Halo semuanya, selamat datang kembali lagi pada seri video Network Fundamental. Pada video ini kita akan membahas tentang Classless Inter-Domain Routing, yang mana ini merupakan lanjutan dari video sebelumnya. Pada video sebelumnya kita telah membahas beberapa hal diantaranya seperti apa itu IP address, perbedaan IP versi 4 dan versi 6, kemudian perbedaan IP public dan IP private, serta IP khusus. dan kita juga telah mempelajari Classful Addressing.
Pada video ini kita akan fokus membahas tentang Classless Inter-Domain Routing atau CIDR. Sebelum saya lanjutkan pada materi, saya akan sedikit berikan review tentang apa yang sudah kita pelajari pada video sebelumnya. Pada video sebelumnya kita telah mempelajari tentang Classful Addressing, yang mana kita ketahui bahwa IP address diklasifikasikan menjadi 3 kelas IP, yaitu kelas A, B, dan C. Pada masing-masing kelas juga memiliki range IP yang telah ditentukan pada oktet pertamanya. Pada kelas full addressing juga terdapat default subnet mask yang disesuaikan berdasarkan kelas IP-nya.
Jadi ini gambaran kurang lebih mengenai kelas full addressing yang dibahas pada video sebelumnya. Selanjutnya, apa permasalahan yang akan muncul jika kita menggunakan kelas full addressing? Sebagai gambaran, saya berikan contoh topologi sederhana yang mana di sini ada 3 buah komputer dengan masing-masing IP di network yang sama.
Pada IP kelas C, kita bisa lihat satu bloknya itu terdiri dari 254 host, yang mana jika kita kaitkan dengan topologi berikut, ini akan menyebabkan terlalu banyak sisa IP yang tidak digunakan. Bisa kita lihat, satu blok IP kelas C ini memiliki 254 host, sedangkan yang digunakan hanya 3 host saja. Pastinya akan banyak sisa IP yang tidak digunakan. Lalu bagaimana solusi untuk masalah ini? Kita akan coba menggunakan teknik subnetting, di mana ini merupakan sebuah cara yang digunakan untuk memecah satu blok IP ke bagian yang lebih kecil.
Perlu kalian ketahui bahwa teknik ini berbeda dengan klasifikasi kelas A, B, dan C, dan pastinya akan jauh lebih efisien untuk menghemat penggunaan IP address. Di sini saya berikan contoh sederhana yang mana saya memiliki IP yang memiliki subnet mask Sebagai contoh gambarannya, satu blok IP kelas C memiliki 256 IP atau sekitar 254 host yang bisa digunakan. Itu sangat banyak sekali. Jika kita lakukan subnetting, bentuknya kurang lebih akan seperti ini.
Jadi dari satu blok network yang besar akan dipecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Lalu apa saja manfaat yang bisa kita dapatkan dengan melakukan subnetting? Salah satunya adalah mengurangi traffic broadcast di mana satu jaringan yang besar tanpa dilakukan subnetting pasti akan memiliki traffic broadcast yang besar juga dan pastinya akan memberikan efek lambat pada jaringan tersebut. Kemudian, hal yang kedua adalah memudahkan administrator dalam melakukan pengelolaan jaringan. Pastinya kita akan lebih mudah mengelola jaringan yang besar jika kita kelompokkan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil.
Selain itu, penggunaan IP juga akan jauh lebih efisien karena dialokasikan sesuai dengan penggunaannya. Dan pastinya lebih aman karena traffic broadcastnya akan jauh lebih kecil dari sebelumnya. Selanjutnya bagaimana cara untuk melakukan subnetting.
Untuk melakukan subnetting kita menggunakan konsep CIDR atau Classless Inter-Domain Routing. Pemahaman ini mungkin akan sangat berbeda dengan apa yang saya jelaskan mengenai konsep Classful Addressing. Di mana pada Classful Addressing, IP address akan diklasifikasikan berdasarkan kelas IP-nya, yaitu kelas A, B, dan C.
Setiap kelas memiliki range IP dan default subnet yang berbeda. Untuk hal ini, CIDR tidak akan menggunakan konsep sebelumnya, melainkan di sini akan ada satu notasi baru, yang mana ini disebut sebagai prefix. Prefix ini merupakan jumlah bit 1 untuk menentukan subnet mask.
Jadi kalau saya gambarkan, bentuknya kurang lebih seperti ini, ada 24 angka 1 yang dibagi menjadi 4 bagian. Jika kita konversikan ke dalam bentuk desimal, hasilnya kurang lebih seperti ini. Jadi inilah yang kita jadikan sebagai subnet mask. Jadi kalau sebelumnya pada kelas full addressing untuk menentukan subnet mask, kita mengacu kepada kelas IP, tapi untuk classless interdomain routing atau CIDR, kita mengacu kepada prefix yang digunakan. Jadi cukup berbeda ya, semoga kalian bisa sedikit demi sedikit memahaminya.
