Kita kerap mengecilkan upaya-upaya untuk memperkuat karakter bangsa. Seakan karakter bangsa adalah sesuatu yang jauh dari dunia nyata dan hanya jargon semata. Padahal sesungguhnya, karakter bangsa yang kuat adalah...
adalah kunci dari eksistensi bangsa Indonesia di mata dunia seperti yang dicita-citakan para pendiri bangsa. Pada peringatan 17 Agustus 1956, Bung Karno dalam pidatonya mengamanatkan pentingnya. Intinya bangsa memiliki kekuatan karakter yang dibangun atas dasar kedalaman penghayatan dan pandangan hidup bangsa. Karakter kebangsaan yang dimaksud adalah nilai-nilai kemasyarakatan yang sesuai falsafah Pancasila yang selama ini membentengi bangsa Indonesia dari beragam situasi dan kondisi yang bisa mengguncang keutuhan bangsa dan negara.
Runtuhnya rasa persatuan dan kesatuan masyarakat Indonesia ditunjukkan dengan semakin rawannya pertentangan antarabangsa. antar agama, antar suku, antar elit politik, dan antar golongan ekonomi. Karenanya, karakter bangsa sebagai perwujudan nilai-nilai Pancasila yang meneladani sifat-sifat Tuhan, cinta akan keadilan, egaliter, dan menghargai hak asasi manusia, akan membentengi masyarakat dalam menghadapi gemuruh demokrasi dan dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara. Halo selamat malam saudara, selamat datang di Titik Pandang bersama saya Friska Karisa. Kita tahu saat ini kita sedang menghadapi kondisi pandemi COVID-19 ini tidak mudah dihadapi.
Nanti di akhir tahun kita akan menghadapi pilkada serentak. Lalu apa yang harus... Bangsa Indonesia pegang teguh terutama untuk membentengi diri dalam menghadapi kondisi yang tidak mudah lewat karakter bangsa yang berlandaskan Azaz Pancasila.
Kita akan bahas ini bersama dengan sejumlah narasumber yang sudah hadir. Yang pertama Ibu Dr. Bebi Siti Salama, Deputi Bidang Pendidikan dan Pelatihan BPIP. Selamat malam Bu Bebi.
Selamat malam Mbak Priska. Kali ini kita bisa lepas masker, tapi tentu hanya melepas masker saat kita berdiskusi ini saja ya. Selamat malam Bu Bebi.
Lalu berikutnya ada Pak Mardhani Alisera, Ketua DPP PKS. Selamat datang, Assalamualaikum Wr. Wb.
Selamat datang, Firda, Mbak Bebi. Sehat selalu. Alhamdulillah, sehat selalu. Semoga kita sehat.
Kita membahas soal karakter bangsa Indonesia ini untuk membentengi diri, untuk sama-sama menghadapi kondisi yang tidak mudah. Bu Bebi mungkin bisa menjelaskan karakter bangsa Indonesia yang dimaksud ini seperti apa sih realnya? Ya terima kasih Mbak Priska, selamat malam Mas Mardani, selamat malam para penonton.
Jadi sebagaimana yang sudah kita ketahui dan kita hayati sebenarnya bersama-sama. Karakter bangsa Indonesia itu sangat lekat dengan penerapan nilai-nilai luhur Pancasila yang sebetulnya memang merupakan jati diri dan kebiasaan-kebiasaan baik yang sudah turun-temurun bergenerasi-generasi kita lakukan sebagai sikap hidup yang istilahnya default gitu ya di dalam kita berrelasi sebagai manusia Indonesia. Ciri-cirinya tentu adalah yang menerapkan seluruh sila-sila dalam Pancasila itu, misalnya sikap berketuhanan, dicontohkan dengan menjalankan ibadah kita, sesuai dengan agama dan kepercayaan kita masing-masing. Selain itu juga bertoleransi terhadap keyakinan orang lain, kemudian bekerja yang jujur, yang amanah, anti korupsi, itu juga kan merupakan karakter yang perlu kita bina. Atau kemudian sila kedua, berkeperikemanusiaan, berempati terhadap kondisi orang lain, menyayangi juga diri sendiri dan menyayangi juga orang lain.
Seperti menggunakan masker ini, Mbak. Sebetulnya menggunakan masker ini bukan hanya karena saya menjaga kesehatan saya sendiri, bukan. Ini juga merupakan simbol dari sila kedua, yaitu saya menghargai kesehatan Mbak, kesehatan Pak Mardani, kesehatan keluarga saya karena saya sayang pada keluarga saya. Kemudian dari sila persatuan Indonesia, kemudian mengutamakan juga persatuan itu sendiri.
