Tadi menarik Umi bicara bahwa ada beberapa anak yang Umi mungkin nggak bener-bener mau ambil apabila orang tuanya mungkin masih merokok. Betul. Itu boleh di-share lagi.
Kalau di kami, merokok itu hukumnya haram. Di Islam? Di Islam.
Tapi kenapa begini banyak orang yang merokok ya? Karena mereka melihat Islam itu dia pick and choose. Jadi ya, itu adalah masalahnya. Yang namanya kalau kita mau benar-benar menerapkan the Islamic way of life atau the Muslim lifestyle, kita harus take it wholly. Jadi nggak boleh pick and choose.
Di dalam Islam itu sudah jelas, ada di Al-Quran. Ketika Anda makan sesuatu atau menggunakan sesuatu yang merusak badan ini, itu hukumnya haram. Kita bicara tentang 20an ribu itu untuk makan aja, itu cukup banyak.
Iya. Itu sebabnya sama suami itu kami harus punya sawah. Alhamdulillah sawah kita sekarang ada 200 hektare.
Tapi itu gak cukup. Kita tetap harus beli. Jadi kalau untuk kami benar-benar sustainable, independent and sustainable, kami butuh 500 hektare. Tapi so far dengan 200 hektare juga kita surviving. Karena kita makan 7 ton beras per hari.
ton beras per hari. Menggunakan 1,5 ton batu barat per hari. Untuk itu hanya 15,000 anak. Hampir lah. Yang berat lagi itu kan listrik.
Ini kan 25 hektare. Kesehatan. Kesehatan itu lebih berat karena rata-rata banyak yang tidak punya BPJS, jaminan. Lalu kami kerjasama dengan Doped Doafa. Ada rumah sakit di sini kan, rumah sehat Doped Doafa.
Terus banyak teman-teman saya yang punya rumah sakit, saya bilang, saya minta tolong kalau santri saya yang tidak punya jaminan, itu diterima. Karena kalau mereka punya jaminan, apalagi BPJS, itu bisa diterima di mana saja. Tapi kalau yang nggak punya jaminan. Saya juga kerjasama dengan Yayasan Buda Seci. Setiap 6 bulan mereka kirim dokter, dentis, karena anak-anak ini giginya busuk, infeksi, lari ke otak, meninggal.
Aduh, kasihan ya. Ya, hanya karena itu. Jadi sama Yayasa Mudaseci itu mereka mengerti kebutuhan kami.
Mereka tidak mau dan saya itu senang dengan semua agama. Karena saya kerjasama dengan Yayasa Mudaseci itu kan Taiwan. Terus dengan Jepanese, dengan Koreans, tentu saja dengan banyak organisasi Muslim.
Tapi saya paling senang kerjasama dengan beda agama, dengan beda negara, interfaith collaboration yang maksud saya. Karena apa? Mereka itu tidak suka memberikan ikan.
Mereka senangnya memberikan umpan. Seperti perusahaan Jepang. Kita punya 4 perusahaan dengan perusahaan Jepang. Air minum air, air minum air, karbon yang diaktifkan untuk dalam filter, dan karbon yang diaktifkan untuk garam, untuk kulit, karena anak-anak kita punya banyak masalah kulit.
Dan yang terakhir, yang baru ini, yang baru ini diaktifkan, maaf, fermented black garlic. Jadi untuk kesehatan, kekuatan itu dari situ. Dan itu kemarin saya, karena because of COVID-19 mereka nggak bisa datang, mereka tanya saya, umur mau bisnis apa lagi?
Jadi mereka senangnya gitu. Jadi mereka mendatangkan teknologinya, the professor, bayangkan professor Abe aja dari Jepang didatangkan untuk mengajar kami memproduksi activated carbon yang paling bagus kemarin sudah dites di Sukofindo, karena kami akan export ke Malaysia. Jadi berkat...
Transformational Business Network yang kami kemarin hadir di Bali itu saya ketemu dengan satu pengusaha I think he's Hindu ya Hindu, Indian, Malaysian dia punya bisnis air minum jadi dia punya drink filter water itu for orang-orang Iban orang-orang di perdalaman orang-orang Dayak di Sarawak, Sabah saya bilang dengan dia selama ini Anda beli Activated carbon itu dari mana? Oh saya beli dari China, mahal. Saya bilang mau gak beli dari saya, saya punya buatan Indonesia tapi teknologi dari Jepang.
Sampaikan tungkunya untuk menjadikan the perfect activated carbon itu dari Jepang. Terus dia punya profesornya, engineer juga dari Jepang. Jadi alhamdulillah sekarang kami mau ekspor ke Malaysia untuk this activated carbon. Karena mereka punya bisnis air minum itu.
Jadi itu yang saya senang kerjasama dengan semua agama. Semua bangsa itu mereka memberikan kami umpan, give us the bait untuk kami punya bisnis. And then from that business, kita generate income, income to feed the children. untuk membayar salari guru.
Jadi orang-orang Jepang itu gitu. Kami bangun ke pabrik, nanti Umi jual produknya, untungnya buat Umi. Oke. Yang saya pernah dengar satu hal, mungkin tolong dikoreksi ya Umi, bukankah kalau jika kita menerima suatu bantuan dari agama lain, kita nggak tahu apakah apa yang mereka hasilkan itu halal apa tidak.
Itu bagaimana tertanggapan Umi? Saya nggak terima bantuan. Kita bisnis.
Bantuan kan berbeda. Bantuan kan syariti, filantropi. Ini bukan. Ini bisnis.
Ada kalkulasi dia. Orang-orang Jepang ini. Jadi sebenarnya pertama kami punya bisnis dengan Jepang itu dari water filter.
Jadi mereka itu karena melihat banyak anak-anak pondok yang ini anak pondok minum air kita harus rebus air kan. Banyak habiskan energi. Mereka bilang mereka akan bangunkan ini filter.
water, community drinkable tap water. Satu hari bisa minum 8.000 orang. Satu filter itu.
Jadi modelnya seperti kalau kita pergi Mekah, kita buka keran, tinggal bawa botol, minum. Jadi anak pondo ini bawa aja cangkir, gelas, atau botol, tinggal buka keran, tinggal minum. Jadi gak perlu rebus. 8.000 orang bisa minum per hari. Tapi orang Jepang ini, sebagai orang bisnis, dia bilang biayanya 1 miliar.
Saya bilang saya gak mampu. mampu untuk bayar satu miliar tapi karena dia lihat anak-anak di sini juga anak-anak gratis kan dia bilang oke saya carikan bantuan dari pemerintah Jepang jadi pemerintah Jepang yang dana yang pertama tetapi ketika orang-orang dari pemerintah Jepang datang ke sini mereka survei ke sini ternyata waktu itu saya punya masalah dengan ahli waris kan yang namanya suami meninggal banyak yang datang minta warisan padahal suami saya pesan Saya tidak pernah meninggalkan warisan. Yang saya tinggalkan adalah wakaf. Wakaf itu buat makannya santri. Jadi tidak ada yang bisa dibagi inheritance.
Everything is wakaf. Jadi akhirnya pemerintah Jepang tidak jadi kasih bantuan 1 miliar untuk air minum. Jadi nakagawasan ini kasihan, dia bilang nggak apa-apa Umi.
Saya kasih buat CSR-nya, saya punya kampung. Terus saya juga kasihan dengan nakagawasan. Karena nakagawasan ini... Kita kan beda agama, beda negara Terus kita just match Tapi dia kesian lihat anak-anak pondok Terus saya bilang, ginilah anak-anak kawasan Saya jualkan dia punya mesin Nanti kita hitung itu even Jadi saya gak ada hutang dengan anda Dan ini bukan donasi Ini bukan CSR atau apa-apa Ini bisnis yang puas Wah senang dia Akhirnya saya dipercaya sama Bank of Indonesia Bank of Indonesia sedang membuat Satu sedang cari satu bisnis plan yang memperkuat ekonomi syariah, ekonomi pondok pesantren. Selama ini kan pesantren dilihat just as a market, just as a consumer, just as the object, not the subject in ekonomi syariah.
Ketika mereka melakukan survei ke semua pesantren di seluruh Indonesia yang besar, sebelas yang terbesar itu ada di Jawa Timur, saya yang terbesar di Jawa Barat. Satu-satunya yang terbesar di Jawa, Ia Santri 15 ribu. Akhirnya mereka pelajari ekonomi syariah dari pesantren-pesantren ini.
Ternyata semua pesantren itu hidup dari SPP, dari sumbangan. Hanya Nurul Iman sudah tidak ada SPP, tidak ada sumbangan. Kan mereka ada BI, checking everything kan.
Dan kami nggak ada hutang lagi. Jadi saya punya bisnis, saya jalanin, nggak pernah saya pinjam uang dari mana-mana. Semua dari generasi dari... wakaf yang ditinggalkan suami.
Dan bisnis. Iya, bisnis itu. Dan ini yang buat saya datang ke sini nih, pengen belajar. Silakan.
I'm willing to share. Dan saya sudah bilang kemarin di Transformational Business Network seminar, convention itu yang di Bali, saya bilang, I'm willing to share my system. This is a system of free and quality education, supported by social entrepreneurship.
How we teach the students, Untuk menjalani bisnis dengan berkualitas, profesional, dan transparan. Yang namanya bisnis kan ada hitung-hitungannya kan. Break even, HPP, harga produksi, return on investment, mau cash flow or you want profit.
Maunya profit besar tapi nggak ada cash flow juga bohong aja. Jadi itu yang my CEO taught the students. Jadi saya gaji orang, my business partner, saya gaji maham. You teach my children.
bagi pelajar saya bagaimana mengurus bisnis. Bisnis itu kami bukan hanya bisnis di industri, factory, kami punya pabrik roti, pabrik air minum, pabrik botol, tapi juga agribusiness, petanakan, pertanian, perikanan, lalu sekarang kami punya pabrik beras, terus bisnis kita punya pertanian itu aja bukan hanya beras, tapi jagung, jahe merah, terus lepas itu kopi di Robusta Lampung, terus lepas itu timba. Sekarang saja di Kopi kami, karena kami ada pesanan untuk luak Robusta Lampung, kami mau bikin conservation, penangkaran untuk luak.
