Transcript for:
Analisis Masalah dan Harapan Pendidikan

Harusnya kementerian melakukan verifikasi terhadap dinas, dinas lakukan verifikasi terhadap kepala sekolah, hasil verifikasi itu baru diberikan kepada kami. Itu jangan dibulak-balik. Menengah penduduknya 5 juta, income per kapitanya 70 ribu.

Halo warga sipil sekalian. Jadi beberapa hari yang lalu gue buat sebuah postingan, dimana gue mirroring ya di Instagram dan Twitter, dan ternyata postingan itu viral banget. Kenapa ini bisa viral?

Karena ini memberikan informasi, substansi, dan gambaran realitas tentang keadaan pendidikan kita saat ini dan siswa-siswa yang sedang sekolah saat ini. Kalau misalnya anak TK yang nggak bisa baca, kita tuh kayaknya nggak perlu takut atau khawatir. Tapi kalau sampai ada ratusan atau bahkan mungkin ribuan anak SMA yang baca aja masih ngeja, yang ngitung aja masih belum sepurna, kayaknya sah-sah saja kita ngerasa ada yang salah di sini, ya kan? Pemirsa puluhan murid SMP negeri 1 Pakai Darah Jawa Barat dilaporkan belum lancar membaca Sepol kepanjangan SMP Sekolah makan pempek Sebut negara-negara yang ada di Eropa mulai dari kamu Satu Garut Lah Dan ini jadi pertanyaan lagi, gimana bisa mereka ini duduk di bangku SMA Kalau untuk operasi sederhana kayak 9 bagi 3 aja mereka masih salah gitu Mengapa hal ini bisa terjadi? I need you more than ever You wasn't there for me I'm waiting for you in our bed Till you came home at three Disini gue mau curhat aja, cerita aja ke temen-temen Sharing aja apa yang selama ini 5 tahun gue lakukan gitu Dari 2019 sampe 2024 Ya gue bener-bener fokus pada penelitian Fokus untuk memahami, mengobservasi Dan mencoba untuk mengidentifikasi problem dalam dunia pendidikan kita jadi lingkup penelitian itu dari Sabang sampai Maruki hampir semua provinsi udah gue datangin dan setiap gue datang ke provinsi itu gue pasti menyempatkan waktu untuk sekolah untuk melakukan wawancara untuk melihat bagaimana proses belajar mengajar terjadi dari sekolah yang sangat terbatas sampai sekolah-sekolah yang bagus gitu ya supaya kaya kan bahannya gitu loh nah Sebenarnya banyak sekali yang gue temukan dalam penelitian selama 5 tahun ini dan nantinya di bulan ini gue harap itu bisa jadi satu konten yang bisa dipublikasikan dan jelas bentuknya SI video ya, bukan tulisan gitu.

SI video yang akan gue posting di Malaka Project, salah satu video paling serius yang gue bikin. Ya kalian tunggu aja, disitu mungkin ada hal baik yang bisa kita dapatkan. Kita nggak cuma bahas masalahnya, kita juga coba tawarkan alternatif-alternatif solusi untuk mengatasi masalah tersebut.

Di sini gue cuma mau ngasih permukaannya aja nih, awarenessnya aja nih, kesadarannya dulu nih sama semua orang yang nonton video ini. Nah, jadi gini, kemarin itu rame-nya konten ini, pemantik pertamanya adalah video pendek yang gue buat di Instagram dan TikTok. Jadi video pendek itu menceritakan penelitian gue di Malang, di sekolah-sekolah di Malang gitu, yang mana gue menyorot masalah kebijakan zonasi yang memberikan dampak negatif buat masyarakat. Gue selama lima tahun, kurang lebih. Itu keliling di Indonesia, Bapak Ibu semua.

Kenapa? Untuk mencoba mengidentifikasi masalah pendidikan yang ada di Republik kita. Ya, hampir ke seluruh provinsi. Ada satu hal yang gue tunjukkan, dan ini menarik untuk kita bahas, dan menurut gue juga main blowing, ya. Di Indonesia ada kota namanya Malang.

Malang itu punya lima kecamatan, nih. Lima kecamatan dan sepuluh sekolah yang menerapin sistem zonasi. Ini gue bicara soal SMA, ya.

SMA. Jadi Malang itu punya sepuluh SMA negeri. Dan lo tau penyebarannya bagaimana?

