Transcript for:
Analisis Situasi Darurat di Indonesia

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillah teman-teman sekalian saudara rahmati Allah. Mudah-mudahan teman-teman sekalian dalam keadaan baik-baik saja. Dan kita senantiasa mengucapkan syukur pada Allah SWT. Atas karunia-karunianya, kenikmatan yang kita terima, dan juga salat dan salam bagi Rasulullah Muhammad SAW.

Teman-teman, mohon maaf sebelumnya lama banget nggak menyapa teman-teman sekalian dalam obrolan-obrolan kita. Dan ada banyak sekali hal yang mengganggu dalam pikiran saya walaupun akhirnya ini baru bisa kita temukan kesempatan untuk kita obrolkan bareng teman-teman sekalian. Yang pertama tentu saja yang pengen saya bahas adalah tentang Indonesia darurat Karena banyak sekali yang teman-teman lihat di postingan-postingan Indonesia darurat, Indonesia darurat Ada Pancasila, Garuda Pancasila Kemudian di latar belakangnya dengan latar warna biru gitu kan ya Biasanya kan itu adalah sebuah pesan error ya Sebuah pesan bahwasannya ini adalah sesuatu yang kayak salah, sesuatu yang ya error kalau di komputer itu ya blue screen namanya nah kalau udah blue screen itu berarti ada sebuah kerusakan yang serius pada satu sistem itu dan akhirnya orang-orang baru mulai berpikir bahwasannya sistem yang ada di Indonesia ini adalah sebuah sistem yang bermasalah bagi teman-teman yang belum tahu apa itu yang dinamakan Indonesia darurat ini sebenarnya dipicu daripada sebuah sikap daripada pemimpin kita ya pada saat ini tentu saja Jokowi dan kemudian Jokowi yang berada di tengah-tengah pusaran kekuasaan itu, yang akhirnya menunjukkan sebuah sikap politik dinasti, yang menunjukkan sebuah sikap preferensi yang sangat kuat, atau sebuah usaha yang sangat-sangat terstruktur dan tersistematis untuk menjadikan kekuasaan ini dipegang oleh segelintir orang, atau bahkan segelintir...

keluarga. Makanya muncul kata-kata yang ramai di media sosial, 270 juta atau 275 juta rakyat Indonesia tidak boleh kalah dengan satu keluarga dan seterusnya, dan seterusnya, dan seterusnya tapi teman-teman sekalian tentu saja saya tidak mau membahas terlalu banyak tentang variasi-variasi ataupun fakta-fakta yang kita lihat karena banyak sekali yang sudah membahas dan saya pikir teman-teman juga sudah cukup muak untuk melihat itu semuanya Dan saya coba untuk membahas sesuatu yang lebih mendasar lagi, yaitu adalah tentang sistem yang ada di negeri ini sendiri. Berkali-kali dan semenjak lama, dan mungkin kalau teman-teman yang ikutin saya secara pribadi dari dulu ketika masih di Twitter, dari situ saya mendapatkan sebuah julukan radikalis romantis. Kenapa?

Karena romantis banyak bahasa orang pacaran. Radikalis itu karena banyak bahas tentang pemerintahan. Terkhusus berkali-kali pemilu itu saya selalu menyampaikan biasanya.

Bukan hanya orang yang memimpin. Tapi soalan sistem kepemimpinan. Selalu dan selalu itu yang saya utarakan.

Itu yang saya ingatkan. Dan itu yang saya coba untuk jadiin sebagai satu mainstream. Karena belum banyak orang-orang yang menyampaikan tentang sistem kepemimpinan.

Karena gini teman-teman. Aku pikir ya bahwasannya. semua orang mungkin sudah paham bahwa pemimpin itu penting. Bahwasannya kalau pemimpinnya baik maka kita semua akan jadi baik. Kalau pemimpinnya buruk, kita semua akan jadi buruk.

Dan itu tidak salah. Itu betul. Tapi di dalam Islam, ternyata Rasulullah SAW itu ternyata menggarisbawahi juga tentang satu hal yang lain, yaitu dinamakan dengan sistem kepemimpinan.

Makanya kemarin ketika kita berbicara tentang apakah itu adalah Pilpres, apakah itu adalah Pilkada, ataupun yang lain, itu kan analoginya kayak kita milih sebuah imam sholat ya. Kalau andaikan kita mengadakan audisi imam sholat, lalu kemudian adalah lima orang misalnya yang dipilih untuk jadi imam sholat. Karena yang memilih itu taunya mereka dipilih untuk jadi imam sholat, tentu saja kualitas-kualitas yang dipilih adalah kualitas.

yang menuju kepada imam sholat itu. Misal, kalau ada orang yang nggak nutup aurat ya jelas nggak jadi imam sholat. Kalau misalnya dia justru bukan muslim ya nggak akan dipilih jadi imam sholat. Pasti yang dipilih adalah yang mendekati kriteria menjadi imam sholat yang diperlukan.

Misal dia muslim, lalu kemudian dia laki-laki, lalu kemudian dia sudah balik, dia merdeka, dan tambahan-tambahannya adalah dia hafal Quran misalnya atau bacaan Qurannya bagus, hafal hadis, dan mengerti tentang agama. Preferable dia orang yang sudah berumul dan tampilan badannya bagus serta suaranya mumpuni. Maka dia akan dipilih jadi imam sholat. Tapi kalau andaikan audisinya adalah pemilihan imam sholat.