Seperti di dalam masa pandemi ini, bagaimana kita menolong orang-orang yang kurang beruntung atau terdampak dalam pandemi corona ini. Kemudian dalam sila keempat, bagaimana kita selalu berunding, bermusyawarah. Dalam unit terkecil di keluarga kan kita juga selalu berunding. Kan seperti ujaran Bung Karno bahwa beliau bukan menemukan Pancasila, tapi beliau... menggali dari nilai-nilai luhur yang memang sudah ada di dalam masyarakat Indonesia.
Nilai-nilai luhur yang ada di masyarakat Indonesia ini, Pak Mardhani, apakah memang kalau kita lihat dalam kondisi pandemi, Ini sudah diterapkan oleh berbagai lapisan masyarakat, sudah nyata kita bisa lihat. Selalu ada antara dasain sama dasolen, pasti ada. Antara realita sama idealita dan itulah justru indahnya hidup. Makanya saya tadi terhati ketika Friskal mengatakan pandemi, ada pilkada, mau resesi, mudah-mudahan enggak ya kita doa bersama.
Usaha pemerintah udah harus keras. Justru ketika bahasanya pohon ketika diterpa angin ribut akarnya harus kuat kalau nggak akan tercerabut makanya tema kita luar biasa menarik ya karakter bangsa berdasarkan asas Pancasila. Kalau saya ambil tiga kata nih, karakter, bangsa, dan Pancasila. Karakter kalau kita lihat sederhana saja, secara bahasa, karakternya Mbak Bebi, bahasa Latin karasiem, artinya mengukir.
Artinya apa? Sesuatu yang bukan cuma seperti membuat tulisan di pasir yang cepat hilang, tapi yang diukir, yang kokoh, yang kuat. Mengukir batu, mengukir kayu, artinya dia lebih berat lagi. Karena itu dia sesuatu yang deep inside.
Bangsa, bukan cuma milik pribadi, bukan Mbak Bebi, Priska, atau saya, tapi a group of people, seluruh masyarakat Indonesia. Asasnya Pancasila, lima tadi, luar biasa. Kita ini, Pancasila ini luar biasa. Ini adalah peninggalan terbaik kalau menurut saya. Nah...
Ponding fathers and mothers, jangan fathers saja gitu. Itu lima sila ini, satu ketuhanan. Kalau kenal sama Tuhan, kita akan baik ketika sendiri atau rame-rame, integritas. Kalau udah kenal Tuhan, pasti tahu manusia ini ciptaan Tuhan. Harus dihargai semua, ketika kita udah sangat menghargai manusia, kita bersatu.
Bersatu ada persatuan, tapi bersatu itu rumit. Karena kalau bahasanya sahabat alib bin abid alib itu keruhnya berjamaah lebih baik ketimbang beningnya sendirian Sendirian mungkin kita enak, bisa enak Beningnya kita jadi keruh, tapi kalau bersama-sama keruh saling memperbaiki jadi bening. Nah ketika kita bisa mengatur, pilkada besok nih, itu bagian dari kita mengatur urusan kerakyatan.
Sehingga kalau ini sudah selesai, tercapailah keadilan sosial. Makanya buat saya, Pancasila ini adalah peninggalan terpenting dari founding fathers dan mothers kita. Sehingga harus betul-betul kita jaga, karena itu betul. Ketika krisis...
Internal, eksternal. Sebetulnya COVID-19 ini unpredictable crisis. Krisis yang kita prediksi, Mbak. Yang diprediksi itu ada climate change, ada food, water, energy, crisis.
Ini tiba-tiba bahasanya blessing in disguise. Tuhan itu lagi ngasih, ayo siap-siap. Nah ketika ada krisis kayak gini, kita betul-betul perkuat akarnya.
asas pandasila bagaimana kita memperkuat akar ini menyelaraskannya, kita kan terdiri dari beragam suku, bangsa, banyak yang harus diselaraskan, bagaimana ini untuk memperkuat karakter bangsa ini kita akan bahas di titik pandang besok juga Intro Kembali di titik pandang, berikutnya kan PR nya adalah bagaimana menyelaraskannya. Kita negara yang amat kaya, terdiri dari banyak suku, bangsa res, golongan bahkan lintas generasi sekarang yang harus juga disatukan komunikasinya. Kalau dari sisinya Bu Bebi, dari BPIP apa ya?
harusnya jadi jembatan dalam kondisi seperti ini. Ya, tadi Mbak Priska menyebutkan dengan sangat baik ya tentang lintas generasi. Itu sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Bapak Presiden pada Presidential Lecture tanggal 3 Desember 2019 yang lalu, bahwa dengan begitu besarnya jumlah kelompok usia milenial, Sekitar 129 juta orang tentu perhatian untuk pembumian nilai-nilai Pancasila sebagai karakter bangsa ini harus juga memperhitungkan mereka. Karena itu cara-cara yang digunakan tentu sangat beragam gitu ya mbak ya.
