Transcript for:
Kebutuhan Wanita akan Laki-laki

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Welcome back to Her season podcast. Aku lupa ini episode yang ke berapa, but now aku ditemani lagi sama Kak Andrea, my co-host. Hai, Kak. Hai. Panas enggak sih Jogja hari ini? Panas banget. Dari kemarin sih pas aku kemarin kan habis dari Bandung tuh. Di Bandung tuh selama di sana dingin. Aku bareng sama Sel ke sana terus pas nyampai Jogja. Jogja wes langsung panasnya luar biasa. He he he. Langsung tuh flu berat Sah karena menghadapi perubahan cuaca. Heeh. Ada Sella di sini? Ada. Hai Sella. Oke, kita siang ini mau bahas tentang man. Oh. Oh, man. Spicy man. Okay. [Musik] Do you need a man? Kamu Tina butuh laki-laki atau tidak? Wanita yang seindependen ini? Oke. Mm kenapa ya? Aku butuh waktu berapa detik gitu untuk menjawab? Tentu aku butuh. Tapi of course, of course, obviously, obviously. I'm I need him. I need them. But like eh tergantung what kind of man. He itu sih, Kak. Karena karena Iya. Iya. Kakak dulu aja. Jadi kayak beberapa orang kan bilang kayak aku enggak butuh cowok, aku enggak butuh laki-laki. Pernah dengar enggak sih? Kayak ada orang yang dia berpikir enggak butuh laki-laki? Padahal itu enggak mungkin. Enggak mungkin. Enggak mungkin. Karena aku juga pernah sih, Kak, mengalami itu. Mengalami di mana aku merasa tidak membutuhkan laki-laki. Tapi itu adalah form dari my trauma, ya. Jadi, itu bukan mindset yang sehat ketika kita berpikir kita sebagai perempuan tidak membutuhkan laki-laki. Tapi ee aku belajar sih dari trauma itu jadi mengulik gitu, Kak. Sebenarnya laki-laki seperti apa sih yang benar-benar aku butuhkan gitu loh. He. Kira-kira laki-laki seperti apa yang Tina butuhkan saat ini atau di kehidupan Tina nanti? Oh oke. Aku penasaran soalnya dia salah satu perempuan yang sangat independen. Oke. I semua dikerjain sendiri. Jadi aku penasaran nih laki-laki seperti apa yang kira-kira ada di gambaran Tina gitu untuk Tina di kehidupan seterusnya kayak gitu. Oke. Tapi ini bukan berarti type eh physically ya, Kak? Secara physically bisa juga sih. Bisa juga. Bisa juga ya. Heeh. Ee tapi aku lebih ke emm apa ya karakteristik sih, Kak. Kalau aku ya gitu. Karakteristik laki-laki yang aku butuhkan supaya aku merasa aman. Itu sih yang aku cari adalah seseorang yang bisa membuat aku merasa aman bahkan secure bahkan ketika aku tidak berada di survival mode aku. Karena sejauh ini selama aku sendiri aku selalu berada di survival mode every time until now gitu loh. Nah, aku butuh laki-laki yang membuat aku merasa merasa aman dan apa ya? merasa tidak lemah gitu loh ketika aku turn off that survival mode bersama dia gitu loh. Karena bersama dia ya cukup aman, cukup terlindungi, cukup terproteksi, terprovide mungkin gitu. Itu sih, Kak yang aku cari. Kalau fisik penting enggak menurutin? Eh, I have some specific type in a physical. Kayak aku suka. Oh my God, ini aku malu banget. Tapi enggak apa cowok yang aku suka cowok yang manis sih. Oke. I love yang kulitnya sama matang tuh. Aku suka. Berarti yang beda sama Tina ya? Yang beda sama Tina maksudnya enggak. Oke. Iya mungkin. Iya. Tapi emang dari dulu aku lebih suka sama Padahal kamu kan orang Sunda ya. Berarti rata-rata kalau cowok Sunda juga kulitnya iya si light kan maksudnya enggak. Kalau yang cowok yang tergantung ya. Heeh. Heeh. Masih banyak kok maksudnya orang-orang Sunda yang lebih sah matang gitu ya. Tapi Mas-mas Jawa