Transcript for:
Kontroversi Laga Manchester United di Asia

di tengah persiapan berbagai tim nasional untuk menjalani FIFA Match Day Juni. Sebuah rombongan muncul dari Eropa. Manchester United akhirnya berada di Asia Tenggara tepatnya di Malaysia. Tapi bukannya mendapatkan berbagai sorotan positif, makin ke sini malahan hal kontroversi hingga yang berbau negatif membumbui. Ya, gimana lagi coba? Laga berlangsung di saat sebagian tim nasional kebanyakan sedang menggelar pemusatan latihan dan hasilnya banyak pemain yang dicabut hingga diganti dengan pemain dari kelompok umur. Para fans yang sudah membeli tiket pun mengaku kecewa berat termasuk Indonesia mengirim dua perwakilan baru menggantikan Asnawi yang enggak jadi bergabung ke skuad ASEAN All Stars. Lantas siapa dua perwakilan Garuda dan bagaimana kondisi ASEAN All Stars jelang menghadapi Manchester United? Let's go kita ulas sampai tuntas. from the dust. With each death, with each goal we score. We carry the hopes of those who came before. Tak ada gelar, tak ada kejayaan. Itulah tim yang katanya raksasa Premier League Manchester United. Mereka tercacar di papan bawah klasmen akhir. Bayangkan Setan Merah harus puas duduk di peringkat ke-15. Sebuah posisi yang jauh dari kata terhormat untuk tim sekelas mereka. Ironis, pahit, dan tentu saja memalukan. Dan seakan belum cukup di pentas Eropa pun nasib serupa menimpa. Di final Europa League, harapan terakhir itu sirna sudah bukan oleh tim raksasa seperti Barcelona atau Juventus. Tapi oleh Tottenham Hotsbur. Skor tipis 1-0 sudah cukup untuk menghentikan langkah United dan mengunci musim penuh luka mereka dengan catatan mengecewakan. Para fans yang biasanya bersorak kini hanya bisa tertunduk. Di media sosial hujan-hujatan datang bertubi-tubi. Bahkan tak sedikit yang menuduh bahwa United tak benar-benar serius di laga final. Seolah energi mereka justru dipusatkan untuk laga tak bergangsi melawan tim gabungan ASEAN Allstar. I inilah musim terburuk Manchester United dan untuk mencoba membenahi segala keterpurukan fans hingga finansial klub, laga kontra ASEAN All Star akhirnya akan digelar. Seperti biasa, MU mencoba memulihkan Citra. Mereka terbang ke Asia Tenggara membawa serta nama besar dan skuad utama mereka dari Bruno Fernandez yang masih memegang ban kapten hingga kiper kesayangan kalian semua, Andre Onana. Tanggal 26 Mei 2025 malam hari waktu Malaysia, rombongan Setan Merah tiba di Kuala Lumpur. Langsung dari laga terakhir Premier League, mereka mendarat dan bergerak menuju hotel yang tak jauh dari Ikcon Negeri Jiran, menara kembar Petronas. With each step, with each goal we score. We carry the hopes of those who came before. Namun apa yang mereka temukan di sana jauh dari yang diharapkan. Sekitar 200 suporter memang datang menyambut. Sambutan itu memang tetap ada. Cukup meriah mengiringi perjalanan skuad Asuhan Amorim. Tapi jika menilik sejarah dan nama besar Manchester United, jumlah itu terasa menyedihkan. Dulu kehadiran mereka mampu menggetarkan bandara, membanjiri jalan-jalan, membuat polisi sibuk menjaga kerumunan. Kini hanya riak kecil yang muncul. Apa yang salah? Mungkin ini adalah cermin dari apa yang terjadi di atas lapangan. klub yang kehilangan taring, kehilangan arah, dan perlahan kehilangan daya tarik. Apalagi laga berlangsung di Malaysia dianggap salah pasaran dan sepi peminat. Karena kalau mencontoh dari pasar Indonesia, Garnaco sudah merasakan bagaimana atmosfer pertandingan besar di GBK. Saat Argentina menghadapi timnas, banyak warga net hingga pengamat sepak bola menganggap demikian. Di balik sambutan yang tidak gegap gempita, ada satu alasan lain yang enggak bisa dikesampingkan. Apalagi di Asia Tenggara, euforia sepak bola lokal tengah menggeliat. Di Indonesia, timnas sedang melakukan pemusatan latihan di Bali. Visi ini bukan hanya bagian dari persiapan, tapi juga menyumbang lonjakan wisatawan ke Pulau Dewata. Bali kini menjadi magnet bukan hanya untuk turis, tapi juga pecinta sepak bola nasional. Dan para pemain juga tak pelit-pelit. Terkadang seringkiali memberikan waktu untuk berfoto-foto. Makanya gimana penggemar enggak tergoda coba? Nah, hal serupa terjadi di Malaysia. Harimau Malaya sudah memulai pemusatan latihan sejak 19 Mei di Padang Seri Gelam JDT. Fokus mereka tertuju pada laga kualifikasi Piala Asia 2027 melawan Vietnam. sebuah misi penting demi membawa nama negara ke pentas lebih tinggi. Dan di tengah semangat nasionalisme itu ada laga exhibisi United versus ASEAN All Stars yang jelas cuma terasa seperti hiburan singkat yang kalah pamor dibanding perjuangan panjang tim nasional mereka sendiri. Dan ternyata efek berlangsung di tengah gelaran TC bukan hanya sambutan fans yang terasa dingin. Di balik layar kekacauan juga tengah melanda tim ASEAN All Star. Squad yang diproyeksikan menjadi lawan Manchester United dalam laga ekibisi tersebut. Harapan untuk menyuguhkan pertandingan