Transcript for:
Pencarian Kebahagiaan dan Utopia

Halo, Ice People. Saya Fian. Sebagai disclaimer, video ini berisi pengetahuan yang tidak seharusnya perlu diketahui oleh semua orang. Karena banyak informasi mengenai masa depan yang mungkin akan merusak spontanitas hidup yang akan kalian jalani dengan tahu lebih dulu sebelum kalian menjalannya.

Tapi sebagai gantinya, saya yakin di akhir video kalian akan menjadi orang yang paling bahagia hanya dalam waktu 30 menit ke depan. Dengan catatan, kalian lalui seluruh proses dari video ini tanpa skip. Video ini adalah jalan satu arah, ya atau tidak sama sekali. Jadi jika kalian tidak ingin excitement kalian dalam menjalani hidup berkurang, kalian bisa putuskan untuk keluar dari video ini sekarang.

Oke, ini artinya kalian sudah setuju. Utopia, sebuah kehidupan sempurna yang didambakan oleh setiap manusia. Kehidupan tanpa penderitaan, tidak berkekurangan, penuh dengan kesetaraan, hanya ada kelimpahan dan kebahagiaan.

Yang mirip dengan sebuah surga yang ada di dunia. Ini adalah sebuah kemampuan yang tidak terlalu banyak. adalah jenis kehidupan yang selalu didambakan oleh seluruh umat manusia dari masa ke masa.

Tapi pertanyaan terbesarnya, bisakah umat manusia mencapai kondisi utopis? Jawabannya adalah, tidak. Maaf jika ini mengejutkan, tapi, Tapi saya akan jelaskan kenapa manusia tidak akan pernah berada pada kondisi utopis meskipun segalanya jauh-jauh-jauh lebih mudah. Bahkan ketika kita ada di abad ke-25 sekalipun. Sebelum saya ajak kalian ke masa depan, kita akan kembali ke masa lalu terlebih dahulu.

Karena tahukah kalian? Terkadang sebuah kebijaksanaan dan kebenaran itu baru benar-benar bisa kita yakini jika mengetahui awal dan akhir sebuah kisah. Sejak awal mula, dari masa ke masa manusia selalu mengejar kebahagiaan. Untuk mencapai kondisi itu, ada beberapa syarat kebutuhan dasar manusia yang wajib terpenuhi. Mulai dari kebutuhan fisik, amanan, dicintai, diakui, hingga eksistensi diri.

Jika salah satu kebutuhan dasar ini belum terpenuhi, maka akan sulit bagi manusia untuk menikmati kebahagiaan yang hakiki. Jadi kita akan mulai sejarah perjalanan umat manusia dalam mengejar kebahagiaan yang kita mulai sejak zaman prasejarah belasan ribu tahun yang lalu, di mana manusia pada masa itu masih harus berjuang dengan kebutuhan. fisik. Hingga ke abad-abad selanjutnya dimana manusia merasa mampu menjalani hidup layaknya Tuhan.

Di masa lalu, kehidupan manusia dan hewan hampir setara. Karena manusia masih belum bisa memegang kendali ekosistem alam seperti saat ini. Dan terkadang hewan liar justru lebih banyak memegang kendali rantai makanan sebagai apex predator. Karena ini adalah masa di mana yang terkuatlah yang akan menang.

Masa di mana manusia harus selalu bersiap siaga dengan ancaman dari setiap hewan liar karena mereka hanyalah salah satu bagian kecil dari ekosistem liar ini. Untuk makan, setiap hari mereka harus berburu, yang terkadang justru menjadi buruan makhluk yang lebih kuat. Kondisi cuaca yang masih sangat-sangat dingin di berbagai panjuru dunia. Dan di kala musim dingin tiba, mereka terpaksa harus mencari tempat tinggal di bagian bumi lain jika tidak ingin mati membeku. Berjalan kaki ke arah yang tidak jelas, dengan resiko seluruh keluarganya diserang hewan-hewan liar selama perjalanan.

Belum cukup ancaman dari hewan liar. Manusia juga masih sangat primitif di masa itu. Saling membunuh satu sama lain hanya demi memiliki sesuatu yang mereka inginkan. Entah makanan, baju, atau bahkan anak istri.

Jika seorang manusia terluka hanya karena tergores atau tertusuk benda tajam, maka kemungkinan matinya sangat-sangat besar, karena tidak ada sistem pengobatan yang baik. Begitu juga dengan wanita yang melahirkan. Kematian datang silih berganti menjadi hal yang wajar di masa itu.

Tidak berbeda dibanding hewan-hewan dan tumbuhan yang mati setiap harinya. Setiap insan harus bertanggung jawab sendiri pada nyawanya masing-masing. Bagi mereka, dapat hidup dan makan sehari lagi untuk esok hari saja sudah cukup baik.