enggak sih Su Mas-mas Jawa nih they're so different gitu loh. Masmas Jogja enggak ya? Enggak masuk. Masmas Jogja masuklah. Oh ya kan Mas Jogja Surakarta. Oke cukup sampai situ aja. Oke. Tapi kan menurut aku ya tipe secara fisikal itu kayak enggak seberpengaruh itu ketika kita tahu karakter mereka seperti apa, cara berpikir mereka seperti apa. Karena enggak jarang juga aku berhadapan dengan laki-laki yang they're so good looking. They so good looking outside. Tapi ketika mereka ngomong, ah itu turn me off banget. karena entah pemikirannya yang patriarkilah atau banyak hal yang enggak cocok gitu loh secara pemikiran, secara gimana dia berbicara atau bagaimana dia bereaksi dan merespon ucapanku itu tuh bikin aku kayak eh I think no. Terus juga aku ya, Kak. Aku sendiri hmm aku baru menyadari ini sekarang nih beberapa waktu lalu kalau aku tuh jadi apa ya kurang tertarik sama laki-laki yang mereka terlalu eh depending with woman, terutama perempuan-perempuan yang terlihat independen dan kuat gitu loh. Pernah ada pengalamanah Tina sama laki-laki yang depending gitu? Eh sebenarnya depending tuh enggak ya. Aku pernah eh berada di situasi seperti itu. Dia tidak depending, tapi aku merasa ada trauma core core tra yang membuat dia merasa membutuhkan perempuan yang kuat dan independent dan secara apa ya maskulinitasnya lebih tinggi daripada perempuan-perempuan lain gitu. mungkin ee dia melihat ibunya yang selama ini survive sendiri. He. Ee tidak ada peran ayah sama sekali. Jadi untuk memegang tanggung jawab itu ya memegang tanggung jawab apapun rasanya menakutkan untuk dia gitu loh. Jadi dia butuh seseorang yang dia merasa ee bisa diandalkanlah perempuan ini gitu loh ketika dia bersama si perempuan ini. He bersamaku gitu. Tapi at first ketika aku masih belum mengulik ini ya, Kak, mengulik this case, aku ngerasa ya udah oke gitu. Mungkin memang type-nya dia untuk mencari atau suka sama perempuan-perempuan yang independent, yang dark feminine energy itu iya. Terus yang tegas, yang kuat. He eh yang tidak demanding and depending ke laki-laki. Eh karena memang aku sudah dari dulunya memang sudah independent kan, Kak. udah sendiri gitu. Apa-apa udah sendiri dari lama. Jadi kayak oke mungkin yang dia cari memang perempuan-perempuan seperti aku gitu loh. Nah, Kak. Tapi selama berproses itu aku merasa femininity aku terkikis gitu, berkurang. Aku jadi lebih merasa maskulin malah. Bahkan untuk pakai pakaian yang warnanya perempuan banget juga tuh aku ngerasa jadi enggak nyaman karena Oh, iya. karena kamu lebih dominan masculine energinya. Iya. Selain-selain itu ya orangnya juga enggak suka kalau misalkan ee aku berdana seperti kayak perempuan pada umumnya pada umumnya yang perempuan banget gitu ee orangnya enggak suka gitu loh. Sejak saat itu ee aku merasa semakin transforming gitu loh. Transforming ke sosok yang enggak pernah aku tahu bahwa aku bisa berubah menjadi itu. In a good way or bad way? Sebenarnya bad way-nya enggak enggak parah-parah banget karena aku masih tetap nyaman kok untuk berpakaian yang serba gelap, yang casual gitu. Aku tetap nyaman-nyaman aja. Aku tidak terganggu dengan itu gitu loh. Tapi ya itu aku ngerasa tingkat independen aku tuh lebih besar yang mana dibanding cowok itu. Dibanding Tina yang sebelumnya. Lak Oh, Tina yang sebelumnya. Tina yang sebelumnya laki-laki ini. Iya. Ketika itu ya gitu. Heeh. ketika itu dan emm ya aku ngerasa enggak secure aja gitu loh untuk