Penyebaran dari sepuluh sekolah yang ada di Malang itu... 8 dari 10 nya itu ada di satu kecamatan. Di kecamatan yang namanya Klojet. Di satu kecamatan itu penyebarannya juga wadiwau sekali. Kenapa demikian?

Karena tengah diantaranya berada di satu kelurahan. Ada dua kecamatan yang nggak punya SMA negeri. Jadi untuk penduduk yang ada di situ, untuk masyarakat yang ada di situ, untuk anak SMP yang mau melanjutkan bangku sekolah. terlebih mereka memilih SMA misalnya, mereka nggak bisa memilih SMA negeri. Karena pilihan yang tersedia cuma SMK negeri.

Dan ini bukan salah Tata Kota Malang, kenapa demikian? Karena Tata Kota itu disusun duluan sebelum zonasi. Jadi ya emang mereka melakukan pemusatan untuk daerah-daerah pendidikan gitu, daerah sekolah yang biasanya dekat kantor.

Lu bayangin kalau lu nggak tinggal di dekat pusat perkantoran, lu tinggal di kecamatan pinggiran, sementara di tempat daerah lu tinggal, pemerintahnya menerapkan sistem Tata Kota seperti itu, lu bisa sekolah di mana? Dan mereka tentu gak berpikir ketika ngebuat itu bakal ada sistem zonasi di Indonesia ya kan? Jadi ya inilah yang terjadi sekarang.

Masalahnya satu lagi, zonasi itu adalah sebuah... Kebijakan pemerintah yang secara filosofis atau tujuannya itu mulia sekali, yaitu pemerhatian pendidikan. Tapi seperti biasa, aturan dan kebijakan yang dibuat oleh government kita ini serampangan.

Sangat-sangat serampangan. Kenapa serampangan? Karena kewajiban mengikatnya tidak pernah dibarengi fasilitas yang mumpuni.

Jadi masyarakat diwajibkan untuk ikut aturan, tapi masyarakat nggak diberi support fasilitas yang bisa membuat kita mengikuti aturan tersebut. Dan inilah yang terjadi. Teman-teman, sistem zonasi ini baru bisa berjalan dengan ideal kalau infrastrukturnya mendukung, pemerataannya mendukung, kualitas pendidikannya mendukung, birokrasinya benar, mutasi gurunya benar, dan pemahaman masyarakat juga benar. Tapi semua hal ini nggak ada, ya main zonasi aja.

Inilah yang terjadi. Akhirnya banyak yang jual beli kursi, terjadi praktek kolusi korupsi nepotisme, pemerataan yang diharapkan tidak pernah ada, kualitas pendidikan tidak pergi kemana-mana, dan sekali lagi guru honorer yang menjadi tumpalnya. Makanya kalau gue jadi Menteri Pendidikan, hal pertama yang gue lakukan adalah menghapus total sistem zonasi.

Sampai kita benar-benar mampu. Dan apa yang gue temuin itu, itu nggak cuma terjadi di Malang gitu. Banyak daerah juga mengalami masalah yang sama. Dan kalau kita pikir ya, Malang itu kan udah termasuk kota yang besar. Ya nggak sih?

Lu bayangin di kota besar aja masih ada masalah kayak gitu, apalagi di kota yang kecil ya kan? Dan supaya teman-teman ketahui, zonasi ini bukan kebijakan baru. Dia mulai tahun 2017, artinya udah running hampir 8 tahun.

Dan dimulai dari era Menteri Muhajir Effendi, bukan era Nadiem Makarim ya. Tapi ya setelah ganti Menteri ternyata kebijakan ini tetap diteruskan. Semua masalah pendidikan itu akan diselesaikan dengan basis zonasi.

Itu pendekatannya yang namanya mikroskopik dari makro, peta yang sangat besar. Banyak hal yang bisa kita bahas soal sistem zonasi ini dari mulai dampak buruknya, masalah yang muncul, bagaimana. Cara kerjanya dan bagaimana ini di respons sama publik. Tapi balik lagi akan kita bahas di konten yang lebih serius. Nah lanjut ngebahas konten ini setelah gue...

Posting video zonasi itu gue posting susulannya adalah hasil wawancara gue dengan 17 anak SMP di Jakarta. Yang mana gue nanya dua pertanyaan kepada mereka. Yang pertama adalah sama Pitagoras.

Yang kedua sebutkan tiga kebutuhan primar manusia. Menurut gue ketika lu udah ada di SMP seharusnya lu paham nih. Teoroma Pitagoras dan tiga kebutuhan primar manusia gitu. Bukan pertanyaan yang sulit.