Proses seleksi alam terjadi setiap saat, sehingga kematian bisa mendatangi mereka kapanpun dan dimanapun. Itulah yang dihadapi oleh nenek moyang kita dulu, yang hanya berjuang untuk bertahan hidup, supaya tidak mati kelaparan dan mencari tempat aman untuk berlindung dari seleksi alam yang masih liar. Tapi manusia adalah makhluk cerdas yang selalu mampu beradaptasi. Dengan beratnya kehidupan mereka di alam liar, manusia mulai berpikir untuk tidak hanya bertahan hidup.

Akhirnya seiring perubahan iklim yang semakin hangat di bumi, bertambahnya populasi dan faktor kesamaan nasib, mereka mulai bersatu dalam sebuah komunitas. Supaya lebih kuat mempertahankan spesiesnya di tengah alam liar. Di masa ini manusia harus bercocok tanam dan berternak jika ingin makan. Setidaknya dengan kemajuan peradaban yang mereka miliki, akhirnya mereka tidak lagi harus berhadapan dengan hewan liar setiap harinya hanya untuk makan. Tidak lagi harus berpindah tempat hanya demi menghindari udara dingin dan migrasi hewan buruan.

Setidaknya di masa ini, Kebutuhan dasar fisik manusia saat itu sudah semakin membaik. Mulai dari makanan, tempat berteduh, dan pakaian yang layak. Tapi masalah baru muncul akibat semakin banyaknya populasi umat manusia.

Semakin banyak pemukiman dan kebudayaan yang berbeda-beda pula, kini manusia dihadapkan pada masalah baru perebutan wilayah dan kekuasaan. Sebuah pemukiman bisa diserang dan dihabisi oleh manusia lain dari desa tetangga kapanpun tanpa peringatan. Pembunuhan, perkosaan, dan jual-beli manusia menjadi pemandangan yang sering terjadi di masa ini karena belum banyak hukum yang mengatur bagi setiap wilayahnya.

Akhirnya transformasi kembali terjadi, mulai dari komunitas, desa, kota, hingga semakin kuat menjadi kekaisaran. Akhirnya hukum dan strata sosial mulai dibuat untuk mengatur kehidupan rakyat. ratusan ribu orang, dan kepercayaan terhadap para dewa mulai dijadikan alat untuk membuat lebih banyak manusia tunduk pada aturan di masa itu, khususnya para raja yang dianggap mewakili Tuhan dan sangat ditakuti. Jangan harap ada kebebasan berpendapat di sini jika tidak ingin berakhir di kayu salib. Tapi berkat adanya hukum dan kekuatan militer dari sebuah kaisaran, selama tunduk dan taat, setidaknya keamanan seluruh keluarga akan lebih terjamin.

Tapi karena semakin besarnya kekuasaan antar kerajaan satu dengan lainnya, ini timbul masyarakat. Masalah baru bagi umat manusia, yaitu perang. Manusia di masa ini masih terus ada di tengah perang demi saling berebut kekuasaan. Di masa lalu, manusia harus sibuk bertahan hidup dengan hewan buas di alam liar.

Setelah mereka bersatu mempertahankan spesiesnya, kini ketika mereka lebih punya kuasa atas alam liar, musuh selanjutnya justru sesama spesiesnya sendiri. Sepertinya berada di zona nyaman memang nggak pernah cocok bagi umat manusia. Namun setelah runtuhnya era kekaisaran Romawi, tibalah manusia pada zaman kegelapan, yang sistem pemerintahnya hanya diputuskan oleh majelis dewan gereja aja. Bukan lagi demokrasi parlemen seperti di era kekaisaran Romawi, sehingga para manusia di era itu krisis dengan kebebasan berbicara. berpolitik, dan bersosialisasi karena peran dan doktrin agama yang terlalu ketat dan membuat peradaban sulit untuk maju.

Dan menganggap bahwa hal-hal yang bersifat duniawi nggak ada gunanya. Kebijakan pemerintahan di zaman kegelapan yang kuno ini membawa umat manusia di masa itu harus beradaban dengan... dengan pandemi paling parah sepanjang sejarah dunia.

Karena terdegradasinya sekularitas dan perkembangan teknologi yang mutahir, membuat bakteri yang dibawa oleh tikus menghabisi lebih dari 100 juta nyawa di masa itu hanya selama 7 tahun saja. Coba bayangin, dari jumlah penduduk dunia yang saat itu masih 475 juta saja, harus menelan korban jiwa lebih dari 100 juta jiwa. Hanya karena belum ditemukannya vaksin. Inilah pandemi paling parah sepanjang sejarah. Black Death.

