimana ajar Rasul kepada abdunya Abbas. Lalu katakan bahwasannya Allah ada di atas langit. Sudah cukup begitu saja.

Tidak usah pakai yang mereka menjadi bingung atau mereka justru malah na'udhu billahi min dalik melecehkan Allah SWT. Cukup ya, sampaikan Allah ada di atas langit. Kalau mau meminta apapun, minta kepada Allah SWT. Kalau misalnya anak itu sakit, suruh dia berdoa kepada Allah SWT.

Itu yang Allah SWT. Nah syukran wa jazakallah khairan Ustadz atas jawaban yang disampaikan. Dan itu merupakan pertanyaan kita terakhir di kesempatan ini.

Mungkin ada sebagai iktitam. Silahkan Ustadz. Ya, sekedar mengingatkan kembali bahwasannya pembahasan tentang Tauhid Asma'wa Sifat, pembahasan tentang nama-nama dan sifat-sifat Allah, ini merupakan ilmu yang paling mulia di atas muka bumi.

Seorang muslim-muslimah wajib belajar tentang Tauhid Asma'wa Sifat, karena ini berkaitan dengan Allah yang dia ibadai setiap saatnya. Oleh kaitulah, Imam Ibn Abil Is'al-Hanafi rahimallah, dalam syara'akhidat Tauhawiyah, beliau berkata, فَإِنَّهُ لَا نَعِيمَةً وَلَا حَيَاةً وَلَا تُمَأْنِي نَتَلِ الْكُلُوبِ إِلَّا بِأَنْ تَعْرِفْ رَبَّهَا وَمَأْبُدَ وَفَاتِرَهَا بِأَسْمَئِ وَسِفَاتِهِ Sesungguhnya tidak ada kenikmatan, tidak ada kehidupan, tidak ada ketenangan dalam hati. Kecui dengan hati itu mengenal ropnya, mengenal yang dia sembah lewat nama-nama dan sifat-sifatnya. Dan kalau kita ingat ayat termulia dalam Al-Quran ayat kursi. Kenapa kok dikatakan ayat kursi ayat termulia?

Karena ayat kursi isinya dari awal sampai akhir banyak berkaitan dengan nama-nama dan sifat Allah. Berkaitan dengan zat yang paling mulia. Zat Allah SWT syaraful ilmi bis syarafil maklum kata peulama syaraful ilmi kemuliaan suatu ilmu tergantung kepada ilmu tersebut, maka kalau kita semangat belajar tentang sholat, masalah zakat masalah muamalah maka harus lebih semangat lagi belajar tentang atau hid tentang akidah tentunya yang berdasarkan Al-Quran dan Sunnah dengan pemahaman para salafus soleh Semoga Allah SWT menghidupkan dan mewafatkan kita di atas akidah salaf dan manhat salaf.

Dan semoga Allah mengumpulkan kita dengan mereka di surga telah. Kurang lebihnya mohon maaf. Wa jazakumullahu khairan. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Terima kasih. Jazakallahu khairan, barakallahu hikm kepada guru kita Ustaz Abdurrahman Taib L.C.F. Itulah Allah Ta'ala atas ilmu yang sangat bermanfaat dan waktu luang yang telah diberikan untuk kita semua Demikian ikhwat Islam wa'azakumullah program kajian ilmiah dalam pembahasan rutin kitab ta'liku ala syarhi sunnah lil imami al-muzani rahmahullahu ta'ala dalam pembahasan mengimani sifat-sifat Allah semoga apa yang telah kita simak dan dengarkan bersama dapat memberikan pemahaman yang mendalam dan semoga tentunya semakin meningkatkan keimanan dan ketakuan kita kepada Allah SWT nah kami yang bertugas mohon pamit undur diri, mohon maaf atas segala kehilafan, terima kasih jazakumullahu khairan barakallahu fikum atas kebersamaan Anda semua wabilahi taufiq wal hidayah subhanaka Allahumma wabihamdika asyadu an la ilaha illa anta astaghfiruka wa atubu ilaik selamat beraktifitas wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Terima kasih.