Tapi Tapi aktivitas yang dilaksanakan adalah bukan sholat, tapi nge-DJ, ya itu kayak di-prank. Artinya itu sama aja kayak dalam satu sistem Sistem kepemimpinannya buruk tapi memilih pemimpin yang baik Yang gak nyambung, yang malah kesian orang yang dipilih itu Jadi kalau andaikan kita cuma berpikir tentang bahwa semuanya bisa berubah hanya karena pemimpin Ya kita akan kejebak di problematika yang sama Ingat gak tahun 2014? Ketika misalnya Jokowi menjadi pemimpin, yang ditawarkan apa? Yang ditawarkan kan adalah perubahan, yang ditawarkan adalah wong cili, yang ditawarkan adalah orang yang merakyat, yang ditawarkan adalah orang yang sederhana, nggak neko-neko dan seterusnya.

Tapi ya siapa yang tahu akhirnya justru jadi seperti ini. Balik lagi, orang-orang yang baik itu perlu dimasukkan atau perlu didukung, disupport oleh sistem yang baik. Sebagaimana sistem yang baik itu harus dijalankan oleh orang-orang yang mumpuni?

Ya gampangnya ginilah. Kalau kita bicara tentang sistem itu kayak operating system Dan kalau kita bicara tentang orang ya berarti orang yang bisa mengoperasikan operating system itu Berarti ya keduanya itu adalah sesuatu yang nyambung, sesuatu yang terhubung, sesuatu yang berkaitan satu sama lain Jadi kalau sekali lagi kita berbicara tentang pemimpin dan nasib rakyat 275 juta rakyat Indonesia ini Berarti kita berbicara bukan hanya tentang orang yang memimpin Tapi sistem di mana dia akan memimpin Karena teman-teman sekarang juga sudah, ya bukan sekarang aja sih, tapi berkali-kali, khususnya sekarang, teman-teman sudah bisa ngerti bahwa saya kalau ada orang yang baik, dia masuk dalam sebuah sistem yang buruk atau dia menjalankan satu sistem yang buruk, maka dia akan punya limitasi-limitasi untuk menjalankan kebaikan-kebaikannya itu. Atau bahkan sangat mungkin sekali dia dipaksa untuk melakukan sesuatu yang nggak baik. Karena memang sistemnya seperti itu.

Maka hari ini kita coba bahas tentang sistem. Tapi ini mungkin bahasannya agak sedikit harus sabar karena kita memang coba membahas tentang sistem kepemimpinan. Dan sistem kepemimpinan apa yang Indonesia lakukan pada saat ini tentu saja adalah demokrasi.

Kita sudah tahu semua. Maka dari dulu termasuk salah satu bagian kenapa saya dibilang radikal adalah karena saya mengkritik demokrasi secara rutin dan konsisten. Dan ini yang mau saya sampaikan. Jadi pertama gini ya.

Pertama, saya bukan orang yang pertama yang punya problematika dengan demokrasi. Bahkan ketika demokrasi ini muncul pada saat awalnya, kita tahu demokrasi ini muncul kan seperti namanya Demos dan Kratos. Berasal dari bahasa Yunani ya, Demos dan Kratos.

Demos itu artinya adalah rakyat, Kratos artinya adalah kekuasaan. Jadi kekuasaan ada di tangan rakyat. Jadi kira-kira begini, kalau saya nggak salah itu demokrasi muncul sekitar mungkin sekitar berapa ya? Lima abad sebelum Masihi mungkin ya. Jadi ketika demokrasi itu muncul, pertanyaan saya ketika saya nyari tahu tentang demokrasi itu, sebelum demokrasi muncul itu apa?

Sebelum demokrasi muncul, itu yang berlaku adalah hukum alam. Atau ya kalau kita simulasikan gini. Andaikan ada 10 orang yang berkumpul, biasanya siapa yang banyak ngatur itu? Kalau nggak yang paling tua, yang paling kuat. Itu kan sesederhana itu kan ya.

Artinya kalau kita itu secara sederhana, yang bisa ngatur orang itu biasanya yang paling dominan. Dan dominasi itu atau otoritas itu, itu bisa muncul dari kekuatan, bisa muncul dari harta, bisa muncul dari keilmuan atau pengetahuan, bisa muncul dari apapun. yang membuat dia akhirnya jadi dominan.

Bisa jadi juga dari umur. Kalau kita bicara tentang tribalisme misalnya, tentang kesukuan, maka kita tahu suku itu pasti dipimpin oleh yang paling tua. Atau yang kalau tidak paling tua ya, paling tua dan kuat.

Kan itu kan tribalisme, sesederhana itu. Hukumnya adalah hukum rimba. Yang kuat, dia yang menang.

Maka itu adalah tribalisme. Nah tribalisme ini berkembang. Karena kita tahu bahwa peradaban itu kan adalah gabungan daripada keluarga-keluarga Gambarnya seperti itu ya Jadi kalau kepemimpinan yang paling rendah itu ada pada keluarga Keluarga-keluarga kalau bergabung ini akan jadi suatu suku Suku-suku ketika dia berkumpul pada suatu tempat itu kan jadi peradaban kota Dan itu kan adalah peradaban-peradaban di zaman dulu ya Polis-polis kayak gitu ya Ada Separta, ada Athena, dan seterusnya Nah ketika polis-polis ini berkumpul menjadi sebuah negara Nations gitu ya atau bangsa Jadi artinya kalau kita bicara tentang peradaban, ya kita berbicara tentang salah satunya adalah sistem kepemimpinan.

Atau tentang politik mereka. Bagaimana cara mereka mengurusi urusan-urusan manusia. Balik lagi, kalau gitu sebelum demokrasi itu apa?

Kalau kita berbicara tentang tribalisme dan sistem kepemimpinan sederhana, berarti kita berbicara kepemimpinan sederhana itu adalah ya gampangnya siapa yang kuat, atau siapa yang tua, atau siapa yang punya ilmu. dan seterusnya Maka inilah yang dinamakan dengan oligarki. Jadi oligarki itu kalau teman-teman banyak dengar, apa itu oligarki? Semua orang ngomong tentang oligarki.