Jadi nanti di situ dijadikan tourist attraction, jadi orang-orang kalau mau melihat bagaimana kita proses kopi luak yang harganya satu cangkir 100 USD, jadi itu saya nanti akan punya luak center, kopi luak center di Lampung Barat. Jadi disitu ada masjid, nanti ada kafenya, jadi kalau orang datang kan bisa mau sholat, bisa minum-minum kopi disitu, dan disitu nanti ada tempat penangkarannya luwak. Dan luwak itu tidak boleh dipaksa hanya diberikan kopi, dia harus makan guava, jambu merah ya, terus ada jackfruit, buah nangke, harus dikasih durian, jadi harus bermacam-macam. Karena kalau kita paksa dia harus makan kopi aja, terus disimpan di dalam cage. Kita nggak bisa ekspor ke Korea, karena mereka kan ada Animal cruelty mungkin ya itu.
Ada tanda tangan dengan WWW kan, yang World Animal Conservation. WWE kayaknya ya. World Wildlife. Oh ya.
World Wildlife apa lagi itu. Jadi ada conservation itu, dan ya namanya, ya kalau kita minumnya di Indonesia. Kita tidak peduli, kita apakan hewannya itu Tetapi ini untuk ekspor Yang namanya ekspor, mereka ada Spesifikasi, sama juga dengan Kami punya greenhouse yang dibantu Oleh Bank of Indonesia Untuk tanam cabai yang khusus Untuk ekspor ke Jepang Jadi total 59 bisnis Itu banyak Penasaran 15 ribu santri itu Per bulannya Berapa sih yang harus di Kita hitung kasar, 7 ton beras per hari. Beras 1 kilo, oke lah. Bukan karena kita campurkan beras dengan jagung ya.
Kan beras kami spesial, Berni, namanya beras nuru iman. Beras yang dicampur jagung. Karena beras kalau campur jagung, dia tetap penuh, lebih panjang. Jadi santri itu nggak cepat lapar. Enak, tadi baru makan.
Bisa dibeli kalau bapak mau beli. Kita ada, memang untuk dijual juga. Jadi, ketika kami punya bisnis, itu semua untuk mendukung pasar kaptif ini.
Jadi, Habib itu pesan dengan saya. Sebenarnya, Habib itu pesannya dari Rasulullah SAW. Nabi Muhammad berpesan, kita semua bawa rezeki masing-masing. Di dalam Islam, ketika anak itu lahir, dia akan lahir dengan rezekinya yang diberikan Allah.
Anak perempuan itu rezekinya lebih banyak dari anak laki-laki. Oh begitu? You know why?
Because anak perempuan itu dia kan dependent on the husband. Kalau orang laki-laki kan dia bisa keluar, cari kesana-kesini. Tapi wife itu kan ada dia resikinya buat suaminya, buat anak-anaknya juga kan. Jadi they can share.
Dan semua anak-anak 15 ribu ini datang kesini, mereka bawa resikinya dari sendiri. Dari ketika mereka lahir, mereka bawa. It's how we coordinate.
Kita merapikan resikinya anak 15 ribu ini. This is the captive market. Apa yang mereka butuhkan, apa yang mereka inginkan, kita produksi.
Mereka butuh makanan. Beras kan nomor satu. Jagung, kedelai, karena kami punya pabrik Tahu, tempe, dan sulaiman, susu kedelai Nurul Iman.
Itu yang kita produksi. Mereka butuh berat. 15.000 berat setiap hari. Kita punya faktor itu. Mereka butuh air.
Air minum dalam kemasan. Air botol. Kita produksi itu.
Apalagi kalau banyak tamu datang. Mereka kan pasti butuh air minum kan? Betul. Gak hanya mereka harus minum dari keran, mereka bisa bawa air minum pulang, bawa di jalan. Itu jualan kami.
Kami juga punya air minum dalam galon, dan yang lain-lain. Jadi apa pun komunitas 15.000 anak-anak ini butuh, kami memberikan seragam, kami punya bisnis konveksi mukena, gamis, kopia. Saya punya kopi aja sudah ekspor ke Senegal. Terus ada jebit.
Kan anak-anak santri suka hilang sandal, so kita belah punya pabrik sendal jepit. Itu sudah ekspor ke Nigeria. Jadi apa yang dibutuhkan oleh this captive market? Because you cannot buy anywhere.
They have to buy from the korporasi dari kami. Dan kami semuanya cashless management. Financial technology, jadi kami punya server sendiri, kami punya NFC sendiri. Jadi anak-anak santri tinggal bawa kartu. Cashless.
Cashless management. Kenapa? Ini 15 ribu orang. Takut ada yang hilang uangnya atau ada yang lupa.
4 taruh dimana, akhirnya bisa libut kan. Atau mungkin ada tuyul yang punya rambutnya hitam kan. Kita tidak pernah tahu kan, 15.000 anak. Tapi dengan kartu ini, mereka bisa jajan dengan kartu ini.
Mereka dapat uang jajan mungkin dari pamannya atau dari keluarganya. Tapi dari sistem ini juga saya bisa lihat setiap bulan siapa anak yang tidak punya uang jajan. Kadang-kadang mereka tidak punya.
Atau mereka terlalu jauh orang tuanya untuk kirim uang. Kirim uang kan harus lewat bank kan. Jadi itu yang saya kasih uang jajan.
Satu anak dapat 200 ribu per bulan. Jadi bukan hanya free education, free mondok, dan free makan, dan free kesehatan, you also give uang jajan. Yes, pocket money.
Why is important? They need to buy books, kitab kan. Terus anak-anak juga butuh seragam. Then from that 200,000 per month, they can buy all that.
Ditambah juga mereka bisa beli Sulaiman, bisa beli roti Terus kalau Minimum savings is 50.000 Dan gak boleh belanja lagi Bulan depan Because I want them to learn to be able to save Karena kalau kita biasa Habis-habis terus biasa Hutang besoknya Apa nih it's not teaching them How to be a good Prudent person Ya Itu yang maksudnya kalau kami di Nurulman. Sebab itu dengan cashless management juga I can control what they eat, what they buy. Because kalau kita biasa loss anak-anak seperti di tempat-tempat lain, mereka bisa keluar jajan di luar, mereka makan makanan yang tidak sehat, yang banyak pengawetnya, banyak pewarna-nya, it's not healthy for them also.
So kami benar-benar punya usaha itu sebenarnya untuk this captive market. Jadi in that way... Kita membuat halal dari hulu sampai hilir dari nuru iman, oleh nuru iman, untuk dunia. Karena kita sudah ekspor.
Untuk dunia. Kalau dibayangin hanya beras saja 7 ton per hari itu kan sebulan itu 210 ton. Itu banyak uang. Sekarang baru 7.000 per kilo? 8.000 sekarang?
Belum lagi kalau kita bicara. Gaji guru, listrik. Lalu belum lagi sayur mayur atau minyak goreng.
Tapi kita jarang, minyak goreng kita juga nggak terlalu banyak. Karena saya lebih senang kuah-kuah ya. Karena kalau anak-anak ponoh ini terlalu banyak minyak goreng juga suka skin problem, segata-gata, kesian.
Jadi bisnisnya harus berjalan dengan baik juga berarti ya? Sangat baik. Karena ini adalah 12 tahun saya.
Habib berubah tahun 2010, ini tahun 2022, jadi sudah 12 tahun. Dan kami sedang mengembangkan bisnis lainnya. Jadi ketika Habib berubah tahun, pasti kan menantang banget ya? Sangat. Saya mau kabur.
Saya waktu Habib meninggal itu saya punya hutang beras di 2010 itu 1 miliar. Hutang beras? Hutang kitab 500 juta. Terus gaji guru 3 bulan saya belum bayar. Listrik 3 bulan saya belum bayar.
Tukang beras itu udah tunggu saya di depan pintu aja. Terus Habib, Habib tuh pesan, nanti kalau saya sudah tidak ada, kalau kamu tidak punya uang, jual. Kami kan punya 3 mobil Jaguar.
Yang 2 itu dijual, yang merah itu simpan buat kenang-kenangan. Saya jual mobil saya yang Pajero, yang Ford, perhiasan-perhiasan saya, berlian-berlian saya yang 3 karat dan yang lain. Itu bayar hutang dulu. Jadi dari itu, setelah saya sudah selesai bayar hutang semua, saya duduk dengan CEO saya, dengan ustadz-ustadz saya, karena anak saya waktu itu masih kecil, mereka masih SMA. Tujuh ya?
Yang paling besar SMA ya? Iya. Yang paling besar dua perempuan, tapi mereka masih usia 20 tahun. Kan anak perempuan kalau kita kan masa mau suruh ke sawah kan, kesian kan.
Tapi yang pergi dengan saya ke sawah, saya nyetir sendiri, itu anak laki-laki saya masih SMA. Jadi nanti jalan, terus kita ke sawah, terus kita bicara dengan petani-petani itu. Dulu memang waktu ada Habib, kita nggak minta bagi hasil karena Habib don't need that. Sekarang Habib sudah tidak ada tolong bagi hasil.
Jadi ketika mereka panen, bagi hasil gabahnya. Jadi kami buat, kami giling buat makan samping. Terus kami ke hutan kayu, ke kebun kopi di Lampung.
Lampung, terus sampai ke Tambang Batu Barang. Semua kami benar-benar go into the field supaya bisnis ini benar-benar berjalan dan bisa memberi makan untuk Rp15.000 ini. Jadi when the first 3 months sampai banyak begitu utang, apa titik baliknya? Saya utang hanya awal itu saja.
Terus karena saya sudah menggunakan yang saya miliki, saya sudah selesaikan semua utang. Benar-benar start from zero ya. Tapi dari... Jual semua? Jual, jual semua untuk bayar hutang dulu.
Setelah itu, Alhamdulillah saya ke lapangan, terus dan kita punya timba hutan kayu kita di Lampung juga sudah siap untuk dipotong ya. Sudah cukup umur, kami potong, kami jual. Terus yang di pondok itu seperti perikanan, pertanian, itu semua setiap minggu menghasilkan.
Kami bisa jual dan dari situlah kami bisa bayar semua kebutuhan kami untuk operasional dari pesan. Memang kami butuh Tapi saya ingat saya sudah tidak ada hutang lagi. Jadi beras juga karena kami sudah ke sawah kan, sudah bisa dapat aksi-aksi dari sawah. Kami benar-benar sudah tidak ada hutang itu.
Saya pikir selesai saya bayar pakai perhiasan dan yang lain itu, satu tahun itu sudah mulai, benar-benar sudah bisa hidup tanpa hutang lagi. Dari bisnis-bisnis. Karena 25 bisnis kan lumayan kan untungnya. lumayan, kalau jalan ya iya, kalau jalan dengan benar-benar profesional accountable and transparent, karena sebelumnya kan tidak jadi hanya sebagai anak-anak praktek, bikin roti juga gak ada hitung-hitungannya karena ada keasinan karena ada kuku dalam rotinya dulu saya bilang, karena saya tidak mengurus bisnis, saya hanya ibu, saya menjaga anak-anak, saya mengajar, saya belajar jadi Habib juga Gak apa-apa, kita kan hidupnya sudah gak perlu repot-repot kerja.