Menggunakan cara-cara yang akrab dengan cara mereka berinteraksi. Antara lain melalui kanal-kanal media sosial ya, menggunakan kekuatan internet atau internet of things gitu ya. Dan kemudian juga dengan cara-cara yang juga populer. Misalnya menggunakan metode-metode pembelajaran yang sesuai dengan gaya mereka, sesuai dengan rentang umur mereka juga ya. Kemudian juga menggunakan bahasa-bahasa yang cair, yang gaul, tapi sebetulnya itu mengandung nilai-nilai Pancasila.
Saya pikir itu yang salah satu yang mesti kita jadikan fokus. Kemudian di dalam dunia pendidikan kita juga berharap agar mata pelajaran Pancasila bisa segera bisa kita realisasikan menjadi mata pelajaran wajib ya. Karena bagaimanapun pembentukan karakter itu kan sangat penting sejak usia sekolah begitu. Mudah-mudahan ini semua dapat kita wujudkan bersama-sama.
Karena kita tahu bahwa sejak akhir 90-an begitu ya, pembicaraan tentang Pancasila menghilang. Kemudian anak-anak kita yang lahir setelah. Tahun 90-an mungkin mengalami krisis karena tidak kenal dengan nilai-nilai luhur Pancasila ini. Dan di dalam keluarga kita juga berharap para orang tua dapat lebih sering lagi menggelorakan semangat-semangat nilai-nilai luhur ini kepada anak-anaknya.
Kan bisa dengan berbagai cara, tidak harus... Duduk formal di meja begitu. Cara masuk pintu masuknya dari mana kalau Pak Mardhani melihatnya? Kalau saya mikirnya gini ya. Kita harus bagi ruang privat sama ruang publik ya.
Kalau ruang privat itu adalah milik setiap individu. Teman-teman Islam, Kristen, monggo jalankan. Itu harus.
Bagian dari nilai Pancasila, tapi ketika di ruang publik kita harus punya common sense, common character, kesatuan. Saya tadi kalau Friska angkat lintas generasi. Sebenarnya kalau pun kita... Mbak Bebi, kita nggak beda usia gitu. Saya sama, kita umur 30-40.
Itu pun Indonesia sudah dalam tanda kutip problem. Problem dalam arti sangat berbeda. Ada buku menarik ya, kalangan Colin Brown.
Dia dosen di Flinders University di Australia. Judul bukunya menarik, The Short History of Indonesia. Ada judul kecilnya, The Unlikely Nation.
Unlike Indonesia itu bangsa yang gak akan jadi dia bilang gitu loh. Karena apa? Ada 17.508 pulau.
Ada 300 lebih suku bangsa. 700 lebih bahasa. Ada 5 juta kilometer.
Oh kita nih. Menyatukannya gimana? Gak sepayang gitu.
Punten, Cina 1,5 miliar. Tapi 95 persennya sukunya Han, satu suku. Kita beragam.
Artinya, kalaupun kita beda, gak ada beda. Beda usia, beda yang sama, eh sama usia, udah problem. Bukan problem, udah ada perbedaan.
Nah justru disinilah ketika Pancasila hadir menawarkan, oke kita ini dapat, kalau bahasa saya gini, kita ini dapat warisan yang luar biasa Indonesia ini, membuat semua orang mikir gimana ada negara kayak Indonesia. Nah kesadaran bahwa kita punya warisan yang luar biasa. dari pendahulu kita kesadaran bahwa kita harus menjaga ini apalagi kalau kita sadar dengan konstitusi empat tugas negara melindungi sekenap bangsa dan seluruh Tumantara, memajukan sejarah itu mencederakan seluruh setadam perusahaan ini luar biasa ya artinya Indonesia ini adalah potensi besar yang harus kita jaga dan kita rawat dengan kita punya kesepakatan common sense di ruang publik nah karena itu di ruang publik kalau saya punten Mbak Bebe nanti kita bisa personal individu monggo itu urusan sendiri tapi di ruang publik harus kita buat gak boleh kita ini menghujat gak boleh kita ini bahasanya hoax gitu Ruang publik yang ada, ayo kontestasi karya, gagasan, integritas, kapasitas, bagaimana kita saling menghargai.
