Pemirsa berbagai indikator perekonomian nasional menunjukkan kondisi ekonomi Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Angka indeks PMI manufaktur turun, deflasi 3 bulan berturut-turut, dan pertumbuhan ekonomi yang melemah. Sementara itu di sisi yang lain, pemerintah... dilakukan untuk mewujudkan target-target itu.
Kita akan membahasnya bersama dengan Wakil Direktur Indef, Eko Listianto. Mas Eko, selamat pagi. Ya, selamat pagi Mas Leo.
Ya, Mas Eko, angka pertumbuhan ekonomi keluar kemarin dari BPS masih kurang lebih kalau dibulatkan masih 5 persen. Dan itu dipakai sebagai alasan oleh pemerintah untuk mengatakan bahwa ekonomi Indonesia masih baik-baik saja. Tapi kalau kita lihat... Tadi ada angka deflasi yang membesar dalam 3 bulan berturut-turut, ada angka jumlah karyawan ter-PHK, walaupun dibandingkan dengan angkatan kerja memang masih relatif kecil. Apakah benar memang ekonomi Indonesia saat ini masih sangat sehat, atau sudah mulai ada tanda-tanda gejala mulai sakit Mas Eko?
Ya baik Mas Leo ya, jadi ya mungkin pemirsa juga perlu tahu ya bahwa tahun ini sebetulnya pemerintah berharap atau mentargetkan pertumbuhan ekonomi itu 5,2% ya. Nah, capaian sampai semester 1 ini sekitar 5,2% sekitar 5,08 persen ya dari tak kiri 15,11 terus videonya turun ke 5,05 kalau kemudian dibilang baik-baik saja bagi saya sebetulnya ukuran baik-baik saja itu ya setidaknya bisa mencapai target 5,2 dulu gitu ya kalau dibawah itu sebetulnya menurut saya tidak baik-baik saja karena kan berarti ada dong hal yang tidak jalan dalam perekonomian sehingga kemudian target tadi tidak tercapai begitu ya terus ada perlambatan juga gitu ya trendnya 2 triwulan ini juga melambat begitu sehingga bagi saya sebetulnya ya bisa dikatakan ini tidak baik-baik saja begitu walaupun memang alam dan situasi globalnya itu memang cepat berubah, ketidakpastiannya meningkat begitu. Tapi kan memang semua target itu pasti disetting dengan ada ketidakpastian, ada resiko ketidakpastian.
Jadi ya ini tidak bisa dikatakan baik-baik saja begitu. Apalagi kalau kita bedah per indikator-indikator di dalamnya ya, pembentuk dari komponen. PDB 5,05 ini gitu mas. Kalau kita lihat konsumsi rumah tangga masih menyumbang lebih dari separuh ya pertumbuhan selama tahun berjalan 2 triwulan ini mas Eko. Tapi itu juga juga diadres karena di awal tahun Februari kita mengalami pemilu, itu ada belanja pemilu luar biasa, lalu berdekatan dengan itu ada bantuan sosial yang banyak sekali dikucurkan.
Kalau kita bicara second half dari tahun ini, apakah konsumsi rumah tangga masih bisa sekuat semester pertama tahun ini, Mas Eko? Ya sebetulnya tidak cukup kuat ya karena begini alasannya karena sudah triwulan pertama kan sudah ada berbagai macam stimulus gitu ya Bansos terus kemudian berbagai macam termasuk juga dari gelontoran dari konsumsi pemerintah yang kencang begitu ya Ternyata itu hanya bisa mendorong konsumsi itu di 4,9 nah kejadian yang sama itu di triwulan kedua ini Ada mudik ya, harus balik ya di bulan April. Nah, tapi juga tidak mampu mengangkat konsumsi itu mencapai 5% begitu.