Oligarki itu berasal dari kata-kata oligo dan arko. Kalau saya nggak salah ya. Nanti coba cek sendiri.

Oligo itu artinya adalah sedikit. Arko itu artinya adalah kekuasaan. Atau pemerintahan.

Atau penguasaan. Jadi penguasaan oleh orang-orang yang sedikit itu disebut dengan oligarki. Jadi kalau kita beri...

berbicara tentang oligarki, berarti ada orang yang dikit, dia menguasai orang yang banyak. Jadi itu kayak tirani minoritas, gitu, oligarki. Nah, orang-orang taunya sekarang ya oligarki kan gitu kan ya. Ada sekelompok atau segelintir orang atau segelintir keluarga, cuma beberapa orang aja.

A few men that rules many, gitu ya. Jadi, few that rules many. Orang-orang yang dikit, dia mengendalikan yang banyak.

Kalau oligarki ini sangat parah, jadinya tirani. Karena tiran itu adalah artinya orang-orang yang cuma satu yang dia menguasai orang banyak. Ya balik lagi kepada tribalisme.

Dan ini adalah kondisi sebelum demokrasi. Nah coba bayangkan. Kalau ketika kita berbicara tentang demokrasi, dia munculnya di Athena sekitar 5 abad yang lalu.

Ketika itu dia muncul untuk menggantikan tirani atau menggantikan oligarki yang pada saat itu dirasa oleh masyarakat sudah sangat merugikan. Atau setidaknya merugikan orang-orang yang banyak karena berpihak pada golongan yang sedikit. Karena jadinya kan kayak monarki, jadi kayak kerajaan.

Rules by... few gitu kan ya rules by a few jadi pemerintahan oleh yang sedikit nah maka mereka mulai mengatakan kalau gitu kita gak akan terjamin dong orang kita maunya bukan kayak yang dia mau orang kalau kayak gini terus ya kita sama aja kayak yang banyak ini diabaikan maka mereka mencetuskan satu pemerintahan sistem kepemimpinan namanya demokrasi yaitu apa yang mereka katakan demos dan kratos yaitu adalah rules by many agak banyak gitu ya kalau tadi kan rules by few ini rules by yaitu Kalau gitu semua kita harus mengatur diri kita sendiri Siapa yang mengatur semua daripada kita? Ya semua kita itu Lalu konsepnya seperti apa? Ya karena dulu orang-orang Yunani mereka punya alun-alun Mereka punya semacam kayak apa ya?

Semacam kayak tempat duduk bareng Namanya ya senat gitu kan ya Nah maka kemudian ketika mereka pergi ke sana Pergi ke alun-alun mereka Mereka berkumpul dan mereka memutuskan tentang apa yang bagus dan apa yang tidak bagus bagi mereka. Apa yang benar dan apa yang salah. Ayo kita bicara bareng.

Apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak. Maaf. Do and don't gitu kan ya. Semuanya itu diputuskan bareng-bareng. Nah ketika lama-kelamaan berkembang.

Contoh misalnya ya kalau penduduknya disitu cuma seribu. Ya bisa aja setiap tahun kita ngumpul. Lalu membicarakan tentang apa yang baik bagi kita.

Dan apa yang tidak baik bagi kita. Gitu ya. Tapi kalau misalnya sudah yang seratus ribu.

Ya tempat mana lagi yang ngumpul. Waktu itu belum ada Old Trafford tentunya ya. Dan kalau ada Old Trafford juga ribuh juga gitu kan ya.

Nah maka mereka bilang yaudah kalau gitu ada sistem perwakilan. Nah jadi muncul nih sistem perwakilan. Masuk akal ya.

Jadi kalau ada 100 orang biasanya ngumpul yaudah tinggal ngomong aja. Atau 1000 orang ngumpul mungkin masih bisa ngobrol. Tapi kalau sudah ada 100 ribu maka mereka bilang yaudah 1000 daripada kita diwakili 1 orang. Gimana?

Jadi 1 orang ini mewakili 1000 orang. Dan 1 orang ini nanti akan ngomong pada 1000 orang. Untuk mengetahui niatnya dan maunya 1000 orang ini apa dalam perkara-perkara yang kita omongkan. Yang nanti akan kita diskusikan. Yang nanti akan kita buat hukumnya.

Yang itu adalah yang baik dan buruk bagi kita. Itu nanti nitipin ke satu orang itu aja. Karena kalau ngumpul semua nggak mungkin bro.

Nah maka mereka ngumpul lah. 100 ribu orang nih. 1000 orang diwakili satu orang.

Dia nanya nih. Pak kira-kira nih pak besok ya. Kalau ada orang berzina lu setuju atau nggak? Wah kagak gue. Yang satu.

Wah gue juga kagak. Yang satu setuju. Akhirnya mereka.

Coba ngobrol dulu deh lu 1000 orang. Nanti kalau sudah punya sikap, kasih tau ke gue. Intinya dia menyambung daripada seribu orang itu.

Makanya dari situ muncul kata-kata senator. Atau orang-orang yang duduk di situ. Mewakili daripada rakyat tertentu. Mereka seolah-olah menjadi penyambung lidah atau aspirasi rakyat. Atau di Indonesia disebutkan wakil rakyat.

By the way, DPR di Indonesia itu ada sekitar 500 orang. 500 orang dan itu mewakili 275 juta. Oke anggap aja 250 juta orang ya. Berarti kalau 250 juta orang yang mewakili adalah 500 orang saja. Anda bisa hitung sendiri.