Karena kayak, punten saya politisi, punya partai. Dengan partai yang lain bukan musuhan. Kita sama-sama mencintai negeri, tapi beda proposal. Ya udah tinggal tesa, antitesa, sintesa. Nanti akhirnya ada kebaikan ketika ruang publik kita di...
Isi dengan nilai-nilai Pancasila. Menarik tadi kalau yang dibahas juga untuk sama-sama memerangi hoax juga. Jangan sampai jadi kontraproduktif.
Ini juga sudah dipikirkan harus terus dilakukan melawan hoax ini. Apalagi kita kan lihat kanalnya sangat maju dengan BNI Sosial. Ya betul, itu tantangannya sekarang kan Mbak Rizka. Jadi dengan jumlah pemakai internet yang segitu tinggi.
Dan ada banyak sekali gagasan-gagasan dan mungkin filter yang kurang terpasang begitu ya. Kita berharap, kita kembali ingat pada nilai-nilai kita sebagai bangsa Indonesia itu. Karena kita punya persatuan dan kesatuan kan.
Apa sih untungnya kita bercerai-berai? Sementara bangsa lain itu sangat ingin punya bangsa dan negara yang sekaya raya Indonesia ini. Masa kita yang sudah dikasih anugerah sebegini luar biasanya malah mau menafikan. Bagaimana menjaga ini agar sama-sama tadi common sense sama satu pikiran untuk menjaga Pancasila kita akan gali lebih dalam lagi di titik pandang sesaat lagi. Berikutnya bagaimana membangun karakter SDM Indonesia yang betul-betul berkarakter Pancasila dan juga membumikan Pancasila itu sendiri?
Ya, ada begitu banyak ide sebetulnya ya untuk membumikan kembali nilai-nilai. nilai Pancasila ini. Kan kita bisa melakukannya juga secara informal sambil bermain-main, misalnya kalau dari keluarga lah ya. Saya pikir itu dulu yang dikuatkan, karena bagaimanapun kita tidak terlepas dari nilai-nilai keluarga. Kalau kita benar di dalam keluarga, maka di dalam masyarakat pun kita relatif akan benar dan dapat menjadi ide inspirasi bagi banyak orang.
Jadi Pak Mardini, pola pendidikan yang tepatnya seperti apa? Saya ingat peribahasa sederhana, taburlah gagasan, tuailah perbuatan. Taburlah perbuatan, tuailah kebiasaan. Taburlah kebiasaan, tuailah karakter.
Taburlah karakter, tuarlah nasib. Jadi memang mulainya dari gagasan. Gagasan bagaimana tadi ruang publik kita tidak ada hoaksnya, yang ada keindahan sastra, film yang...
yang menginspirasi, ceramah yang mencerdaskan, sehingga garbage in, garbage out. Tapi kalau diamond in, diamond out. Kalau yang ngakaknya gagasan, gagasan, gagasan.
Nah tentu dari gagasan nanti perbuatan. Nah saya menggaris bawahnya tentang kebiasaan. karakter itu gak ada kalau gak ada kebiasaan Jepang itu kenapa disiplin? memang kebiasaannya disiplin telat 5 detik aja memang ditutup gerbangnya gak ada cerita pokoknya nah kata Socrates tidak ada keunggulan kecuali kebiasaan yang diulang-ulang Roger Federer gak akan jadi the greatest of all time Tennis player kecuali memang tiap hari 5 jam latihan seminggu 7 kali. Rafael Nadal 7 jam.
Latihan Rudy Hartono, Lin Suiking, Mbak Susi Susanti. Itu orang-orang. Makanya kalau saya titip, kalau sering ke Mbak Bebi bikin film Upin-Upin gitu loh.
Saya ngiri sama Upin-Upin tuh ya. Kan anak-anaknya bahkan kalau kita lihat pun dan gitu kan. Ada si Meimei, ada Jarjit, bahkan ada yang...
Mas Saleh yang agak melambai-melambai, ya itulah fakta, ayo dibahas itu loh. Ternyata karakter-karakter itu dihidupkan. Jadi pilarnya tiga, keluarga, sekolah, masyarakat.
Nah tadi Pak Bebi benar, keluarga, keluarga, keluarga. Habis itu sekolah, nah karena itu kayak mendikbut sekarang buat saya udah bagus. Tiga aja, literasi, numerasi, karakter. Masuk tuh, jadi karakter masuk.
Nah kalau masyarakat, ya punten kalau saya. Pancasila akan tegak kalau Joko Chandra ditangkep, Alhamdulillah sudah ditangkep. Pancasila akan tegak kalau koruptor ditangkep.