Jadi sebetulnya ya kalaupun misalkan konsumsi itu masih dominan di dalam pembentukan PDB, dalam kondisi resesi pun ketika COVID-19 kemarin, kita juga konsumsi kita tetap yang dominan gitu. Jadi alasan itu nggak bisa dipakai untuk bisa menjelaskan bahwa konsumsi kita masih kuat. karena dalam kondisi krisis pun kita masih kuat, resesi juga kita memang konsumsi kita besar, jumlah penduduknya besar tapi yang bisa menjelaskan ketika konsumsi sudah tumbuh di bawah pertumbuhan ekonomi itu tanda-tanda perlambatan berarti ada masalah di dalam konsumsi kita sudah begitu, investasi juga kecenderungannya di bawah pertumbuhan ekonomi juga jadi ikut-ikutan melemah investasi PMTB di dalam pertumbuhan ekonomi kita jadi banyak yang Tapi pasti itu melambat begitu di situ. Yang juga nyata dipengaruhi kondisi geopolitik ya, juga termasuk keputusan Bansos Sentral Amerika Serikat yang masih belum jelas juga kapan mulai akan menurunkan suku bunga The Fed yang berpengaruh ke seluruh dunia termasuk Indonesia. Pertanyaannya untuk investasi ini apakah di tahun ini kalau Indef melihat Masih bisa benar-benar diandalkan untuk mendorong lagi pertumbuhan ekonomi Indonesia Dan lebih tinggi atau bahkan minimal mencapai 5,2% atau investasi Investasi ini akan bermasalah, kita harus tahan dulu Mas Eko karena kita harus jeda sebentar dan pemisah tetaplah bersama kami.
Zona bisnis. Mas Eko, kalau tadi investasi kelihatannya akan sulit ya untuk kemudian dipakai sebagai pengungkit ekonomi di semester kedua. Bagaimana dengan kondisi ekspor-impor Mas Eko? Kita tahu bahwa Indonesia masih mengandalkan ekspor terutama bahan mentah ya, CPO, batu bara.
Tapi kalau kita lihat juga Tiongkok itu juga mulai melambat. permintaan akan yang kita ekspor selama ini. Apakah ekspor minus impor itu masih bisa diandalkan untuk mendorong ekonomi Indonesia di second half ini Mas Eko?
Ya, secara umum sebetulnya ekspor kita secara kinerja ini bisa dikatakan masih bisa bertahan lah begitu. Karena surplus neraca perdagangan itu Mas Leo itu sampai 50 bulan ya berturut-turut begitu. Jadi 4 tahun lebih begitu sudah surplus cuma memang semakin menipis ya.
Nah peluangnya sebetulnya masih ada begitu. Memang ini tergantung mitra dagang kita karena beberapa mitra dagang utama kita itu juga Sedang ini ya berjuang melawan perlambatan ekonomi begitu katakanlah tadi sudah disebut China yang salah satu pasar ekspor terbesar kita Ini juga PMI mereka ya jadi Poor Searching Manager Indexnya itu juga kecenderungannya kontraksi begitu Nah ada harapan Amerika Serikat ya sebetulnya ya yang ekonominya cukup kuat ya Walaupun dalam fase pemulihan tapi cukup kuat Namun juga data terbaru ini juga agak ini ya, agak berbeda begitu, jadi belum begitu stabil ekonomi Amerika. Nah ini, ya kita harus memilah dan memilih, tapi ruang untuk akselerasi di ekspor juga agak susah ya, tapi kalau sekedar bertahan sih masih oke menurut saya gitu.
Kalau untuk government spending, komponen G di dalam pertumbuhan, apakah kita masih bisa berharap di second half ini akan masih bisa digenjot lagi atau tidak Mas Eko? Ya harapan saya mungkin di triwulan keempat ya, biasanya triwulan keempat itu government spending meningkat. Ada dua alasan, pertama karena memang nanti di akhir tahun ada hari besar keagamaan ya, ada Natal dan kemudian ada tahun baru. Biasanya banyak yang healing gitu ya, pulang gitu ya dan kemudian jalan-jalan diperbaiki. Yang kedua secara historical ya memang tipikal belanja PBN kita itu cenderung tertumpu di triwulan 4 ya untuk realisasi yang mengejar realisasi itu biasanya juga di triwulan 4 nah ini harapannya nanti meningkat lagi benar mendorong stimulasi ekonomi begitu kira-kira gambarannya semacam itu sih Di bulan Oktober kita nanti akan melihat ada transisi pemerintahan.
Kita sudah mendengar bahwa Presiden terpilih Prabowo Subianto mencanangkan pertumbuhan ekonomi Indonesia 8%. Dan kalau kita dengar kiri kanan itu sudah mulai ada ancang-ancang. Ada usaha mencetak sawah yang lebih banyak, ada usaha untuk menarik investasi lebih banyak.