Kita coba sekali lagi bagaimana cara menentukan subnet mask pada konsep CIDR. Nah, disini saya memiliki alamat. IP atau prefix 25. Kita ketahui bahwa IP 10 itu, jika kita menggunakan konsep classful addressing, itu merupakan IP kelas A dengan subnet mask Tapi sekali lagi, bahwa CIDR ini berbeda dengan classful addressing yang mengklasifikasikan IP berdasarkan kelas. Untuk menentukan subnet masknya, kita fokus pada CIDR.
pada nilai prefix-nya. Sebagai contoh di sini, nilai prefix-nya adalah prefix 25. Artinya, ada 25 angka 1 yang kita gunakan untuk menentukan subnet mask. Sebagai contoh seperti ini, jika kita konversikan, hasilnya akan membentuk Maka, inilah yang kita gunakan sebagai subnet mask dari IP 10.10. 1011 kurang lebih seperti itu ya semoga bisa dipahami selanjutnya saya coba tampilkan ini merupakan tabel cdr dari prefix 8 hingga prefix 30 tabel ini bisa kalian jadikan sebagai acuan untuk mempermudah perhitungan subnet mask selanjutnya kita akan fokus terlebih dahulu pada tabel cdr khususnya di prefix 24 hingga prefix 30 kalian bisa lihat pada tabel ini saya coba buatkan secara rinci, mulai dari prefix, subnet mask dalam bentuk desimal, juga subnet mask dalam bentuk binar, serta ada total IP dan total host.
Untuk mencari total host, rumusnya cukup sederhana. Kalian bisa menggunakan rumus 2 pangkat N, sedangkan untuk mencari total host, rumusnya adalah 2 pangkat N min 2. N di sini adalah jumlah bit 0 yang ada pada subnet mask. Sebagai contoh seperti ini ya, Saya coba hitung total IP untuk prefix 24. Jika kita lihat di sini, jumlah bit 0 pada subnet mask-nya ini berjumlah 8. Jadi kalau kita masukkan ke rumus 2 pangkat N, itu sama dengan 2 pangkat 8, yang hasilnya itu adalah 256. Sedangkan untuk menentukan total host-nya, sederhananya kita tinggal kurangi 2 dari total IP-nya.
Jadi 256 dikurangi 2 itu sama dengan 254. Jadi untuk menghitung prefix 25 dan 30 caranya masih sama saja tinggal kalian sesuaikan saja jumlah bit 0 yang ada pada subnet mask di masing-masing prefixnya. Jadi intinya dengan adanya tabel ini setidaknya bisa memberikan kemudahan dalam melakukan perhitungan subnet mask. Selanjutnya mari kita coba lakukan perhitungan. untuk menentukan NA, BA, dan RHA. Biasanya di dalam melakukan perhitungan CIDR, ada beberapa komponen, salah satunya seperti NA, BA, dan RHA, di mana NA atau Network Address ini merupakan IP pertama pada sebuah subnet, kemudian BA atau Broadcast Address itu merupakan IP address terakhir dalam sebuah subnet.
Kemudian ada RHA atau Range Host Address, ini merupakan rentang IP yang bisa dipasangkan pada perangkat di setiap subnetnya. Kita mulai saja di sini, saya memiliki IP atau prefix 24. Jika kita lihat, acuan kita di dalam menentukan subnet mask adalah prefix. Prefixnya itu adalah 24, yang mana jika kita lihat di sini, Angka satunya atau bit 1 di dalam subnet masknya itu berjumlah 24. Dan jika kita konversikan ke dalam bentuk desimal hasilnya adalah 255, 255, 255, 0. Jadi inilah yang kita jadikan sebagai subnet mask. Untuk menentukan NA dan BA itu bagaimana? Sebetulnya ini ada perhitungan yang cukup kompleks.
Intinya kurang lebih bentuk binar dari IP B dan bentuk binar dari subnet mask kita bandingkan menggunakan operasi N. Tapi secara sederhananya seperti ini saja. Karena di sini jika kita lihat octet pertama di IP address 192 dan octet pertama di subnet mask 255, maka secara otomatis jika kita n-kan hasilnya itu akan sama. Jadi saya asumsikan supaya mempercepat, jika kalian lihat di sini octet yang bernilai 255, aib di atasnya itu akan otomatis turun.
Nah seperti ini. Kalau kalian mau hitung pun, sebetulnya nilainya pasti akan seperti ini. Tinggal kita fokus pada oktet terakhirnya saja.
Nah, untuk menentukan oktet terakhirnya ini, kita fokus ke nilai prefix-nya. Kita coba hitung dulu, 32-24 itu sama dengan 8. Yang mana 2 pangkat 8 itu sama dengan 256. Artinya, prefix 24 ini merupakan kelipatan 256. Kita tinggal buatkan saja satu buah contoh kelipatan, di sini 0 sampai 256. Dari sini kita bisa lihat bahwa angka pertamanya itu adalah 0. Jadi NA-nya di sini adalah karena awal mulanya pasti 0. Sedangkan untuk menentukan BA, kalian tinggal lihat nilai kelipatan berikutnya berapa setelah 0. Kita lihat di sini adalah 256. Jadi BA-nya berapa? BA-nya adalah 255. Kenapa 255? Karena 256 itu adalah NA selanjutnya.
Jadi untuk menentukan BA-nya sederhananya adalah 256 kurangi 1 atau NA selanjutnya dikurangi 1. Maka di sini bisa kita lihat RHA-nya adalah sampai dengan Jadi IP yang ada di RHA inilah yang bisa dipasangkan pada perangkat atau device yang terhubung ke jaringan. Perlu kalian ketahui jika kalian mengkonfigurasi IP yang tertera di NA ataupun BA kepada sebuah perangkat, itu jelas tidak akan bisa. Mari kita coba. sekali lagi dengan kasus yang berbeda. Di sini kita lihat ada IP prefix 26. Prefix 26 itu angka satunya atau jumlah bit 0-nya itu ada 26. Dan jika kita konversikan ke dalam bentuk desimal, hasilnya sama dengan Jadi inilah yang kita jadikan sebagai subnet mask.
Sekali lagi ya, untuk menentukan subnet mask, acuannya adalah prefix. Kemudian kalian tuliskan jumlah bit 0 sebanyak prefix, dan kemudian kalian konversikan ke dalam bentuk desimal. Itulah nilai subnet mask-nya.
Untuk menentukan network address, sebelumnya saya sudah jelaskan bahwa NA dan BA ini merupakan hasil perbandingan antara IP address dan subnet mask yang sudah dikonversi ke dalam bentuk binar. Tapi secara sederhana, kalian cukup lihat octet IP yang bernilai subnet masknya 255. Sebagai contoh di sini, IP jika kalian lihat ke bawah, subnet masknya 255. Jika kondisinya seperti itu, itu otomatis IP-nya pasti akan turun ke bawah. Untuk hal ini kita akan fokus pada oktet terakhir untuk menentukan NA dan BA-nya. Bagaimana menentukan NA dan BA-nya? Kita fokus lagi kepada nilai prefix-nya.
Di sini kalau kita lihat 32 dikurangi 26 itu sama dengan 6, yang artinya 2 pangkat 6 sama dengan 64. Nah jadi artinya prefix 26 itu memiliki kelipatan 64. Jadi di sini kita tinggal buat saja kelipatan 64. Satu rentang IP itu dari 0 sampai 256. Dan jika kalian lihat di sini, kita buat menjadi kelipatan 64. Jadi 0 sampai 64 itu masuk blok subnet pertama. 64 sampai 28 itu blok subnet kedua. 128 sampai 192 itu blok subnet ketiga dan seterusnya.
Jadi kalau kalian sudah punya gambaran seperti ini, akan jauh lebih mudah lagi. Sekarang kita tinggal fokus ke angka 30-nya. Jika kita lihat di sini, angka 30 ini ada di antara angka 0 sampai 64. Maka sudah bisa dipastikan bahwa ini berada di blok subnet pertama.
Maka demikian, jika kita lihat, NA-nya itu adalah 0 dan BA-nya itu adalah 63. Kenapa 63? Enggak 64. Sekali lagi, setiap nilai kelipatan yang ada di sini itu sudah otomatis menjadi NA. Jadi dalam hal ini...
IP BA-nya itu adalah 63, karena 64 itu menjadi NA untuk blok subnet kedua atau selanjutnya. Seperti itu ya. Bisa kita simpulkan di sini, RHA-nya itu adalah sampai dengan 100.62. Untuk menentukan RHA sendiri itu cukup mudah Jadi kalian tinggal lihat NA-nya itu berapa Misalkan disini Itu tinggal ditambah 1 saja Kemudian untuk broadcast address-nya atau BA-nya itu tinggal dikurangi saja Jadi 62 Maka RHA-nya seperti tertera yang ada di layar Jadi untuk hal ini memang perlu banyak latihan yang harus kalian lakukan. Intinya, kalian bisa memahami cara melakukan perhitungan khususnya untuk subnetting menggunakan teknik CIDR.
Sebetulnya untuk melakukan perhitungan ini banyak sekali tools. Salah satunya adalah IP Calculator, kalian nanti bisa cari. Tapi pada dasarnya kalian memiliki pemahaman, kemampuan untuk melakukan proses perhitungan IP. Jadi kurang lebih seperti itulah gambaran serta materi yang bisa saya sampaikan pada video kali ini. Semoga ini bisa membantu kalian dalam mempelajari jaringan komputer.
Itu saja yang bisa saya sampaikan pada video ini. Terima kasih sekian. Sampai bertemu di video selanjutnya.