Transcript for:
Studi Kasus Korupsi dan Antisipasinya

Sebenarnya korupsi itu unik sih. Apalagi yang ngelibatin kerugian negara sampai 271 T. Kebanyakan orang kira, intinya lu terima duit, mau dari tempat haram mana pun, terus lu bisa pakai untuk beli apa aja. Ternyata prosesnya tuh gak segampang itu. Dan di sini gw breakdown ada 2 tahap gede yang harus dilaluin kalau miaslnya uang hasil korupsi itu mau dipakai untuk kebutuhan sehari-hari. Atau misalnya untuk kita beli barang-barang, jalan-jalan, menjadi crazy rich, dan sejenisnya. Karena di sini selain dari ngeliput, gw juga mau kasih tahu rumusnya itu gimana sih orang bisa korupsi uang segede itu dan konsep cuci uang— dimana uang haram yang sebenarnya gak bisa diakuin dan susah untuk dipakai orang sampai bisa masuk rekening dan diakui sebagai pendapatan yang sah. Dan masing-masing proses itu ada 3 step. Cuma biar otak kita refresh— gw tahu kalian banyak yang udah nonton di video lain atau di video yang 20 juta views lebih ini. Kita masuk ke Chapter 1 dulu ya, Penjelasan/Rekap Kasus Korupsi Timah. Di seluruh kasus ini, bahasa bodohnya, gimana cara kita pindahin uang dari PT Timah Tbk— yang selama 5 tahun terakhir pendapatannya tuh di atas 50 T— masuk ke uang atau kantong pribadi dari semua yang sampai sekarang tersangka? Yang orang kira kebanyakan itu, yaudah yang penting kongkalikong sama yang punya perusahaan gede terus uangnya langsung masuk ke kantong pribadi semua tersangka itu. Nah ternyata gak segampang itu prosesnya. Jadi pada suatu hari PT Timah Tbk ini tiba-tiba ngelihat, 'Loh kok gw produksi timahnya dikit nih?' Atau "gak kena kuota", padahal lahan mereka gede banget di sana. Setelah diusut-usut, digali, ternyata problem-nya adalah dari penambang-penambang ilegal yang timahnya itu gak langsung ke PT Timah Tbk. Tapi dipegang dulu sama "pengepul". Nah di sini kita lihat problem-nya kan. Dari PT Timah harusnya mereka punya timah dengan harga yang oke, tapi timahnya ditahan sama slaughter-slaughter atau "pengepul"— penambang-penambang ilegal ini. Seharusnya langkah yang baik dan wajar adalah ditindak. 'Lu ilegal nambang di sini, gak boleh dong' Tapi muncul lah ide untuk memperkaya seorang individual. Gimana cara mereka bikin kerja sama ini untuk memperkaya diri sendiri? Jadi sekarang kita masuk ke chart ini. Jadi yang pertama, yang biasanya PT Timah Tbk ini misalnya beli timah seharga Rp100.000. Nah dia bikin deal—daripada matiin penambang ilegal ini, mereka kerja sama. Gw beli deh dari lu timahnya seharga 200 ribu. Aneh dong? Udah ilegal, tapi kenapa malah dibeli harganya lebih mahal? Nah di sini kronologinya—makanya tersangka Harvey Moeis itu telepon direktur-direktur dari PT Timah Tbk untuk "kerja sama" sama penambang ilegal ini. Diduga dari tahun 2018-2019. Nah itu kan uangnya gede banget ya. PT Timah Tbk membeli dari penambang ilegal ini— misalnya harganya 2x lipat. Tapi karena perusahaannya terbuka dan ini BUMN, pasti gak make sense di pelaporannya. Jadi ini dugaan gw ya—di catatannya tetap dibeli seharga 100 ribu, tapi selisih 100 ribu-nya itu dibikin seolah-olah ada biaya sewa menyewa sama smelter ini. Padahal gak ada tuh. Jadi secara gak langsung penambang ilegal ini nih cuan. Bisa dibilang lumayan gede nah Nah karena terduga Harvey Moeis ini ngeperantarain mereka, dari sana pengin hasil keuntungannya dibagi dong. Tapi gak bisa semena-mana uang dari penambang ilegal ini langsung ditransfer ke rekeningnya Harvey Moeis. Nah ini baru fase 1 atau fase korupsi. Karena uang yang didapetin itu bukan uang yang semestinya. Karena harus seolah-olah dibikin kayak sewa menyewa. untuk nutupin profitnya. Baru masuk ke fase 2 yaitu laundering atau bahasanya "alat cuci dosa". Harvey Moeis bilang ke penambang-penambang ilegal ini, "Lu kan cuan gede nih, cuannya tolonglah keluarin dalam bentuk dana CSR". Nah CSR ini lumayan tricky nih. Sebenarnya udah diwanti-wanti sama KPK. Karena mereka itu sifatnya sedikit bebas dan susah untuk diatur, jadi dananya itu gampang