Dan ternyata dari 17 anak itu yang bisa menjawab soal Pitagoras hanya satu anak. Yang bisa menjawab soal kebutuhan primer cuma 3 anak Dan mereka udah SMP dan mereka bersekolah di SMP negeri di Jakarta Lu bayangin Dan itu tuh gue penasaran kan, kenapa sih mereka sampai pengetahuan dasar kayak gini aja gak paham gitu. Oke gue gak berharap mereka paham banyak hal ya kan, karena kecerdasan kan spektrumnya banyak gitu. Pemahaman, nalar, kognitif dan lain sebagainya.

Tapi seenggaknya ada bare minimum nih pengetahuan yang lo harus pahami. Karena kan pengetahuan itu dasarnya, kemampuan kognitif itu vehiclenya gitu. Sama kayak orang masak gitu kan, ya gak sih?

Iya kecerdasan kayak kognitif, nalar itu cara memasaknya, pengetahuan itu bahannya. Sejago-jagonya lu memasak, kalau lu gak ada bahannya ya gak jadi apa-apa ya kan. Itulah kenapa curiosity gue semakin meningkat, gue tanya ke mereka, kenapa emang di rumah itu gak pernah belajar atau mencoba cari tahu gitu.

Sesuatu yang berkaitan sama mata pelajaran lu di sekolah gitu Dan jawabannya bikin gue kaget sih Dan sedih Ya mereka bilang Bang jangan kan di rumah di sekolah aja kita gak belajar gitu Terus mereka bilang lagi Kita sih masih mending Ini beberapa orang temen kita malah gak bisa baca gitu Naik-naik kelas aja Wow Nah ini yang membuat kita semua mungkin sadar ya Ada satu masalah besar disini Yang mungkin belum disadari oleh para pemangku kepentingan kita Yang mungkin masih enak di mendara gading Yang mungkin dari SD sampai SMA-nya Sekolah di private school, di international school Atau homeschooling, kuliah ke luar negeri Balik-balik dapat jabatan Kebanyak Benchmarkingnya negara maju Terus diaterapkan di Indonesia Apa sih assessment kompetensi? Mohon diyakinkan bahwa Kemendikbud tidak akan membuat keputusan seperti ini tanpa ada basisnya, tanpa ada standarnya. Makanya kita telah menarik inspirasi dari berbagai macam assessment kita bekerja sama dengan berbagai macam organisasi seperti organisasi yang membuat PISA Yang semuanya mengases secara murni kompetensi bernalar.

Kompetensi bernalar. Itu artinya apa? Konten daripada asesmen kompetensi itu sangat sulit dibimbelkan, Bapak-Bapak, Ibu-ibu. Artinya itu merupakan suatu daya analisa dari suatu...

konteks informasi dan murid itu harus melakukan analisa berdasarkan informasi itu makanya topiknya cuman dua satu adalah literasi yaitu kemampuan bukan membaca kemampuan memahami kami konsep bacaannya dan yang kedua adalah numerasi yaitu bukan kemampuan menghitung tapi kemampuan mengaplikasikan konsep hitung-berhitung di dalam suatu konteks yang abstrak atau yang nyata Sistem pendidikan di Indonesia ini sudah sangat berubah ketimbang waktu kita dulu masih sekolah. Yang gue maksud kita adalah orang-orang di usia 30-40 tahunan ya. Yang masih ngerasain kurikulum 94 atau KBK dan lain sebagainya.

Nah, teman-teman harus paham. Yang namanya sistem pendidikan dan kurikulum itu dua hal yang berbeda. Kita sering lupa nih, sistem pendidikan itu bukan kurikulum. Tapi kurikulum termasuk dalam sistem pendidikan.

Jadi sistem pendidikan itu tubuh manusia seutuhnya, kurikulum itu otaknya. Sistem pendidikan itu ngomongin soal frameworknya, kurikulum itu ngomongin soal bagaimana sih metodanya untuk memberikan edukasi kepada siswa gitu, apa yang harus dilakukan. Jadi kurikulum itu benar-benar panduan guru-guru nih untuk ajar itu seperti apa gitu. Dan mana yang bermasalah antara sistem pendidikan dan kurikulum di Indonesia sekarang ini?

Dua-duanya bermasalah. Jadi gini, siswa-siswa sekolah kita itu sekarang nggak ada UM, nggak ada sistem ranking. Kalau mau masuk sekolah bukan nilai yang dilihat tapi pakai zonasi wilayah gitu kan.

