Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Alhamdulillahirrahmanirrahim Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Waalaikumsalam Alhamdulillah Pagi hari ini kita insyaallah mengawali Mengkaji Jus Amma atau Jus 30 Kita awali dari Surah An-Naba insyaallah Semoga upaya kita Untuk mereview ulang Mengkaji lagi Surah-surah pendek, terutama surah makiyah ini, akan berdampak pada kualitas kita di dalam memahami ayat-ayat Allah SWT yang nanti akan berdampak juga pada perilaku amal ibadah kita, terutama sholat kita dan amaliyah dalam kehidupan kita sehari-hari insyaAllah. Amin Allahumma amin. Oke, kita langsung saja karena materi kita banyak, kita awali dari surah An-Naba. Kata An-Naba Sebenarnya merupakan salah satu kata yang padanannya dapat kita banyak temui di dalam istilah yang lain.
Misalnya ada an-nabat, ada al-hadith, ada al-khobar. Tiga-tiganya bermakna yang sama yaitu maknanya informasi. Perbedaannya nanti akan kelihatan kepada tekanannya. Jadi kita mulai misalnya dari kata al-khobar. Al-khobar adalah jenis informasi yang sifatnya biasa.
Jadi ini informasi secara umum. Informasi secara umum. Any information, apa saja.
Ini apa saja. Apa saja informasi sebenarnya disebut dengan khobar. Tetapi biasa dipakai untuk...
jenis informasi sehari-hari. Ini seperti informasi yang terjadi daily atau sehari-hari. Yang pertama. Yang kedua, al-hadith.
Al-hadith ini satu akar kata dengan kata al-hudus. Al-hudus berarti sesuatu yang baru. Hadithah, sesuatu yang baru. Jadi, kenapa hadith itu... Karena itu dia merasa sebagai sesuatu yang baru Disebut dengan hadithah Dari kata al-hudud Hadith berarti informasi yang baru Atau biasanya kita kenal dengan istilah breaking news Atau hot news Informasi yang masih baru Jadi tekanannya pada sesuatu yang baru kalau hadith Maksudnya begini Kalau kita mendapat informasi itu Seakan-akan dia merupakan sesuatu yang baru buat kita Namanya hadith, breaking news.
Yang terakhir namanya annaba. Annaba itu informasi yang besar, jadi informasi yang cirinya besar, penting, dan berkaitan dengan hidup kita, dan berkaitan dengan diri kita, diri kita masing-masing. Ada informasi yang penting, besar, tapi tidak berkaitan dengan diri kita.
Jadi poinnya kalau Annabak adalah informasi dia besar, informasi yang sangat penting, dan berkaitan dengan diri kita masing-masing. Jadi bukan tentang orang lain, tetapi tentu tentang diri kita masing-masing. Dan informasi ini amat sangat penting.
Orang yang membawa Annabak disebut dengan Annabi. Jadi Nabi Muhammad, Nabi Musa, Nabi Harun, dan seterusnya. Jadi Nabi, karena itu Nabi adalah orang yang membawa Annaba. Berita yang besar.
Nanti Al-Quran menggunakan surah ini dengan nama surah Annaba. Kalau secara umum, maka Annaba adalah tentang informasi. Biasanya diterjemahkan dengan macam-macam.
Kalau di barat misalnya diterjemahkan dengan the tiding, informasi yang sangat penting. Atau dengan... huge information, atau informasi yang sangat penting. Kita tidak tahu informasi yang sangat besar, important informasi. Kita tidak, apa namanya, untuk menunjukkan informasi ini amat sangat penting.
Amat sangat penting. Dan relevan buat kita. Karena itu seorang nabi selalu memberikan informasi yang bersifat An-Nabak, yang bersifat penting.
Dan, kenapa Nabi kok juga memberikan hadis? Karena itu seperti sesuatu yang baru buat kita. Ada hukum, pembicaraan Nabi, karena itu disebut dengan hadis.
Hadis sebenarnya ucapan makna dasarnya. Hadis itu, sesuatu yang terucap. Dan yang menarik, memang dalam istilah kemudian disebut dengan hadis.
Jadi Nabi, perannya disebut dengan An-Nabi, dan... karena dia memberitakan nabak. Jadi mudahnya berarti nabak informasi yang tentu saja tidak berasal dari Nabi Muhammad SAW, tapi yang beliau dapatkan dari Allah SWT.
Surat ini dikenal dengan nama Surah An-Nabak. Oke, sekarang kita lihat peta pemetaannya dalam surat ini. Ada lima bagian besar, main mapnya ya, peta konsepnya.
Ada lima, satu tentang... pertanyaan tentang hari kiamat, mempertanyakan hari kiamat. Jadi nanti mereka saling berselisih tentang apa itu hari kiamat, kapan itu hari kiamat, dan seterusnya.
Yang kedua, nanti tentang kehidupan di dunia ini yang Allah bahasakan dengan cara berpasang-pasangan. Kemudian akan dibahas tentang Yaumul Kiamah itu sendiri setelah dia ditanyakan. Terus nanti dibicarakan tentang surga dan neraka.
Dan terakhir dibicarakan tentang kehinaan di hari kiamat. Jadi yang pertama pertanyaan tentang hari kiamat, mereka bertanya saja bukan bertanya untuk mencari kebenaran, bukan bertanya untuk mencari pengetahuan, tapi bertanya untuk mengolok-olok. Karena sebenarnya nada dari pertanyaan orang-orang Quras itu bukan ditujukan untuk mendapatkan jawaban atau untuk memuaskan akal mereka karena mereka tidak tahu. Tapi pertanyaan itu ditujukan untuk menghina Rasulullah SAW, mengecilkan Rasulullah SAW dan informasi yang dibawanya.
Karena itu lihat urutannya, karena mereka mempertanyakan bukan untuk mendapatkan informasi atau ilmu, Maka yang dia dapatkan justru kehinaan di Yawmul Qiyamah, di Yawmul Qiyamah, di hari Qiyamah. Padahal mestinya bertanya itu sesuatu yang baik, karena pintu pengetahuan kata Rasulullah SAW adalah bertanya. Mestinya kalau bertanya mendapatkan kebaikan, tapi lihat mereka bertanya tentang hari Qiyamah, dapatnya nanti di hari Qiyamah dapat apa? Dapat kehinaan di hari Qiyamah.
Diawali dari pertanyaan, diakhiri dengan kehinaan. Kenapa? Karena mereka sebenarnya tidak mencari jawaban atas pertanyaan tersebut.
Justru mereka menentang. Kenapa mereka begitu itu? Karena mereka fokusnya pada kehidupan dunia, lupa sama akhirat, maka nanti Allah menjelaskan hakikat Yaumul Qiyamah itu, terutama pada dua keadaan, surga dan raka. Itulah peta konsep dari surah An-Nabat. Kira-kira begitu.
Oke, mari kita lihat. Surah yang pertama, yaitu ayat yang pertama, yaitu ayat Amma yata sa'alut. Oke, saya sebagian besar mengambil dari tafsirnya Imam Al-Mawaradi, An-Nugat wa-Lawyun, yang saya pakai untuk memudahkan kita, karena surah ini memberikan summary terhadap berbagai pendapat di kalangan para ulama. Sebenarnya bisa kita pakai yang lain ya.
tinggal nanti kita pilih kalau untuk penguatan, tinggal misalnya ini satu kita kasih contoh, misalnya dengan mudahnya, misalnya kalau kita pakai Imam Qurtubi, maka kita akan dapatkan berbagai riwayat. Kenapa saya tidak pilih ini? Karena kita tujukan untuk memudahkan. Karena An-Nukat Walau Yun telah merekam apa namanya, semuanya.
Dari berbagai pendapat yang ada di kalangan para ulama tafsir. Oke, kita mulai dari ayat yang pertama, kita ambil background-nya dulu. Kalau kita baca di sini, salah satu background-nya adalah karena ada pertanyaan Orang-orang Yahudi bertanya kepada Rasulullah SAW dalam banyak perkara. فَأَخْبَرُوا اللَّهُ جَلَّ سَنَاء ُ بِاخْتِلَافِهِمْ سُمَّ هَدَّدَهُمْ فَقَوْلَ كَلَّا سَيَعْلَمُونَ Mereka bertanya tentang urusan yang banyak, termasuk urusan apa Al-Quran, termasuk apa itu Nabi, termasuk Yaumul Qiyamah, dan segala macamnya.
Padahal mereka itu bertanya bukan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, tapi untuk ikhtilaf. Untuk poro padung itu hanya sekedar debat saja. Karena itu kemudian Allah me...
meng-discourage mereka dengan menyatakan kalla saya'lamun, summa kalla saya'lamun. Oke, itu background-nya. Sekarang kita lihat ya.
Ayat ini dimulai dari kata amma yata sa'alun. Amma yata sa'alun. Oke.
Sebelum ke sana, karena ada bismillah, saya ingin ngawali dari bismillah ini dulu ya, sebagai pengantar, sebelum kita masuk ke amma yata sa'alun. Dalam bahasa Arab ada dikenal dengan istilah namanya jumlah. Jumlah itu untuk mudahnya adalah kita kenal dengan kalimat kalau dalam bahasa Indonesia. Jumlah itu dibagi menjadi dua.
Ada yang disebut dengan kalimat verbial istilahnya kalau dalam bahasa Indonesia. Atau kalimat. Nominal, yang menggunakan kata benda. Kalau dalam bahasa Arab disebut jumlah fi'liyah dan jumlah ismiyah.
Oke, jadi ini rumus dulu, kita mudahkan dulu ya. Jadi ada dua model di dalam kalimat yang ada di dalam bahasa Arab atau di dalam bahasa Indonesia atau dalam bahasa apapun. Biasanya terdiri dari dua pola ini, kalau tidak fi'liya, ismiya. Polanya adalah ada subjek, ya kalau dalam jumlah fi'liya, plus ada kata kerjanya, ada predikat, Terus biasanya ada objeknya. Maka jika terdiri dari SPO, maka ini disebut dengan kalimat yang utuh.
Kalimat yang utuh atau kalimat sempurna. Atau dalam bahasa Arab disebut dengan jumlah. Tetapi jika ada kalimat yang tidak ada SPO-nya, tidak lengkap, kalau tidak lengkap, kalau tidak lengkap, disebut dengan sipul jumlah. Sipul. Jumlah.
Nampaknya seperti jumlah, tapi sebenarnya dia tidak merupakan kalimat yang utuh. Bukan kalimat yang utuh. Bukan kalimat utuh. Sekarang kita perhatikan kata Bismillah. Kata Bismillah itu sebenarnya kalau kita terjemahkan adalah dengan nama Allah yang maha pengasih, lagi maha penyayang.
Saya kasih contoh misalnya. Saya pergi ke pasar dengan mobil baru dan bagus. Perhatikan kata dengan mobil baru dan bagus.
Dengan mobil baru dan bagus ini, kalau kita perhatikan, dia fungsinya sama dengan kata Bismillahirrahmanirrahim. Karena B-nya itu dengan Bismillah dengan nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Persis dengan dengan mobil baru dan bagus. Kalimat semacam ini, Bismillahirrahmanirrahim, tidak bisa disebut dengan jumlah. Kenapa?
Karena dia tidak terdiri dari SBO atau dia juga bukan ismiyah. Bukan kalimat yang terdiri dari kata benda seperti masjid itu besar. Ya, nggak ada muktadak khobarnya. Maka Bismillah itu adalah sibhul jumlah.
Dia bukan kalimat yang utuh, karena dengan mobil baru dan bagus. Nah sekarang rumusnya yang harus kita fahami, ini yang menarik untuk kita pikirkan. Kalau kita ketemu dengan sipul jumlah, maka rumusnya harus sipul jumlah, kita harus menambahi.
Menambahinya boleh di depan atau boleh di belakang. Jadi, boleh begini, sibhul jumlah, terus ditambahi apa belakangnya. Sekarang kalau kita balik di sini, maka kalimatnya menjadi titik-titik, baru ditambah dengan Bismillah. Bismillahirrahmanirrahim.
Bismillahirrahmanirrahim misalnya ya. Oke, sama juga di sini. Ini maka berarti, maknanya berarti bismillah dulu, bismillah, ya saya singkatkan, terus ditambah kalimat yang baru. Kalimatnya apa?
Itu cara kita memahaminya. Jadi, prinsip pertama yang harus kita fikirkan adalah, begitu kita mendapati sibul jumlah, di fikiran kita ini harus muncul kalimat yang melengkapi. Karena kalau saya tiba-tiba menyatakan dengan mobil baru dan bagus, nggak akan bisa difahami.
Kenapa memang dengan mobil baru dan bagus? Kalimat itu akan lengkap kalau kita datangkan kalimat di depannya atau di belakangnya. Misalnya, saya pergi ke pasar dengan mobil baru dan bagus.
Oh, jadi paham kita. Atau kita letakkan di belakang, dengan mobil baru dan bagus, saya pergi ke pasar. Maka sebenarnya otak kita ini kalau membaca Bismillahirrahmanirrahim harus ditambahi kata di depan atau di belakang. Meskipun tidak harus kita munculkan, karena itu sudah harus masuk di dalam fikiran kita sendiri.
Setiap orang membaca Bismillahirrahmanirrahim. Nah, para ulama kemudian mengajarkan kepada kita apa sebenarnya kalau kita mau mengeluarkan kata misalnya di depannya. Maka salah satu modelnya adalah kita menyatakan misalnya, tergantung perbuatan kita. Kalau kita mau membaca Quran, berarti saya membaca Quran dengan nama Allah yang mempengasih lagi maaf penyayang. Kalau saya mau makan, saya membaca Bismillah berarti saya mau makan, saya makan dengan nama Allah yang mempengasih lagi maaf penyayang.
Kalau saya mengawali majlis ini dengan kalimat Bismillahirrahmanirrahim, berarti lengkapnya sesungguhnya adalah saya memulai mengaji ini dengan Nama Allah yang mengasih lagi maha penyayang. Nah, menariknya kalau kita mikir sebuah karya atau sebuah buku, orang itu membuat yang disebut dengan satu kalimat utuh itu, yang diakhiri dengan titik, yang mestinya tidak boleh sibur jumlah. Kan gitu, kalau seorang menulis, kita menulis skripsi dulu, kita menulis apapun, kalimat. Kalau ada titik, berarti kalimatnya sempurna.
Tidak mungkin orang menulis kalimat dengan mobil baru dan bagus, titik. Nah, boleh. Karena dia belum sempurna. Menariknya Al-Quranul Karim, Bismillahirrahmanirrahim itu satu ayat utuh. Kalau kita pilih pendapat Imam Syafiei.
Karena dia satu ayat yang utuh, berakhir dengan titik, raksu ayah, yaitu ayat pertama. Bismillahirrahmanirrahim, titik. Nah, yang menarik, kenapa Allah membuat sibul jumlah, sesuatu yang sebenarnya kalimat tidak lengkap, nah, Dipaksa seperti kalimat lengkap.
Karena sudah diakhiri dengan titik. Menjadi satu ayat. Ini ada maunya.
Karena maunya itu apa saja perbuatan yang kita lakukan. Kita lakukan dengan nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Sehingga gerakan orang muslim itu, apa saja yang dia lakukan, sepanjang lesannya nanti mengucapkan, Bismillahirrahmanirrahim.
Artinya berarti, dia melakukannya dengan nama Allah SWT. Dia bergerak ke kanan, dia bergerak ke kiri, dia masuk, dia kemanapun saja lah. Dia membeli, dia bekerja, dia tidur, dia bangun, dia mau sholat, dia apapun saja.
Begitu dari lesannya terucap, Bismillahirrahmanirrahim. Artinya apa? Kesadaran yang harus hadir di dalam fikirannya.
Saya melakukan ini karena Allah SWT. Dan karena masing-masing orang itu berbeda-beda yang dilakukan, itulah hikmahnya oleh Allah dibuang. Tidak menjadi kalimat sempurna.
Karena sama-sama kita membaca Bismillah, boleh jadi misalnya, saya Bismillah karena saya mengawali kajian. Jenengan Bismillah karena jenengan ingin mendapatkan pengetahuan misalnya. Dan macam-macam setiap orang. Bahkan pencuri juga membaca Bismillah. Masya Allah kalau kita pikirkan itu.
Jadi itu yang pertama yang harus ada di pikiran kita. Setiap kita membaca Bismillahirrahmanirrahim, apa yang harus hadir? Saya melakukan ini dengan nama Allah. Nah sekarang, apa yang dimaksud dengan dengan itu?
Kata b-nya. B-nya itu artinya dengan. Dengan ini, kata para ulama disebut dengan Lililsok. Lililsok.
Lililsok itu nempel terus. Atau mudahnya lilmusohabah. Lilmusohabah. Dinemanin terus, bersama terus.
Maksudnya gini, kalau Pak As'ari misalnya sebagai pimpinan, terus memerintahkan kepada anak buahnya, misalnya tolong kerjakan jalan ini sepanjang 1 meter. Dan Pak Asari ada di situ, melihat. Kira-kira pertanyaan saya, bagaimana pegawainya melakukan pekerjaan itu?
Dia melakukan pekerjaan yang baik. Kenapa? Karena dimandori.
Ada persamaan di sana, ada ilsoq, ada musohabah di sana. Maka orang akan bekerja dengan sebaik mungkin. Kenapa?
Saya ada CCTV, saya diamati, saya dan segala macamnya. Itu maksudnya B-nya itu di situ. Maka mestinya setiap kita ini membaca Bismillah, Apa yang harus hadir dalam perasaan kita?
Yang pertama, kesadaran bahwa saya melakukan pekerjaan ini dengan nama Allah. Yang kedua, kesadaran bahwa saya dipantau oleh Allah. Saya terus dimandori oleh Allah.
Ada CCTV-nya yang merekam semua pekerjaan saya. Nah sekarang bayangkan, kalau semua orang yang melakukan perbuatan baik, dan dia menyadari perbuatan itu, dia lakukan dipantau oleh Allah. Ada musuh habah. Ada ilsa bersama-sama, pertanyaan saya, bagaimana kualitas pekerjaan itu?
Pasti kualitasnya akan menjadi baik, karena orang menjadi sadar dia disertai oleh Allah SWT. Dia dilihat oleh Allah SWT. Kalau orang menyatakan waktu sholat diawali dengan kalimat Bismillahirrahmanirrahim, dan dia sadar, saya sholat dengan namamu ya Allah. Maka dia merasa dilihat oleh Allah, dipantau oleh Allah, bagaimana kualitas sholat yang dilakukan. Tentu seperti pegawai yang dimandori oleh Pak Asari tadi.
Dia tidak akan seenaknya. Tapi begitu Pak Asari misalnya pergi, apa kata bagiannya? Ada nyantai dulu, nyantai dulu, rek.
Bos sudah onok, rek. Begitu masalahnya. Nah, sekarang mari kita renungkan.
Setiap kita membaca Bismillah, adakah kesadaran bahwa kita ini dilihat oleh Allah SWT, ditemani oleh Allah SWT, dilihat oleh Allah SWT? Itu yang harus kita fikirkan setiap kita membaca Bismillah. Kenapa? Karena kita sering melupakan fungsi dari bi itu.
Bismillah. Fungsi dari bi. Padahal itu fungsinya adalah untuk apa?
Untuk menyadarkan kita. Kita ini sedang dilihat oleh Allah. Dibersamai oleh Allah SWT. Waktu seorang calon suami menyatakan, Bismillahirrahmanirrahim.
Qabil tunikah. Maka berarti dia sadar, pernikahan saya akan dilihat oleh Allah. Karena itu Rasulullah SAW menyatakan, Kullu dhibalin. semua perbuatan yang baik.
La yubda'bi bismillah. Yang tidak diawali dengan bismillah. Fahuwa abtar.
Maka dia terputus. Tidak akan ada pahalanya nanti di sisi Allah. Kenapa? Karena dia tidak menyamakan dengan Allah. Karena dia tidak musohaba dengan Allah SWT.
Itu fungsi kenapa dibikin sibhul jumlah. Yang pertama. Yang kedua sekarang. Kalau kita letakkan di akhir, Jadi caranya, yang kedua, cara menggunakan 10 jumlah itu, pertama diletakkan pertama kalimatnya, atau diletakkan di akhir. Sekarang kalau dengan nama Allah, yang Maha Pengasih lagi mencayang, saya sholat.
Dengan nama Allah, yang Maha Pengasih lagi mencayang, saya sholat. Hai eh menikah dengan nama Allah misalnya yang mempengaruhi langsung tayang saya bekerja apa fungsinya fungsinya dia menjadi kalau yang disini fungsinya Lilil Sok Musa haba disini Lil Roya Lil Roya Lil Roya itu menjadi golnya menjadi tujuannya menjadi destinasi nya Jadi kalau ditanya, ngapain kamu sholat? Karena untuk Allah.
Goyahnya untuk Allah. Karena kalimatnya menyatakan, dengan nama Allah saya sholat. Maksudnya, ada kesadaran bahwa saya sholat ini untuk Allah. Saya bekerja untuk Allah, karena Allah.
Saya menikah karena Allah. Saya makan karena Allah. Saya tidur karena Allah.
Itu maksudnya lilgaya. Jadi, setiap orang menyatakan lilghaya, itu fungsinya menyadari bahwa tujuan dari semua amal yang saya lakukan adalah takoruban untuk semakin dekat kepada Allah SWT. Takoruban lillah, ini fungsinya.
Jadi, Allah menjadi the real goal kita. Jadi kalau menarik nanti, mestinya setiap orang yang menyadari kalimat Bismillahirrahmanirrahim. Jadi kalau ditanyain, kenapa kamu kuliah? Tujuan saya adalah karena saya ingin mendekat kepada Allah SWT agar semakin tambah ilmu dan saya makin memahami Allah, makin ma'rifah kepada Allah, makin baik saya dengan Allah Al-Alim.
Yang lain-lain menjadi sekender. Kenapa kamu menikah? Takorru ban lillah. Kenapa kamu sholat?
Takorru ban lillah. Kenapa kamu belanja? Takorru ban lillah. Kenapa kamu masak untuk suamimu?
Takorru ban lillah. Kenapa? Karena dia mengawali pekerjaannya dengan kalimat Bismillah.
Dan dia sadar gayahnya. Ya, gayahnya sekarang. Tujuannya adalah Allah.
Ini seperti persis kalimat yang dipakai oleh adik-adik kita di TK. Allahu gayatuna. Gayatuna.
Allah is our goal. Ya, Allah is our end. Tujuannya Allah is...
is our goal, tujuan kita. Allah is our end. Tidak ada yang lain.
Tujuan akhirnya kita sayang Allah. Saya memang mencari rizki. Tujuannya dapat uang.
Tapi kalau saya sudah dapat uang, tujuannya ngapain? Semuanya nanti tujuannya adalah untuk meraih ridhonya Allah SWT. Itu sebagai pengantar sedikitnya kalimat Bismillahirrahmanirrahim.
InsyaAllah. Nanti setelah anas, mungkin kita akan mengkaji Bismillahirrahmanirrahim sampai waladzolin dengan bahasan yang lebih di titik beratkan ke aspek kebahasaan sehingga kita bisa menikmati saat kita membaca al-fatihah di dalam sholat kita. Oke, sekarang kita masuk ke bahasan pertama dari surat An-Naba. Dari surat An-Naba.
Amma iya tasa'alun. Oke. Bismillahirrahmanirrahim. Kata amma yata sa'alun, amma itu berasal dari, disini tidak ada ini, oke, sebentar ya. Dari amma, ini dari dua kata, dari kata an, artinya dari, an dan ma.
An plus ma. An itu dari, ma itu apakah. Ma untuk bertanya.
Seperti masmuk, siapa namamu? Apa namamu, misalnya. Jadi ini kemudian dijadikan satu, menjadi amma. Amma.
Persis seperti min dari plus ma. Kemudian menjadi mimma, misalnya. Sama persis semacam itu. Dari apa?
Mimma berarti dari apa? Amma dari, an dari apa? Amma.
An artinya juga dari sebenarnya. Agak susah kita nerjemahkan. Karena masing-masing maknanya sebenarnya mirip. An sama min.
Ama dari apakah? Ma bertanya mereka. Ada sesuatu yang mereka mau ditanyakan. Ma ini sebenarnya adalah isim mausul atau kata ganti yang menunjukkan kepada apapun saja yang tidak terbatasi.
Mau tua, mau muda, mau kecil. Mau besar, mau kecil, mau apapun saja. Kalau kita mau mengganti sesuatu yang apapun karakternya, tapi masuk semuanya, namanya ma. Nah, ini tidak dirinci, karena itu ma itu bisa meliputi apapun saja. Orang yang berakal atau tidak berakal, benda atau sesuatu yang berakal, semuanya masuk ma.
Nah, Al-Quran tidak menjelaskan di sini, kalau lihat secara kebahasaan. Amma, dari apakah. Apa-apa itu tidak ditahu di sini. Apa yang tidak dikasih tahu oleh Allah SWT.
Nah yang menarik, mestinya ma itu kalau penulisannya panjang, ma gini. Sama dengan mim, ma misalnya, jadi panjang dia. Tapi dia kecilkan untuk menunjukkan pertanyaan ini pertanyaan yang menjadi rumus sederhananya. Kalau dalam bahasa Arab itu, kalau ada huruf yang dibuang, seperti ma jadi alifnya dibuang, amma jadi pendek, tidak panjang bacanya, bukan amma, bukan begitu. Tapi, amanya jadi pendek Sesuatu yang dibuang itu Salah satu fungsinya adalah Untuk menunjukkan apa?
Menunjukkan urgency Urgency, apa bahasa Indonesia Urgency Sesuatu yang urgent Sesuatu yang sangat penting Sesuatu yang urgent lah Pokoknya urgency Sesuatu yang sangat penting, namanya urgency Seperti kata Robi ditulis menjadi Robi Untuk menunjukkan sesuatu yang sangat penting Ya Allah, Ya Rabb Sama dengan Amma Mereka ini bertanya sesuatu yang sangat penting sebenarnya Tetapi yang menarik mereka Yatasa'alun Yatasa'alun Ini kalimat yang dari kata tasa'ala Karena ada taknya menunjukkan reciprocity Ketersalingan Jadi ada dua pihak A sama B Yang saling bertanya satu sama lain Namanya Yatasa'alun Bukan satu aktif, satu pasif. Tapi dua-duanya aktif. Ya Allah, ya Tuhan.
Kalau ada dua pihak yang saling aktif bertanya satu sama lain, namanya ya tasa'alun. Karena mereka saling aktif. Saling aktif. Itu fungsinya kalimat tasa'ala, tafa'ala.
Karena fungsinya untuk menunjukkan apa? Ketersalingan. Jadi ini terjadi apa? Berarti terjadi debat antara mereka.
Pertanyaannya sekarang, kalau kita lihat secara kebahasaan, satu, masalahnya tidak dijelaskan oleh Al-Quran, yang pertama, di ayat pertama ini. Yang kedua, siapanya juga tidak dijelaskan. Soboh seluruh yang saling ini.
Ini yang menarik. Dari mana kemudian kita mengetahui itulah fungsi Asbabun Nuzul. Itulah fungsi riwayat. Karena tidak bisa kita ini kalau tidak kembali kepada il-ulumul Quran. Hanya memahami teks, tidak bisa kita faham akan Al-Quranul Karim.
Karena itu kita penting melihat tafsir, melihat asbab nuzul, melihat dan setengah macamnya. Tidak mungkin kita bisa faham, kecuali dengan kembali ke sana. Al-Quran kemudian menyatakan, أَمَّا يَتَسَأَلُونَ أَنِ النَّبَاءِ الْعَظِيمِ Sekarang diperinci, ma-nya sekarang diperinci, ma-yang awalnya, anything. Ya, segala sesuatu, ma itu, ama dari sesuatu yang mereka perselisikan.
Ini kan umum, nggak tertentu. Oleh Allah sekarang diperinci, oke. Anin nabain al-adhim. Ma-nya itu adalah apa sih yang diselisikan itu? An dari an-nabak.
Tadi ya, berarti informasi yang sangat penting dan relevan buat kita, ditambah lagi nabak itu sebenarnya sudah mengindikasikan apa? Informasi yang penting, yang besar. Tapi lihat, Allah kasih adjektif, kata-kata sifat, Al-Azim. Azim, sesuatu yang agung, sesuatu yang berat, sesuatu yang besar.
Azim itu dari kata Azm. Ya, Azm. Azm itu artinya tulang.
Ya, Izam. Ya, jamaknya Izam. Izam artinya tulang. Salah satu sifat Allah adalah Al-Azim. Al-Azim.
Kenapa? Karena kalau kita lihat tubuh kita ini, bagian dari tubuh kita yang paling keras, yang paling kokoh, apa namanya? Tulang.
Nah, dari situ diambil kata Azim untuk menunjukkan apa? Kekokohan, keteguhan itu namanya. Sesuatu yang besar, yang kokoh, yang agung.
Dari situ diambil kata Azim. Apalagi kalau bentuknya alzim, itu untuk menunjukkan sesuatu yang bersifat terus menerus. Terus menerus.