disembunyiin atau sering banget dipakai jadi alat gratifikasi. Terserah mau bilang cashback, atau reward, atau suapan, atau apapun itu lah. Jadi semua penambang ilegal ini ya dapat cuan gede dari PT Timah. Again, karena kongkalikong sama Harvey Moeis dan tersangka lainnya. Keluarin duitnya dalam bentuk CSR ke PT QSA dimana tersangka Helena Lim itu sebagai manager di sana. Nah ini kan sebenarnya udah fase laundering nih. Dari uang yang gak semestinya melalui mekanisme CSR. Analoginya jadi semi bersih ke PT QSA. Baru PT QSA ini—dari yang gw cari ya— kemungkinan CSR lagi untuk keluarin ke masing-masing kantong pribadi dari tersangka yang sekarang ada di kasus ini. Dan QSA ini perusahaan money exchanger. Jadi ya, gak kagetlah terima atau keluar duit kayak gitu. Nah jadi gitu, skemanya harus sepanjang itu. Terjadinya korupsi—yaitu direktur-direktur dari PT Timah Tbk kongkalikong sama Harvey Moeis sebagai perantara. Kongkalikong sama penambang ilegal, uangnya dikeluarin, terus masuk ke fase laundering. CSR ke PT QSA lalu balik lagi CSR ke individualnya. Summary-nya kayak gitu. Nah tapi ini semua tuh sebenarnya ada rumusnya. Gw sedikit jelasin di chapter selanjutnya ya. Corruption and Money Laundering. Korupsi itu bagian gimana cara dapat duit haramnya, money laundering itu gimana cara bikin duit haram itu jadi duit bersih yang bisa dipakai untuk keperluan individual itu. Dan ini modus yang juga udah diakuin sama ketua KPK ya. Karena mayoritas orang yang korupsi itu yang pendidikan tinggi. Ada yang S3, doktor bahkan. Untuk bisa ngelakuin penipuan ini, biasanya harus ada 3 faktor. Atau teori yang terkenal itu namanya The Fraud Triangle. Ini buat kita nge-spot situasi-situasi high fraud kayak gini. Ada pressure, rationalization, sama opportunity. Nah hal pertama itu pressure. Ini gw lihat dari sisi pandangnya Harvey Moeis ya. Pressure itu motif pertama yang bikin orang "mau curang". Karena ada tekanan—mau itu dari pihak apapun— misalnya terlilit hutang, kepepet, atau bahkan yang paling sering itu greedy. Itu yang paling sering terjadi kalau di kasus korupsi. Untuk tiap orang itu beda-beda. Sesimpel kalau greedy—ya siapa orang yang gak mau makin kaya? Yang kedua rationalization. Jadi tergantung dari subjeknya. Pas mereka udah punya motifnya, baru mereka mulai mikir apa tindakan yang mereka mau lakuin dan apakah itu bisa dirasionalisasikan. Dimana pelaku-pelaku ini ngerasa perbuatan yang bakal mereka lakuin itu bisa dibenarkan. Nyatanya itu enggak. Contohnya untuk perusahaan yan pendapatannya triliunan, ya ngambil berapa miliar juga gak bakal kerasa. Baru yang terakhir itu opportunity. Kesempatan —dimana misalnya ada celah yang memungkinkan untuk kita ngelakuin fraud itu. 'Oh ternyata kita kenal nih orangnya.' yang memungkinkan untuk kita ngelakuin fraud itu. 'Oh ternyata kita kenal nih orangnya.' 'Oh, ternyata mereka lagi ada masalah.' Oh ternyata bisa diajak kerja sama. Jadi bisa dibilang untuk bidang korupsi atau fraud, ini tuh segitiga kematian. Rantai yang gak bakal putus—sampai orang-orang tuh takut ngelakuinnya. Tapi kalau misalnya udah dapat duit haramnya, tetap butuh dilakuin yang namanya money laundering. Gimana cara mencuci uang itu? Karena buat apa gw bisa dapetin duit sebanyak itu kalau gw gak bisa pakai? Kalau gak bisa diakuin di rekening gw misalnya— Untuk aset gw, untuk investasi gw. Dan money laundering pun itu ada 3 tahap. Placement, layering, sama integration. Nah yang pertama tuh placement. Giamana cara uang haram tadi yang "belum" kepemilikan para koruptor itu bisa masuk ke rekening pribadi mereka. Step 1 Placement adalah uang haram itu harus masuk ke financial system atau pencatatan keuangan yang sah atau jelas. Kalau di sini, kasus placement pertamanya itu pas uang kotor yang masuk ke smelter ilegalnya mereka keluarin lewat CSR ke PT QSA. Itu jelas tuh aliran uangnya, tercatat. Contoh lain dari placement misalnya kalau orang jual beli narkoboy, semuanya kan cash tuh. Ya kita gak mungkin kan selamanya beli