menjadi mm perempuan yang soft, yang feminine, yang suka pink itu tuh aku jadi ngerasa enggak secure dan dan ada rasa ketakutan aku untuk ditolak sama lelaki ini gitu loh, Kak. Ketika aku memakai atau berperilaku seperti seseorang yang tidak dia sukai. Hm. ada ada perasaan takut ditolak dan takut ditinggalkan gitu. That is why I keep doing that gitu. Bahkan sampai sekarang tanpa disadari ya, Kak, setiap kali aku mau beli baju atau sepatu atau apapun itu kayak ada terbersit di kepalaku kayak aduh nih orang bakal suka enggak ya kalau aku pakai ini? H gitu. Aduh aku sebenarnya suka banget nih baju ini. Lucu gitu tapi kayaknya laki-laki itu enggak suka. Aku tuh masih ada bayang-bayang dan pertanyaan-pertanyaan itu tuh masih nyangkut di kepalaku, Kak, sampai sekarang gitu loh. Jadi, habits kan gitu. Itu sebenarnya kan enggak sehat dan memang harus direduce ya gitu. Aku masih mencari tahu sih bagaimana cara me-reduce-nya selain sain dengan benar-benar move on kali ya. He, benar-benar beranjak eh center he him from my life gitu. Jadi, apapun choice aku ya itu adalah benar-benar keputusanku pure untuk aku gitu. apapun itu bukan lagi untuk siapapun. Kayak gitu sih, Kak. Tapi ada enggak sih kayak kata-kata dia atau mungkin perilaku dia yang menunjukkan kayak dia tuh butuh Tina banget gitu. Maksudnya sebagai sosok mask lebih maskulin dibanding dia. He. Mungkin aku rasakan depending as emotionally sih, Kak. Gitu. Aku enggak tahu nih apakah orang ini merasakan seperti itu atau enggak. Mungkin enggak gitu. Tapi yang aku rasakan adalah he's kind of depending as emotionally to me. Tapi sometimes aku ngerasa kayak ditarik ulurnya tuh kebangetan gitu. Emm kadang aku merasa tidak diinginkan dan dibutuhkan. Kadang juga aku ngerasa kayak he pulling me away. Mungkin karena dia avoid kind of. He. Dan ternyata itu yang mstimulus aku untuk lebih independent lagi loh, Kak. ketika aku keetrigger sama feeling unwanted dan merasa tidak dibutuhkan, itu yang bikin aku jadi apa ya, jadi lebih performing the best I can untuk bisa menunjukkan ke dia kalau aku memang pantas untuk diandalkan dan dibutuhkan. That's why aku merasa jiwa independenku tuh malah makin memuncak gitu loh setelah bersama dia saat itu gitu sih, Kak. Jadi sebenarnya Tina lebih suka cowok yang dia tuh ngejar Tina sebagai laki-laki yang sesungguhnya yang benar-benar kayak maskulinnya tuh kayak tingkat tinggi atau yang dia bergantung ke Tina kayak depending ke Tina tadi atau gimana? Kalau di antara dua type cowok tadi sebenarnya apa yang aku lakukan kayak performing for them gitu ya untuk aku bisa dipilih dan dibutuhkan dan diinginkan itu kan enggak sehat Kak. Enggak baik sebetulnya karena itu adalah cerminan dari trauma aku dan aku pernah dengar juga nih dari podcastnya, bukan podcast sih tapi videonya Timothe Ronald kalau Kakak tahu. Aduh ternyata dia nonton, Guys. Iya. Jadi sebetulnya perempuan jika semakin independen setelah bersama laki-laki, berarti dia bersama laki-laki yang salah. Oke, gitu. Intinya sih kayak gitu. Aku lupa sih kalimatnya kayak gimana, tapi intinya kayak gitu gitu. Kalau misalkan perempuan tetap merasa harus mengandalkan diri sendiri terus gitu ya, which sebenarnya bagus kalau misalkan sesuai porsinya ya, Kak. He. Karena tetap aja aku pribadi punya pandangan kalau ya mau bersama pasangan pun at least aku punya ruang sendiri untuk tetap berdiri di kakiku sendiri gitu loh. In some parts gitu tapi enggak semuanya