Jadi misalnya alzim, agungnya itu terus menerus, tidak mengecil. Ada banyak berita yang dulu menjadi berita besar, tapi sekarang sudah berita yang kecil. Misalnya kita bicara apalah, siapalah, semua dulu menjadi berita besar, sekarang sudah menjadi berita yang kecil.
Corona sekarang berita besar. Tapi nanti mungkin, Kalau sudah ditemukan vaksinnya, tidak jadi berita besar lagi. Ini ada informasi, ada nabak yang terus-menerus azim. Yang akan besar.
Terus, ini menarik ya. Ada informasi yang besar, yang besarnya itu tidak pernah mengecil. Ya besar terus.
Kapanpun kita membicarakan tentang kiamat, maka kita akan begidik. Kita, wuuuh, ini bukan main-main. Itu amat, ya tasa'alut.
Yakni, di sini... An'ayyi shay'in, dari sesuatu yang mana? Yata sa'alul musyrikun.
Orang-orang musyrik saling bertanya satu sama lain. Jadi sekarang kalau kita dari An-Nugat wa-L'Uyun, kita menjadi tahu sekarang, siapa yang saling membicarakan satu sama lain adalah musyrikun. Tetapi Ustaz, tadi kan kita melihat bahwa mereka bertanya kepada Nabi Muhammad.
Karena itu nanti... simpulnya, yang bertanya ini ada dua pendapat. Satu, terjadi debat antara orang mu'min dengan orang musyrik atau orang kafir, jadi, ada nggak hari kiamat itu?
Wah, ya, wah. Jadi, antara orang mu'min dengan orang beriman dengan orang yang tidak beriman, yang pertama. Yang kedua, yang nyatasa alun itu, yang saling bertanya, sesama di antara mereka, sama-sama orang kafir, saling bertanya satu sama lain.
Ya, ini pendapat yang pertama, misalnya, adalah di kalangan orang musyri. Kenapa? Karena orang Quraish, ketika diutus Rasulullah SAW menjadi nabi, mereka saling tujadil, saling mujadalah.
Saling, oh soiku nabi. Dan mah justru mereka apa? Jadi berkelahi satu sama lain terhadap siapa yang, wah itu memang nabi.
Wah soiku nabi, apa itu? Dan seterusnya lah. Itu yang terjadi.
Itu yang disebut dengan Apa namanya Sekarang kita lihat perbedaan di kalangan para ulama Tentang apa yang disebut dengan nabak al-azim Yang sampai kepada kita riwayatnya Ada empat Apa itu disebut dengan nabak al-azim Yang pertama menurut mujahid Adalah Al-Quran Jadi siapa mujahid itu? Mujahid itu muridnya Ibn Abbas Jadi Ibn Abbas dapat dari mana? Dari Rasulullah SAW Ya Jadi urut-urutannya begitu. Yang pertama mereka mempertanyakan apa ini?
Mempertanyakan Al-Quran. Kalau menurut Ibn Zaid yang ditanyakan adalah Yaumul Qiyamah. Kalau menurut Qotadah yang ditanyain adalah Al-Ba'tu Ba'dal Maut. Kebangkitan setelah kita mati. Yang terakhir adalah tentang seluruh urusan yang dibawa oleh Rasulullah SAW.
Inilah susahnya kalau kita membaca riwayat-riwayat yang ada. Sehingga kadang-kadang, waduh ini gimana Ustaz, yang benar yang mana? Nah sekarang kita kembali ke Quran.
Caranya yang terbaik, tafsir terbaik itu adalah tafsir Quran bil-Quran. Baru kemudian tafsir Quran bil- berriwayah, ada enggak hadis dari nabi ada enggak dari para sahabat ada enggak dari para tabi'in, begitu caranya sampai terakhir nanti dengan ro'yu kita tentu saja tetap bersandar kepada kebahasan yang benar dan seterusnya, ulumul Quran yang tepat kalau kita perhatikan urutannya dan seterusnya amaiatasa'alun alinabayladhim alladzimuqtalfun dan seterusnya kallasya'lamun apalagi terus berbicara yaumul qiyamah maka bisa kelihatan pendapat yang paling kuat itu sesungguhnya adalah berkenaan dengan yaumul qiyamah yaumul qiyamah kebangkitan dari mati seluruh perkara Nabi sebenarnya enggak ada salahnya semuanya ini juga merujuk kepada yaumul qiyamah bukankah di Quran bicara tentang yaumul qiyamah Bukankah kebangkitan dari kematian itu adalah awal dari Yaumul Qiyamah? Bukankah urusan-urusan yang dibawa Nabi itu juga urusannya adalah Yaumul Qiyamah?
Oke, kita lanjutkan dulu. Alladhi hum fihi muhtalifun. Yang mereka itu, yaitu orang-orang musyrik, fihi di dalam urusan tersebut, di dalam ma, di dalam tentang Yaumul Qiyamah itu, muhtalifun. Mereka saling berbeda pendapat, satu sama lain. Gak iso kiamat itu begini, gak iso kiamat itu begini.
Perhatikan ini menarik ya. Mukhtalifun, ini isim fail. Mukhtalif, itu isim fail. Jadi untuk mudahnya itu begini.
Ismul fail, isim fail, al-fail. Ini juga mengandung makna terus-menerus. Karena mengandung makna tetap.
Sama kayak gini, kalau dalam bahasa Inggris misalnya, untuk saya mudahkan ya, misalnya singer. Singer itu penyanyi. Saya bedakan misalnya dengan I am singing. Misalnya, saya menyanyi. Bedanya adalah, kalau yang di kalimat kedua ini, saya menyanyi tidak terus-menerus.
Tidak terus-menerus. Kenapa? Karena saya menggunakan kata kerja.
Singing-nya kata kerja. Tapi kalau menjadi kata benda, singer, menjadi isim fail, maka dia mengandung makna terus-menerus. Mengandung makna terus-menerus, tetap. Tetap aja. Sekarang kembalikan lagi ke mukhtalifun.
Kata Allah SWT, orang-orang kafir itu terhadap yaumul kiyamah, mereka akan terus-menerus berselisih. Mukhtalifun. Sampai kapan?
Sampai yaumul kiyamah. Yang menarik ya, sekarang kita lihat buktinya Al-Quranul Karim. Kita lihat buktinya Al-Quranul Karim.
Sampai detik hari ini, ternyata di kalangan orang-orang yang menyaksikan tentang Yaumul Qiyamah, sampai detik hari ini juga, mereka masih meragukan bagaimana Yaumul Qiyamah itu, nanti kayak apa dia itu. Sampai detik hari ini, sampai detik hari ini, ya Allah ya. Di kalangan apapun. Misalnya ya di kalangan ilmuwan, di kalangan ilmuwan, di kalangan fisika misalnya, saya lupa tahun 2000 atau tahun berapa dulu, ada perkumpulan fisikawan di seluruh dunia, di Kanada, itu tidak bisa bersepakat tentang bagaimana akhir dari dunia ini. Ada yang menyatakan pertama dengan big crunch.
Jadi nanti seperti pelembungan yang mengkret, ilang udara, terus... Nyiih, dari kecil, hancur dunia. Satu pendapat lagi, enggak. Nanti matahari itu akan panasnya tidak terkontrol. Sehingga planet-planet yang ada di dekatnya juga akan terbakar.
Dan akibatnya tidak ada kesimbangan, rusaklah seluruh alam semesta. Itu yang disebut dengan Yomul Kiyamah. Macem-macem perbedaan di kalangan para ilmuwan di barat. Hanya untuk menyatakan apakah ada... Kiamat atau tidak, akan bahkan yang menyatakan enggak, dunia ini punya cara untuk atau planet bumi ini punya cara untuk meremajakan dirinya sendiri.
Jadi dia adalah sistem yang tidak bisa hancur, terus saja begitu, merusak membenahi diri lagi. Bagaimana cara menainya? Dengan perubahan musim, dengan landslide, dengan gempa bumi, dan seterusnya.
Itu cara bumi untuk menata ulang. Sehingga bumi tidak akan pernah hancur. Macem-macem. Sadaqallahul azim. Ya, baik di kalangan ilmuwan, di kalangan para ateis, di kalangan orang yang kufur kepada Allah.
Sampai detik hari ini mereka masih berdebat tentang apakah dunia ini akan hancur atau tidak. Apakah akan ada the doom day. Hari kehancuran itu dan Masya Allah.
Benarlah Al-Quran yang menyatakan الذي هم فيه مختار. Muchtalifun. Muchtalifun.
Hua al-ba'thu. Misalnya, kalau di sini yang dimaksudkan dengan fiyah adalah al-ba'thu, kebangkitan. Oke. Sekarang, seperti yang saya jelaskan tadi ya, siapa yang berselisih itu, satu pendapat adalah orang-orang musyrik. Mereka ada yang membenarkan, percaya dengan Yaumul Qiyamah, ada yang tidak percaya dengan Yaumul Qiyamah.
Karena itu mereka saling berbeda pendapat, saling... ikhtilaf. Yang kedua, antara orang muslim dengan orang musyrik. Orang muslim membenarkan, sementara orang musyrik mendustakan yaumul qiyamah.
Jadi ada dua pendapatan. Allah kemudian mengingatkan, menarik kalimatnya, kalla saya alamu. Kalla itu dipakai begini. Kalla itu, kalau ada orang meyakini sesuatu, atau apalah, sangking yakinnya, terus kita bilang, nahur ya kan itu.
Salah itu. Kabeh. Semua orang mengenai salah kabeh.
Itu bahasa Arabnya kalla, not at all. Kalau kita mau men-stop, jadi kalla itu sebenarnya bukan biasa. Kalla itu dipakai untuk orang mikir sakar PDW.