Anak-anak juga praktek bikin roti juga hanya praktek aja supaya mereka tahu, oh gini loh. Tapi gak diajarkan hitung-hitungannya, sebenarnya enggak. Jadi ketika my CEO masuk, dia benar-benar menerapkan prinsip-prinsip dari management business itu seperti apa. Jadi sudah mulai hitung, satu roti misalnya 0.5, satu roti itu kita kalau gak salah hitungnya 200 gram. 200 gram itu kita butuh berapa banyak terigu, berapa banyak gula, berapa banyak emas.
Itu semua ada hitung-hitungannya. Jadi benar-benar bisnis yang benar. Iya. Sampai ergonomis dari fabrikasi juga kita benar-benar perbaiki.
Karena kalau yang namanya orang Islam itu kan semuanya mulai dari kanan. Jadi kita ubah. Kita biar pabrik-pabrik kita itu sesuai dengan ergonomisnya orang Islam. Apa aja mesti diambil dari kanan.
Jadi kita harus anti-clockwise. Jadi itu yang dirapikan dari CEO-nya itu memang dia di sini selama 10 tahun. Benar-benar dia fokus di view-nya kami, food, energy, water, and waste. Ketika 2000, he left the school after 10 years, 2020. Saya kena koi 2020 dia tinggalkan. Karena bisnis batu barangnya booming.
Because of the war in Russia and Ukraine. So dia dikejar-kejar orang, terus saya bilang ke dia, gak apa-apa. You focus in your... untuk bisnis saya sudah berjalan dengan baik.
Jadi ilmu yang diajarkan oleh CEO saya itu benar-benar diterapkan di pesantren dan dijalankan sampai ke bisnis sapi dan domba. Tadi saya cerita, kami punya bisnis sapi itu hanya dimakan setahun sekali daging sapi untuk korban. Karena di Islam kan ada hari raya korban.
Karena orang miskin, muslim di dunia itu, mereka makan daging itu hanya setahun sekali ketika korban itu. Jadi itu bisnis kami. Kami pelihara sapi kami selama satu tahun. Nanti ketika hari-hari kurban datang, kami sembleh. Itu kami bisa sembleh satu tahun itu bisa sampai 24 ekor, 30 ekor.
Karena kami kasih ke orang-orang kampung sekitar sini. Jadi orang-orang kampung sekitar sini rata-rata tidak pernah makan daging sebelum kami datang ke sini. Jadi sebelum 98, kami datang ke sini kan di 98 ketika kerusuhan.
Mereka nggak pernah makan daging, karena mereka sangat miskin. Makannya paling protein yang mereka dapat itu kan ikan asin, dan itu sangat-sangat tidak baik ya untuk kesehatan kita. Tapi ketika kami pindah ke sini, karena kami punya bisnis itu, Alhamdulillah, jadi setiap tahun itu saya bisa mengeluarkan hampir 2.000 kupon untuk warga sekitar sini, satu kupon itu 1 kilo daging. Dan dagingnya daging, kalau nggak sapi, kerbau. Karena itu yang boleh.
Terus kami ada bisnis akika. Akika itu kan setiap anak Islam yang lahir, laki-laki harus sembleh dua ekor kambing, kalau anak perempuan satu ekor kambing. Itu juga bisnis yang sangat produktif, lucrative for us.
Because setiap minggu saya pasti ada korban kambing. Karena di dalam Islam ketika kita mengorbankan itu, kita harus masak, masak yang manis-manis. Saya rata-rata masak semur atau masak kecap ke manis.
Nanti kasih makan santri, saya dokumentasi. Karena muslim-muslim di Singapura, Malaysia, Brunei, Australia, United Kingdom, itu mereka tidak bisa sembelih di sembarangan, di perkarangan rumahnya. Harus ada RPH-nya, tempat penyembelihan, slaughterhouse-nya.
Tapi kalau di sini kan kita bisa, yang penting saya sudah peternakan, anak-anak sudah diajarkan cara. Menyembeli yang benar, jadi di situ kami bisnisnya sangat menguntungkan. Karena anak-anak juga bisa makan kambing setiap minggu.
Kalau orang kampung makan sapi setiap tahun. Jadi dari bisnis-bisnis itu yang akhirnya berkembang. Karena kalau dari kambing juga kami harus bisnis pembibitan. Jadi nggak bisa langsung sembel-sembel, nanti habis, kosong.
Saya punya kandang kami, jadi ada pembibitannya. Sama juga dengan sapi. Dan bisnisnya kami itu berkembang cepat karena saya itu tidak mau semuanya beli. Jadi misalnya saya punya petanakan kambing, saya punya petanakan ayam, saya punya petanakan sapi, saya punya petanakan ikan ini kan. Ini kan semua butuh pakan.
Bisnis itu kita produksi pakannya. Sendiri? Yes. Nanti lebihnya baru kita jual.
Jadi dari situlah bisnis kami bisa dibilang, Secular business, karena semuanya dari kami, oleh kami. Dan disitu terciptanya halal value chain. I see, halal value chain. Dan disitulah kami bisa nekan cost of production, karena yang mahal itu di peternakan itu rata-rata dipakan.
Karena kita kan tergantung sama bisa dibilang kartel. Jadi peternakan ayam juga, saya juga punya peternakan ayam betul. Itu juga kami produksi pakannya, karena saya nggak mau beli. Ketika udah beli, harganya naik, jahitnya kita nggak ada untung, malah rugi.
Kan kasihan kan. Kami juga peternakan ayam bertolong, kenapa? Karena ayam itu, kita nggak makan ayamnya, kita makan telurnya aja.
Nanti ketika sudah satu tahun setengah, dia sudah nggak bisa bertolong, barulah kita jadikan soto ayam. Tapi tetap aja kita sudah harus ada DO chicken. Jadi ayam kita harus punya hatchery untuk bisa, karena ayam itu ketika... 1 tahun setengah dia sudah nggak bisa produksi kita sudah ada yang baru. Jadi kita nggak perlu beli lagi di OC.
Jadi planningnya ada ya? Sudah, pasti harus. Dan benar-benar dari hulu sampai hilir upstream sampai downstream harus kita kuasai. Baru kita bisa nekan harga cost of production itu.
Umi, di saat Habib meninggal saat itu sedangkan saya tahu Umi kan lahir di Singapura ya itu kan pasti banyak tuh tekanan-tekanan yang bilang, udah sebagai wanita balik aja, tenang aja, rileks aja, atau mungkin menikah lagi, atau bagaimana, saya nggak tahu. Apa sih yang bisa buat Umi benar-benar bertahan? Ketika saya melihat wajah mereka, karena apa?
Jika saya Singapura atau saya kembali ke Singapura, saya tidak memiliki kesempatan ini. Mana ada orang Singapura yang bisa kasih makan begini banyak orang. Tidak ada.
Mau kasih makan satu orang susah. Kita mau cari orang miskin aja susah di Singapura. Dan orang-orang Singapura itu nggak mau dibilang miskin. Orang-orang yang sangat bangga. Selalu saya bilang dengan anak-anak saya, sebenarnya di Indonesia itu kita tidak ada orang miskin, ada orang malas.
Tidak ada orang miskin, ada orang malas. Lihat aja saya, apa yang saya punya? Saya punya tanah wakaf, saya punya... Kebun kopi, saya punya kolam ikan. Tapi karena we work on the land, kita produksi ikan aja, ada pembibitan, ada pengemukan, ada pakan ikan.
Itu semua money, right? Kalau orang bilang, oh saya nggak bisa kerja apa-apa. What is this? Kalau kita bilang like that, in Singapore masuk akal.
Misalnya, oke, saya bilang, saya orang Indonesia. Hari ini saya mau malas, saya nggak mau kerja. Saya hanya siap ada nasi, sambal, semua daun.
Boleh dimakan. Dipetik aja kan. Kecuali daun telinga, daun pintu, daun gajah, daun jendela, ya gak boleh dimakan kan. Semua daun kita bisa lalap. Coba di Singapura.
Petik aja satu daun, gak denda 500 dolar. Denda ya? Pasti. Terus kita mau makan ikan. Masuk aja ke sawah-sawah, ada belut itu unagi lah gitu.
Terus ada di sungai-sungai tinggal ambil. Kalau bisa empangnya orangnya dicuri ikannya orang, terjadi kan disini. Sering.
Coba di Singapura, walaupun itu sungai miliknya Tuhan, miliknya Allah, ya pergi aja tangkap ikan di sungai itu kalau nggak denda 500 dolar. Jadi, bukannya ini adalah syurga di bumi, Indonesia adalah syurga di bumi. Indonesia adalah negara yang paling kaya di dunia. Kita tidak butuh dunia, dunia butuh kita. Negara kaya ya, salah satu negara paling kaya di dunia.
Kita terkaya, kita punya emas, kita punya berlian, kita punya batu bara, nikel, semuanya kita punya. Singapura punya apa? Aimi, nomanya nggak ada. Daulan dari, sorry ya.
And that is our new water. Tapi kenapa mereka bisa salah satu investor terbesar di Indonesia? Mereka tidak ada hutang Kita hutang sampai anak cucu turunan kita semua harus hutang Mereka tidak ada hutang Malah mereka yang kasih kita hutang Mereka yang danai kita Mereka yang investasi kita Kenapa?
Karena kita tidak fokus di Management of the human resource Manusianya ya Kita harus mendidik Seperti ini sekarang Saya di Nuriman Saya didik anak-anak pondok ini Harus menjadi manusia yang fatonah Fatonah itu smart Innovative Kreatif Amanah Siddik itu yang namanya integrity, honesty is the best policy. Tujuannya untuk apa? Untuk dakwah. Dakwah saya, maksudnya saya bukan ceramah sangat. Dakwah bilhal, action speaks louder than words.
Seperti saya ketemu Bapak, Bapak Buddhis. Oke, saya ketemu dengan orang Christian, saya ketemu dengan orang Atheist, orang ketemu dengan agnostik, everybody I met. But we don't talk about religion, we talk how we can collaborate, how we make this world a better place, how we can give education, free education to children.
Karena mereka benar. Kalau kita mau bicara tentang social engineering, dari mana? Dari pendidikan.
Jadi kolaborasi bukan kompetisi? Tidak. Kita tidak perlu kompetisi. Kan, yang terbaik menang, kan? Yang bagi saya, kemenangan itu ada di mana?
Ketika saya meninggal nanti di kuburan, saya hidup tenang. Anak-anak ini sudah bisa cari rezeki halalan, toiban. Mereka tidak perlu jadi teroris, bom bunuh diri, dikasih. Kata-kata manis ini kalau jadi pembunuh diri nanti dapat uang hidup tenang masuk syurga.
So, what is that? Bunuh orang langsung masuk syurga. Siapa bilang begitu? Kan kita bisa menjadi orang kaya, kita punya usaha, terus kita kasih zakat kita, kita kasih infak, kita punya wakaf.
Gak apa-apa, ini saya punya tanah daripada nganggut, Anda ini bisa berkebun, bertani di tanah saya. Nanti usahanya Anda ambil aja. Itu kan dulu seperti itu Habib kan Karena dia gak butuh tanah itu Tapi kalau saya oh gak bisa Kalau Anda mau bertani boleh Anda bagi hasil sama saya Saya juga gak mau sewa karena bagi saya Makan itu yang paling penting Dan saya hanya butuh tiga itu Beras, jagung, dan kedelai Jadi semua tanah-tanah kami Siapa yang mau tanam silahkan Tapi harus hasilnya bagi hasil Karena dari situlah kita bisa Bisa dibilang ketahanan pangan itu disitu Jadi Jadi Kita tidak harus berambisi, kalau saya lah ya, mungkin karena saya orang kampung, orang desa, yang saya harus kasih 15.000 santri, karena bagi saya untuk mengubah masa depan, kita mengubah dari anak-anak. Kita memberi mereka pendidikan yang baik, kita membuat mereka sehat, kaya, dan bijak. Fokus di anak.
Anak Anda masih di depan Anda. Kenapa edukasi dan pembangunan? Kenapa gak agama? Untuk aku, kalau kita masih kelaparan, hungry man, angry man. Dia mau bicara agama.
Orang lapar. Iya, marah. Kenapa orang bisa jadi teroris? Karena dia lapar. Dia bukan bicara agama.
Kau pikir dia mau masuk syurga? Tidak. Karena dia orang ditawarin uang.
Kamu jadi bom bunuh diri, nanti kami kasih uang buat keluarga kamu, kalau kamu gak perlu kelaparan. Ini tentang otak. Bukan yang bicara-bicara agama. Urusan perutnya.
Iya, urusan perut aja. Kalau orang itu kenyang perutnya, dia happy, dia akan bekerja, dia akan... You think orang kalau bisa punya income mau bunuh diri? No way lah. I have a lot of life, I have a beautiful wife, I have a house, I have a car.
Mau bunuh diri? Nggak ada lah. So orang-orang yang kiri itu yang mereka cari. Sebab itu kita harus jadikan semua orang, mau agama apa aja harus mereka bisa have the means to feed themselves.
untuk menjaga diri mereka sendiri. Kita kasih mereka beacenya, umpannya. Jangan kasih ikannya.
Jadi kalau pemerintah kasih subsidi, tidak, itu bukan jawaban. Singapura mana ada yang kasih subsidi pemerintah? Maaf ya, kamu kerja.
Nanti dapat duit untuk beli makanan. Gitu saja. Tapi kerjanya dari mana?
Karena mereka sehat, kuat, mereka punya ilmu, mereka bisa mencari rezekinya sendiri. Jadi tidak perlu repotkan pemerintah. Itu sebabnya pendidikan.
Yang kedua adalah hal Yang pertama adalah kesihatan. Iya, betul, kesehatan. Dan yang paling penting, sekarang seperti saya, saya punya santri itu pintar-pintar.
Dan Alhamdulillah, kalau mereka nggak di sini, mungkin mereka udah jadi... Nggak jelas lah ya, mungkin nggak tahu karena mereka juga dari desa, dari pelosok, untuk mendapatkan pendidikan gratis juga susah kalau sudah di desa, di pelosok. Tapi di sini saya melihat anak-anak ini ternyata very creative.
Nanti kalau Bapak lihat di Youtube, kemarin kami juga ikut di Indonesia Got Talent, dan kami sudah diundang ke Asia Got Talent di Sinabung, untuk taekwondo. Dan kami bukan hanya taekwondo, kami ada capoeira, ada karate, ada pencapsilan. Ada pas kibra kami, dan itu bisa kelihatan anak-anak ini sangat-sangat kreatif. Dan disitulah kita harus memberikan mereka, bukan hanya kesempatan, tetapi memberikan jalan buat mereka. Kita memberikan mereka sehat, mereka tidak ada TBC, karena problem saya memang rata-rata TBC di Nuru Iman.
Mereka sehat, mereka dikasih ilmu, mereka kuat, nanti mereka ketika graduate, mereka akan menjadi manusia-manusia yang bermanfaat. Bukan hanya untuk diri dan keluarga mereka, tetapi untuk orang lain. Jadi sebetulnya sebagai seorang Muslim itu harus sukses nggak sih Bu? Yes, wajib. Bukan harus, tapi wajib.
Bukankah terkadang banyak orang yang bilang kalau kita mengejar akhirat, nggak perlu mengejar duniawi? Kalau saya dari Habib itu, kejarlah akhirat, dunia akan mengejarmu. Karena kita nggak perlu kejar dunia, dunia sudah di depan mata kita kan.
Yang kita kejar kan akhirat. Nanti dunia akan mengejar kita. Maksudnya di dalam Islam, Kita kejar akhirat seperti kita akan meninggal besok.
Tapi kita kejar dunia seperti kita akan hidup selamanya. Meaning, you have to be rich and successful. Karena orang kaya aja yang bisa membantu agama apa saja. Mau you orang Christian, Catholic, orang Buddhist, kan orang kaya yang bantu agamanya. Ada nggak orang miskin mungkin dia bantu dari memberikan ilmunya atau memberikan tenaganya ya.
Tapi kalau orang kaya itu kan dengan keuangannya dia bisa bantu agama apa aja, bisa bantu bangsa apa aja, bisa bantu apa saja. Misalnya bangun sekolah gratis seperti kami, itu kan sudah satu stimulus ya. Baru bisa berguna buat banyak orang. Baru bisa berguna kalau dia tidak punya ilmu, mau ilmu apa aja.
Ilmu dunia, ilmu akhirat, sekular, edukasi, mau bahasa, dia bisa bahasa Arab, bahasa Inggris, bahasa Mandarin. Bapak bisa bahasa Mandarin? Saya nggak bisa.
anak-anak saya bisa menjadi penulis dapat beasiswa ke Beijing University dapat beasiswa ke Hualien University anak umum bisa bahasa Mandarin dan itu ilmunya dari mana? dari YSM Budaseci saya bilang dengan mereka, mereka kan punya guru-guru bahasa Mandarin dari Taiwan, jadi kalau di Taiwan itu bahasa Mandarin yang kalau di orang Jawa itu Romo Ingil yang very high standard itu dari Taiwan bahasa Mandarinnya itu yang ngajar ke santri kami Itu dari Jepang, guru-guru dari Jepang yang putri, ada guru putri sendiri, putra sendiri, sama dengan Yaisa Mudaseci kirim kami, guru-guru. Jadi saya itu mau kerjasama semua agama, semua bangsa dari segi pendidikan, dari segi bisnis, seperti yang Jepang itu.
Kan mereka bangunkan pabrik, saya jual keuntungan buat pondok. Saya juga mau orang-orang dari bangsa lain, agama lain, if you really wanna help us, don't give us donation. Give us, you become the off-taker.
Mereka memberikan teknologi, dan mereka membeli produk kita. Itu juga kan bisa saling membantu-membantu. Jadi kalau pengen saling membantu, monggo Anda beli produk, atau mungkin juga jadi kerjasama bisnis ya.
Betul, kerjasama bisnis, beli produk kita, atau Anda datang dan mengajar. Kan seperti Bapak, Anda adalah pembantuan. Itu artinya Anda suka hubungan publik, atau berbicara publik.
Kan Anda bisa datang dan mengajar. Jadi dari situ anak-anak itu kan punya Ilmu di mana mereka bisa manfaatkan ilmu itu untuk mereka bisa independent and sustainable. Penting banget ya ilmu.
Yes. Dan di Islam itu ada tiga hal yang kita meninggalkan. Jadi kalau kita nanti meninggal, tiga hal ini yang pahalanya itu tidak berhenti-berhenti.
Satu, harta yang diwakafkan. Jadi saya punya pabrik, saya punya tanah, saya wakafkan buat dipanfaatkan buat makan santri. Itu pahala itu akan sampai kiamat.
Kedua, ilmu yang dimanfaatkan. Jadi saya mengajar bahasa Inggris ke santri saya. Dari ilmu itu mereka bisa mendapatkan pekerjaan di mana mereka bisa mendapatkan rezeki yang halalan, toiban, wal baraka. Mungkin mereka mengajar bahasa Inggris atau mereka translate, atau mereka bekerja menggunakan bahasa Inggris. Saya dapat pahalanya itu.
Sampai kiamat. Jalan terus. Dan yang terakhir adalah keturunan anak yang soleh dan soleha. Yang mendoakan orang tuanya.
Kan kita banyak punya anak Yang mereka mendoakan, Nini Muyangnya, Datuk Nininya, orang tuanya, itu yang akan menyelamatkan kita sampai ke akhirat. Karena kalau di Islam kita ada lima alam. Satu itu alam roh. Dan alam rahim di dalam ibu.
Terus alam yang sekarang ini yang di dalam alam dunia. Terus ada alam kuburan. Alam barzah.
Baru yang terakhir alam yang dimana kita masuk ke syurga atau ke neraka. There is everything. Jadi lima alam ini. Dan alam barzah ini alam di dalam kuburan itu lama. Karena kita tunggu sampai kiamat kan.
Jadi selama kita di dalam alam kubur atau alam barzah ini. Ketika kita punya pahala yang tiga ini. Ilmu yang bermanfaat, harta yang diwakafkan, keturunan yang soleh dan soleh yang mendoakan kita, pahala itu akan jalan terus. Jadi kita tinggal tidur aja di kuburan.
Tidak dihajar sama malaikat. Begitu ya. That is our belief.
Umi, satu hal yang menarik. Saya lihat tadi pas kita ngobrol-ngobrol bahwa disini kalau sampai ada yang mengambil sesuatu, itu didenda ya. Betul. ngambil apa ya saya lupa, kayak jambu 500 ribu itu jumlahnya jadi jambu yang paling mahal di dunia itu di Nurul Iman karena saya mau mengajarkan mereka bahwa walaupun kita ini di tempat yang semuanya diambil, jadi kalau kita panen papaya, kita panen, sekarang panen durian kan kami banyak pohon durian, banyak pohon buah ketika Anda mencuri itu kan namanya mencuri, bukan mengambil ya tapi mencuri satu aja... Itu tetap aja menghitung mencuri.
Dan saya ingin mengajar mereka bahwa kejujuran adalah polisi terbaik. Jadi kejujuran itu paling penting. Itu nomor satu.
Negara, perusahaan, institusi, organisasi itu pasti hancur kalau orang-orang ini tidak jujur. Jadi selalu berpikir tentang diri mereka sendiri, sangat berani. Jadi mereka itu nggak berani mengambil ikan yang diempang kami. Terus kami, pokoknya apa yang ada di dulu iman tidak boleh diambil.
Nanti ketika sudah banyak, kita kumpulkan, baru nanti kita bagi sama-sama. Jadi seperti sekarang, saya baru panen durian, ada 30 buah durian. Kan nggak mungkin saya bagi satu-satu ini kan 15 ribu.
Jadi saya belilah kacang hijau, saya beli kacang hijau yang banyak, terus durian itu masukkan di kacang hijau. Jadi nanti dapatlah semua orang, walaupun satu cup. 15 ribu dapat fair diet, itu yang saya ingin mengajarkan mereka. Kita harus jadi manusia harus adil.
Dan kita harus benar-benar tidak boleh mengambil haknya orang lain. Terutama haknya pondok. Karena itu kan punya pondok, punya pesantre.
Kalau saya aja bisa jujur haknya wakafnya itu saya tetap memberikan kepada anak-anak ini. Kenapa tidak mereka? Jadi anak dari kecil itu harus mengajarkan kejujuran. Dari kecil. Mereka rata-rata tidak punya ibu.
Karena ibunya ada yang jadi TKW, keluar negeri, atau mereka memang sudah dibuang sama keluarkan. Jadi mereka tidak ada interaksi pertama dengan ilmu yang benar, pendidikan yang benar, itu mereka rata-rata kurang. Jadi itu mereka dapatkan di nurul iman. Pernah ada yang mencuri dan didendak Rp500.000?
Satu jam? Tidak, belum ada. Tidak ada yang berani. Tidak ada yang mencoba. Karena sudah keluar peraturan itu, baru mereka semua tidak ada.
Sebelumnya, sebelum peraturan itu keluar, Kusyudi kalau tahu saya punya pohon papaya, itu semuanya diambil. Buahnya, daunnya, sampai tinggal batangnya. Akhirnya mati pohonnya. Itu yang jadi saya marahkan.
Berarti anak-anak ini belum tahu bahwa tidak boleh mengambil haknya pondok, haknya pesantren, haknya orang banyak. Keluarlah peraturan. Mengambil buah dari pohon, termasuk daun-daunnya kan.
Daun ya? Daun papaya itu bukan. Itu denda 500 ribu rupiah.
Sebenarnya itu nggak ada. Aman buah-buah saya. Dulu rambutan saya masih hijau aja sudah dimakan.
Udah botak pohonnya. Jadi sekarang nggak ada. Bisa sedemikian disiplin, kucinya apa tuh? Karena di Indonesia ini kan tantangan salah satunya dibandingkan Singapura ya?
Kalau saya, you have to walk the talk. Saya menunjukkan saya bisa jadi jujur. Saya bisa memberikan apa yang saya miliki, tanah wakaf saya buat makannya mereka, pabrik saya buat makannya mereka, buat gaji guru, buat bayar listrik, kenapa tidak mereka?
Mereka itu belum ada apa-apa, mereka bukan siapa-siapa. Saya ini orang kaya, saya kalau mau beli supercar tiap hari boleh. Hitung aja Bapak kan, dengan beras 7 ton per hari, batu baras 1,5 ton per hari, dengan listrik, gaji guru, berapa?
Saya bisa beli supercar tiap bulan, tidak ada perubahan besar. Tapi saya tidak melakukan itu. Saya memasak mereka karena saya tahu masa depan negara, masa depan dunia bergantung pada anak-anak ini, anak-anak yang sehat. Kepala dan bijak.
Bijak berarti anak-anak yang dikajari. Kalau enggak, habis kita. Enggak ada masa depan.
Mau bilang perubahan klinik. Semua kan dari anak-anak. Anak-anak ketika dewasa, mereka tidak peduli dengan ekologi, lingkungan. Mereka buang sampah sembarangan.
Mereka potong pohon sembarangan. Karena tidak ada pendidikan dari mereka masih kecil. Itu yang terjadinya sekarang, destruction ini.
Jadi apakah kita mau biarkan seperti tadi? Jadi kita harus kasih pendidikan itu dari anak itu. Jadi Coach Yudi, nanti mana tau. Coach Yudi kan kenal banyak orang kaya.
Yuk kita bikin sekolah pesantren, boarding school gratis untuk anak-anak Buddhis. Yuk silahkan, gunakan sistem saya. Free and quality education supported by social entrepreneurship.
Karena bagi kami semua agama itu sama. Semua agama mendidik kita kepada kebaikan. Nggak ada agama yang bersuruh bunuh orang, nggak ada. Tapi individu itu, kita mau bilang...
Ada teroris di Islam, oh ada juga teroris di Buddha, ada juga teroris di Kristen, ada juga di Katolik. Siapa bilang? Yang Atheis juga banyak.
It's not about the religion, yang merusak itu individu itu. Karena individu itu tidak pernah dididik dari kecil. Manusianya, didikannya. Iya pribadinya itu, orang itu yang bermasalah, bukan agamanya. We cannot say, agama semua baik.
Mengajar kita kebaikan, saya tahu. Karena saya punya teman dari semua agama, dari semua negara. It's just the individual.
Kenapa? Mereka tidak dapat perhatian, mereka tidak dapat pendidikan, mereka tidak dapat makan yang cukup. Akhirnya hungry, akhirnya angry. Akhirnya dari kecil dia sudah marah.
Belum lagi nanti dia, kalau dia jadi street children, dia dibully, dianiaya. Akhirnya jadi discrimination dan yang lain-lain. Bagaimana mereka nggak angry? Karena dari kecil itu sudah tidak ada cinta, sudah tidak ada perhatian.
Sudah pahit ya hidupnya. Iya. Kita kalau, karena saya belajar psikologi, manusia itu kan semua dari nature and nurture. Nurture itu nomor satu. Kalau kita punya ibu yang penyayang, yang memperhatikan, kita akan jadi orang yang walaupun bagaimana lingkungannya, bisa kita kuat, kita punya pribadi.
Saya yakin Coach Yudi jadi begini juga karena ibu. Bukan karena ayah. Ayah itu kan kerja, keluar dari rumah, cari makan. Ibu yang di rumah. Saya tuh ingat ibu saya tuh, she's an artist.
Ibu saya tuh seorang yang berbakat, pelukis. She, dia punya lukisan sama. Tapi dia berhenti melukis, berhenti mengajar melukis, sekarang dia mau duduk di rumah. Mau fokus on the fortunate.
Jadi saya pulang nanti ibu saya juga masak. Masakannya juga 4 sehat, 5 sempurna. Ibu saya tuh benar-benar very caring.
Dan ketika saya menjadi seorang ibu, apa yang ibu saya terapkan ke saya, itu saya ngajarkan lagi ke anak. Tetapi kan nggak semua orang beruntung bisa punya ibu yang seperti itu. Jadi itu yang kita harus ganti di sekolah.
Oke nggak punya ibu seperti itu, tapi di sekolah dengan apalagi pendidikan di boarding school. Kenapa? Kalau kita sekolah yang pulang, pergi, pulang, pergi, terus bisa pegang HP, bisa tawuran di sana-sini, kan seperti di Indonesia kan, it's not safe.
Jadi paling bagus itu memang boarding school, mau buddhist, mau islam, mau christian. Itu disitu kita bisa melakukan social engineering, kalau bisa bahasanya Habib itu brainwashing. Sorry saya fasting.
Throat is dry. Tetapi anak-anak ini ketika mereka di pesantren tidak boleh pegang gadget, tidak bisa berkumpul dengan orang-orang yang nggak benar. Disitulah kita bisa melakukan social engineering. Jadi benar-benar dikontrol environment-nya.
Yes, betul sekali. Dan itu semua berdasarkan Al-Quran dan hadis Rasulullah SAW. Iya, semua ada sudah di dalam Quran. Jadi kalau saya, karena saya punya doktoral degree kan, education for sustainable development. dari perspektif Al-Quran.
Jadi, dari sudut pandang Al-Quran, kalau di education for sustainable development, hanya empat saja. Education, spirituality. Jadi, kita harus ada education, baru kita bisa spiritual. Tidak ada orang tiba-tiba dapat hidayah. Karena kita harus belajar.
What is spirituality? Kan seperti Bapak Buddha. Harus belajar.
Ya, kan harus belajar. Jadi, awalnya education, spirituality, baru nanti kita bisa ke ecology, lingkungan kita, baru nanti ekonomi, baru yang terakhir sosial budaya. Karena itu di situ yang dari perspektif algoran semua sudah ada.
Harus nyambung semua nih. Dan harus integrated and holistic. Tadi menarik Umi bicara bahwa ada beberapa anak yang Umi mungkin nggak bener-bener mau ambil apabila orang tuanya mungkin masih merokok. Betul. Itu, apa lagi?
Kalau di kami, Itu hukumnya haram. Di Islam? Di Islam. Tapi kenapa begini banyak orang yang merokok ya?
Karena mereka melihat Islam itu, dia pick and choose. Jadi itu adalah masalahnya. Yang namanya kalau kita mau benar-benar menerapkan the Islamic way of life atau the Muslim lifestyle, kita harus take it wholly. Jadi nggak boleh pick and choose.
Di dalam Islam itu sudah jelas. Ada di Al-Quran ketika Anda... makan sesuatu atau menggunakan sesuatu yang merusak badan ini, itu hukumnya haram.
Rokok nggak merusak. Rokok itu bukan hanya merusak diri kita, keluarga kita, istri kita, anak-anak kita, semua orang yang berdekat dengan kita, semuanya secondary smoker. Hukumnya masih, mereka bilang itu hanya makro.
Makro itu boleh dikerjakan tapi tidak dapat pahala. Kalau kita tinggalkan baru dapat pahala. Tetapi kalau di kami, di Nurul Iman, itu hukumnya haram. Jadi santri, ketahuan dia merokok itu langsung dikeluarkan.
Langsung? Langsung dikeluarkan. Dan saya juga sudah keluarkan ultimatum ke orang tua mereka.
Ketika mereka ketahuan merokok, mereka anaknya akan dikeluarkan. Karena mereka tidak berhak. Kenapa saya mesti kasih pendidikan gratis ke anaknya kalau bapaknya masih merokok? Mereka membeli uang.
Tiap hari dia bakar uang dengan merokok. Terus dia bikin penyakit lagi. Bukan hanya untuk diri dia, tapi kena anak dan istrinya. Terus anaknya datang ke pondok penyakitan, bronchitis.
Terus dia berkata, Paru-paru basah lah, macam-macam. Hanya karena merokok dari bapaknya dulu. Terus dia masih merokok di rumahnya dia.
Then they don't deserve it. Then suruh aja anaknya sekolah di tempat lain aja. Jadi itu seperti itu kami.
Soalnya itu kalau saya lihat kadang-kadang ada orang tua yang datang merokok di depan itu, saya langsung suruh catat aja. Dan saya kasih ultimatum ke orang tuanya itu lewat memang dari kepala sekolah. Supaya mereka berhenti merokok, kalau enggak ya anaknya akan dikeluarkan. Silahkan dia bawa pulang aja anaknya.
Langsung begitu aja ya? Karena mereka bilang mereka miskin, mereka susah, mereka tidak mampu. Tapi mampu beli rokok kan berarti mereka bukan miskin. Rokok harganya berapa?
Mahal kan sekarang? Mahal. Iya.
Dan orang-orang ini, orang-orang egois, dia lebih baik beli rokok daripada belikan susu buat anaknya. Jahat kan? Padahal anak ini adalah masa depan kita.
Kalau anak ini penyakitan, sakit-sakit, bodoh akhirnya karena dia punya brain lack of oxygen because of the smoke from the cigarette, yang salah siapa? Bukan salah dia kalau dia IQ-nya jongkok kan? Karena bapaknya itulah. Because everything is a domino effect.
Once you do this, this will happen, this will happen. That's why the secular itu pasti terjadi. What goes around comes around. Jadi apa yang kita lakukan itu akan berdampak kepada kita juga. Paling ke anak-anak kita.
Umi, tadi Umi bicara bahwa Indonesia itu salah satu negara, atau tadi ngomongin negara paling kaya di dunia ya. Dan juga satu statement yang menarik Umi bicara bahwa sebetulnya... Sebagai seorang muslim itu harus kaya, harus sukses.
Tapi kenapa di Indonesia ini saya melihat banyak kemiskinan? Betul. Apakah karena kurang edukasi, atau apakah karena semangat entrepreneurship-nya kurang dibenerin, atau apa sih sebetulnya yang bisa dilakukan supaya bisa menjadi lebih baik?
Kalau saya ya, kalau saya lihat dari orang Indonesia miskin itu rata-rata itu karena merokok. Merokok itu bikin orang miskin loh. Dan pemerintah itu harus melakukan sesuatu.
Kalau di Singapura, kalau ketahuan bapaknya itu merokok, seluruh keluarga tidak boleh dapat asuransi kesehatan. Tidak dapat. Tidak dapat.
Tidak ada subsidi dari pemerintah. Mereka harus bayar sepenuhnya kalau mereka batuk, sakit, mereka tidak peduli. Seluruh keluarga. Ayah, ibu, dan anak-anak.
Di Indonesia BPJS itu banyak kepada apa? Orang merokok. Kan kita bayar BPJS tapi bapaknya merokok anaknya batuk terus BPJS kita kan di Indonesia kan is about jadi uang itu digabungkan kita bayar premi tiap bulan yang kaya tetap bayarnya segini sama juga yang kaya miski sekarang dijadikan satu semuanya padahal saya gak pernah pakai BPJS saya suruh bayar info karena bagi saya lebih baik kepada yang tidak mampu ya.
Tetapi kalau saya punya BPJS saya bayar untuk kasih untuk mengobat orang yang penyakitan karena dia batuk anak istrinya batuk kena kangen. karena batungnya, itu tidak adil. Pemerintah juga harus mengeluarkan peraturan. Pokoknya siapa yang merokok, suaminya merokok, sekeluarga itu tidak boleh dapat jaminan kesehatan.
Mereka harus bayar semuanya secara penuh dan dengan uang. Asain dia, pasti dia berhenti merokok. Bukan mental entrepreneurship?
Kalau mental entrepreneurship, mau dia usaha apa saja, tapi kalau ada penyakitannya, Kau pikir itu berfungsi? Tidak berbatuk-batuk? Ketika kau berburu, kau tidak produktif.
Tidak ada orang yang... Iya, di Singapura juga begitu. Kau mau kasih orang pendidikan, tapi orang ini sakit.
Sebentar-sebentar dia, seperti saya, TBC Indonesia. TBC nomor 1 di Indonesia. Nomor 1, betul. Iya. TBC bukan lagi paru-paru loh.
Sudah ada yang ke otak, ada yang ke kantong, ada yang ke tulang, di pondok. Kan kesian. Para TBC itu dari apa?
Dari bakteria. Bakteria itu kalau kita punya imun sistem kuat, dia bisa ngelawan itu bakteria. Tapi karena imun sistemnya sudah lemah, karena dari rokok, sudah kurang oksigen, itu kan semua jadi affecting everything. Saya selalu katanya anak-anak itu yang sakit, Bapaknya merokok nggak?
Iya, Bapaknya merokok. Jadi itu yang jadi orang akhirnya miskin. Karena apa? Di Islam, ketika Anda tidak bersyukur dengan rezeki yang Anda dapat, itu Anda tidak bakal dapat yang lebih banyak, yang lebih baik. harus bersyukur bersyukur bersyukur dengan cara apa jangan bakar uang merokok itu kan bakar uang bagaimana gak miskin dong miskin merokok lagi saya tuh kesal gitu kan kelihatan orang kalau merokok bibirnya hitam gigi gusinya hitam saya tuh bilang bapak merokok ya gimana bapak gak hidup susah saya tadi kan cerita saya punya paman orang kaya logistik company punya mobil mersi mau pinjam uang ke bank bank ofisial tuh liat ayo semua ke kan liat ada kantong malboro kek di dalam kantongnya.
Sorry, if you burn your money, you will burn our money. No loan for you. Wow. Paham nggak?
Tadi orang bank cerita, kalau ada yang mau minjem, dia bilang kalau ngerokok, berarti Anda bakar. Kalau Anda bakar uang, Anda akan bakar uang kita. Iya.
Anda berani bakar uangnya Anda, berarti Anda berani bakar uangnya kami. No loan. Jadi nggak dibinjemin uang. Bagaimana apa pinjam? Wow.
Padahal pahaman saya itu bisnis logistiknya sangat beruntung karena dia kirim barang kalau nggak ke Hong Kong, ke London. Jadi dia punya logistik perusahaan. Mobilnya Mercy. Dia mau memperbesar bisnisnya, tapi karena dia merokok, nggak dapat. Menarik ya.
Tapi itu kan menarik. Dan itu konsep yang benar. Kalau lu berani bakar uang, lu pasti bakar uangnya bank dong.
Udah pola ya. Iya. Sama juga dengan orang-orang yang merokok.
Bukan saya itu benci. Jadi kalau di dalam Islam, Tembakau itu kan diciptakan oleh Allah. Kan itu ciptaan Allah. Memang gak boleh benci.
Tetapi kita harus ingat. Tembakau itu dikencingi sama iblis. Oh.
Iya. That's why they're destructive. Ada ceritanya ya? Ada ceritanya.
Jadi kalau kiai-kiai. Orang-orang ini bilang. Oh merokok itu kan makro. Anda mau masuk ke sesuatu.
Barang yang sudah dikencingi iblis. Itu artinya sudah terkontaminasi, kan? Memang tembakor diciptakan oleh Allah.
Saya ini kan menjadi juri di OPOP, One Pesantren, One Product oleh Jawa Barat. Jadi Jawa Barat ini, Gubernur Jawa Barat waktu itu kampanye datang ke Nur Iman. Oh, dia melihat kalau pesantren itu mau makmur, mau sejahtera harus punya usaha seperti Nur Iman. Akhirnya dia mengeluarkan satu program, One Pesantren, One Product. Jadi pesantren terbanyak di Indonesia itu ada di Jawa Barat.
Ada 9.000 pesantren. 9.000? Iya.
Memang pesantren kecil-kecil. Ada yang 100, ada yang 50. Nggak besar macam Nuriman. Saya sebagai juri. Terus pesantren datang. Oh, saya bisnis ini.
Saya punya usaha ini. Saya once pesantren itu daftar untuk bisnisnya tembako, saya langsung cancel. Karena itu bisnis haram.
Kita namanya pesantren. Pesantren harus deal with. Halalan toiban. produk. Jadi salah satu prinsip untuk berdagang di dalam Islam, untuk bisnis di dalam Islam adalah pertama harus deal in halal produk dan servis.
Satu. Kedua, kita harus membayar gaji orang itu sebelum keringat nih kering. Jadi kita gak perlu hutang dengan karyawan kita.
Gaji mereka. Kalau saya mestinya keluar tanggal 25, saya tanggal 25 terus saya bayar. Tetapi kalau saya harus terbang ke luar negeri, saya bayar nih lebih awal gak apa-apa.
Sampai anak saya komplit. Umi, kok kita sudah dapat gaji baru tanggal 20? Saya bilang, kok komplain sih?
Orang mesti senang dapat gaji lebih cepat. Dia bilang, iya, kenapa kan mereka merasa kita tanggal 25. Kok nggak tanggal 25? Saya bilang, karena saya mau keluar negeri.
Saya takut nanti kalau saya meninggal, saya belum bayar gaji guru-guru. Kan kasihan saya hutang dengan mereka. Jadi itu maksudnya Nabi. Jadi kita harus deal with halal and toy products. Harus memberi gaji orang sebelum keringatnya kering.
Dan itu semua sudah ada prinsip-prinsip itu sudah ada di al-Mislam bagaimana kita melakukan bisnis dan kita harus benar-benar jujur. Jadi harus ada return agreement, jadi nggak boleh kita bolak-balik, oh nggak kan nggak ada black and white. Itu kan bisa menjadi dalil untuk orang ibu.
Jadi memang everything sudah di stated, jadi selama kita ikut Al-Quran, insya Allah kita selamat. Jadi kalau saya yang karena saya memang... Semuanya dari perspektif Al-Quran, cuma bagaimana kita menjelaskan.
Jadi ada orang kan, wah itu merokok itu sunah itu. Eh maaf, itu makro, nggak apa-apa. Tapi kalau kita balik lagi ke dasarnya perintah itu keluar, semua apa saja yang merusak badan kita, itu baru badan kita ya bukan orang lain ya, itu sudah hitungnya haram.
Apalagi ini merusak orang lain, anak kita, istri kita, itu yang sudah jatuhnya haram. Dan di kami benar-benar haram, sangat terlalu terlalu terlalu. Jadi kalau kita lihat satu ulama atau orang alim katanya alim, dia merokok. Bagi saya, langsung jatuh aja lah pamurnya.
Dia tidak berarti, dia tidak berlatih agama. Dia tidak berlatih Islam. Karena Rasulullah SAW juga tidak merokok. Kalau kamu mau benar bilang, kamu umatnya Nabi Muhammad, ya kamu tidak boleh merokok. Nabi Muhammad makanya sangat sederhana.
Kormah, itu makanan. Itu baik untuk kita, kan? Sayurnya, makannya sayurnya apa?
Labu. Sangat sederhana. Makan daging juga mungkin setahun sekali aja ya. Sangat sederhana. Itu kenapa Nabi kita makan di perut kita harus sepertiga untuk udara, sepertiga untuk air, sepertiga untuk makanan.
Dan berhenti sebelum kenyang. Betul. Jadi nggak boleh greedy. Sebenarnya semuanya ada, cuma kadang-kadang ya. pribadinya itu, individualnya itu, mereka interpret Al-Quran atau ya menurut mereka aja.
Dan di dunia modern juga memang apabila kita keep seperti itu, kita sehat. Sehat, betul. Satu lagi saya baru kemarin kan ketemu dengan pertemuan ulama se-Indonesia.
Jadi kiai-kiai dari seluruh pesantren di seluruh Indonesia. Jadi saya satu-satunya woman leader, semuanya male. Aku kan... Islam kan selalu laki-laki yang pimpin. Itu cukup menantang ya.
Jadi ketika saya jadi pemimpin pesantren itu, kiai-kiai kadang-kadang pandang saya sebelah mata. Tapi bagi saya, saya tidak melakukannya karena ingin dihormati. Saya punya prinsip itu low profile, high profit. Itu saya punya prinsipnya.
Orang nggak tahu juga nggak apa-apa. Yang penting saya bisa. Tetap bermanfaat untuk orang lain, untuk santri saya, untuk umat Islam ini. Dan di dunianya pesantren tidak ada yang pimpinannya perempuan.
Tapi karena anak-anak saya juga masih kecil waktu itu, sekarang kan mereka sudah dewasa. Tapi tetap saja mereka bilang, selama Umi masih ada, Umi tetap our leader, our boss. Lain kalau Umi sudah tidak ada, baru nanti kita bicarakan. Tapi bagi saya, selama saya masih di sini, I don't care what mereka mau bilang saya begini-begini, karena saya seorang wanita. Karena di dalam Islam, perempuan itu boleh jadi pemimpin.
Boleh. Kecuali dua hal saja. Tidak boleh menjadi pemimpin, menjadi imam di dalam sholat. Tidak boleh.
Kalau imamnya perempuan, jamaahnya harus semuanya perempuan. Kalau imamnya laki-laki, baru jamaahnya boleh laki dan perempuan. Jadi kalau imamnya perempuan, tidak boleh ada jamaah laki-laki, jamaah perempuan, tidak boleh. Seperti saya, kalau saya mau sholat berjamaah rame-rame.
Ada cucu saya yang laki-laki. Ya cucu saya yang laki-laki itu harus jadi imam. Saya di belakang dia. Itu dalam sholat.
Yang satu lagi, perempuan itu tidak boleh menjadi saksi. Jadi kalau jadi saksi juga satu laki-laki, dua perempuan. Misalnya, kalau dalam misalnya kita nuduh orang itu berzina, ada adultery, itu harus ada saksinya empat laki-laki yang menyaksikan. Tapi kalau nggak ada orang laki-laki, satu laki-laki diganti dengan dua perempuan. Boleh.
Terus perempuan itu tidak boleh menjadi wali. Wali misalnya ketika mau menikah anak kita. Saya kan nggak ada suami, suami saya udah meninggal. Anak saya itu harus dinikahkan sama pamannya atau kakeknya.
Kakeknya, pamannya juga dari sebelah ayahnya, tidak boleh dari sebelah saya. Itu maksudnya dari wali. Jadi perempuan nggak boleh.
Harus orang laki-laki tetap menjadi wali. Jadi dalam Islam itu, other than that you can be the boss, no big deal, mau di pesantren ke, mau di perusahaan, nggak apa-apa, mau jadi presiden, boleh. Jadi jangan kita pikir Islam itu gender bias ya, no. Malah Islam itu benar-benar... Apa itu ya?
Menangkan hak perempuan. Kalau saya ya, dari hidup yang head on, western education, westernized di Singapura, ketika saya menjadi warga negara Indonesia, saya mengenal Islam sebenarnya, saya pakai jilbab, saya merasa lebih aman ketika saya pakai jilbab. Saya kemana aja orang tau, oh ini orang Islam. Mereka respect.
Beda kalau dulu kan saya nggak pakai jilbab, pakai baju, you can see everything kan. Karena saya dulu seorang swimmer. Saya berdekatan berlian.
Wow. Itu sangat berbeda. Itu seperti syurga dan neraka. Jadi saya di Singapura itu karena ibu saya maunya anak perempuan ini harus alpha woman.
Jadi all rounder. Saya pintar di akademik, saya kuat di olahraga, jadi di organisasi juga saya ikut banyak macam organisasi. Tetapi di dalam Islam ketika saya menikah, suami saya bilang boleh kamu mau organisasi boleh. Tapi harus ada batas-batasnya.
Kan kadang-kadang campur laki-perempuan juga tidak manis lah. Tapi kalau kita dengan perempuan-perempuan ya silahkan. Mau salon dengan sama perempuan juga silahkan.
Terus yang penting kita sopan. Karena kalau kita pakai macam gini juga orang akan segan gitu kalau bahasa Melayu. Jadi bagi saya, kalau saya mau kemana aja sendiri juga, keluar negeri kan saya sering sendiri.
Mau ke Singapura, ke Malaysia selama saya... Tutup awal, orang pasti mengerti. Dan mereka disitulah saya merasa aman.
Lebih aman ya? Betul. Umi, kalau bicara tentang entrepreneurship nih, sekarang banyak yang merasa bahwa sekarang lagi banyak tantangan. Pesan Umi gimana tuh? Because of the COVID?
Iya. Bagi saya, saya tuh dididik sama almarhum suami, selalu banyak bersyukur. Dan whatever Allah gives us is the best. Jadi selalu sangka baik.
Kalau dalam Islam itu namanya who's not done, sangka baik. Kalau di psikologi, positive thinking. Karena saya waktu ambil psikologi, my research was on the positive, there was this new, jadi kan di psikologi ada baru punya aliran yang positivism. So orang kalau yang positive thinking, kalau di kami itu who's not done, sangka baik gitu, selalu orang yang always happy and they're always blessed. Mereka selalu rasa bersyukur.
Jadi saya tuh malah COVID-19 itu saya merasa bersyukur sekali. Karena karena COVID-19 saya bisa selesaikan doktorat saya. Kalau tidak kan saya selalu berjalan-jalan. Karena saya punya banyak bisnis. Saya kan harus ke kebun kopi, hutan kayu.
Saya di Lampung yang perjalanannya 9 jam. Berjalan-jalan di kamp. Walaupun saya pada naik pesawat. Pesawat kan dari sini ke Ratu Inter. 9 jam untuk sampai ke kebun kopi.
Saya belum ada helikopter kan. Tapi nanti saya belum ke tambang batu bara saya, belum ke sawah saya. Dari sawah aja saya 200 hektare berapa besar.
Karena ketika Anda punya bisnis, Anda tidak bisa duduk di ekonomi itu perintah-perintah orang. Anda harus pergi dan melakukan pemeriksaan. Itu saya bilang. Masih lakukan sendiri? Masih.
Kemarin saya baru pulang dari kebun kopi saya di Lampung. Karena kalau kita mau bilang kita entrepreneur atau UMKM, kita hanya lakukan. Dan selalu ada banyak keinginan untuk menjual.
Karena resikonya itu tidak pernah salah alamat. Yang selama kita berusaha, pasti ada rezekinya. Mau jual online ke offline. Saya kan selama COVID ini kan kita banyak jual online. Nggak apa-apa, masih aja masih ada uang.
Saya punya teman, itu ibu-ibu. Istrinya profesor di UGM. Suaminya profesor di UGM. Itu kerjaannya apa?
Waktu saya datang, dia masih ibu rumah tangga, suaminya profesor. Terus rumahnya itu buruk sekali. Padahal suaminya profesor.
Terus ketika COVID, selesai COVID, saya balik lagi. Rumahnya sudah jadi istana. Saya bilang, wah, ini dapat dari mana?
Terus dia bilang, berkat COVID, dia akhirnya bikin usaha sambal goreng jengkol. Sambal goreng jengkol. Bayangkan, dia menjadi entrepreneur dan jualnya online.
Sudah dikirim ke seluruh Indonesia. Dan dari situ dia bisa bangun rumah yang gubuk dulu, jelek itu, sudah jadi istana. Itu dari uang jualan semur. sambal goreng jengkol itu bilang, orang bilang covid ada yang bangkrut, enggak it's how you improvise selama kita yakin bahwa selama kita usaha kita pasti ada rezeki disitulah kita akan selalu bersyukur, jadi kalau kami di covid, selama ada covid malah saya hidupnya enak, malah lebih banyak saya punya ikan-ikan, saya gak jual di pasar parung lagi saya bersihkan ikan saya saya taruh kunyit dengan Kunyi dengan garam, jadikan satu, saya bersih kain-kainnya, taruh kunyi dengan garam, saya vacuum seal pack, frozen. Jual online, laku.
Bersyukur, kemudian terus berusaha. Positive thinking. Positive thinking, jangan lupa. Karena Umi kalau saya lihat kan 59 bisnis nih, bisa punya banyak ide banget. Sedangkan orang-orang di luar sana terkadang mau buat satu bisnis saja.
Gak jadi-jadi. Dipikirin puluhan tahun, gak jadi-jadi. Karena apa? Saya tuh ilmu kepepet. Kepepet.
Kayak kalau ini kepepet, tapi kalau yang bahasa Sunda kan kepepet. Karena saya berusaha, saya sangat berusaha. Jika saya tidak inovatif, jika saya tidak kreatif, 15.000 orang ini akan mati.
Siapa yang akan memberikan salari untuk lebih dari 1.000 guru? Gurunya seribu? Iya, lebih.
Kalau gurunya gak banyak Bayangkan satu kelas bisa berapa ratus orang kan Ya jadi gurunya harus banyak Dan dari Dari SD sampai SMA ya Pak U, TK, SD, SMP, SMA, S1 Wah Dari kecil sekali Dari Pak U sampai S1 Dosennya, lecturernya, belum managersnya Kan We need managers, all my business units are the managers Biasa pesantren sampai SMA aja ya? Jarang yang saya lihat sampai S1. Iya, jarang. Kalau enggak, S1-nya itu bukan mondok, bukan pesantren. Mereka dari luar aja.
Karena untuk mahasiswa di dalam pesantren juga mungkin itunya resources-nya ya. Tapi memang jarang pesantren itu dari PAU sampai S1. Jadi buat yang belum gratis lagi. Gurunya seribu aja, ini...
Udah kepikiran. Saya punya teman itu, dia pesantren, salah satu pesantren tertua di Indonesia. Pada itu kursi, kelihatan orang emah.
Umi kok bisa tenang aja, happy-happy. Saya ini kalau mendekati akhir bulan, saya udah nyuta-nyuta emas, saya kamu muntah-muntah. Padahal dia itu berbayar mahal loh pesantrennya, masih kurang untuk operasional. Jadi there must be something wrong gitu. Kalau saya mungkin karena pesantrennya itu nggak dididik untuk...
ikut terlibat di wirausaha atau di punya bisnis. Jadi mereka hanya tunggu dikasih makan, belajar. That's it.
Akhirnya nggak ada kalau saya lihat, there's no leadership skills. Karena ketika we run a business, we have to have the leadership skills, right? And then we have the camaraderie teamwork. Yang namanya bisnis adalah teamwork, silaturahmi, networking.
Itu semua human interaction yang sangat-sangat penting. Dan santri di sini dididik menjadi entrepreneur. Harus mereka menjadi entrepreneur.
Jadi ketika mereka keluar di sini, mereka harus jadi orang alim, orang pinter, dan harus menjadi orang kaya. Orang kaya dari mana? Dari entrepreneurship.
Social entrepreneurship. Ada salah satu contoh santri yang sukses keluar dari sini? Ada yang, tapi dia nggak di sini karena dia sudah keluar ya.
Ada yang di Karawang, punya bisnis. Ada yang kemarin saya ketemu juga dia punya bisnis di Idramayu. Dia punya perikanan, sekarang sudah bisa beli rumah. Villa, rumahnya itu sekarang dibuat untuk pesantren gratis, walaupun pesantrennya waktu itu masih 10 orang, tapi saya bilang nggak apa-apa. It's a beginning, right?
Yang penting sudah beli rumah villa seperti itu, anak santri bisa dikasih makan. Dan usahanya apa? Dari perikanan.
Dan dulunya anak broken home. Anak India, iya. Dan itu bisa bagi saya, whatever you do, yang penting bermanfaat untuk orang lain.
Ada santri saya anak yatim. Itu dia dapat pelatihan taekwondo sampai ke Korea. Sampai dia mewakili Indonesia di World Taekwondo Championship di Columbia, South America.
Dunia? Dunia. World Taekwondo Championship. And he was number 7 in the world. Dari sini?
Dari Indramayu. Dari nuriman anak yatim. Merinding loh saya. Ibu nangis. Ibu bilang kalau tidak ada nuriman.
Anak saya sudah jadi preman di pasar Indramayu. Karena dia tidak begitu bijak, tapi dia sangat kuat dan sangat disiplin. Jadi, siapa pun yang menjaga dia, bisa memanfaatkan dia.
Bisa jadi preman, bisa jadi tukang pukul, bisa jadi matel, mata elang. Yang debt collector dan yang lain-lain. Benar kan? Karena dia kuat. Dia disiplin.
Jadi, sukses bukan harus ada privilege. Itu hanya cara Anda melihatnya. Yang penting, Anda mau berusaha, kerja keras, disiplin, dan Anda tahu bahwa Anda harus menjadi seseorang.
Kalau Anda di sini, Anda sudah bermalas-malas, Anda sudah main-main, karena ini adalah kesempatan Anda untuk mengubah masa depan Anda. Itu saja. Tidak ada yang akan memberi Anda kesempatan itu lagi.
Hanya di Nurul Iman, mereka bisa melakukan apa yang mereka panggil social engineering. Kalau bicara satu kunci sukses dari Umi Wahid, apa sih? Ikhlas, sincerity yang paling penting. Bisa dielaborasi nggak? Kalau saya, saya tuh banyak orang tanya, ini kenapa sih kasih makan orang Indonesia?
Banyak. Banyak. Dan saya pernah ditegur sama salah satu staff ahlinya, Menteri Sosialnya.
Saya mendatangkan manusia dari seluruh Indonesia. Mereka bilang, ini mereka bilang, Jawa Barat adalah provinsi yang paling populer di Indonesia. Dengan lebih dari 50 miliar orang.
Korea saja 50 juta orang, Jawa Barat hanya Provinsi Jawa Barat 50 juta. Banyak banget. Terus yang mendatangkan lagi manusia dari seluruh Indonesia, datang ke sini, ke Nuriman, ke Parung Bogor.
Kan Ibu, ini yang mondok di sini kan hanya kebanyakan dari santri kami, yang paling banyak itu dari Jawa Tengah. Baru Jawa Timur, baru Jawa Barat. Oh, jadi bukan paling banyak di Jawa Barat ya? Terus lepas itu baru nanti yang lain-lain, mau dari Sumatera, Kalimantan, Papua dan lain-lain. Terus ibu itu bilang, kenapa Umi banyak anak-anak dari Jawa Tengah, bukan dari Jawa Barat?
Padahal Umi kan di Jawa Barat. Saya bilang gini bu, kami tuh terima, siapa aja yang mau mundur saya terima. Saya kan gak bisa paksa kalau dia gak betah. Terus ibu itu masih aja kesal, gak mau terima.
Terus akhirnya saya bilang gini aja kita panggil anak Jawa Tengah. Hitam, dekil. Anak Jawa Barat, ganteng kan?
Putih seperti Coach Yudi, kan? Dia bisa jadi model. Banyak yang jadi model di Jawa Barat. Mau laki, mau perubahan, boleh kan? Kalau enggak, yang perubahan cantik-cantik, kawin suami kaya.
Perlu nggak dia pinter-pinter? Nggak perlu, dia nggak perlu kerja lagi. Jadi sosialitas, sudah. Tapi beda anak Jawa Tengah.
Udah hitam. Apa yang diharapkan? Belum tentu dia juga pinter, kan? Tapi karena di Nurul Iman, whatever you do, just do your best. Mau anda di umum, pendidikan umum, mau anda di ekskul, mau anda di kesenian, just do your best.
Insya Allah Allah memberikan berkah disitulah. Anda bisa mencari rezeki yang halalan, toiban wal baraka. Ada murid saya dari NTT, mohon maaf ya. Tahu kan kita orang NTT bagaimana.
Dia itu disini dia paling jago itu make up. Jadi bisa before after itu benar-benar orang itu 180 degrees. Sampai saya punya tamu dari Afrika, dia anak-anak yang dekil, buri gitu. Bisa jadi cantik, kincung, langsung dia bilang, wah kalau gitu kita mau bawa istri-istri kita dari Afrika, bisa dirobat.
Hanya by this girl's hand. Sekarang dia balik ke NTT, apa dia buka? Salon di rumahnya.
Ambil produk-produk dari Wardah. Saya bilang, nggak apa-apa, saya yang jadi jaminan. Dia ambil, dia pakai, terus dia dapat uang langsung dikirim ke saya. Saya yang bayar ke Wardah.
Nggak apa-apa, saya bilang. Yang penting dia punya rezeki. Karena kita nggak tahu, di sana juga kan mau buka. Salon, bayam mahal. Kalau di rumah orang-orang datang, dia bilang di sana itu kalau orang-orang mau pesta, itu pasti cari makeup artist.
Bayangkan orang di NTT loh. Terus mau wisuda. Pokoknya ada aja orang yang datang makeup di tempat beliau. Dan sebelum makeup, nanti dia facial.
Dulu kan bisa totok wajah. Jadi itu yang kami lakukan di sini. Dan yang mengajar itu juga teman saya yang punya salon di London. Kenapa?
Mereka itu kan orang-orang kaya nih. Gak semuanya bisa kasih beras. Tapi dia bisa kasih ilmu. Dia bangunkan bubble shop di kami. Dia bangunkan salon di Nurul Iman.
Ini orang kaya yang punya salon di Inggris. Jadi when you say quality, bener berkualitas ya. Salon pun yang ngajar bisa dari Inggris.
Taekwondo bener asli dari Korea. Bahasa Jepang, orang Jepang. Betul.
All expectations. Wow. Saya salut banget dan hari ini belajar banyak-banyak sekali. Dan saya berharap kita bisa kerjasama agama apa saja, bangsa apa saja.
Yang penting kita bisa membangun satu free and quality education supported by social entrepreneurship. Mana tau Pak Coach Yudi bisa dengan teman-teman bangun satu pesantren atau boarding school untuk anak-anak buddhis. It's okay. Yang penting harus ada bisnisnya.
Karena kemampuan organisasi sosial adalah ketika kita punya bisnis untuk mendukung organisasi sosial. Kalau organisasi sosial bergantung pada donasi, filantropi, itu tidak akan berhasil. Dan itu tidak bisa sustainable.
Selama orang kaya itu masih ada, ya dia hidup. Tapi kalau orang kaya meninggal, siapa yang mau ngurus lagi? Habis dia.
Terus kita punya legacy, hilang saja. Jadi harus tidak boleh bergantung kepada sumbangan. Betul.
Saya senang untuk membantu dari sisi berbagi pengetahuan saya, emang kalau bisa, jika dibutuhkan. Tentu boleh. Mbak Yudi mau ngajar apa aja, terserah.
Karena bagi saya, semua orang punya potensi. Dan semua orang unik, semua orang istimewa. Dalam cara-cara yang Anda lakukan. Ada satu pesan nggak, Umi, untuk para penonton di luar sana? Bagi saya, whatever you do, do your best.
Kalau bagi saya, Alhamdulillah saya diberi kepercayaan oleh Allah untuk mendapatkan wakaf aset begini banyak. Dan dengan wakaf aset ini saya bisa memberi makan, tempat tinggal, kesehatan dan pendidikan untuk 15.000 santri. InsyaAllah kita dengan whatever wish kita do, tolonglah bantu anak-anak ini bisa mendapatkan pendidikan yang baik.
Karena tanpa pendidikan kita tidak bisa merubah masa depan. Indonesia, terutama masa depan muslim Indonesia. Terima kasih. Jadi begitu cerita yang buat saya sangat menginspirasi.
Saya Koci Di Chandra dan Dr. Umi Waheda. Salam miliarder!