Sehingga lahirlah era baru renaissance yang lebih mengedepankan sisi rasionalitas dan sekularisme. Kebebasan untuk berpikir dan berkreasi dalam bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Inilah titik balik peradaban umat manusia yang disebut juga sebagai The Age of Enlightenment.

karena menghasilkan berbagai macam terobosan baru di bidang teknologi dan melahirkan para filsuf dan sineman besar mulai dari Galileo hingga Leonardo da Vinci. Ini masa di mana manusia lebih punya kebebasan berpikir dan berekspresi, yang sekaligus membawa umat manusia kepada pemenuhan kebutuhan selain jasmani saja, namun juga jiwani. Tapi yang tidak pernah berubah, manusia di masa ini masih harus hidup dengan ancaman perang antar negara satu dengan lainnya. Bahkan lingkup perang yang semakin mengkerucut yaitu dengan saudara di negaranya sendiri yang menghendaki revolusi.

Dan tentu saja di masa ini masih banyak prajurit yang mati dan tidak bisa diselamatkan. selamatkan nyawanya jika tertusuk atau tergores di medan perang. Mati kesakitan karena belum ada anestesi, dan mati karena infeksi karena belum ada antibiotik.

Begitu juga dengan angka kematian saat melahirkan yang masih terlalu tinggi di masa itu karena belum tersedianya pengobatan yang layak. Seiring dengan perkembangan teknologi dan ditemukannya vaksin, antibiotik, dan anestesi, ada ratusan juta manusia terselamatkan hidupnya. Sehingga sejak pada masa itu berkat kemajuan teknologi di bidang kesehatan, angka kematian umat manusia di masa ini semakin kecil, dan angka kelahiran yang semakin meledak sehingga disebut sebagai generasi baby boomer.

Dengan semakin bertambahnya populasi manusia di bumi, kini manusia punya masalah baru untuk memenuhi kebutuhan hidup miliaran nyawa karena membutuhkan teknologi yang lebih cepat, lebih masif, dan lebih efisien lagi. Sehingga lahir Akhirnya penemuan yang kembali merevolusi sejarah peradaban umat manusia, yaitu mesin uap. Penemuan mesin uap ini sekaligus menjadi awal mula terjadinya revolusi industri besar-besaran di seluruh dunia.

Efisiensi terjadi luar biasa cepat menyebar ke seluruh dunia. Sistem politik, dan pemerintahan yang semakin maju, dan lebih meningkatkan taraf hidup manusia di masa itu, meskipun akhirnya melahirkan sistem ekonomi kapitalis modern. Untuk pertama kalinya, dalam sejarah peradaban terjadi ketimpangan sosial yang sangat-sangat besar antara kaum pengusaha dan para buruh. Kota yang sangat penuh dengan manusia yang sebagian besar adalah kaum buruh bergaji kecil, tanpa tunjangan kesehatan yang layak dan kurangnya sanitasi menghiasi setiap penjuru kota di masa itu.

Tenaga kerja buruh diperkerjakan dan diperas habis oleh kaum kapitalis dengan kesenjangan yang sangat parah. Inilah era dimana manusia menjadi korban dari society. Dimana manusia hidup hanya untuk bekerja dan bertahan hidup hanya demi mengikuti sebuah sistem baru peradaban. Hingga lupa dengan hal-hal esensial mengenai kebahagiaan dan tujuan hidup. Karena sudah terlanjur masuk di dalam lingkaran baru kapitalisme.

Mau gak mau, setuju gak setuju, yang gak mengikuti sistem ini yang gak bisa hidup. Sampai sini ada ironi baru kan? Kehidupan manusia sebenarnya udah semakin layak jika dibandingin dengan peradaban-peradaban sebelumnya.

Tapi karena gaya hidup baru yang semakin nyaman membuat manusia memiliki lebih banyak keinginan dalam hidupnya, yang justru semakin menjauh dari esensi kebahagiaan yang mereka cari, yang membuktikan bahwa manusia tidak pernah merasa puas mengejar kebahagiaan dari masa ke masa sebaik apapun kondisi hidupnya. Masuk ke abad 20 justru jauh lebih parah lagi. Di pertengahan tahun 1914, terjadi salah satu perang terbesar dalam sejarah dunia, yaitu Perang Dunia Pertama yang memakan korban hingga 40 juta jiwa.

Perang berlangsung selama 4 tahun dan berakhir pada tahun 1980. warga dunia bersorak-sorai dan mulai kembali membangun peradaban di tengah duka yang masih menganga namun sayangnya keberuntungan masih belum berpihak pada manusia di era itu karena masih di awal tahun 1918 dunia disambut sebuah pandemi terbesar kedua dalam sejarah umat manusia manusia yaitu Spanish Flu. Virus influenza yang belum ditemukan, vaksinnya saat itu menginfeksi hingga 500 juta penduduk bumi. Dari total penduduk bumi yang saat itu masih berjumlah 1,8 miliar manusia saja.

Pandemi yang sangat parah karena menjangkiti hampir 30% dari total populasi bumi dan memakan korban dengan estimasi mencapai 100 juta jiwa. Coba bayangkan bagaimana susahnya kehidupan manusia di masa itu menghadapi dua tragedi terbesar dalam sejarah di tahun yang sama selama 6 tahun lamanya. Spanish Flu dan Perang Dunia.