Berarti mungkin satu orang kira-kira mewakili 500 ribu orang ya. Satu orang bayangin mewakili 500 ribu orang. By the way, mungkin nggak itu Wakil Raya tengah ngomong 500 ribu orang.

Nah dari sini teman-teman sudah bisa ngeliat kenapa aku secara pribadi punya problem terhadap demokrasi. Karena nggak akan ada keterwakilan itu. Itu nggak akan ada.

Karena kenapa? Karena satu orang ini gak akan mungkin ngajak ngobrol 500 ribu orang. Atau dia kemungkinan kecil banget bisa ngerti seperti apa kepikirannya 500 ribu orang.

Tapi ini cuma bagian kecil dari kritik terhadap demokrasi. Ada bagian yang jauh lebih besar lagi. Nah jadi ini adalah, ini yang pertama. Jadi dulu di Yunani adalah demokrasi dibuat untuk menggantikan oligarki. Untuk menggantikan...

Tirani, maka mereka buat demokrasi. Tapi teman-teman tahu ketika demokrasi itu diusulkan ada orang yang sangat-sangat kritis terhadap demokrasi dan memberikan kritik totalnya terhadap demokrasi. Siapa orangnya? Namanya Socrates. Coba bayangin.

Bapak yang dikenal sebagai bapak filosofi dunia, semua orang-orang yang belajar tentang filsafat, itu pasti tahu tentang Socrates. Socrates punya murid yang teman-teman juga sudah pasti tahu. Ya, orang seliting lah. Namanya Plato.

Plato ini nulis kritik Socrates terhadap demokrasi. Dan dia bilang gini, demokrasi itu akan ngancurin dirinya sendiri, kata Socrates. Aku nggak sepakat.

Kenapa? Socrates selalu menyampaikan beberapa... pendapatnya.

Rules by many dia bilang. Bagaimana ini mungkin bisa dilakukan ke pemimpinan oleh banyak orang yang mewakilkan tadi? Artinya adalah apa? Artinya orang-orang semuanya bisa menentukan yang mana yang benar dan yang mana yang salah. Maka dia mengambil sebuah perumpamaan.

Socrates mengambil perumpamaan Perumpamanya bagus banget. Dia bilang gini. Coba andaikan kita berada di sebuah kapal. Kita ingin berlayar di sebuah lautan. Taruhlah misalnya disitu ada seratusan orang.

Misalnya. Taruhlah disitu ada seratusan orang. Socrates bilang. Kalau andaikan kalian berada di kapal itu.

Maka siapa yang kalian pilih sebagai kapten kapal? Apakah yang kalian pilih adalah orang-orang yang. Satu.

Dia. Pintar untuk berlayar Sudah terbukti kemampuannya dalam Menguasai lautan, dia ngerti ilmu-ilmu Membaca peta navigasi Dan seterusnya, atau yang kedua Orang yang cuma populer Orang yang lucu, orang yang Apa ya, disukai oleh Semua orang banyak, yang kata-katanya manis Bagi semua orang, dan ngasih janji-janji Manis pada semua orang Dia bilang yang mana yang kalian akan pilih Ya tentu saja kita akan pilih yang ngerti tentang lautan. Tapi demokrasi nggak bekerja seperti itu. Demokrasi bekerja adalah dia menyukai...

Sorry, demokrasi akan berpihak pada orang-orang yang disukai. Demokrasi akan berpihak pada orang-orang yang populer. Demokrasi tidak pernah dirancang untuk memutuskan sesuatu berdasarkan orang-orang yang ahli.

Ini problematikanya. Maka Socrates mengkritik demokrasi. Ini nggak bisa. Bahkan dalam beberapa tulisan-tulisannya Socrates juga atau penyampaiannya Socrates juga mengatakan saya setuju kalau demokrasi ini dilakukan.

Atau ini pemikir-pemikir Yunani yang lain ya. Demokrasi ini mereka kan adalah privilege bagi orang-orang yang berilmu. Artinya ya saya secara pribadi. Juga sepakat karena jadinya bukan demokrasi lagi.

Karena kalau kita katakan bahwasannya seperti kata pemikir-pemikir Yunani, Socrates juga menyampaikan bahwasannya demokrasi itu harusnya terbatas. Tidak untuk dinikmati semua orang. Dia katakan kalau semua orang bisa ngomong itu bahaya. Karena kayak tadi, 100 orang itu bisa milih siapapun yang mereka sukai.

Dan yang populernya akan menang. Tapi kalau dibatesin, misalnya contoh, demokrasi ini hanya boleh dilakukan oleh orang-orang yang ahli, maka demokrasi ini menjadi lebih valid. Kenapa? Contoh misalnya, kalau kita lagi mau bangun gedung misalnya. Kalau kita lagi mau bangun gedung, lantas ada sekitar 10 arsitek.

yang mereka berkumpul atau 100 arsitek mereka berkumpul, 100 teknik sipil mereka berkumpul, 100 lagi misalnya dari siapa lah misalnya yang juga ahli misalnya dalam dunia bangun-membangun material misalnya mereka kumpul, 300 itu mereka memutuskan dan mereka voting. Dan mereka dengan cara demokrasi mereka memutuskan gedung seperti apa yang mereka buat. Nah itu keputusannya itu lebih valid daripada ketika harus nanya semua orang.

Karena kenapa? Karena kita tahu di dalam demokrasi salah satu pilarnya adalah one man, one vote. Ketika one man, one vote itu problematikanya adalah satu orang gila itu sama dengan suara satu orang ulama.

Dan satu orang bodoh. Itu suaranya sama dengan satu orang ahli. Ini problematika nih. Kenapa problematika?