barang-barang tuh pake cash. Jadi diputar atau dimasukin ke bisnis yang gak dicurigain kalau mereka terima banyak cash. Contohnya ya bisnis laundry beneran. Orang datang cuci baju, baju masuk-baju keluar, cash-nya masuk ke bisnisnya. Dan ini kalau dilakuin di skala gede, ya bikin aja invoice-invoice palsu. Cash-nya masuk terus setiap hari misalnya 100 juta. Lama-lama jadi real cash-nya. Bisa dicairkan ke rekening bisnis laundry ini. Maksud gw laundry benar cuci baju ya. Fase selanjutnya itu layering. Layering itu tujuannya untuk bikin uangnya tuh jauh lebih susah untuk di-trace asal usulnya dari mana. Fase placement itu fase yang paling rentan, biasanya orang sering ketangkep. Tapi kalau udah lewat itu, layering itu untuk bikin lebih susah lagi. Dipindah-pindahin uangnya, ditaruh di rekening luar negeri, dipindahin ke aset-aset, terus diperjualbelikan. Pokoknya uangnya harus gerak-gerak terus. Baru step terakhir Integration. Itu uang yang di-layering tadi baru masuk ke kantong pribadi pelakunya. Ini pun harus keren. Misalnya pelakunya jasa konsultasi lah ke bisnis itu, atau dalam bentuk dana CSR tadi. Intinya harus jelas pendapatannya itu dari mana. Jadi seluruh proses itu kalau kalian perhatiin dari awal sampai akhir, itu gak gampang. Harus kenal orang di setiap titik tertentu sampai di tahap mereka percayain duitnya itu gak akan dibawa ke mana-mana. Harus dikawal tuh duit dari awal sampai akhir. Baru kita masuk ke chapter terakhir deh. Kalau udah jelas rumusnya begitu dan solusinya apa, sebenarnya step 1-nya itu tetap dari pelaporan. Pelaporan korupsi kita tuh masih gak segencar itu lah. Karena kita tuh udah tenggelam di namanya bureaucratic corruption. Udah rame banget dari zaman VOC. Sesimpel suap menyuap. Gampang disuap untuk pelaporan-pelaporan gitu, 'Lu diem aja deh'. Tapi kalau misalnya itu udah lewat pun— dari Sula Penindakan atau dari KPK— menurut gw harusnya bisa improve sistem whistle blower mereka. Tujuannya lebih mendorong masyarakat kalau ngelihat tanda-tanda yang tadi gw jelasin, mereka langsung laporin. Kalau di kasus korupsi timah ini yang ngelaporin itu MAKI. Masyarakat Anti Korupsi Indonesia. Nah yang kedua menurut gw adalah— balik lagi ke penjelasan gw di Chapter 2 tadi. Gimana caranya di segitiga kematian itu— pelaku-pelaku tuh udah jera duluan sebelum mereka even consider di masing-masing fase itu? Kalau di negara-negara lain yang lumayan ekstrim itu ketakutan hukuman mati dan kalau kasusnya dimiskinkan. Nah di Indonesia dua-duanya itu gak ada. Kalau korupsi atau fraud yaudah, aturannya harta yang dirampas itu cuma sebatas dari yang dikorupsiin dan sampai ngegantiin kerugian negara. Emang gak ada. RUU perampasan aset itu belum disahkan dan gak tau bakal disahkan atau gak. Dan menurut gw mau gak mau ini tuh kayak budaya yang melekat banget di Indonesia. Karena gw pernah bikin video ini sebelumnya. Semuanya serba suap menyuap. Sekarang aja kita bikin KTP sama SIM—jujur aja kalian pasti sering dengar cerita karena sistemnya susahlah, harus tes ini itu yaudah mending bayar aja. Dan itu udah dilazimkan. Ya sayang aja sih menurut gw. Soalnya kalau misalnya kejadian-kejadian korupsi kayak gini, yang kena kerugian negara—kalau sampai harta yang dirampas itu gak nutupin semua kerugiannya, yang harus bayar kemungkinan besar ya duit masyarakat Kita sebagai pembayar pajak. Summary-nya gitu sih. Biar videonya gak kepanjangan—oalnya ini menurut gw udah lumayan panjang dan informasinya jujur masih banyak yang belum dibahas. Bahas Dewi Sandra— korban yang ga ada hubungannya sama korupsi, itu Sandra Dewi— Belum lagi apa dia bakal baik-baik saja? Apa ada perjanian pra-nikah sebelumnya? Again, kasus ini tuh masih early dan informasi yang gw cari di publik juga belum 100% transparan. Jadi ya mungkin gw bisa salah. Harusnya di awal video ada disclaimer. Tapi menurut kalian gimana? Faktanya with korupsi ya begitu. Merugikan pihak tertentu untuk memperkaya diri sendiri. I'll see you guys on the next video, bye-bye!