Pandemi akhirnya berakhir di tahun 1920. Namun beberapa tahun setelahnya mereka masih harus menghadapi krisis ekonomi dunia yang lagi-lagi terbesar di sepanjang sejarah dunia. Yaitu Great Depression yang menghancurkan GDP dunia hingga lebih dari 15%. Yang tentu saja sangat mengguncang keseimbangan perekonomian dunia.

Mengingat Great Recession yang terjadi pada tahun 2008 lalu saja sudah menghancurkan banyak pasar saham dunia. Meskipun hanya mengalami penurunan GDP dunia sebesar 1% saja. Berkat Great Depression ini banyak sekali orang kaya yang jatuh miskin.

Kasus bunuh diri... di mana-mana, para pegawai kehilangan pekerjaannya, hingga mengalami kenaikan tingkat pengangguran mencapai 30% di banyak negara di seluruh dunia. Benar-benar terjadi goncangan yang sangat dasyat.

Deos terjadi di mana-mana dan merubah kehidupan manusia di masa itu. Great Depression ini punya dampak cukup panjang untuk pulih hingga 10 tahun. Mereka baru mulai bernapas lega dan mulai menyusun harapan untuk kehidupan yang baru. Namun naas, di tahun yang sama ternyata dunia justru mengalami tragedi yang jauh lebih dasyat dalam sejarah umat manusia.

yaitu perang dunia ke-2 yang memakan korban hingga 75 juta jiwa yang berlangsung selama 6 tahun Gila Serius, generasi manusia yang lahir di awal abad 20 ini bener-bener diuji secara mental dan fisik secara luar biasa Bayangkan bagaimana manusia yang hidup di era masih bisa memiliki yang namanya harapan untuk tetap hidup setelah melalui empat tragedi terbesar di sepanjang sejarah umat manusia selama 30 tahun berturut-turut. Mungkin jika hal ini terus berlanjut hingga Perang Dunia Ketiga, bisa dipastikan akan mengarah kepada sebuah extinction pada peradaban kita saat ini. Namun, selalu ada hikmah di balik setiap peristiwa. Karena kegilaan ini juga, para manusia di dunia mulai tersadar betapa perang dan wabah sudah meluluhantahkan peradaban manusia jika mereka tidak bisa bersatu.

Ternyata saling menghancurkan bukanlah cara yang benar di sistem dunia yang sudah saling terikat satu sama lain ini. Itulah kita, yang terkadang hanya mau mendengar dalam kondisi sepinya sebuah keputus asaan, bukan dalam kondisi riuh yang penuh dengan gejolak. Tragedi-tragedi besar yang terjadi di awal abad 20 ini membuat banyak bangsa mulai belajar bahwa jika mereka tidak bersatu, maka seluruh dunialah yang menjadi korbannya bukan hanya satu atau dua kepentingan saja maka mereka mulai sepakat mendidikan United Nation atau PB di tahun 1945. Begitu juga dengan pandemi yang terjadi di awal abad 20. Membuat mereka belajar dari kesalahan dan melahirkan WHO di tahun 1948. Kemudian karena industrialisasi yang semakin masif secara global oleh kepentingan para kapitalis, jika masih Masing-masing pelaku industri ini tidak dikontrol dan duduk bersama, maka tidak ada yang memegang kendali jalannya peradaban baru bumi di masa mendatang.

Oleh sebab itu dididikan pula sebuah organisasi internasional, yaitu World Economic Forum di tahun 1971. Berkat kontrol dan peran organisasi-organisasi inilah peperangan, kesehatan, ekonomi, hingga industri yang terjadi di dunia kita saat ini bisa lebih dikendalikan dampaknya. Jika dibandingkan dengan yang terjadi di era-era masa lalu hanya karena pecahnya persatuan di seluruh dunia. Begitu juga dengan hak asasi manusia yang kita miliki.

Memiliki saat ini juga berkat deklarasi dari PBB setelah terjadi yang World War II yang sangat tidak mencerminkan humanity. Untuk pertama kalinya dalam sejarah peradaban, dunia mulai sepakat setelah ada di ambang kehancuran. Umat manusia yang hidup di masa kini mulai berani meyakini sesuatu yang sebelumnya sangat sulit untuk digapai oleh para pendahulu kita, yaitu harapan akan masa depan yang lebih baik, di mana kita tidak lagi harus berjuang hidup dan mati hanya demi sesuatu pemakanan, di mana kita bisa tidur di malam hari tanpa khawatir bahaya seperti pejuang-pejuang di masa lalu, di mana kita kini sudah punya kebebasan untuk menyampaikan sesuatu yang kita yakini. Ya, semua kenyamanan dan kebaikan dan keamanan yang kita miliki saat ini adalah perjuangan dari generasi-generasi manusia pendahulu kita. Sehingga manusia di masa kini punya fondasi yang lebih kuat untuk terus hidup.