Karena kita tahu bahwasannya kalau ini diterapkan pada satu tempat atau satu wilayah yang mereka itu tingkat literasinya rendah, maka sudah bisa dipastikan produk-produk daripada demokrasi pasti produk-produk yang hancur. Nah itu yang Socrates khawatirkan. Dan teman-teman tahu Socrates setelah dia protes gitu apa? Tentu saja akhirnya dia diadili dong.

Dia diadili kenapa? Karena membuat... Pemikiran-pemikiran anak-anak menjadi terkorupsi atau rusak. Kenapa dia dikatakan merusak pemikiran anak-anak? Karena dia dianggap sebagai provokator.

Zaman sekarang ya, radikalis. Berarti kalau saya hidup di zaman dulu kayaknya nama saya jadi Socrates gitu ya. Wah, terlalu banyak klaim.

Ya nggak apa-apa, guyonan. Jadi maksudnya Socrates itu radikalis. Kenapa dikatakan radikal?

Karena dia dinilai meracuni pemikiran anak-anak muda Tentang apa? Tentang kepercayaan anak-anak muda terhadap penguasa Lalu kemudian meracuni bagaimana anak-anak muda ini melihat kepada agama Bahkan dituduh bahwa Socrates ini ngajarin tentang ateisme Ateisme bagi mereka adalah tidak percaya terhadap dewa-dewa Jadi gak percaya terhadap Zeus Gak percaya terhadap Athena Gak percaya terhadap Poseidon dan segala macemnya Dan tentu saja Socrates tahu dia bakal mati Dalam pengadilan itu karena dia sudah dikasih tahu kamu bakal mati lebih baik kamu pergi aja tapi dia nggak mau. Kenapa? Karena dia mempertahankan pendapat dia untuk mencerdaskan umat pada saat itu, mencerdaskan masyarakat Yunani pada saat itu bahwasannya ini ada big flow di dalam demokrasi. Tapi apa yang terjadi?

Atas voting pula demokrasi membunuh Socrates. Itu yang terjadi pada zaman dulu. Nah itu yang terjadi pada zaman dulu. Teman-teman sekarang coba lihat ya.

Bayangkan, kalau teman-teman jadi sebelum demokrasikan tirani dan oligarki. Sebelum itu berarti ada penguasa-penguasa yang kuat Kalau teman-teman adalah seorang penguasa yang tiran Atau teman-teman adalah penguasa yang oligarki Dan teman-teman pengen mempertahankan kekuasaan Lalu teman-teman apa yang dilakukan? Ya teman-teman akan nanyalah Oke kalau gitu gimana demokrasi bekerja? Dan gimana caranya kita bisa untuk dalam tanda kutip Menunggangi demokrasi atau membuat demokrasi itu menguntungkan buat kita Nih kalau gitu saya coba cerita lagi Itu cerita Yunani kuno Akhirnya kemudian diterapkanlah demokrasi di Yunani Meskipun akhirnya tidak berfungsi sampai benar-benar serius karena ujungnya balik lagi nanti ke masa tribalisme dan masa kerajaan karena ya seperti kata Socrates, demokrasi itu adalah sistem yang cacat. Nah setelah balik lagi kepada kerajaan, akhirnya demokrasi mulai terdengar lagi setelah abad modern.

Dan kita tahu bahwasannya ketika abad modern itu menggantikan abad monarki. Ya monarki itu ya gambarnya oligarki dan tirani. Nah ketika abad modern sudah mulai Maka para filsuf itu kembali melihat problemnya apa nih Sistem kepemimpinan yang selalu pada akhirnya menjadi problematika besar pada masyarakat Menjadi tragedi besar dalam masyarakat Maka pemikir-pemikir seperti Montesquieu, J.J.Rosso, John Locke dan segala macam Mereka berkesimpulan sama Apa kesimpulannya?

Kesimpulannya adalah Power itu tidak boleh absolut. Kalau power itu absolut, maka pasti akan terjadi penyelewengan. Mereka katakan, power tends to corrupt.

Ini adalah sebuah akidah di dalam dunia politik, teman-teman sekalian. Power tends to corrupt. Bahwasannya kekuasaan itu akan senantiasa cenderung kepada penyelewengan atau korupsi.

Power tends to corrupt. Catat baik-baik, absolute power corrupt absolutely. Jadi mereka katakan bahwasannya kalau power itu...

akan cenderung pada sesuatu yang namanya penyelewengan atau korupsi, kalau power itu absolut atau berkumpul pada satu tempat, maka pasti akan terjadi penyelewengan. Itu yang mereka sampaikan. Maka para filsuf mengatakan, kalau gitu kita harus rig demokrasi ini, kita buat baru lagi dengan pemisahan kekuasaan.

Bagaimana pemisahan kekuasaan ini dilakukan? Misal John Locke dan Montesquieu. Lalu kemudian mereka mengatakan, yaudah kita bagi tiga aja.

Kita bagi tiga apa? Legislatif, yudikatif, dan eksekutif. Kalau gitu nggak boleh kepemimpinan ini ada pada satu tangan. Nggak boleh orang itu menguasai misalnya, dia menguasai eksekutif, pemerintahan.

Sorry, dia menguasai eksekutif, pemerintahan. Dia tidak boleh juga menguasai legislatif atau pembuatan hukum atau kanonifikasi di saat yang sama. Dan dia menguasai yudikatif, yaitu adalah badan pelaksana hukum itu. Itu nggak boleh.