kompetitif malah berujung pada serangkaian pembatalan yang bikin puyang panitia. Satu persatu pemain yang seharusnya tampil justru mengundurkan diri dan alasan yang mereka bawa meski bisa dimaklumi tetap meninggalkan rasa kecewa. Terbaru dua pemain dari klub Liga Thailand Port FC dipastikan batal tampil dan salah satunya bukan nama sembarangan. Dia adalah Asnawi Mangku Alam, bek andalan timnas Indonesia yang awalnya dijadwalkan menjadi salah satu wajah ASEAN dalam laga ini. Namun, akhirnya Asnawi diminta untuk tetap fokus menjalani pemusatan latihan bersama Garuda yang saat ini sedang digelar di Bali. Sebuah keputusan yang tentu logis mengingat pentingnya agenda timnas dalam waktu dekat. Tapi tetap saja kepergian Asnawi menjadikan kehilangan besar bagi laga ini. Sosoknya punya magnet tersendiri terutama bagi penonton dari Indonesia. Selain itu, Ferrari yang enggak dipanggil Timnas juga belum dikonfirmasi apakah akan dilepas Persija atau tidak. Dan kehilangan besar juga dirasakan dari sisi Vietnam. Nguyen Kuanghai bintang utama yang selama ini jadi sorotan publik. Asia Tenggara ternyata tidak masuk dalam daftar skuad racikan pelatih Kim Sangsik. Sebagai gantinya, nama lain dari Vietnam dipanggil Nguyen Hilong. Tapi tetap saja karisma dan kualitas Guanghai jelas tidak mudah digantikan. Dan akibat serangkaian pengunduran diri itu, skuad Asian All Star kini hanya berisikan 20 pemain saja. Jumlah yang sangat mepet untuk laga berintensitas tinggi melawan tim sekelas Manchester United. Namun di tengah kabar buruk itu, Indonesia sedikit memberi warna. Dua pemain muda akhirnya dipastikan bergabung dalam skuad ASEAN All Star. Kakang Rudianto dari Persip Bandung dan Malik Risaldi dari Persebaya Surabaya. Dua nama yang mungkin belum terlalu mainstream di telinga publik Asia tapi patut diberi apresiasi. Mereka membawa semangat baru dan bagi keduanya ini bukan sekedar laga ekibisi tapi panggung untuk belajar berkembang dan menunjukkan diri. Apalagi bagi Kakang Rudianto, pemanggilan ini adalah sesuatu yang sangat berarti. Dalam sebuah unggahan media sosial, Kakang sudah antusias bahkan mengungkapkan rasa bangganya dan bersiap meminta jersey, salah satu pemain MU. Saya dari pengurus Persip. Akang kamu panggil buat ASEAN. Ya, saya bersyukur dan bahagia tentunya karena ASEAN ini untuk melawan Manchester United di Malaysia. Ya, tentunya selagi saya dikasih kesempatan untuk bermain untuk menjaga pertahanan, saya akan berusaha maksimal untuk membuktikan ee tidak mengecewakanlah nanti. E mungkin saya pengin sama Kasemiro dia memang masih ada beberapa nama menarik, tapi secara keseluruhan aura bintang di laga ini terasa pudar. Daftar pemain yang tampil jauh dari kata tim terbaik ASEAN. Mungkin karena agenda yang mepet, mungkin juga karena banyak negara lain yang fokus mempersiapkan skuad mereka untuk laga resmi. Apapun alasannya, satu hal yang pasti ini bukan tontonan yang menggoda banyak orang untuk membeli tiket atau menyalakan TV mereka. Apalagi hak siar enggak jelas mau ditayangkan di mana. Kekecewaan pun sekarang mulai dirasakan para penggemar yang sudah punya tiket dan sudah berada di Malaysia. Melansir dari liputan enam ketika sekelompok fans setia berkumpul di halaman depan sebuah hotel mewah di jantung kota Malaysia. Mereka tak hanya fans lokal tapi juga datang dari berbagai penjuru seperti Vietnam hingga Indonesia. Bukan untuk liburan, bukan pula sekedar nongkrong. Mereka menanti dengan penuh harap. Mereka ingin melihat para idola mereka dari dekat, menadahkan foto, poster, jersey, dan tanda tangan. Namun siapa sangka dari puluhan pemain MU yang turun dari bus tim hanya satu nama yang sedikit memberi angin segar. Luksya bekiri asal Inggris itu jadi satu-satunya pemain yang menghampiri kerumunan fans menyapa singkat dan memberikan beberapa tanda tangan. Tapi hanya tiga fans yang beruntung. Sisanya hanya bisa menatap dari kejauhan dengan tangan tetap memegang poster yang tak tersentuh. Kecewa banget sih udah nunggu 3 jam tapi enggak ada pemain MU yang mau meladani fans yang sudah menunggu di hotel. kita kayak enggak dianggap. Tahu gitu mending saya jalan-jalan aja di Kuala Lumpur," ujar Teresia, salah satu penggemar MU asal Jakarta saat diwawancarai oleh liputan606.com. Sedangkan pemain lain tak ada yang mau menyapa. Begitu pintu bus terbuka, mereka langsung berjalan cepat menuju lobi, naik lift, dan menghilang ke kamar masing-masing. Beberapa bahkan memilih memakai headset seperti Andre Onana dan Alejandro Garnaco. Seolah ingin menciptakan jarak, meredam suara panggilan penggemar, dan menghindari kontak mata. Iya, belajar dari Malaysia yang mengundang MU. Kita tahu bahwa momen yang tepat adalah salah satu penentu kesuksesan. Walaupun gak 100% dipengaruhi, tapi tetap saja akan banyak rintangan jika memaksakan. Kini ASEAN Allstar sudah kayak enggak ada peminatnya. Ojar saja banyak yang mengecap laga hiburan yang gagal, ya kan?