Di era kita saat ini, kita bisa lebih berfokus kepada kebutuhan dasar manusia yang terakhir. Tapi, meskipun saat ini seluruh kebutuhan dasar manusia sudah punya fondasi yang jauh lebih kuat, kenyataannya saat ini kita masih sangat jauh dari kondisi kehidupan utopia, bukan? Masih belum ada kestaraan di dunia ini.

Masih banyak kelaparan di dunia ini. Kesehatan, pendidikan, dan ekonomi yang masih sangat nimpang. Angka kematian tinggi karena masih banyak penyakit yang belum ada obatnya. Kebebasan berpendapat masih tidak adil bagi kaum minoritas. Masih banyak terjadi perang di berbagai sudut dunia.

Sistem kapitalis korup warisan era industrialisasi yang masih belum berpihak pada rakyat kecil. Dan isu paling berbahaya bagi kelangsungan peradaban manusia selanjutnya, yaitu global warming. Yang artinya pengejaran keberadaan.

kebahagiaan utopis dari umat manusia masih belum berakhir di era kita sekarang. Karena manusia dari masa ke masa selalu mendambakan kehidupan utopis yang ideal, di mana tidak ada lagi kelaparan, penderitaan, ketidakpastian, ketidak efisienan, bahkan mungkin ketidakabadian. Maka dari itu manusia masih harus berkembang lagi untuk mencapai itu semua dengan bantuan teknologi.

Jadi kita akan lanjutkan perjalanan ini menuju ke masa depan. Kita akan mulai dari bagaimana World Economic Forum sudah membuat skenario besar untuk mereset peradaban dunia ini berkat momentum pandemi melalui The Great Reset yang diadakan pada bulan Juni 2020 lalu. Ini adalah organisasi non-pemerintahan yang sama dengan yang pernah menggagas kondisi COVID-19.

Konsep revolusi industri 4 lalu. Yang berisi banyak sekali orang-orang dan perusahaan paling berpengaruh yang menjalankan perekonomian dunia. Atau lebih sederhananya, para kapitalis kelas dunia yang menjalankan roda peradaban dari dunia ini.

Meskipun di video ini saya tidak akan terlalu melenceng. untuk membahas mengenai konspirasi yang ada di baliknya. Yang jelas setuju nggak setuju, peradaban kita akan selalu ditentukan oleh para pemimpin negara adik kuasa dan para kapitalis dunia, yang sudah berencana untuk meriset banyak sektor di dunia, mulai dari ekonomi, sosial, geopolitik, lingkungan, teknologi, bisnis, industri, dan yang terakhir adalah individual, riset. Yang akan mulai mengatur ulang bagaimana dunia baru kita ini lebih cepat beradaptasi dengan teknologi yang lebih ramah dengan alam, karena ancaman berikutnya yang lebih parah dari pandemi saat ini, yaitu globalisasi. Global warming yang akan mengubah iklim dunia secara masif hanya dalam beberapa tahun mendatang, dan sistem kapitalisme yang lebih bersentris pada kemanusiaan, bukan hanya menguntungkan para pemegang kekuasaan saja, yang pada akhirnya justru menghancurkan masa depan dari generasi anak cucu kita nanti.

Masa depan pangan dunia yang lebih efisien melalui bioteknologi, di mana dapat mengantisipasi gagal panen karena kondisi iklim yang semakin tidak bersahabat, sistem perekonomian yang lebih terbuka dan transparan melalui teknologi blockchain, yang mungkin akan mengurangi sistem korup karena keterbukaannya. Dengan lebih terbukanya sistem pemerintahan baru yang lebih transparan, akan memberikan harapan baru mengenai kestaraan dan keadilan bagi setiap rakyat yang membutuhkan. Peraturan baru di dunia digital di mana setiap manusia yang masuk era revolusi industri 4, memerlukan sebuah digital ID sehingga siapapun yang bermanover di dunia maya tidak lagi anonim, sehingga akan jauh mengurangi tingkat kriminalitas.

Dengan digital ID ini pula diharapkan penyaluran kebutuhan bagi setiap rakyat akan jauh lebih terkonsentrat, dan tidak lagi salah sasaran. Khususnya dengan sistem digital ekonomi baru juga. yang mana selanjutnya akan dapat digunakan untuk hidup di seluruh dunia. Peraturan-peraturan baru bagi para korporasi dunia mengenai industrialisasi yang tidak menyengsarakan sosialiti dan merugikan iklim dunia dengan energi-energi terbarukan. Begitu juga dengan pemerataan pendidikan bagi warga dunia melalui teknologi informasi di era 5G yang semakin cepat dan masif.