Kalau zaman sekarang berarti yudikatif itu adalah sebuah peradilan, lembaga peradilan. Iya. Legislatif adalah lembaga pembuat hukum Yaitu adalah DPR kalau di Indonesia Wakil rakyat dan eksekutif adalah Pemerintah Pemerintah presiden dan jajarannya Itu adalah pemerintah Itu tidak boleh ada dalam satu tempat Tidak boleh ada dalam satu kekuasaan Bagi tiga minimal kalau bagi tiga Terjadi check and balances Terjadi sebuah Apa itu check and balances ya Periksa dan keseimbangan Jadi artinya menyeimbangkan kekuasaan Menjadi sesuatu yang sangat penting Nah jadi check and balances di dalam demokrasi.

Itu kata dia. Nah ketika sudah terjadi seperti itu dibagilah tiga. Ada legislatif, ada yudikatif, dan ada ekstremis.

Dan tebak teman-teman sekalian apa yang terjadi berikutnya. Ya itulah namanya cacat demokrasi. Demokrasi itu bisa dimanfaatin. Demokrasi itu bisa diubah sekendak-kendak kita.

Demokrasi itu bisa diubah sesuka-sukanya penguasa. Karena kenapa? Begitu penguasa sudah menguasai tiga itu lagi. Maka yang terjadi pasti sama. Dan tebak pertanyaan.

Pertanyaannya sekarang adalah, siapa yang menguasai eksekutif? Orang yang sama. Siapa yang menguasai eksekutif? Anda sudah tahu.

Siapa yang menguasai legislatif DPR? Anda juga sudah tahu. Karena orang yang sama menguasai partai.

Partai-partai yang berada di DPR. Yang harusnya menjadi check and balances bagi pemerintahan kan gitu kan ya. Lalu kemudian siapa yang menguasai yudikatif? Orang yang sama. Itu yang menjadi problem demokrasi.

Dan ketika itu sudah terjadi, apa kata... Para filsuf, power tends to corrupt. Absolute power corrupt absolutely. Artinya adalah apa?

Artinya ini yang dinama dengan darurat. Kenapa? Karena akhirnya yang menjadi korban adalah siapa? Pasti rakyat lagi. Maka dibuatlah aturan-aturan yang harusnya tidak ada menjadi ada.

Yang tidak bisa menjadi bisa untuk keluarganya. Untuk siapapun yang dia mau. Tapi untuk lawan-lawan politiknya semuanya ditutup.

Nah ini tidak sehat sama sekali. Karena kenapa? Begitu tidak terjadi kompetisi, pasti terjadi penumpukan kekuasaan. Ketika terjadi penumpukan kekuasaan, balik lagi kepada oligarki.

Balik lagi kepada yang namanya tirani. Jadi apa masalahnya kalau seandainya tirani itu terjadi lagi atau oligarki itu terjadi lagi? Ya balik lagi, rules by a few. Artinya satu orang atau sedikit orang bisa menguasai hajat itu orang yang banyak.

Terjadilah yang namanya penyelewengan. Terjadilah kemudian yang namanya korupsi. Terjadilah kolusi. Terjadilah yang namanya nepotisme.

Yang terakhir. terjadi pastinya adalah rakyat dirugikan. Rakyat menjadi korban karena yang harusnya dinikmati oleh rakyat jadi tidak dinikmati.

Dan apapun yang harusnya dimiliki oleh rakyat menjadi direbut. Misal contoh ya ketika sudah terjadi tirani, teman-teman tahu apa yang pertama kali diambil? Kebebasan daripada rakyat.

Mereka nggak lagi bebas untuk ngomong. Karena orang yang ngomong akan dicap sebagai pembangkang. Seperti Socrates yang menjadi sebuah korban awal daripada sistem demokrasinya yang dia kritik.

Dan tidaknya Socrates yang kritik demokrasi. Plato kritik demokrasi. Aris.

Aristoteles juga sama. Artinya korban-korban ini terjadi karena kebebasan itu dibungkam. Dan orang bisa senantiasa dengan mudah. Pemerintah ataupun entitas oligarki ini.

Atau entitas tirani ini dengan mudah menunjuk. Kamu salah. Dan dia nggak perlu bukti.

Pokoknya tinggal diambil aja. Karena dialah kebenaran. Dan ini mengulang lagi apa yang terjadi sebelum renaissance. Sebelum renaissance apa? Terjadi satu idiom.

A diorex a regelex. Seolah-olah kemudian raja ini. Dipilih oleh Tuhan, Adiorex, Tuhan memilih Raja, Aregelex, ya lalu kemudian yang memilih membuat hukum adalah Raja, Tuhan memilih Raja, Raja buat hukum, jadi hukum yang ditentukan oleh Raja itu jadi hukum Tuhan.

yang nggak bisa didebat, yang nggak bisa kemudian untuk dibantah, nggak bisa dinegosiasikan, yaudah sakar PDW. Sesuka-sukanya sendiri, ini yang terjadi. Kebebasan direnggut, terjadi penindasan lagi, ketidakadilan, dan itu sama aja kayak penjajahan, karena orang sudah nggak punya lagi kebebasan.

Ini yang sangat ditakutkan oleh orang-orang yang selama ini berjuang. Ada yang berjuang dari jalur komika, ada yang berjuang dari jalur content creator, ada yang berjuang dari jalur jurnalistik, ada yang berjuang dari jalur apapun. Kenapa? Karena sekarang politisi-politisi sudah jadi satu, sudah jadi oligarki tadi, itu problemnya.

Karena mereka tidak malu lagi untuk menjilat orang demi kekuasaan. Ibaratnya gini, daripada cuma gue yang nggak dapat, mendingan gue ikut nggak tahu malu, lalu ikut-ikutan dalam kebodohan ini. Ini yang terjadi pada...