Misalnya ada orang di depan saya ngomong, wah Pak Yahya iku anu nge-ne-me, misalnya cerita tentang Win Malang lah. Ada orang depan saya, Win Malang itu gini-gini, padahal saya ini adalah dosen Win Malang. Yang dibicarakan oleh dia ngawur, gak karu-karuan. Terus saya ngomong, hey stop! ngomong ngobay kan itu, salah kabar itu kal lah, gitu maksudnya dari situlah kita memahami ayat pertama dan kedua amma yata sa'alun anin naba'il alim itu bukan sebuah pernyataan atau pertanyaan yang ditujukan untuk kebenaran satu, lihat konteksnya, orang hanya berdebat menang-menangan...
Satu merasa tidak ada kiamat, satu menyata kiamat. Tapi semuanya ini bukan ditujukan untuk mencari pembenaran, tapi sekedar untuk saling menang-menangan satu sama lain. Menang-menang satu-satu, satu sama lain. Kalla saya alamu. Allah kemudian menghardik dengan kalimat, Kalla saya alamu.
Sama sekali tidak semacam itu. Kamu itu, hakikatnya tidak begitu, ngapain dia? Allah tidak menjawabnya dengan langsung.
Kenapa? Karena dia bukan hendak mencari jawaban. Inilah bedanya dengan kita. Kita ini kalau dalam satu majlis ada orang bertanya, macam-macam orang bertanya itu.
Ada yang untuk menguji Ustadz, ada yang untuk mencari jawaban atas masalah, ada macam-macam, beda-beda tiap orang. Tapi misalnya, Ustadz tidak tahu hatinya orang itu. Makanya setiap pertanyaan ditanya saja, dijawab saja.
Allah SWT menciptakan kita. Allah tahu apa sebenarnya yang ada di benaknya orang itu. Karena itu lihat, Allah tidak menjawab, justru menyatakan, Ngapain kamu itu?
Problem kamu itu bukan pada pengetahuan, bukan pada otakmu. Problemnya adalah pada hatimu. Yang kamu sebenarnya nggak percaya kepada Allah, nggak percaya kepada hari akhir, nggak percaya kepada Nabi Muhammad.
Sehingga ketika Nabi Muhammad Muhammad memberitakan berita tentang Yaumul Akhir, bicara tentang Yaumul Kiamah, mereka itu mendiskusikannya. Padahal apa masalah utamanya? Masalahnya adalah kamu tidak percaya bahwa Nabi Muhammad seorang Nabi yang mendapatkan informasi itu dari Allah SWT.
Itu masalahnya. Karena itu Allah tidak menjawab justru dengan kalimat kalla. Kalla, saya alamu. Sama sekali tidak seperti yang kau bayangkan. Salah kamu itu.
Saya'lamun. Allah menyatakan, lihat. Saya'lamun. Ya'lamun itu kamu akan tahu.
Nggak lama lagi. Ya'lamun, kamu akan tahu. Ditambah lagi dengan sin. Untuk menunjukkan makin cepat. Ya'lamun ini sudah fi'il mudhore.
Sudah untuk menunjukkan present tense. Masa yang akan datang. Sebentar lagi kamu akan tahu.
Kamu ngapain sesuatu yang nyata, ini bicara tentang masa depan, kehidupanmu sendiri, karena kematian itu nggak bisa kamu tolak, kematian sudah pasti. Dan Allah menyatakan bahwa, ya'lamun, untuk apa kamu mempertanyakan semua itu, padahal kamu akan mengetahui itu. Kalau kamu sudah mati, kamu akan tahu. Dan Allah menyatakan kehidupan dunia itu sangat singkat.
Dari mana? Dari tambahan huruf sin di sini. Karena untuk menunjukkan sebentar lagi.
Jadi orang menggunakan tambahan huruf sin atau sawfa di depan fi'il mudhore. Jadi saya rumus lagi ya. Jadi kalau ada fi'il mudhore, fi'il mudhore, kalau ada fi'il mudhore, Terus dilekati di depannya, fi'il mut'orah itu, ada huruf sin, atau sawfa.
Ini fungsinya adalah untuk makin menunjukkan dekatnya kejadian tersebut. Kejadian. Jadi begitu. Misalnya kalau saya mau menyatakan, saya mau makan.
Ini kan belum tertentu kapan satu jam lagi, dua jam lagi, tiga jam lagi. Karena menggunakan apa? Menggunakan vel mutore, saya mau makan. Tetapi kalau saya tambahi, saya mau makannya itu, yakulunya itu, ditambahi akulunya itu, ditambahi sin, misalnya ya, ditambahi sin atau ditambahi, misalnya kata, dia berkata, atau dia akan pergi.
Misalnya huwa yadhabu. Dia akan pergi kapan? Minggu depan? Bulan depan?
Nggak, cepet-cepet, sebentar lagi aja. Paling 5 menit, paling 10 menit, paling 30 menit misalnya. Itu ditambahin dengan sin, sayad habu. Atau saufayad habu, begitu. Sekarang Allah menyatakan, kamu akan tahu.
Maksudnya, tahu kalau kamu nanti mati, kamu dibangkitkan, setelah itu nanti kamu akan menghadap ke maksyar, kamu akan tahu apa yang kamu perselisikan dulu. Dan Allah membandingkan hidupmu di dunia itu pendek banget. Karena itu Allah menggunakan tambahan sin untuk nunjukin sebentar lagi.
Soon you will know. Soon. Sebentar aja. Kamu akan tahu.
Dan diulang lagi oleh Allah. Sesuatu kalimat yang diulang itu menunjukkan apa? Penguatan. Kon ya teman-teman ya. Mari ini rurukon.
Tite nono ya. Mari ini rurukon. Sampai ada di TikTok itu ya. Ini sebenarnya semua ini logika bahasa sebenarnya. Bahasa apapun.
Kalau ada kalimat yang diulang, itu menunjukkan penekanan, karena sesuatu yang penting. Kayak Kartolo ngomong, Angel, Angel, diulang lagi, Angel, Angel, Angel temen tuturanmu, katanya. Misalnya ya, kenapa demikian, pengulangan itu untuk menunjukkan penguatan. Sekarang kalimatnya, Kalla saya'lamun, Fumma kalla saya'lamun, Masya'Allah. Satu, stop.
Kamu bantah-bantah, ngapain? Tidak ada gunanya bantah dengan Yaumul Kiyamah. Karena tidak ada gunanya mempersilahkan apakah Yaumul Kiyamah akan 50 tahun lagi atau 25 tahun lagi.
Apakah memang ini, tahun ini akan terjadi atau kapan. Tidak ada gunanya membicarakan itu semuanya. Kita ini pentingnya untuk ngimanin dan setelah itu berbuat apa untuk Yaumul Kiyamah kita itu. Apa perbuatanmu? Ngapain juga mendiskusikan?
Nggak ada untungnya buat kita. Mau terjadi 50 tahun kek, mau 30 tahun kek. Bukan urusan kita.
Innama la'ilmu indallah. Itu perintahnya Al-Quran. Kalau ada pertanyaan tentang Yaumul Qiyamah, Muhammad, apa jawabannya di Surat Al-Mulq? Qul innama la'ilmu indallah.
Wa innama ana nazirun mubin. Beritahu bahwa ilmu tentang Yaumul Qiyamah itu milihnya Allah SWT. Tugas kita berkaitan dengan Yaumul Qiyamah hanyalah kita iman. Pasti ada Yaumul Qiyamah.
Urusan kapannya bukan urusan saya. Ngeri membayangkan Yaumul Qiyamah. Tapi enggak usahlah terlalu mikirin kapan.
Waduh, sampai dipikirin benar kapannya, tanggal berapa. Oh ini kayaknya awannya sudah. Itu urusan Allah. Urusan Allah. Tugas kita adalah beramal soleh.
Masya Allah, sampai sekarang macam-macam ya. Sampai di Malang kapan hari diisukan. Sebenarnya enggak juga.
Tapi... Karena diperkirakan misalnya dari tanda-tanda kiamat besar itu, yang pertama adalah ad-dukhan, atau peteng, kepetengan, karena ada dukhan, ada awan gelap. Diperkirakan waktu Ramadan kemarin itu, wah ini adalah dukhan.
Sehingga banyak orang pergi ke satu pondok yang menyatakan bahwa mengantisipasi dukhan, sehingga mereka... Bawa beras berkintal-kintal Karena mau dekat kiamat Dan mereka mau hidup mengungsi disitu Bukan begitu caranya Itu yang tidak diajarkan oleh Rasulullah Dan diajarkan oleh para sahabat Bukan begitu poinnya Poinnya adalah apa amal soleh yang kita lakukan Bahkan dalam hadis nyatakan Kalau di genggamanmu Ada satu biji kurma Dan besok mau yaumul kiamat Tanam kata Rasulullah SAW Suruh tetap menanam. Kenapa?
Karena dengan menanam kita mendapatkan pahala. Pahala amal soleh. Yaitu menanam. Itu poinnya.
Jangan pusingkanlah dengan urusan yaumul kiamat. Tugas kita ini adalah beramal. Kan itu Allah menyatakan problemmu bukan problem pengetahuan. Problemmu adalah problem kesadaran yang melahirkan amal.
Kan itu Allah menyatakan, Kalla saya'lamun. Thumma kalla saya'lamun. Sakit diulang lagi.
Kallanya diulang dua kali. Ditambih kata thumma lagi. Dikasih saya'lamun lagi.
Masya Allah. Untuk membuat apa? Tidak ada gunanya ngomong seperti itu. Kalla saya'lamuna maya nalugu minal azab yawmul qiyamah.
Kata para ulama yang pertama. No, no, no. Tidak sama sekali. Sebentar lagi kamu akan tahu apa yang akan kamu peroleh dari azabnya Allah di yawmul qiyamah. Kalla saya'lamun maya nalugu minal azab yawmul qiyamah.