Situasi pandemi saat ini akan dimanfaatkan sebagai titik balik untuk mereset ulang kebobrokan dari sistem pemerintah dan kapitalisme yang sudah merusak dunia kita selama ratusan tahun terakhir. Demi menyongsong era peradaban baru yang lebih humanis dan... dan berpihak pada alam. Yang harapannya mulai akan kita rasakan dampaknya pada tahun 2050 mendatang.

jika memang umat manusia sepakat untuk duduk bersama demi satu tujuan yang sama. Karena perpecahan, adu kekuatan, dan kekuasaan selalu menjadi tabiat manusia sejak zaman dulu, ketika kondisi mereka dalam keadaan baik. Sehingga manusia terlena selama ratusan tahun terakhir ini hanya peduli memuaskan kepentingan dan egonya masing-masing. Pura-pura tidak mendengar bahwa bumi ini terus menangis yang sebentar lagi hampir murka.

Jadi untuk saat ini, kita anggap saja skenario global warming yang akan mengancam musnahnya peradaban manusia ini berhasil menjadi titik. titik balik untuk menyatukan umat manusia, yang mirip dengan skenario yang terjadi pasca perang dunia lalu. Maka mungkin umat manusia masih punya harapan dan tidak berakhir dalam skenario distopia karena proses seleksi alam, yang bisa mereset teknologi kita kembali ke zaman busur dan panah lagi. Artinya kita mungkin akan terus melanju ke tahapan utopia di beberapa abad selanjutnya.

Namun dengan catatan yang perlu digarisbawahi secara tebal, bahwa skenario utopia ini hanya bisa tercapai jika umat manusia bersepakat demi satu tujuan yang sama, tidak ada yang bisa diperlukan. Ada perbedaan mengenai status sosial, ekonomi, dan kemampuan. ekonomi, budaya, bahkan mungkin agama.

Karena tanpa adanya kestaraan dan tujuan yang sama, jangan pernah berharap kondisi utopis itu terjadi di masa hidup umat manusia. Tidak cukupkah kita belajar dari pengalaman ribuan tahun? Setelah itu, yang mungkin lebih ironis, sistem pemerintahannya tidak lagi harus dijalankan oleh kepentingan manusia lagi, melainkan dipercayakan kendalinya kepada sebuah sistem komputasi AI yang disepakati bersama.

Demi mengatur jalannya sistem peradaban baru yang diprogram berdasarkan asas humanisme, yang berpegang pada prinsip-prinsip yang ada pada alam semesta ini. Yang terbukti telah teruji dan berjalan harmonis dengan baik bahkan selama jutaan tahun terakhir. Yang mempertegas pesan bahwa tanpa adanya manusia, bumi ini akan tetap baik-baik saja. Ya, itulah perbedaan sistem buatan manusia dan Tuhan, antara fana dan abadi. Karena sejarah panjang umat manusia terbukti tidak pernah berhasil mengelola dunia ini sejak manusia memegang peradaban dunia.

dan selalu berakhir pada kehancuran satu sama lain meskipun kita sudah menjalani berbagai jenis sistem, mulai dari kekaisaran, sosialis, liberal, bahkan demokrasi. Selama kehendak bebas manusia yang abstrak dengan ego dan keinginan yang jadi pusat kendaninya, yang selalu dipenuhi dengan otoritarianisme, supremasi kekuasaan maupun dinasti politik. Maka pada masa itu, sepertinya sebuah sistem pemerintahan yang dijalankan oleh AI akan jauh lebih relevan, karena tidak memiliki motivasi, tidak memihak, dan adil bahkan bagi setiap makhluk yang hidup di bumi ini.

Namun di masa seluruh umat manusia ini sepakat untuk bersatu, akan menandai sebuah era baru yang sangat mengerikan. Di masa ini teknologi sudah menyediakan segalanya bagi kebutuhan umat manusia. Berkat fusi nuklir masa depan yang memberikan energi tanpa batas bagi siapapun yang membutuhkan secara gratis. Karena di masa ini, energi dapat diproduksi dengan sangat mudah, murah, dan mungkin unlimited. Hanya karena energi gratis ini saja, maka hampir seluruh hal yang ada di dunia utopia ini akan tersedia secara gratis juga.

Apalagi tempat ini semuanya telah dikendalikan oleh AI dan robotik yang akan secara otomatis memproduksi dan menyediakan hampir setiap kebutuhan dasar umat manusia. Mulai dari makanan, kesehatan, tempat tinggal yang layak, bahkan hiburan. Karena semuanya mudah didapatkan, maka manusia mulai tidak memiliki pikiran untuk berbuat jahat lagi. Dan setiap manusia hampir tidak lagi bekerja untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Karena semuanya telah tersedia dengan sangat-sangat mudah berkat bantuan teknologi.

AI dengan basis kuantum komputer yang maha canggih, yang dapat menjalankan seluruh sistem yang ada di dunia utopia ini. Mulai dari perekonomian, transportasi, kebutuhan sosial, bisnis, maupun industri dengan sangat adil. Ini adalah masa di mana setiap manusia dianggap setara eksistensinya dan hanya berfokus mengajar mimpi dan fantasinya masing-masing.