Zaman sekarang kenapa dikatakan Indonesia darurat Ya karena itu semua sudah di depan mata Ibarat kayak kita dikencingin Tapi kita gak bisa ngapa-ngapain Ibarat penguasa itu ngomong Yaudah gue mau begini terus lo mau apa Terus lo mau apa Kalau gue ngubah aturan Supaya anak gue bisa nyalon terus lo mau apa Apa yang mau lo lakukan Emang kenapa Lo bisa apa Seolah-olah kayak gitu Nah ini adalah sesuatu yang Kalau andaikan semua orang diam Ya ini akan terus berjalan Kenapa Karena seolah Allah-Allah ini mengatasnamakan suara rakyat. Padahal tidak ada such things as suara rakyat tadi. Karena tadi kita udah bahas.

Nah kalau gitu, yang tadi kita bahas semua itu adalah flow-nya demokrasi. Yang sudah disampaikan oleh Socrates. Lalu bagaimana di dalam Islam? Islam memenang sangat gampang sekali. Islam itu adalah sebuah sistem yang bukan berasal daripada manusia.

maka dalam sistem Islam kita tidak pernah mengatakan bahwasannya kedaulatan ada di tangan rakyat tapi di dalam Islam kita meyakini kedaulatan itu atau hak mengatur itu hanya ada pada Allah gambangnya gini wanita nggak boleh ngatur laki-laki laki-laki juga nggak boleh ngatur wanita kalau selama ini ada feminist protes wah laki-laki ngatur wanita iya itu adalah dalam kasusnya dunia barat laki-laki ngatur wanita namanya patriarki tapi kita juga nggak mau wanita ngatur laki-laki jadi yang adil gimana? ya yang adil Adil adalah. Ya Allah yang atur, itu maksudnya.

Itu keyakinan tentu saja orang muslim. Orang muslim meyakini bahwa aturan itu hanya datangnya daripada Allah. Kedaulatan itu ada di tangan Allah.

Tapi kekuatan itu ada memang di tangan rakyat. Rakyat boleh memilih siapapun yang... Mereka pikir adalah orang yang amanah untuk bisa melaksanakan kepemimpinan.

Pertanyaannya kalau gitu, apa bedanya antara Islam dengan sistem demokrasi? Kalau sama-sama pemimpinnya diangkat dari rakyat. Beda banget. Bedanya adalah apa?

Di dalam demokrasi... pemimpin itu diangkat untuk bisa mewujudkan keinginan rakyat, tapi sudah dirik tadi, sudah dicurangin tadi dengan seperti sekarang ini, tapi di dalam Islam pemimpin itu diangkat untuk melaksanakan aturan-aturan Allah yang sama-sama diinginkan oleh orang-orang yang sudah memang mereka tahu bahwasannya di dunia ini, pasti Allah akan memberikan aturan-aturan yang terbaik kepada umatnya kepada manusia, misal contohnya Ketika misalnya paling terkenal Ketika Umar bin Khattab itu berkuasa Maka apa yang beliau terapkan? Apakah sistem demokrasi? Tidak Karena beliau tidak membicarakan Satu hal pada semua orang Seperti tadi kata Socrates Kalau berlaut yaudah kasih pada pelaut Kalau misalnya Bangunan ya kasih pada arsitek Dan teknik sipil Umar juga sama, Umar tidak memberikan Semua orang untuk bisa memutuskan Mana yang boleh, mana yang tidak boleh Karena mana yang boleh, mana yang tidak boleh Semuanya sudah ada di dalam syariat Allah Maka Umar tinggal melaksanakan Seadil-adilnya syariat Allah itu Misal di dalam sistem Yang diterapkan oleh Umar Seperti apa dia mengatur teknisnya Dia mengatur bahwasannya ketika Sistem itu adalah untuk menjaga manusia Agar taat pada Allah karena kita tahu Ketaatan pada Allah pasti akan menjamin Kesejahteraan bagi umat Maka dia tinggal melaksanakan itu semua Gimana caranya? Pejabat-pejabat Berarti mindsetnya adalah melayani Pejabat-pejabat mindsetnya adalah memenuhi keperluan umat maka tidak ada gaji di masanya Umar, yang ada hanyalah sebuah tunjangan, tunjangan tunjangan itu diberikan kepada orang nilainya sudah jelas sekali, dan apabila di akhir masa kepemimpinan atau di tengah-tengah masa kepemimpinan misalnya, contoh ya, nanti misalnya Felix jadi ngurusin masalah misalnya apa, pertanian misalnya taruh lah ya aku dikasih tunjangan untuk aku dan keluarga ku semua tunjangan, sekolah dikasih makan dikasih dan segala macam dan dikasih dikasihlah uang jajan 10 juta per bulan.

Oke lah, nggak masuk akal. Oke deh, 20 juta per bulan. Taruh lah ya. Yang penting bisa hidup dan bisa melayani orang dengan keahlian yang aku miliki.

Kalau nggak mau, banyak yang lain yang mau. Kan gitu ya. Nah, 20 juta per bulan misalnya. Berarti kan kalau setahun, 20 x 12 berapa sih?

20 x 12, 240 juta. 240 juta. Tiba-tiba aku beli rumah yang harganya 8 miliar, maka Umar, kalau aku hidup di zaman Umar, Umar langsung datang ke aku lalu bilang, Lik, ini datang dari mana ini duit 8 miliar untuk beli rumah ini, Lik?

Kalau aku nggak bisa buktiin ini dari mana, langsung rumahnya diambil. Dirampas asetnya. Ini yang terjadi nih. Kenapa ini di masanya Umar? Nggak usah dibuktikan lagi.

Ya dia yang disuruh buktiin. Karena dia yang punya rumah. Dia yang disuruh buktiin duitnya dari mana.