gitu. Karena aku kan bareng partnerku, terutama aku bersama laki-laki yang memang tugasnya dia adalah fitrahnya memang memrovide, menjaga, membimbing aku, gitu kan. Nah, tapi karena aku ngerasa ketika itu makin independent itu kan jadi questionable ya, Kak. He. What is wrong with this? Kenapa aku jadi seperti ini? Dan bahkan kalau misalkan ketemu orangnya pun aku ngerasa tegang banget, Kak. Oh, tegang. Aku merasa mau perang, mau pakai baju zirah gitu loh. Aku ngerasanya. kayaknya enggak mungkin bisa merangin cowok enggak sih, Tin? Enggak. Of course. Enggak bisa. Di saat aku ngerasa selama ini aku tuh punya jiwa yang nurturing, loving, caring, gitu loh. Tapi itu tidak tersalurkan ketika ee kita bersama laki-laki yang mungkin berpikiran kita bisa diandalkan atas semuanya, bahkan ketika laki-laki itu tidak berdaya. He, gitu loh, Kak. Jadi sebetulnya yang aku butuhkan sih secara sehatnya adalah laki-laki yang memang tahu fitrahnya seperti apa, tahu bahwa aku ini amanah loh yang harus dijaga kalau misalkan aku jadi istrinya kelak. Tahu nih bahwa aku ee memang butuh diprovide, memang butuh dicintai, disayangi, dijaga, diprotect. Tapi nih, Kak, take a note nih. Kita tetap gak bisa attracting that kind of man kalau kitanya masih belum sehat, kitanya masih belum sembuh. Itu beneran. Itu beneran. Karena gini, aku pernah juga berada di situ di mana aku masih belum sembuh dengan semua urusan-urusanku, belum selesai lah ya semuanya. Dan ketika ada laki-laki eh baik yang udah secure, yang udah siap nih dengan mental provider, terus juga udah tahu bahwa aku akan menjadi amanah terbesar yang harus dia jaga itu tetap sebagian diriku tuh menolak gitu loh, Kak. He. Sebagian diriku tidak siap untuk menerima laki-laki yang sebaik dan sesiap itu. Karena aku tahu aku belum sesembuh itu dan belum sesiap itu. Jadi, buat aku sih sekarang aku lagi berusaha untuk tidak mencari dulu laki-lakinya. Aku tidak mencari dulu laki-lakinya, tapi ya udah aku mencari diriku sendiri yang utuh, yang pulih gitu, Kak. Jadi menurut aku itu berpengaruh banget untuk kita tuh milih pasangan seperti apa yang tepat untuk kita gitu loh. For our future of course. Berarti kita berdua sepakat ya Tina kalau kita butuh cowok, kita butuh laki-laki. Sepakat banget iya untuk meng-ghandle kita, untuk mimpin kita. Kita butuh sosok pemimpin lah ya. Tapi di zaman sekarang, Tina ngerasa enggak sih kalau makin sedikit cowok yang punya mindset laki-laki yang sesungguhnya? Iya. Heeh. Mungkin karena bertebaran ya, Kak, perempuan-perempuan independen yang merasa ya dia udah cukup dengan dirinya sendiri gitu kan, Kak. Em segala usahanya, dengan segala bisnisnya, dengan segala pencapaiannya. Itu yang bikin e mungkin most of men zaman sekarang ngerasa kayak ya udah ngapain lagi gue bekerja terlalu keras orang cewek gue udah cukup gitu kan cewek gue udah tercukupi dengan dirinya sendiri kayak enggak perlulah gue untuk mencukupi dia gitu. Kalau zaman dulu kan kalau cowok menginginkan cewek tuh bisa kayak yang naik kuda, cari dari desa ke desa, kota ke kota, kayak ini enggak sih? Kayak ee di Disney kan kalau gambaran seorang prince itu emang nyari princessnya tuh sesusah itu gitu. Tapi kalau cowok sekarang kayaknya agak susah ya untuk cari cowok yang struggle banget atau yang berusaha banget ee untuk dapetin perempuan gitu. Kayak entah mereka punya boundary sendiri yang memang kayak enggak bisa ditembus atau apa, tapi kayak less effort