AI ini menyimpan seluruh database umat manusia maupun setiap benda yang ada di dunia yang dapat terkoneksi dengan pikiran manusia dan semua benda secara nirkabel, memahami semua kebutuhan bahkan kegundahan yang dirasakan oleh umat manusia dan segera menyediakan solusi baginya secara instan. Sehingga manusia itu tidak lagi sempat mengalami kesusahan dan penderitaan. Pengobatan yang sudah sangat maju berkat nanoteknologi.

Sehingga sel kanker tidak lagi menjadi ancaman. Bahkan sebelum manusia lahir dengan genetika yang berpotensi dengan kanker pun bisa dimodifikasi seperti baru lagi. Berkat bantuan teknologi CRISPR yang jauh lebih advance di masa depan. Begitu juga dengan modifikasi genetika fisik mulai dari kelamin, wajah, warna rambut, dan postur tubuh.

Sehingga manusia bisa memiliki kondisi fisik sesuai dengan yang mereka inginkan sendiri. Nggak perlu lagi iri dan gengki kepada manusia lainnya hanya demi mendapatkan eksistensi diri yang layak di mata masyarakat. Karena kini semuanya setara. Teknologi regenerasi sel super canggih yang memungkinkan kita hidup dalam kondisi tetap muda.

Yang akan membuat hidup dan mati hanya menjadi sebuah opsi. Tidak ada lagi kematian karena penyakit dan melahirkan. Karena di masa ini memungkinkan untuk melahirkan bayi di luar rahim ibunya.

Dan semua nutrisi telah disediakan oleh teknologi mulai dari embryo hingga menjadi manusia yang utuh. Yang tentunya secara genetika sudah dimodifikasi secara sempurna sehingga tidak ada lagi cacat lahir maupun fisik. Dalam dunia utopia ini, para manusia hanya sibuk mengejar mimpi dan imajinasi yang belum pernah mereka rasakan. Namun sensasi ini lagi-lagi dapat dengan sangat mudah mereka dapatkan berkat semakin canggih teknologi neuroscience.

Yang memungkinkan bagi setiap manusia merasakan sensasi apapun yang diinginkan dalam hidupnya. Cukup dengan mengkonsumsi sebuah zat yang akan bekerja dalam alam bawah sadar kita. Mereka akan merasakan sensasi itu sepenuhnya tanpa perlu melalui proses yang panjang.

Misalnya sensasi sebuah puncak kesuksesan, popularitas, sensasi jatuh cinta, dan berhubungan dengan orang yang paling gak menggambarkan. Bahkan merasakan sensasi menjadi makhluk apapun yang ada di dunia ini, yang batasannya hanya ada sejauh imajinasi yang bisa kita pikirkan. Sehingga mirip dengan konsep sebuah surga di mana kita tidak lagi dapat diatur oleh skelah keterbatasan fisik. Bahkan dengan kemajuan kuantum fisika di masa itu, Manusia mungkin akan mampu memecah dan memanipulasi blueprint dari sebuah atom Sehingga mereka menjadi mampu menciptakan berbagai materi baru di semesta ini Yang akan membuat manusia tidak lagi terpenjara dalam hukum-hukum fisik Yang memampukan mereka membuat hukum-hukum baru versi mereka sendiri Hingga akhirnya sanggup menulis ulang takdir baru kehidupan Mulai dari Alpha hingga Omega Tapi, benarkah manusia-manusia yang ada di fase ini telah berhasil mencapai puncak kebahagiaan dan menemukan arti hidup? Ketika mereka bahkan tidak lagi menambahkan sebuah harapan di kondisi yang tanpa celah itu.

Ketika mereka bahkan tidak lagi tahu apa yang mereka inginkan di saat dengan mudahnya segala keinginan itu terpenuhi. Teknologi awalnya memang diciptakan untuk mempermudah hidup dan efisiensi, dengan cara mempercepat atau menggantikan sebuah proses. Namun ketika seluruh proses itu diambil alih olehnya, Hingga tidak ada lagi yang tersisa bagi manusia.

Maka tidak ada yang lebih mengerikan dibanding seorang manusia yang selalu mendapatkan apa saja yang terbesit di dalam pikirannya dengan begitu mudah. Ketika mereka bahkan tidak lagi tahu apa yang mereka inginkan karena dengan mudahnya keinginan itu terpenuhi, maka segalanya tidak lagi memiliki sebuah value. Karena sebuah value itu muncul berkat adanya sebuah proses. Semakin sulit prosesnya, maka semakin tinggi value-nya. Semakin terbatas sebuah hal, maka akan semakin berharga pula hal itu.

Bahkan mungkin mereka tidak lagi mengerti apa itu harapan di kondisi yang tanpa celah itu. Karena bagaimana mungkin seseorang memiliki harapan jika segalanya ada dalam kendalinya. Semuanya terukur, teratur, tidak ada spontanitas, tidak lagi ada kejutan, dan tidak ada sebuah rasa takut.

Dan ketika sebuah harapan dan keinginan itu tidak lagi ada, maka yang tersisa hanyalah sebuah kekosongan. Yang justru lebih mengerikan dibanding menjalani sebuah proses panjang yang menyakitkan namun tetap memiliki sebuah harapan. Karena pada dasarnya itulah yang membuat manusia tetap merasa hidup.

Sebuah harapan dan keinginan yang sulit kita kejarlah yang memberikan kita tujuan hidup. Yang mungkin pada akhirnya akan membuat mereka iri dengan kehidupan manusia-manusia di masa lalu yang penuh dengan emosi dan harapan. Meskipun mereka sudah mencapai tahap sempurna. Ironis bukan? Mungkin mereka tidak lagi harus bekerja keras hanya untuk mendapatkan sesuap makanan.

Tapi mereka tidak tahu betapa bahagia dan nikmatnya sebuah makanan yang didapatkan dari hasil jerih lelah berhari-hari. Mungkin mereka tidak lagi harus melewati proses persalinan dan melahirkan yang menyakitkan selama 9 bulan. Tapi mereka tidak tahu betapa bahagianya perasaan seorang ibu saat pertama kali melihat kedalaman mata bayinya sesaat setelah melahirkan.

Mungkin mereka tidak pernah merasakan penyakit di tubuhnya yang sempurna sejak lahir. Tapi mereka tidak tahu bagaimana bahagianya seorang anak buta sejak lahir yang bisa melihat untuk pertama kalinya. Mungkin mereka punya keluarga sempurna yang tidak pernah berkekurangan. Tapi mereka tidak tahu perasaan bahagia seorang ayah yang melihat anak dan istrinya tertawa lepas di saat makan bersama, meskipun dia harus mengambil dua pekerjaan sekaligus di siang dan malam hari.

Mungkin mereka bisa hidup dalam masa muda selama yang mereka inginkan. Tapi mereka tidak akan pernah tahu betapa setiap momen dalam hidup itu jadi jauh lebih berarti di umur kita yang pendek dan penuh dengan ketidaktahuan akan hari esok. Coba kalian rasakan.

Indah sekali kan? Ya, emosi yang masih kalian rasakan saat inilah anugrah dari Tuhan yang sebenarnya. Manusia di masa lalu mendambakan kehidupan utopis di masa depan. Dan manusia di masa depan merasa iri dengan kehidupan manusia di masa lalu.

Jadi kapan pencarian kebahagiaan ini akan menemukan sebuah akhir? Jika ternyata ketidaktahuanmu mengenai hari esoklah yang membuat esok hari lebih menarik untuk kita jalani. Ketidaknyamananmu saat inilah yang membuatmu tetap termotivasi. Penderitaan yang masih kamu rasakanlah yang membuat kebahagiaanmu jauh lebih berarti. Dan umurmu yang terbatas inilah yang ternyata membuatmu lebih punya prioritas.

Supaya setiap momen dalam hidupmu menjadi jauh lebih berharga. Bersyukurlah. Karena sebenarnya segala ketidaksempurnaan yang ada di hidupmu saat inilah yang ternyata menyempurnakan hidupmu. Dan kabar baiknya, setelah kamu tahu semua ini, kamu nggak lagi perlu menjalani 100 kali kehidupan hanya untuk tahu bahwa mulai sekarang juga, kamu bisa bahagia. Terima kasih.

Tapi karena tabiat manusia yang tidak pernah merasa cukup dan merasa mampu melakukan segalanya, supaya membuat mereka tetap merasa hidup dan memiliki tujuan, mungkin mereka akan menciptakan sendiri tujuan-tujuan hidup baru. Misalnya dengan membuat sebuah ekosistem di tempat yang benar-benar baru. dimana kebahagiaan itu masih dapat diperjuangkan dengan sebuah harapan dan penderitaan dengan manusia-manusia baru yang masih polos seputih salju dan tanpa pengetahuan dari awal lagi dimana kebahagiaan tidak bisa digapai dalam kondisi yang berkekurangan tapi juga tidak bisa digapai dalam kondisi yang berkekurangan tidak dapat digapai meskipun dalam kondisi sempurna yang berkelimpahan. Namun kebahagiaan hanya ada di kondisi yang cukup dan bersyukur. Sehingga manusia-manusia baru ini dapat memberikan sebuah ketulusan cinta kepada penciptanya, karena hanya itulah satu-satunya hal yang tidak dapat dibuat oleh mereka.

Tapi kali ini mereka menjaga dan memastikan supaya tidak semua pengetahuan itu baik untuk dikonsumsi, karena seseorang yang sudah berada di kondisi tahu, tidak akan pernah bisa kembali lagi ke kondisi tidak tahu. Sehingga tidak perlu mengulang kesalahan mereka dan kembali berakhir di kondisi utopia paradoks.