Tapi pakai sistem zonasi terus juga tinggal kelas itu adalah hal yang sangat jarang terjadi gitu. Di sekolah-sekolah negeri di Indonesia. Kenapa demikian?

Karena berdasarkan hasil wawancara gue kepada beberapa staff di sekolah ataupun gurunya langsung. Mereka mengatakan bahwa ketika ada murid yang tinggal kelas itu akan berpengaruh pada penilaian sekolah tersebut. Jadi memang itulah pendidikan kita saat ini gitu. Jadi nggak ada tekanan, nggak ada dorongan.

Jadi siswa itu benar-benar dimerdekakan Beginilah hasilnya Benar-benar dimerdekakan MPR Majelis Perwakilan MPR Sebenarnya sistem pendidikan ini bukan sesuatu yang benar-benar baru di dunia ini ya Banyak sekali negara-negara maju yang menerapkan hal yang serupa Terutama Finlandia Negara yang selalu disebut sebagai negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia Ya di Finlandia itu Nggak ada yang namanya tinggal kelas, nggak ada yang namanya ranking, nggak ada basis test, maksudnya via zonasi. Apapun yang kalian lihat di Indonesia ini udah diterapkan di Finlandia sebelumnya. Hasilnya? Wah berhasil banget. Anak-anak di situ pintar-pintar, cerdas-cerdas dan sangat fungsional gitu.

Kita berkiblat kepada Finlandia, kita pakai sistem yang sama. Tapi apakah hasilnya juga sama? Ternyata tidak. Bertolak belakang gitu.

Kenapa hal ini bisa terjadi? Karena... Ketika kita mengadopsi sistem Vihelandia ini, kita mengadopsi outputnya, bentuknya, aturannya.

Tapi kita lupa untuk mengadopsi fasilitasnya, kesiapannya, dan bekalnya. Kenapa Vihelandia bisa menerapkan sistem seperti itu dan berhasil? Fasilitas yang gue bilang tadi, keadaan yang gue bilang tadi, di sana kesejahteraan udah merata nih.

Terus fasilitas sekolah udah luar biasa. Terus di semua daerah itu, hampir semua sekolah kualitasnya sama. Terus kualitas gurunya juga bagus semua.

Karena minimal untuk jadi guru di Finlandia harus S2 dengan penghasilan yang top. Dan di masyarakat Finlandia, responsibility atas pendidikan itu juga udah terbangun di level keluarga gitu. Jadi ya keadaannya itu sangat berbeda dengan Indonesia. Nah lu bayangin, lu kayak mau install FIFA 2025 dan mau main di PC, tapi PC yang lu punya masih Intel Serenron gitu loh. Ya nggak akan bisa FIFA itu main.

Nah ini lah yang terjadi. Akhirnya ini memberikan dampak yang sangat destruktif untuk para pelajar Dan bisa kita lihat skor pisah kita semakin turun Kemampuan anak-anak kita semakin turun Kognitif dan knowledge-nya bukannya membaik malah semakin memburuk Guru-guru dibebankan masalah administrasi yang sangat memberatkan Tanpa diberi ruang untuk berkembang dan lebih sejahtera Masalah guru honorat semakin memburuk Dan ini sudah bertahun-tahun terjadi Kalau bicara pendidikan jangan contohin Finland Jangan contohin Singapore Merdeka penduduknya 5 juta, income per kapitanya 70 ribu. Jadi kalau bicara pendidikan di sana mau merdeka, silakan.

Karena mau bicara kimia ada lab-labnya. Mau bicara fisika ada labnya. Mau olahraga ada alat-alat olahraganya. Mau apa ada semuanya. Di Amerika, di Singapura, di Finland, apalagi.

Tapi kalau merdeka, apa merdeka? Tidak merdeka aja tidak belajar, apalagi merdeka. Ya dan gue harap mumpung ada transisi pemerintahan ya Mumpung ada kabinet baru, ada pemerintahan baru Hal ini jadi salah satu evaluasi utama untuk pemerintahan selanjutnya ya Gak bisa kita biarkan pendidikan kita kayak gini terus Atau sistemnya kayak gini terus Atau kurirukulumnya seperti ini terus Harus ada perubahan, harus ada perbaikan Karena kalau enggak ya semuanya bakal gelap aja gitu ke depannya Oke itu aja dari gue semoga bermanfaat Sampai jumpa di kota selanjutnya See ya