Kalau Anda lihat 8% itu akan mulai digenjot setelah 2020. Oktober di tahun ini maksud saya Sehingga bisa kita hitung itu akan mengangkat Ekonomi Indonesia 2024 Atau masih belum akan terlihat Mas Eko Ya secara Realistis sebetulnya Angka 8% ini lebih angka motivatif Motivasi kita untuk Tumbuh tinggi begitu Sebagai pemimpin baru nantinya ya Saya sih setuju ada target-target yang optimis begitu ya. Tetapi memang kalau berdasarkan realitas untuk bisa mencapai 8% itu yang pertama memang harus didorong tadi sudah disinggung juga investasi gitu. Tapi investasi itu tidak cukup hanya tumbuh seperti triwulan 2 ini ya 4,43% nggak akan nyampe itu ke 8% begitu.
Setidaknya ya mungkin sekitar 7-7,5% gitu invest PMTB itu harus growth-nya harus segitu gitu ya. Mengimbangi dari target pertumbuhan yang 8% itu begitu. Nah ini tentu harus upaya-upayanya ekstra ya, tidak hanya bisnis as usual.
Pertama tentu aspek likuiditas kita gitu harus di top up gitu ya. Mau nggak mau ya kalau strateginya mengundang investor global ya melalui penanaman modal asing ya itu harus lebih digencarkan gitu. Yang kedua, walaupun sebetulnya kita punya kekuatan di domestik ya, sebetulnya menurut saya sih lebih bagus seperti rencana-rencana Pak Prabowo ya bagaimana ekonomi Indonesia, ekonomi lokal itu bisa lebih meningkat dengan beberapa programnya beliau. Jadi, sebetulnya ini harus kombinasi, tapi ukuran gampangnya itu memang PMTB kita harus at least 7% lah, untuk bicara ke arah pertumbuhan ekonomi, 8% begitu mas.
Mas Eko, di sebelum pemilu, banyak pengusaha yang mengatakan mereka mengambil sikap wait and see, karena ada ketidakpastian, mereka belum tahu siapa yang akan menjadi pemerintahan berikut. Sekarang pemerintahan berikut. Berikutnya sudah ketahuan apakah wait and see di industri ini masih tetap terjadi, menunggu mungkin figur Menteri Keuangan yang baru nanti siapa begitu, atau memang sekarang sudah mulai bergulir lagi ekspansi khususnya di industri ini Mas Eko?
Ya sebetulnya wet NC ini agak sedikit berkurang ketika sudah terbentuk, katakanlah terpilih Pak Prabowo dan itu kelihatan dari realisasi investasi di BKPM kemarin ya, angkanya juga lumayan bagus begitu kan, jadi sesuai dengan targetnya. tumbuh 20% lebih ya, nah itu gambaran bahwa oh sudah mulai ini berkurang wet NC nya tapi sekarang sepertinya kalau saya lihat kalau untuk investor-investor besar itu wet NC nya tidak sekedar aspek kabinet begitu karena kabinet itu dampaknya temporer sekali begitu ya mungkin hanya di sektor keuangan dan IHSG yang akan lebih merespon itu tapi mereka melihat keseluruhan dari perekonomian sebetulnya begitu apakah punya kemampuan dan potensi untuk akseleratif atau tidak begitu ya. Dan yang kedua ini juga penting adalah kebetulan ya nanti di akhir-akhir tahun juga ada pemilu Amerika Serikat dan beberapa negara lain yang itu juga pasti akan dipertimbangkan begitu siapa yang terpilih karena itu akan mewarnai dari konteks kebijakan Amerika Serikat ya sebagai salah satu.
ekonomi terbesar di dunia untuk bisa ini ya apakah akan lebih tertutup atau terbuka dan sebagainya begitu jadi gambaran itu kemudian mau nggak mau ya akan membuat kalau investor gede yaitu akan lebih wide NC lagi gitu karena nunggu kan investor besar itu kan jaringan usahanya juga luas begitu ya baik dia nggak akan mikir Indonesia kira-kira begitu Baik, kita akan lihat nanti sama-sama seperti apa dan kita harap apa yang kita bicarakan ini juga menyumbangkan bagi pengambilan keputusan kebijakan ekonomi pemerintah. Terima kasih Wakil Direktur Indef Eko Listianto sudah mencerahkan kami pagi ini. Selamat pagi, Mas Eko.