Nanti sebentar lagi kamu akan dapatkan apa yang kamu dapatkan dari azab Allah di nerakanya Jahannam. Masya Allah, kata Allah SWT. Bahkan yang kedua maknanya, Saya alamun, hei orang-orang kafir, kamu akan tahu apa yang kamu akan peroleh dari azabnya Allah di neraka.
Sementara bagi mu'min, kamu juga akan tahu tak lama lagi. Balasan pahala yang diberikan Allah di surganya, menurut Imam Al-Tuhak. Jadi kalau kita singkatkan Ini bagian pertama dari surah An-Nabak Yang kita kaji Yaitu berkenaan dengan Questioning the Judgment Day Pertanyaan di kalangan mereka Tentang Yawmul Qiyamah Jadi sekarang poin-poinnya untuk kita Diskusikan, yang pertama People being Orang-orang meragukan Tidak yakin, mempertanyakan Tentang Yawmul Qiyamah Kalimatnya Feeling-nya atau nadanya di dalam Al-Quranul Karim, yang amma yata sa'alun itu, itu seperti kalau orang dalam bahasa Inggris atau dalam bahasa Inggris seriusly? Ya, kayak gitu. Ada orang bernyata, eh nanti Anul, misalnya saya bilang, eh nanti Indonesia mau jadi kerajaan.
Terus orang itu nggak percaya, nggak yakin, terus mempertanyakan dengan, kalau orang Barat menyatakan seriusly? Are you for real? Kon sing bener dah, ngomong sing bener dah, temenan dah. Lah itulah, temenan dah. Lah itu nadanya begitu.
Mereka ketika Rasulullah SAW mendakwai mereka dengan Yaumul Qiyamah, mereka justru menanyakan, Serius sih Muhammad? Are you for real? Ya.
Why are you so stupid? Ngapain kamu itu? Betapa bodohnya kamu dan segala macemnya.
Ngomong begitu itu, tentang hari kiamat dan segala macemnya. Itu nadanya. Oke, poin-poinnya ya.
Terus, apalagi... Allah di-nak respon... Kalla sa'alamun, diulang dua kali. Misalnya, Allah tidak merespon secara intelektual. Atau secara rasional.
Argumentasi mereka, padahal mereka sedang mendiskusikan berbantah-bantahan tentang Yaumul Qiyamah. Tapi Allah tidak membalas mereka secara rasional. Kenapa?
Karena mereka ini sarkastik, karena mereka ini kasar, karena mereka sebenarnya tidak bertanya secara rasional. Karena itu Allah juga tidak menjawab secara rasional. Ya, dia kasar dengan Nabi Muhammad, dia kasar dengan Allah SWT.
Karena itu, Quran itu bukan hanya kitab yang menyentuh akal kita, tapi Quran itu menyentuh semua diri kita, hati kita, perasaan kita. Jadi Quran itu persis seperti conversation sebenarnya kalau kita pikirkan. Nanti mereka diancam dengan tiga hal. Di dalam Al-Quranul Karim.
Kalau orang mendustakan, menghinakan. Kalau kamu tidak pernah mendengarkan Nabi Muhammad SAW. Dan seterusnya. Nanti Allah akan mengancam mereka dengan tiga. Satu, dihancurkan.
Destruction of nation. Dihancurkan nanti. Semuanya dihancurkan.
Ya negerinya dihancurkan. Sebagaimana yang terjadi pada umatnya Nabi Nuh. Umatnya Nabi Lut. Umatnya Nabi Shu'ab.
Atau nanti mereka akan diancam dengan Yawmul Kiamat. Ya hari kiamat. Dan terakhir mereka diancam dengan neraka. Dengan neraka. Ini balasan kalau kita lihat di dalam Al-Quran.
Terhadap mereka yang tidak menerima apa namanya ajaran Allah, ajaran Rasulullah SAW. Ini bagian yang pertama dari diskusi kita suruh an-nabak, yaitu karena ada lima bagian ya, sebagaimana yang di awal tadi kita diskusikan, apa namanya, ini ada lima bagian. Yang pertama, questioning the judgment day, mempertanyakan yaumul qiyamah.
Kita masih di bagian yang pertama, yaitu mempertanyakan yaumul qiyamah yang dilakukan oleh orang-orang. Kafir. Amma yata sa'alun anin naba'il a'zim alladhi hum fihi muhtarifun kalla saya'lamun thumma kalla saya'lamun.
Oke, sampai di sini saya buka pertanyaan sebelum kita lanjutkan ke bagian kedua yaitu worldly life in Pales. Saya persilahkan, mohon gue moderator. Mau nggak ada yang mau ditanyakan?
Atau ada yang mau didiskusikan? Lanjut mawan, Ustaz. Lanjut mawan?
Oke. Kita sekarang masuk ke bagian yang kedua, yaitu Alam naj'alil arda mihada wal jibala autada wa khalaqnakum azwaja wa ja'alna naumakum subata wa ja'alna layla libasa, wa ja'alna nnahara ma'asha, wa banayna fauqakum sab'an shidada, wa ja'alna sirajaw wahaja, wa anzalna minal mu'sirati ma'an sajjaja, linukhrija bihabba wa nabata, wa jannatin alfafa ila akhirihi. Nanti kita bahas dulu satu-satu, baru nanti kita ambil hikmahnya. Allah kemudian setelah menjelaskan tentang karakter atau sikap dari orang-orang Quresh terhadap dakwahnya Rasulullah SAW terutama hal yang paling mendasar yaitu al-iman bil-yaumil akhir, iman kepada hari akhir, kemudian Allah menunjukkan karena mereka itu sebenarnya bukan tidak mencari pengetahuan, problemnya adalah pada problem kesadarannya...
Karena Allah menyatakan, kamu sebentar lagi akan mengetahui. Setelah itu Allah menarik ya, setelah ditegur hatinya, ditegur emosinya, sekarang disuruh mikir. Karena itu dibawa sekarang kita untuk melihat alam semesta ini. Kenapa harapannya?
Karena harapannya orang kalau pun jadi gini, iman itu atau taubat atau kesadaran itu bisa muncul karena macam-macam. Satu, bisa muncul karena kita tegur hatinya, kita tegur emosinya. Sehingga kemudian dia bilang, ya Allah, ya aduh, sepuran, sepuran, sepuran. Iya, sampai nihiling noh aku, ya Allah, misalnya. Karena orang disentuh hatinya.
Tapi ada juga orang yang sadar setelah disentuh akalnya. Ya, dikandali cerama, hentek, ngamek, dinasehati, nggak ada manfaatnya sama sekali. Nggak masuk di otaknya. Tapi begitu dia diajak ke laut, misalnya, naik perahu, terombang ambing dia, ketakutan dia karena nggak bisa berenang, seakan-akan mau mati, tobat dia. Aduh ya Allah, tobat, tobat, tobat, misalnya.
Kadang-kadang melihat alam semesta itu justru, kadang untuk sebagian orang, membuat dia makin mengenal Allah SWT. Bisa menjadi taubat dia Masya Allah kalau kita perhatikan Ngamatin matahari, ngamatin bulan Ngamatin semuanya Karena itu semuanya bagian dari Fi'lullah Perbuatannya Allah SWT Yang kalau kita mikir sesungguhnya Alam semesta ini adalah Alamat Ini yang menarik untuk kita Fikirkan karena Jadi argumentasi kedua ini Kita akan dibawa untuk memahami lingkungan kita atau alam di mana kita hidup. Yang pertama, kenapa? Karena alam yang nanti menjadi alamin, alamin adalah jamaat dari kata alam, seringkali kita artikan dengan dunia.
Sebenarnya alam itu maknanya dua. Ada yang menyatakan dia berasal dari kata al-ilmu. Karena itu berarti alam apa?
Segala sesuatu yang berpikir, yang memiliki otak, yaitu manusia, jin, dan malaikat. Itu pendapat yang pertama. Jadi, robbul alamin artinya rob manusia, robnya jin, robnya malaikat.
Dari mana-mana ini, dari kata al-ilmu. Karena al-alamin itu berasal dari kata al-ilmu. Harus yang punya ilmu itu berarti yang berpikir, yang punya otak.
Yang punya otak itu manusia, jindan, malekat. Yang kedua, menafsari alamin itu bukan dari kata alilmu, tapi dari kata al-alamah. Alamah itu petunjuk. Petunjuk yang mengarahkan kepada penciptanya. Berarti siapa, apa saja.
Karena itu alamin disebut adalah segala sesuatu, segala makhluk ciptaan Allah subhanahu wa ta'ala, makhluknya karena itu kita sering menerjemahkan Rabbul Alamin Tuhan semesta alam semuanya, segala yang diciptakan oleh Allah, kita batu, air, hewan semuanya namanya Alamin karena itu, maka alam semesta itu adalah alamat ya, alamat seperti kalau kita kepingin tahu... Ayu Tinting, kita harus tahu alamatnya, biar tidak ada alamat palsu, kata Ayu Tinting. Sehingga itu yang akan menunjukkan kita kepada Khalid.
Alamat menunjukkan kita kepada Khalid. Itulah harapannya, kenapa kemudian kita kemudian diawali dengan diingatkan tentang untuk melihat ke alam raya. Yang pertama Allah menyatakan, alam, naja'alil ardo mihada.
Bukankah naja'al kami menjadikan al ardo mihada. Bukankah kami menjadikan bumi ini mihad. Saya lihatkan di terjemahnya di sini, nggak ada di sini ya, kita ambil yang, mohon maaf saya belum sempat bikinkan notenya, sehingga untuk agar-agar baik, biar ada yang bisa dicatat.