Karena Pancasila harus hadir bukan cuma dalam ruang hampa buku atau diskusi, tapi dalam penegakan hukum, dalam... kesejahteraan, keadilan sosial itu nanti akan kita bahagia kok hidup di Indonesia karena nilai Pancasila bukan cuma ada dalam gagasan tapi ada dalam realita dan dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia Kebinaan ideologi Pancasila ini masuk ke berbagai kalangan tadi, seperti kata Pak Mardadi. Tepat lah, orang bisa mengerti, bisa menyerap ideologi Pancasila dalam kesehariannya seperti apa?
Ya, kalau dari kedeputian di Klat, di mana saya berada di sana, tentu kita menggunakan metode-metode yang beragam ya, tergantung pada kelompok yang sedang kita di Klat, begitu. Kita menggunakan bermain-main, ada roleplay, ada game misalnya seperti itu. Selain juga ada diskusi-diskusi, roleplay, kemudian memainkan peran karakter, dan seterusnya. kelas-kelas di Klat. Dan kalau untuk kegiatan sosialisasi, tentu itu melibatkan lebih banyak orang dengan metode diskusi interaktif, dan ada banyak sekali cara yang bisa kita pilih, dan sekali lagi tentu tergantung kepada kelompok yang kita sasar.
Karena tidak bisa satu metode untuk semua kelompok. Oh, itu nggak bisa ya? Nggak bisa.
Terima kasih. Di kondisi pandemi ini, terakhir dari masing-masing, Bu Bebi dan juga Pak Mardani, apa yang harus kita sama-sama Sama, harus sama-sama digarisbawahi agar menghadapi pandemi bisa dengan benteng karakter yang kuat tadi. Iya, tentu saja seperti tadi disampaikan oleh Pak Amardhani bahwa era pandemi COVID ini kan sesuatu yang tidak kita prediksi sebelumnya. Di sinilah justru ujian ketahanan kita sebagai bangsa yang disatukan oleh nilai-nilai Pancasila ini. Untuk membuktikan bahwa dengan kita menerapkan seluruh nilai-nilai luhur itu dalam kehidupan sehari-hari, sebetulnya kita dapat bertahan.
Dan dapat kita lihat bahwa kita tidak seburuk negara lain kan kondisinya. Karena kita punya empati yang luar biasa. Kita kemudian juga jadi tahu bahwa lebih baik kita menyebarkan kabar baik daripada percaya kabar bohong yang tidak jelas juntrungannya yang cuma memecah belah kita.
Karena kita tahu bahwa kita diwariskan suatu peninggalan yang luar biasa hebat, yaitu negara yang kaya raya dan subur makmur ini, dengan nilai-nilai Pancasila sebagai penjaganya. Kita tahu itu sangat berharga dan kita semuanya pasti ingin ini tetap jaya sampai kiamat. Bapak Ren? Ya. Sekarang ini sebenarnya ada blessing in disguise, kita makin dekat dengan sains.
Karena semuanya bisa dijelaskan dengan mudah melalui sains. Kenapa kita pakai masker? Jenis maskernya seperti apa?
Cara masker yang benar seperti apa? Ternyata pakai masker ini, 90% bisa menghindari kita karena masker. Makanya masker, masker, masker gitu loh. Nah itu kan pendidikan sains dari kecil buat anak-anak kita.
Nanti masuknya yaudah pakai masker ini bagian dari hidup sosial yang baik. Sama bagian kalau kita bilang ini bagian dari ibadah, jaga kesehatan gitu loh. Makanya pakai masker dapat pahala ini kita gitu kan. Itu kan religius gitu loh.
Dan spiritualitas kita meningkat. Nah selain sains buat saya tadi Mbak Bebi bilang. Ini kita terbukti modal paling besar kita bukan ekonomi, bukan politik, bukan geopolitik, geografi, tetapi modal sosial.
Ini yang mahal. Ketika masyarakat, saya itu suka tren yuk. Ada yang silahkan ambil satu, di pinggir jalan dibikin. Yang naro makan boleh, yang ngambil boleh. Silahkan.
Itu merebak kemana-mana. Dan itu buat saya keajaiban dunia. Kita semua sadar, ini negeri besar dengan nilai yang besar Pancasila.
Dan nilai-nilai Pancasila inilah yang menjaga kita dalam diri. Terima kasih atas waktunya Pak Badani. Terima kasih. Sama-sama Mbak Friska. Dan ini akhir titik pandang kali ini.
Kita ketemu lagi di episode berikutnya. Dan jangan lupa jaga jarak, sering cuci tangan, dan menggunakan masker. Kita saling jaga di kondisi ini. Saya Friska Klarisa.
Selamat malam. Terima kasih Fris.