ya, Kak? Less effort sih kayaknya di zaman sekarang ya. Heeh. Kalau dibanding kayak bapak kita, zaman bapak kita dulu mungkin kalau misalnya suka sama perempuan tuh bisa yang kirim surat atau kirim apa yangul kayak nyari nih perempuan dari desa ke desa misal kayak antar kota kayak gitu-gitu enggak sih? Heeh. Heeh. Cuman di zaman sekarang cowok mungkin malah lebih senang dikasih bunga kali ya dibanding ngasih bunga. Iya. Heeh. Heeh. Jadi kadang aku tuh bingung loh, Kak. Sebetulnya ini aku harus memperlihatkan keindependenan aku kah atau sebaiknya disembunyikan kah atau gimana gitu. Tapi kan itu terlalu centering man ya. E kita harus kayak gini kayak gini buat buat cowok gitu kan. Aku ngerasa kayak no I don't wanna centering them gitu. Aku bakal tetap melakukan apa yang aku lakukan dengan all of my apa ya all of my work semua usaha-usaha aku gitu. Tanpa perlu takut aku bakal attract lagi laki-laki yang apa ya mereka depending on me gitu loh. Not in a healthy way ya gitu. Kayak gitu sih Kak. Nah, kalau Kakak pernah enggak ngerasa ee dulunya mungkin sebelum menikah Kakak merasa independen banget gitu, tapi setelah menikah kakak berubah. Oh ya, kalau aku sih waktu single, waktu aku belum nikah bisa dibilang aku tuh kayak iya survival mode, mode on pokoknya. He ya. Jadi em apa-apa tuh aku kerjain sendiri dari mana dari sejauh apapun itu. Misal kayak ngurus apapun itu. Tapi pas nikah itu berkurang sih. Walaupun itu tetap ada. Itu tetap ada tapi itu berkurang. At least kayak otak aku tuh agak istirahat dikit gitu. Oke. Kayak kalau misalnya kita mungkin nanti Tina ketemu sosok laki-laki yang bisa jagain atau bisa mimpin Tina, mungkin otak kita emang bisa istirahat sedikit gitu atau mungkin sedikit banyaknya. Maksudnya istirahatnya tuh dalam artian kayak kayak financially kayak atau enggak kayak sesimpel kayak buka pintu mobil aja tuh udah emm hemat energi kita dikit lah. Walaupun mungkin kayak bagi orang apaan sih dibukain pintu mobilnya udah senang gitu. kan udah punya tangan sendiri, kita ngapain orang cuma bukain doang kan gitu. Tapi itu nanti akan lama-lama akan ngerubah diri kita yang hampir kehilangan feminine energy dan itu bisa balik lagi sih jiwa feminin kita tuh akan pulih dengan perlahan tapi pasti akan pulih. Apalagi kalau punya anak ya itu kayak jiwa keibuan dan jiwa wanita kita tuh bisa muncul dan timbul lagi. Oke oke oke. Iya sih, Kak. Benar banget. Aku juga sebelum-sebelumnya juga pernah ketemu sama seseorang yang dia tuh maskulin banget. He. Maskulin banget. But he's younger than me. Dia maskulin banget ketika bukain apa? Ketika bukain pintu ya dia langsung inisiatif gitu loh. Enggak mau membiarkan aku tuh yang membuka pintu mobil atau se sesimpel bukain pintu apapun itu. Pintu toko lah atau apa pintu mall gitu ya. Kayaknya dia langsung terus yang bawain barang segala macam. Oh iya benar. Baruain barang itu dulu kalau misalnya aku waktu masih sendiri nih mau koper atau apa seberat apun ya aku angkat sendiri gitu tapi pas ada pasangan ya itu agak hemat energi. Iya dan aku saat itu ya Kak ngerasa ngerasa asing karena kayak orang aku bisa sendiri kok gitu. Tapi ternyata eh dengan kita membiarkan laki-laki menjalankan tugasnya as a man, as a masculine man, itu sangat membantu kita untuk eh grow our femininity juga gitu loh. Dan apa ya to feel secure with our femininity itu precious banget sih, Kak menurut aku. Jadi ya aku harap sih gitu someday maybe karena sekarang