Misalnya kita lihat di sini, Alam Naj'alil Ardha Mihada, kata Ibnul Jawzi, makna pertama dari kata mihad adalah, adalah Firoh shan Firoh ya tempat tidur yang dilapangkan eh wabi saton lebar luasnya diluaskan oleh Allah dilebarkan oleh Allah Oke sekarang kita pikirkan yang pertama Allah menyatakan alam Najalil Ardo mihadha Oke mana ini salah saya sebentar hai hai Oke, saya kutip disini dulu untuk memudahkan. Alamna ji'alil arda mihada, ai firasan wa bisatan. Sebenarnya kalau kita pikirkan Allah mengawali di sini dengan menunjukkan nikmat yang diberikan oleh Allah SWT. Nikmat yang diberikan oleh Allah SWT.
Nikmat itu adalah berupa... Berupa hamparan bumi atau dunia, ya bumi ini yang dijadikan oleh Allah sebagai mihad. Sebenarnya mihad itu gambarannya seperti bagaimana di dalam hadis yang semua orang kita tahu ya. Tuntutlah ilmu minal mahdi ilal lahdi.
Mahdi itu kadal, jadi kalau bayi yang ditimang. nyaman, tenang, sampai dia bisa tidur itu namanya Al-Mahdi karena itu disebut dengan Uthlubul Ilma Minal Mahdi dari timangan sampai kapan? sampai dia lahat, sampai masuk ke liang lahat nah, gambaran yang dimaksudkan dengan mihada kenapa Al-Quran tidak menggunakan viroshan atau bisapa kalau virosh itu ya sama diluaskan, diratakan, bisalton, dilebarkan oleh Allah sehingga sejauh mata memandang kita hanya bisa melihat bumi itu seakan-akan flat karena itu kemanapun saja seakan-akan kita enggak takut, enggak mendiding karena seakan-akan Allah sudah jadikan dia bisalton Ya, jadi mihadan. Bahkan Al-Quran menunjukkan di sini, Quran tidak menggunakan kata firas, tapi menggunakan kata mihadan. Untuk tekanannya diratakan sekaligus seperti orang yang sedang ditimang-timang.
Nyaman kita karena Allah membuat dunia ini semacam ini, maka kemudian kita bisa nyaman hidup di dalamnya. Kenapa Allah menyatakan itu? Agar kita ini suruh mikir, siapa yang menjadikan bumi kayak gitu? Karena kalau kita tahu bumi itu bulat dengan seluruhnya, kalau orang mikir ya, Masya Allah, kita ini berada di alam semesta, yang sebenarnya tidak ada jaminan kita ini akan aman dari komet, aman dari meteor, tidak ada jaminan.
Bahkan kita tidak ada jaminan nanti bisa kena sinaran matahari yang membahayakan dan segala macam. Siapa yang ngatur itu? Siapa yang ngasih ozon? Siapa yang ngasih lapisan-lapisan atmosfer itu? terus semuanya itu kalau bukan Allah SWT kenapa?
karena buat kita sehingga ditapis semuanya itu sinar matahari yang nanti justru tidak menyehatkan buat kita buat makhluk, ditapis sehingga kita tidak mendapatkannya dan langsung, dan seterusnya ini kalau kita pikirkan siapa yang membuat sehingga kita nyaman tinggal diatasnya, namanya mihadah Namanya mihadah. Allah nunjukin nikmat dulu yang ada di atas. Allah nunjukin yang ada di bawah, dengan nikmat yang tiap hari. Kita pijak tanahnya, tapi kita bisa nyaman, berada di dalamnya. Bahkan kalau di surat al-Mulk, kita bisa seperti, gambarannya seperti orang yang sedang naik kendaraan, tapi kita tidak merasakan bahwa kendaraan kita sedang bergerak.
Karena hakikatnya bumi itu bergerak. Ya, tapi, Kita tidak merasakan seperti kita berada di dalam mobil. وَالَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ ذَلُولَ Kata Al-Quran Al-Karim.
فَمْشُوْ فِي مَنَا كِبِهَا وَكُلُومِ رِزْكِهِ وَإِلَيْهِ النُّسُورِ Yang kedua kita diingatkan dengan nikmat Allah yang lain. Berupa apa? Allah bikin gunung.
وَالْجِبَالَ Dan gunung-gunung. وَالْجِبَالَ Sebagai paku, bumi. Agar buminya itu bergerak semut. Seperti gasing kalau dia berputar. Kalau tidak di situ, dia bisa mencelat dari orbitnya.
Bumi juga berputar dia. Tapi Allah kasih jibal sebagai autad. Sebagai padek sehingga jalannya menjadi semut dan segala macam itu. Li'al ladhamidah, agar dia sabat, agar dia tidak berubah, agar dia konstan.
Siapa yang bikin itu Allah SWT? Setelah dijelasin tempat tinggal kita yang sudah secara singkat Allah tunjukin diatur bumi itu, semuanya, suhunya, dan segala macam. Pelajar itu yang lebih detail.
Karena kalimat yang dipakai oleh Al-Quran dengan menggunakan kata mihada semuanya luas itu cakupannya. Bagaimana bumi itu menjadi tempat yang nyaman sehingga untuk didiami. Itu namanya mihada. Seperti seorang bayi yang ada dalam dekapan tangan Ibunya, itu disebut dengan mihada.
Sehingga kita harus mikir mulai ozonnya, mulai mataharinya, mulai udaranya, mulai semuanya. Buah-buahannya. Kita ini geleng-geleng kalau mikirin. Untuk negeri kayak begini, buah-buahannya jenis ini.
Untuk negeri tropis, buah-buahannya gini. Karena itu sudah disesuaikan semuanya. Kulitnya untuk negeri tropis begini, untuk negeri tropis kayak begini. Semuanya sudah dalam. Rencana Allah, mudabir, tadbirnya Allah SWT.
Itu sebut dengan mihadat. Setelah itu kita diingatkan dengan gunung-gunung yang digunakan agar bumi ini berjalan dengan baik. Setelah itu Allah ingatin ke dalam diri kita. Jadi diurut ya, setelah dari bumi, tempat kita tinggalnya, gunung yang dekat, baru Allah menyatakan, wa kholakunakum.
Dan kami ciptakan kalian semuanya, azwajan, in pairs. Ya, berpasang-pasangan. Berpasang-pasangan.
Ya, ada laki-lakinya, ada perempuannya, ada hitam, ada putih, dan segala macamnya. Dan bahkan kalau kita pikirkan semua makhluk itu, Masya Allah, ada pasangannya. Wa kholaknakum pas, ada pairingnya. Masya Allah, kalau kita pikirkan itu bagian dari kesempurnaan perbuatannya Allah SWT.
Kreasinya Allah SWT. Itu disebut dengan wa kholaknakum azwajah. Allah mengingatkan lagi dengan kenikmatan yang lainnya diberikan oleh Allah yang seringkali kita tidak syukuri. Padahal kalau kita punya penyakit ini, tidak bisa tidur, entah karena panic attack. Orang sekarang, orang modern, macam-macam penyakitnya.
Ada orang yang kena panic attack, tidak bisa tidur. Semacam insomania nanti, tidur-tidur susah. Sehari bisa cuma dapat satu jam tidur, ada yang cuma dapat 15 menit, tidak tentu. Masya Allah kalau kita pikirkan.
Dan dia baru menyadari bahwa tidur itu karunia. Tidur itu karunia dari Allah SWT. Waja'alna dan kami jadikan naumakum tidur kalian subahatan. Subatan dari kata Sabtu, artinya Al-Qudu, putus.
Dulu kenapa disebut dengan hari Sabtu? Karena orang Yahudi itu dulu bekerja ngurusin dunia Senin sampai Jum'ah. Begitu hari Sabtu, mereka berhenti. Mereka berhenti, nggak beraktivitas. Karena itu diambil kata Sabt.
Hari Sabtu, karena hari ketika nggak ada aktivitas. Diem, dan segala macamnya. Nggak melakukan aktivitas. keduniawian karena itu adalah hari-hari Tuhan dan dari situ diambil kata subata dan kami jadikan tidurmu itu subata maksudnya ada kegiatan Kenapa karena kita tidur semuanya di dan tapi kita tetap hidup siapa yang bikin itu tidur Allah SWT Allah sebagai apa rohatun liabdanikum sebagai istirahat buat badan-badan kalian yang sebagaimana yang ada di tempat yang lain misalnya wajah annal Di surat Al-Furqan misalnya ya. Setelah itu Allah mengingatkan kita setelah tidur malamnya.
وَجَعَلْنَا اللَّيْلَ لِبَاسًا Dan kita jadikan malam itu sebagai libas. Seperti selimut. Malam menyelimuti kita. Oke.
Sampai di sini misalnya kita lihat. Now, that what we make is weak compared to what he made Allah. Describe mountain, night, the way he described cloud.
Ya. Be used to compare with something we do. Allah sekarang menggunakan menjelaskan gunung, menjelaskan malam, dan seterusnya itu, dan cara dia mendeskripsikan tersebut, mulai gunung dan segala macam itu, gunanya untuk apa?
Dikompar dengan diri kita. Dibandingkan dengan diri kita. Misalnya ayat yang pertama tadi, ayat yang keberapa tadi, 6 tadi, Allah menyatakan, bukankah kami membuat gunung itu seperti bed? Seperti tempat tidur.
Dan yang menarik, sekarang yang menarik, kita melihat bahwa we also make bed. Semua makhluk kita, manusia, juga membuat tempat tidur. Sekarang compare lah bagaimana Allah bikin tempat tidur buat kita, dan makhluk bikin tempat tidur yang dia... Dia gunakan, Dada ya Allah, hebatnya Allah SWT mengatur kita dan segala macamnya itu dengan seluruhnya. Itu akarnya membuat kita tercengang mendapati nikmat yang diberikan oleh Allah berupa dunia ini, sehingga kita bisa tidur di atasnya.
Bahkan kalau kita pikirkan, sehebat-hebatnya lah. Apa lah. Mobil yang paling sehalus pun, kalau kita berada di atasnya, kita masih merasa bahwa kita sedang dalam perjalanan, tapi tidak pada bumi ini.
