Dalam tahapan pembelajaran sebelumnya, Bapak Ibu telah belajar tentang bagaimana kita bisa memetakan kebutuhan belajar murid yang kita lihat lewat tiga aspek, yaitu Kesiapan belajar, minat, dan profil belajar murid. Kebutuhan belajar murid ini harus selalu menjadi dasar bagi praktek diferensiasi yang kita lakukan di kelas. Nah, sekarang kita akan membahas mengenai apa saja strategi diferensiasi yang bisa kita lakukan berdasarkan tiga pemetaan kebutuhan tadi. Jadi, setelah kita mengidentifikasi kebutuhan belajar murid kita, maka kita kemudian dapat menentukan kebutuhan yang kita inginkan.
apa strategi diferensiasi yang ingin kita lakukan. Diferensiasi itu sendiri bisa kita lakukan dalam beberapa strategi. Namun, dalam modul ini kita akan fokus pada tiga strategi saja, yaitu Yang pertama, diferensiasi konten.
Dua, diferensiasi proses. Dan tiga, diferensiasi proses. produk. Sekarang, mari kita bahas satu per satu.
Sebelum kita membahas tentang diferensiasi konten, kita harus mengetahui terlebih dahulu, sebenarnya konten itu apa sih? Konten itu adalah apa yang kita ajarkan kepada murid-murid kita. Konten dapat dibedakan sebagai tanggapan terhadap tingkat kesiapan, minat, atau profil belajar murid yang berbeda, atau juga terhadap kombinasi dari kesiapan, minat, dan profil belajar murid.
Jika Bapak Ibu masih ingat, Tom Linson memberikan kita alat yang disebut Equalizer. yang dapat membantu guru mengukur readiness atau kesiapan murid. Coba kita lihat Equalizer ini. Jika memetakkan kebutuhan berdasarkan kesiapan murid, maka kita perlu menentukan jenis informasi yang harus disiapkan. Siapa yang perlu diberikan bahan-bahan belajar yang sifatnya foundational dan siap.
Apa yang akan kita berikan bahan-bahan belajar yang jenis informasinya bersifat transformatif atau transformasional. Bahan-bahan belajar yang bersifat foundational atau mendasar, misalnya dasar-dasar, fakta umum, prinsip-prinsip. Jadi, sifat dari informasi, ide-ide, atau teks yang harus diakses oleh mereka juga harus di level yang mendasar.
Sementara, di sisi lain, untuk murid yang sudah siap mempelajari materi yang lebih bersifat transformasional, maka kita harus siapkan bahan ajar yang sesuai yang memungkinkan mereka untuk mengembangkan ide-ide. Misalnya, Kita dapat memberikan mereka tantangan, research question, pertanyaan-pertanyaan pemandu yang membantu mereka mengembangkan pemahaman dan memperluas ide secara lebih dalam dan lebih jauh lagi. Kita juga dapat melihat kesiapan murid dari sisi apakah mereka sudah siap untuk belajar secara abstrak atau mereka masih perlu belajar dan berpikir secara konkret. Terima kasih. Saat belajar, murid perlu merasa familiar dengan informasi atau materi-materi penting yang sedang dipelajari sebelum dapat bergerak melihat implikasi makna atau keterhubungan antar materi.
Saat mereka masih berada dalam tahapan belajar secara konkret, maka guru perlu menyiapkan bahan-bahan belajar yang konkret. Misalnya, saat kita mengajarkan anak-anak kelas 1 SD tentang konsep nilai tersebut, maka kita bisa menyediakan manipulatif, stick es krim, multi-blocks, dan sebagainya. Sementara untuk sebagian murid lain yang mungkin sudah familiar dengan ide-ide dan konsepnya, mereka sudah bisa diberikan lewat gambar atau bahkan sudah bisa langsung mengerjakan lembar kerja.
Saat murid sudah memahami informasi secara kompleks, penting bagi mereka untuk bergerak ketingkatan yang lebih kompleks agar murid dapat melihat keterkaitan antar konsep atau gagasan. Diferensiasi konten juga bisa dilakukan berdasarkan minat murid. Misalnya, saat belajar tentang teks narasi, guru dapat menyediakan murid-muridnya berbagai teks dengan topik. tentang hal-hal yang disukai murid. Sementara itu, diferensiasi konten berdasarkan profil belajar dapat kita lakukan, misalnya, dengan memastikan bahwa murid kita dapat mengakses materi agar belajar tersebut sesuai dengan gaya belajarnya.
Sebagai contoh, murid yang memiliki gaya belajar visual mungkin akan belajar dengan lebih baik jika materinya diberikan dalam bentuk gambar. Sementara untuk mereka yang auditory, materinya dapat diberikan dalam bentuk audio. Strategi diferensiasi kedua yang bisa kita lakukan adalah diferensiasi proses. Yang dimaksud proses di sini mengacu pada bagaimana murid akan memahami atau memaknai atau memaknai Apa informasi atau materi yang dipelajari? Saat kita telah memetakkan kebutuhan belajar murid, yang kemudian harus kita pikirkan adalah bagaimana kebutuhan tersebut bisa dipenuhi.
Caranya seperti apa? apa? Proses seperti apa yang perlu disiapkan agar kita mengetahui bahwa setiap murid belajar apakah murid-murid kita akan bekerja mandiri atau dalam kelompok?