aku lagi merasa tidak mencari siapapun gitu ya. I feel like right now I'm in a discentering man era. Jadi semua yang aku lakukan aku berusaha untuk tidak melakukan itu untuk siapapun terutama untuk laki-laki. But ya I really hope someday aku bisa menemukan laki-laki yang aku akan merasa aman dengan sisi femininitas aku, sisi softnya aku. Aku merasa aman untuk e mengeluarkan biarkan Tina di softgar eranya. Exactly. Please ya. Karena eh aku khawatir semakin terkikis ya gitu kalau terus-terusan harus survival mode gitu. Tapi kayak mendengar cerita kakak yang bisa berubah ketika mungkin kakak bertemu dengan orang yang tepat, dengan orang yang maskulin in a healthy way, aku jadi punya harapan gitu loh. Oh, maybe someday. Harapan ya, maybe someday aku juga akan berada di titik itu gitu loh. Di titik aku I feel secure. He with my femininity. Walaupun awal awal kita menikah nih, Tina, aku masih kayak agak kaget sama treatment itu. Iya, Kak. Karena kayak aku khawatir kayak gitu sih, Kak. Iya. Nah, jadi ketika laki-laki sudah mulai nge-treat kita kayak perempuan, kita jangan pernah nolak sih. Iya, exak. Jangan pernah nolak dan jangan pernah kayak aku bisa sendiri kok dan enggak usah bingung kenapa kayak semua di-set up sama mereka atau di-handle sama mereka atau tiba-tiba loh kok kamu yang ngerjain aku aja gitu. He jangan sih karena takutnya nanti maskulinity mereka tuh terkikis dan malah jadi feminin karena oh cewekku gak butuh ini, istriku engak butuh ini. Aku butuh kok. Aku butuh kita butuh kita butuh laki-laki yang the man. Yes, we need the real man. We need the real man. Oke. Kayak mungkin aku mau ngejabarin sedikit eh beberapa poin yang ciri-ciri laki-laki yang diidamkan oleh banyak wanita. Oke. Uh. Oke. Oke. Yang mungkin Tina bisa kayak aku setuju atau enggak? Bisa kayak Tina agree or disagree. Oke. Oke. I'm ready. Point number one is tanggung jawab. 100% tanggung jawab. Enggak lari dari masalah, menghadapi konsekuensi bisa diajak komunikasi. Menurut Ina gimana tuh? Bigilan perlu. Terus em nomor dua adalah jujur dan terbuka. Ya. Transparansi ya, Kak? Enggak menyembuh. Iya, betul. transparansi dan enggak menyembunyikan hal-hal penting. He. Terus terbukaan tentang masa lalu atau rencana hidup gitu. Oke. He. Menurut Tina gimana kalau cowok yang terbuka tuh ee apakah itu yang bikin secure salah satunya atau gimana? Ee menurut aku itu penting banget, Kak. Tapi bukan berarti yang kayak aku harus selalu apa ya ngecekin handphone dia. Itu kan bukan transparansi ya, tapi kayak lebih ke mengganggu privasi aku ngerasa gitu. Jadi ya kamu cukup kamu ya nanti calon suamiku kamu ya cukup ini aja kayak oh aku mau ngobrol nih hari ini sama ini misalkan untuk ngobrolin hal-hal ini misalkan itu pun kayak laun jenis perempuan just confirm that to me gitu loh being transparency aja oh ok that's ok aku pasti bakal ya udah silakan gitu jadi harus diomongin dulu ya betul betul betul karena kadang tuh kayak ada enggak tahu kenapa jiwa FBI-nya perempuan tuh walaupun enggak nyari nih ee para suami ya walaupun perempuan atau istri itu enggak mencari apapun, bukti apapun itu akan keluar kok. Betul. Betul. Jadi kalian enggak usah sembunyiin apapun. Enggak usah enggak usah percuma sia-sia usaha kalian. Jadi enggak perlu susah-susah ya. Oke. Kita bakalan tahu tanpa mencari tahu. Betul banget. Kayak pasti Allah bukakan gitu kan. Dan itu bisa sedetail mungkin. Detail banget. Aku tahu Tina sih karena Tina