Itu menariknya Allah kalau membuat bed, dibanding dengan manusia membuat bed. Mihad artinya adalah cradle for baby, kalau bayi sedang ditimang-timang. Terus, ayat ketujuhnya bicara tentang Allah membuat gunung, sebagai...
audat sebagai paku bumi sebagai paku paku bumi kita juga bikin kalau kita bikin kalau kita berkemah kita juga bikin paku-paku itu agar rumah kita kemah kita itu tidak kena angin, kena segala macam. Sekarang coba bayangkan bagaimana Allah membuat paku atau membuat gunung ini sebagai paku dari kehidupan dunia kita ini sehingga kita bisa tetap merasa nyaman, dilindungi, ada kanopi di atas meskipun kita enggak tahu, langit itu melindungi kita dari marah bahaya dan segala macamnya, dari bawah dan segala macamnya, semuanya. Allah memberikan nikmatnya.
kepada kita manusia. Untuk menjadi apa? Untuk mengingatkan kita.
Akan seluruh nikmat yang diberikan oleh Allah SWT. Kenapa tidur disebut subatah, terputus? Karena sebenarnya ketika orang tidur, itu mereka terputus.
Terputus dari kerjanya, terputus dari bisnisnya, dan segala macam. Itu apa namanya? Wajah ala naumah.
subahata wajahana laylah libahasa, dan Allah jadikan malammu itu sebagai clothing, sebagai selimut sebagai pakaiannya, Masya Allah sebagai pakaiannya, kenapa? mari kita lihat sedikit misalnya Allah menyatakan we cover our body, but we cover kita menutupi baju kita, kita menutupi tubuh kita, tapi Allah menutupi malamnya semua yang ditutupi, Masya Allah itu wajahannya layla libasa wajahannya layla libasa baru ayat ke sebelas, Allah menyatakan dati wajahannya nahara ma'asha, dan siang yang digunakan untuk demi waktu siang, ya wanah haram waktu siang yang Allah jadikan untuk apa? untuk ma'asa untuk kita mencari livelihood mencari ma'isya mencari pekerjaan, mencari duit dan seterusnya kita sampai ayat ke sebelas dulu atau ke sepuluh dulu sisanya di pertemuan ke depan, nah sekarang saya nambahin satu, kenapa kok setelah bahasa Kalau kita pikirkan ya, jadi ayat 1-5, ayat 1-5 itu kan berkenaan dengan mentalitas buruk orang kafir, yang hanya bertanya saja, hanya tanya atau debat kusir saja, debat kusir tentang hari kiamat.
Maka Allah menegur mereka dengan teguran yang mengingatkan mereka bahwa bukan itu pentingnya. Kalla sawfa ta'lamun. Nah sekarang ayat berikutnya ini kalau ini disentuh hatinya, yang disentuh hati dan emosinya dengan kalimat kalla saya alamun.
Saya alamun. Kemudian di ayat berikutnya ini Allah menyentuh. Kesadaran akal kita.
dan logika kita. Karena itu Allah ingatkan dengan sesuatu yang bisa kita fikirkan. Allah menyatakan tadi, Allah yang menjadikan Ardo, Mihada. Jadi ada beberapa ni'mat yang diingatkan sama kita.
Mihada, Autada, Autada, jadikan bumi ini lempeng, jadikan bumi ini rata, sehingga kita bisa dengan ni'mat terima. traveling di muka bumi ini ya bahkan kita bisa tidur dengan nyaman dan segala macemnya seperti anak kecil wajah anal arduh mihada waljibala utada habis itu Allah menyatakan kamu juga sendiri kamu saya ciptakan berpasang pasangan ada laki ada perempuan dan seterusnya untuk semua kenikmatanmu azwajab harus yaitu wajah annan Allah menyatakan Layla libasah ya wajah anal Layla libasah jadi mihada utada Dan seterusnya untuk mengingatkan kita akan nikmat dari Allah SWT Jadi sampai disini dulu Masih tentang apa namanya Kehidupan dunia masih belum selesai, tapi kalau kita perhatikan dari mihada, ke autada, ke azwaja, ke subata, ke libasa, ini semuanya menunjukkan apa? Menunjukkan kebaikannya Allah kepada kita. Menunjukkan kebaikan.
Kebaikan Allah. Atau biasanya nanti disebut dengan positive reinforcement. Empowering atau... Hai positive empowerment empowerment Oke ini caranya kita ini kalau ada orang nakal ya cara pertama untuk nasihati adalah ingatkan kebaikan yang pernah kita lakukan Jadi misalnya kita punya anak yang nakal, atau istri yang nakal, atau tetangga yang nakal, atau siapapun saja lah.
Cara yang paling mudah pertama kali untuk meningkatkan kesadaran mereka adalah ingatkan akan kebaikan yang pernah dilakukan kepada dia. Kalau orang itu ingat, sadar, biasanya dia nanti akan cepat dia, ya, aku bisa ngomong padahal sampai ambien, ini, ini, ini, itu maksudnya. Orang itu akan cepat tersadar begitu dia menyadari bahwa ada sekian kebaikan yang diberikan kepada orang tersebut. Sehingga kecenderungan orang, kalau dia dibaikin, insya Allah dia tidak akan membalas dengan cara yang sama.
Dia akan balas dengan kebaikan. Orang tidak percaya dengan Allah, orang tidak percaya dengan agama Islam, tidak percaya kepada Nabi Isa AS misalnya. Dan seterusnya, karena mereka tidak percaya semuanya itu, Allah kemudian mengingatkan tentang kebaikannya. Bukankah aku yang menjadikan bumi ini menjadi tempat yang nyaman untuk kamu tinggali?
Seperti seorang bayi yang ditimang-timang, kemanapun saja kamu tidak seakan-akan rata semuanya bumi. Bumi mau aku bikin nyaman, senyaman-nyamannya, sehingga meskipun engkau ada di atasnya dan sedang bergerak, kamu merasa tidak seperti bergerak, karena aku menjadikan gunung-gunung untuk menjadi pakunya. Dan kamu tidak saya jadikan sendirian. Ada makhluk yang akan melengkapi dirimu, laki-laki bertemu dengan perempuan, perempuan bertemu dengan laki-laki agar sempurna. Masing-masing saling memutuhkan satu sama lain.
Karena tujuan pernikahan bukan saling mencari kelemahan atau kekurangan dari pasangan, tapi untuk menggenapkan masing-masing kekurangan itu sehingga kemudian menjadi kesempurnaan. Itulah fungsi dari pernikahan. Dan Allah jadiin waktu istirahat, subata. Di malam hari. Kenapa?
Ini penting. Andai tidak ada malam hari, kita susah. Al-Quran bahkan menyontohkan di dalam ayatnya, dengan menyatakan apa, bagaimana pendapatmu kalau aku jadikan siang ini terus-menerus sampai Yaumul Qiyamah?
Wuh, nggak ada orang yang hidup nanti. Dan dengan pertanyaan sama, Allah menyatakan bagaimana kalau seandainya aku jadikan gelap ini terus sampai Yaumul Qiyamah? Ul-Ara'a'i-tum, kata-kata.
Bagaimana pendapatmu? Jika aku jadikan semuanya ini nanti menjadi terus nahari sarmadan ila yaumil kiamah. Kata Al-Quran Karim. Kalau saya jadikan ini menjadi siang terus, sarmadan, selama-lamanya, ya, yaumil kiamah.
Begitu juga kalau aku jadikan dia gelap terus-menerus sampai yaumil kiamah. Mayi ya'tikum a'ilaw kumilallah. Siapa yang mendatakan nanti dia mendapatkan cahaya? Masya Allah, untuk mengingatkan kita. Biasanya orang itu kalau diingatkan akan kebaikan yang diberikan kepada dirinya, dia akan mudah sadar.
Dan kemudian bersyukur, kemudian, Ya Allah, kenapa saya begitu? Padahal itu bagian dari sayangnya Allah SWT. Jadi cara untuk merubah.
Kekufuran, merubah ahlak yang buruk, merubah kejelekan. Pertama, ingatkan kebaikan. Nanti akan kita teruskan di petunan mendatang, apa saja trik-triknya. Tapi dari sini, satu poin dulu. Jadi, untuk ingat anak, ingatkan kesadaran kebaikannya.
Punya istri yang tidak mau terima kasih, nakal, ingat. Kurang ngomong, bos Yahudi, saya telah kamu gini, begini, begini. Anak juga begitu.
Sesekali dudukin anak, tunjukin usaha kerasnya orang tuanya. Yang membanting tulangnya dia, doanya dia, agar dia sadar bahwa orang tuanya itu bukan hanya untuk kebaikan dia, dia melakukan semuanya untuk kebaikan anaknya dan segala macamnya. Itu pentingnya orang menyadari tentang kebaikan.
Lah kadang kita ini karena sudah gratis, ya diberikan oleh Allah SWT tanpa kita minta. Hai ya dan seakan-akan kita enggak mensyukuri itu karena sesuai kita lahir sudah default ada matahari ada angin dan segala macamnya padahal itu bagian dari karunia Allah sementara kan itu diingatkan agar kita berubah alam naju alil arduh mihata waljibala autad dawa khalaqnakum azwaja wajah anal apa namanya subat wajah andal nahara ma'asyah ila akhirihi jalan leila wajah anal nahara ma'asyah ila Demikian mungkin yang bisa saya sharingkan Semoga kita dipastikan oleh Allah menjadi hamba-hamba yang makin hari makin baik Makin menjadi ahli Al-Quran dan kalau Al-Quran menjadi safaat buat kehidupan kita Dan di akhirat kalau amin Allahumma amin Adhanallah wa'alaikum warahmatullahi wabarakatuh Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Wa'alaikumussalam