Kita perlu juga berpikir tentang seberapa banyak jumlah bantuan yang kita berikan kepada murid-murid kita. Siapa saja yang memerlukan banyak bantuan? Siapa yang cukup kita berikan bantuan dalam bentuk pertanyaan pemandu?
Dan mereka kemudian dan bisa bekerja dengan mandiri. Nah, semua hal tersebut harus dipertimbangkan sebagai bagian dari skenario pembelajaran yang kita rancang. Ada banyak cara kita dapat melakukan diferensiasi proses.
Misalnya, kita dapat menggunakan kegiatan berjenjang, di mana semua murid bekerja membangun pemahaman dan keterampilan yang sama. tetapi dilakukan dengan berbagai tingkat dukungan, tantangan, atau kompleksitas yang berbeda-beda. Kedua, kita dapat menyediakan pertanyaan pemandu atau tantangan yang perlu diselesaikan.
Selesaikan di sudut-sudut minat. Sudut-sudut minat yang kita siapkan di kelas ini akan mendorong murid untuk mengeksplorasi berbagai sub-materi yang terkait dengan topik yang sedang dipelajari yang menarik minat mereka. Misalnya, saat mempelajari jenis-jenis karangan, kita bisa minta murid membuat karangan yang terkait dengan minat mereka. Jika mereka memiliki minat dalam bidang olahraga.
Mereka boleh duduk di sudut olahraga di mana di sana mereka akan diberikan berbagai pertanyaan yang terkait dengan olahraga. Beberapa pertanyaan pemandu kemudian dapat kita berikan sesuai dengan level kemampuan mereka. Yang ketiga, membuat agenda individual untuk murid. Misalnya, guru dapat membuat daftar tugas yang berisi pekerjaan umum, untuk seluruh kelas, serta daftar pekerjaan yang terkait dengan kebutuhan individual murid.
Jika murid telah selesai mengerjakan pekerjaan umum, maka mereka dapat melihat agenda individual dan mengerjakan pekerjaan yang dibuat khusus untuk mereka. Empat, memvariasikan lama waktu yang murid dapat ambil untuk menyelesaikan tugas untuk memberikan dukungan tambahan bagi murid. murid-murid yang kesulitan, atau sebaliknya, mendorong murid yang cepat untuk mengejar topik secara lebih mendalam. Contoh selanjutnya, misalnya, mengembangkan kegiatan bervariasi yang mengakomodasi beragam gaya belajar, visual, auditory, dan kinesthetik. Contoh selanjutnya, menggunakan pengelompokan yang fleksibel, yang sesuai dengan kesiapan, kemampuan, dan kemampuan.
kemampuan, dan minat. Nah, tadi kita telah berbicara mengenai diferensiasi konten dan diferensiasi proses. Sekarang, mari kita bahas strategi diferensiasi yang ketiga, yaitu diferensiasi produk. Ketika kita bicara tentang diferensiasi produk, maka kita akan memikirkan tentang tagihan apa yang kita harapkan dari murid. Produk ini adalah hasil pekerjaan atau unjuk kerjaan.
yang harus ditunjukkan oleh murid kepada kita. Produk adalah sesuatu yang tangible, yang ada wujudnya. Bisa berbentuk arangan, atau tulisan, atau hasil tes, atau pertunjukan, atau presentasi, atau pidato, rekaman, diagram, dan sebagainya. Yang paling penting, produk tersebut.
Produk ini harus mencerminkan pemahaman murid dan berhubungan dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan. Kita dapat melakukan diferensiasi produk dengan berbagai cara, namun sama seperti jenis-jenis diferensiasi lang lainnya, Maka kembali lagi, kita perlu mempertimbangkan kebutuhan belajar murid kita terlebih dahulu sebelum menentukan penugasan produk ini. Penugasan produk harus membantu murid baik secara individu, atau dalam kelompok, memikirkan kembali, menggunakan, dan memperluas apa yang telah mereka pelajari selama periode waktu tertentu.
Satu unit, satu semester. atau bahkan satu tahun. Produk penting bukan hanya karena mereka mewakili pemahaman dan aplikasi dalam bentuk yang luas, tetapi juga karena mereka adalah elemen kurikulum yang paling langsung dapat dimiliki oleh murid. Pada dasarnya, mendiferensiasi produk meliputi dua hal. Yang pertama, memberikan tantangan dan keragaman atau variasi.
Yang kedua, memberikan murid pilihan bagaimana mereka dapat mengekspresikan pembelajaran yang diinginkan. Sangat penting bagi guru untuk menentukan apa sebenarnya ekspektasi yang diharapkan dari murid. Kualitas pekerjaan seperti apa yang diinginkan? Konten apa yang harus ada dalam produk mereka? Bagaimana mereka harus mengerjakannya?
Dan apa sifat dari produk akhir yang diharapkan? tersebut. Walaupun murid dapat memberikan informasi tambahan atau membantu guru memodifikasi prasyarat dari produk yang harus dihasilkan murid, agar dapat sesuai dengan kesiapan minat. dan kebutuhan belajar individu, namun gurulah yang tetap harus mengetahui dan mengkomunikasikan indikator kualitas yang diharapkan dari produk tersebut. Demikianlah penjelasan tiga strategi pembelajaran berdiferensiasi.
Kami berharap Bapak Ibu Calon Guru Penggerak mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana menerapkan pembelajaran berdiferensiasi.