Kalau dia nggak bisa buktiin, rumahnya langsung diambil. Kenapa? Karena pejabat adalah pelayan. Beda nggak dengan zaman sekarang?

Orang bilang bahwasannya demokrasi di Indonesia. Lalu kemudian wakil rakyat itu mewakili daripada rakyat Indonesia. Yang sudah kita bahas pada sebelumnya.

Satu orang wakil rakyat. mewakili 500 ribu orang. Come on man. Apa kemudian orang pernah ditanya 500 ribu itu kamu bagaimana mau memutuskan BBM mau naik atau tidak?

Mau seperti apa diputuskan rakyat Indonesia ini tentang pemilih, sorry tentang pemimpin yang boleh dibawa 40 tahun atau dibawa 30 tahun. Ya itu diputuskan sepihak aja. Kemudian pernah gak mereka nanya-nanya tentang keputusan-keputusan yang mereka buat di sana? Gak ada. Artinya adalah apa?

Artinya ya itu tidak pernah akan terjadi. Nah di dalam misalnya Tidak perlu dipusingkan dengan semua itu Kita tidak perlu dipusingkan dengan perkara-perkara Seperti ini, maka Islam punya Obat yang tidak seperti demokrasi Demokrasi cacatnya dari awal Adalah karena dia membicarakan semua hal Dan dia membicarakan Halal dan haram dalam tanda kutip Boleh atau tidak boleh, itu manusia Padahal manusia itu terbatas Padahal manusia itu tidak bisa Kayak kemarin, semua orang Indonesia Perasaan gak mau omnibus low Gak mau mudah naik BBM, tapi tetap aja naik Ya berarti itu suaranya siapa Harita Itu bukan suara rakyat By the way ada gujonan katanya gini Kalau semua orang naik jabatan Ada yang gak mau naik jabatan Siapa yang gak mau naik jabatan? Wakil rakyat Kenapa? Karena kalau wakil presiden jadi presiden Kalau wakil direktur jadi direktur Kalau wakil manager jadi manager Maka wakil rakyat jadi Nah itu mereka gak mau Nah itu artinya yang problematis Di dalam sistem demokrasi ini Karena sistem demokrasi adalah sistem yang dirancang Banyak sekali flownya flow banyak gitu kan ya, banyak cacatnya dan cacat ini dimanfaatkan oleh orang-orang yang berkuasa dan kalau mereka sudah jadi satu udah, besok-besok kita akan mengkritik semakin sulit kita ngomong, besok bisa jadi hilang Kita ngomong besok bisa jadi ancur keluarganya Kita ngomong ya apapun bisa jadi terjadi Kenapa?

Karena tidak ada check and balances Dan ini tidak dialami oleh sistem Islam Yang check and balancesnya itu Yang melaksanakan apa yang sudah ada Semua orang bisa baca Al-Quran Semua orang tahu tentang hadis Menyampaikan pendapat di muka umum itu dijamin Kalau sekarang ini menjadi sebuah problematika. Jadi balik lagi teman-teman sekalian kalau kita berbicara tentang Indonesia darurat. Apa sih yang darurat? Yang darurat yaitu tadi ketika dianggap demokrasi di Indonesia sudah tidak berjalan lagi dan akhirnya memberikan sebuah jalan untuk lahirnya namanya tirani atau oligarki yang memang sekarang sudah terjadi.

Tapi kritik saya lebih daripada itu. Karena kenapa? Karena menurut saya bukan hanya pemimpin yang perlu tapi kita Mungkin gak sih? Atau boleh gak sih? Kalau gak boleh bukannya ini juga sama aja kayak tadi.

Sama aja kayak pembahasan tirani dan oligarki. Boleh gak sih kita mempertanyakan apakah... Masalahnya itu gak terletak pada demokrasinya sebenarnya Yang memberikan jalan bagi semua ini untuk terjadi Yang kita bisa lihat selama ini Tidak ada kawan dan tidak ada lawan Di dalam demokrasi Yang ada hanyalah kepentingan Yang dulunya lawan, ngamuk-ngamuan Bisa jadi teman ketika ada kepentingan Sebaliknya Yang kawanan banget Wah kayaknya mesra banget segala macam Eh tiba-tiba bisa jadi musuh Ketika dia sudah tidak punya kepentingan Dan Dan rakyat dididik dengan cara yang menjijikan seperti ini. Seperti apa kemudian mereka nanti akan jadi ke depan?

Ketika mereka dilatih dengan mental babu. Jadi muji-muji majikan, menghamba-hamba majikan untuk dapat uang yang gak seberapa. Yang dapat jabatan yang mungkin gak dia pegang selama-lamanya.

Kebayang gak sih mental orang Indonesia? Coba bayangin ya. Balik lagi kata Socrates, andaikan demokrasi ini dibatasi pada orang-orang yang terdidik. Ini mungkin masih bisa valid.

Tapi, by the way, Indonesia cuma 6% yang di atas S1. Dan sebagai S1 aja saya gak merasa pinter. Saya merasa jauh banget daripada apa saya pelajari.

Walau lebih soal mungkin ada sebuah diskusi kita bareng-bareng teman-teman sekalian, makanya dari dulu ketika saya masuk Islam, saya melihat, luar biasa ini Islam. Kita belajar demokrasi dari dulu, ternyata ada yang lebih keren yang gak pernah diajarin, yaitu adalah sistem Islam. Yuk, kita belajar lagi, dan mudah-mudahan teman-teman jadi curious untuk mengetahui seperti apa sistem Islam mengatasi problem matematika.

problematika-problematika sehingga daruratnya Indonesia ini bisa sama-sama kita atasi karena kita cinta dengan Indonesia dan kita cinta dengan orang-orang yang ada di Indonesia Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh