Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillahirrahmanirrahim. Kita bisa berjumpa lagi kali ini di video Mata Kuliah Filsafat Ilmu Komunikasi. Saudara-saudara yang budiman, saya akan menjelaskan materi yang sudah saya tulis di dalam buku ini. Untuk bisa lebih jelas, Dengan disertai contoh-contoh yang lebih detil, saya berharap para mahasiswa bisa membaca materi-materi yang sudah saya tulis di dalam buku ini.
Saudara-saudara, hari ini saya membahas objek ilmu dalam berbagai literatur, seperti T. Lianggi dalam buku Milsafat Ilmu, juga ada Endra Swara. Kemudian juga Jujun Surya Sumantri dalam buku Filosofat Ilmu, dijelaskan bahwa semua ilmu itu punya objek ilmu, yaitu objek yang dikaji, dibahas oleh ilmu tersebut.
Objek material merupakan pokok bahasa, objek material merupakan pokok bahasa, atau bidang bahasan, atau dalam bahasa Inggrisnya subject. Ada dua setidaknya berdasarkan objek material ini, yakni ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial. Ada yang juga membagi ilmu agama sebagai subjek material atau objek material. Ilmu alam adalah ilmu yang pokok bahasanya tentang alam bumi dan sekitarnya.
Ada contoh seperti fisika, biologi, matematika, geofisika, geologi, dan sebagainya. Ilmu sosial adalah ilmu yang subjek meternya atau pokok bahasan atau objek materialnya adalah interaksi sosial manusia sehari-hari. Ditulang Ilmu sosial ini berkumpul ilmu psikologi, ilmu hukum, ilmu komunikasi, ilmu politik, ilmu pemerintahan, dan sebagainya.
Nah, saudara-saudara, tentu apa yang membedakan antara ilmu-ilmu yang memiliki objek material yang sama? Disinilah para ilmuwan membagi. yang namanya objek formal. Jadi, objek formal ilmu itu punya setidaknya dua fungsi.
Yang pertama, membedakan. Membedakan antara ilmu yang satu dengan ilmu yang lain yang mempunyai objek material yang sama. Atau...
Objek formal membedakan antara ilmu sosial dengan ilmu sosial yang lain, atau ilmu alam dengan ilmu alam yang lainnya. Itu objek formal, yang dalam bahasa Inggrisnya disebut focus of interest, atau attitude of mind, titik pusat bahasan. Jadi objek formal itu membedakan telah atau kajian atau bahasan antara ilmu sosial dengan ilmu sosial lainnya, ilmu alam dengan ilmu alam lainnya, ilmu komunikasi dengan ilmu sosiologi. Meskipun sama-sama memiliki objek material yang sama, yakni interaksi sosial, tetapi kedua ilmu ini berbeda.
Ilmu komunikasi. Kalau saya menuju kepada tulisannya E.M. Griffin, tulisannya E.M. Griffin dalam buku First Look at Communication Science, ilmu komunikasi ini ditulis, the very core of communication study is physics.
Jadi, inti dari intinya ilmu komunikasi adalah pesat. Lalu pesan itu apa? Mengacu ke tulisannya Berger & Caffey, sebuah buku lama, tahun 1987, Communication Theory judulnya, di situ disebutkan bahwa ilmu komunikasi itu adalah membahas segala produksi, proses, dan pengaruh sistem simbol atau sistem tanda.
Nah, itu ilmu komunikasi. Jadi objek formalnya ilmu komunikasi. Jadi, meskipun sama-sama membahas televisi, ya, sisiologi juga boleh membahas televisi.
Kemudian ilmu komunikasi juga boleh membahas televisi, tetapi kedua ilmu ini berbeda dalam focus of interest. Ilmu komunikasi akan menganggap televisi itu merupakan sebuah proses produksi dan pengaruh sistem simbol atau sistem. Tanda, nah sistem tanda atau sistem simbol ini biasa disebut misiks atau pesan.
Sedangkan, sosiologi akan menganggap bahwa televisi ini bagian dari struktur sosial di masyarakat. Jadi itu perbedaannya. Lalu fungsi yang kedua dari objek formal adalah membedakan ilmu yang sama, tetapi Landasan filosofis masyarakat tempat ilmu itu berada adalah berbeda.
Jadi ilmu komunikasi di Indonesia tentunya berbeda dengan ilmu komunikasi di Amerika Serikat. Meskipun ilmunya sama, tetapi landasan filosofis masyarakatnya berbeda. Amerika Serikat dikenal dengan liberalisme ya sementara Indonesia dikenal sebagai gotong royong punya nilai-nilai Pancasila nah bagi orang Indonesia segala kajian atau praktek ilmu komunikasi mestinya memiliki objek formal yang khas sesuai landasan filsafat masyarakatnya. Bahwa ilmu komunikasi ini harus dibawah menuju harmoni. Dan kondisi harmoni bagi bangsa Indonesia adalah nilai-nilai luhur Pancasila sebagai landasan filsafat masyarakatnya.
Sebagai contoh, orang Indonesia Punya kearifan lokal, kearifan luhur, landasan filsafat Bahwa memanggil orang itu harus dengan atribut-atribut penghormatan Orang itu lebih tua apalagi, punya status sosial lebih tinggi apalagi Karena itu ada atribut-atribut seorang kakak ya Memanggil adiknya dengan atribut adik Seorang adik Memanggil orang yang lebih tua dengan atribut mas atau kakak. Juga ada atribut pak D, om, bapak. Karena itulah maka ketika praktek jurnalistik mestinya tidak menyebut presiden dengan langsung namanya.
Dalam bahasa Jawa disebut jambal. Tidak menggunakan itu. Seperti misalnya Jokowi.
meresmikan jalan tol mestinya judul berita ini ditulis Presiden Jokowi meresmikan jalan tol karena apa? karena hal ini sesuai dengan kearifan luhur bangsa Indonesia berbeda dengan landasan filsafati masyarakat Amerika Serikat yang tidak mengenal atribut-atribut penghormatan ada seorang anak memanggil ayahnya yang bernama Jackson langsung memanggil dengan nama Jackson seorang anak bisa saja memanggil kakeknya langsung dengan nama kakeknya Michael misalnya Sehingga bagi mereka wajar kalau menyebut presiden langsung dengan sebutan namanya, yaitu Obama, Biden, dan sebagainya. Demikian saudara-saudara yang ikuti video kali ini semoga bermanfaat.
Sekali lagi jangan lupa membaca materi di buku saya ini supaya bisa lebih paham. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.