tuh kalau dapat info dari mencari info. Benar banget. Padahal aku kayak enggak semencari itu loh, Kak. Enggak semencari itu, tapi kayak bisa sedetail itu Allah langsung enggak sih di Benar, benar. Pasti dari Allah. Benar, benar, benar banget. Dan pasti banyak yang relate deh. Pasti banyak banget. Pasti banyak banget. Enggak ngecek, enggak checking handphone tapi tetap dapat infonya. Pasti pasti pasti banyak banget yang relate. Terus number three, eh punya visi dan tujuan hidup. Hm. Menurut aku itu eh number one ya. tahu dia mau ke mana, tahu ingin yang dicapai apa ya, tahu strategiknya apa aja, terus tahu mau bawa aku ke mana gitu loh, Kak. Ujungnya jadi kayak kitanya jadi biar enggak makai otak dikit gitu. Iya, enggak pakai otak sih gitu karena kita udah percaya apa yang dia apa yang suami kita pikirkan. Ya memang that is the best, really the best choices gitu loh, Kak. Kita tinggal ikut aja ya. Heeh. Yuk, gitu. Nomor empat nih eh penyabar dan penuh pengertian. Ini aku dari chat GPT. Oke. Baik. Apa kalian setuju gitu? Aku setuju banget. Terutama buat enggak gampang marah. Iya ya. Terutama buat kita-kita anak sulung yang keras kepala ini sih butuh laki-laki yang sabar dan mau dengerin dan kasih ruang kita untuk menjelaskan sih. Aku aku membutuhkan sosok laki-laki yang seperti itu. Betul. Terus habis itu ada poin menjaga iman dan akhlak. Itu penting sih. Penting banget itu. Itu salah satu yang terpenting karena kalau fondasi ya Kak dia apa? Fondasi banget. Betul. Karena kalau laki-lakinya udah malas salat, malas ngaji, malas apa, perempuan yang awalnya sesalihah apapun nih, nikah sama laki-laki yang kurang iman, kita bisa oke jadi malas juga. Iya enggak sih? Karena kayak mirroring gitu kan. Cewek tuh kayak lebih gampang ikut, manutan gitu. Heeh. Manutan gampang ikut, gampang kebawa juga. He. Terutama kalau kita sudah cinta banget sama laki-lakinya, kita jadi enggak objektif lagi nih cowok sebenarnya baik atau enggak. Ee patut untuk kita ikutin atau enggak. So, ya beware, guys. He. Terus cara nyari cowok yang beriman tadi gimana ya, Tina? Apa kita nungguin di masjid gitu subuh-subuh? Enggak sih, jam 3. Pagi siapa yang datang? Eh, tapi bisa dicoba lah. Bisa dicoba jam 3.00 pagi kita masjid lihat siapa laki-laki yang datang kita list gitu. Oh, bisa juga sih. Tapi kan enggak apa-apa. Maksudnya itu kan salah satu ikhtiar ya, Kak. That is really fine. Karena emang bangun subuh itu kan salah satu yang tersusah, apalagi salat di masjid. Heeh. Heeh. Heeh. Jadi kayak aduh oke oke segitu aja. Oke, segitu aja segitu aja. Tapi dari semua poin yang Kakak sebutkan tadi aku semuanya setuju banget. Terima kasih chat GPT. Thank you chat GPT. Thank you AI. Tapi walaupun enggak semua because like there's some point that AI did so dirty. Oke, that's it guys. Thank you so much buat yang udah dengerin episode kali ini. Semoga banyak manfaat yang bisa kalian dapatkan, terutama buat kalian yang lagi nyari pasangan mungkin ya biar bisa lebih hati-hati, lebih aware lagi laki-laki seperti apa nih yang sebenarnya tepat untuk kita gitu loh. biar kita bisa merasa tetap aman di sisi femininitas kita gitu. So, em see you guys in the next episode insyaallah dan terima kasih juga untuk Kak E yang sudah nemenin aku. Thank you so much Tina hari ini. Sama-sama. Aku senang banget sih kayak obrolan kita seru sekali hari ini dan aku berharap bisa ditemani sama Kak Irea lagi di episode berikutnya. So, thank you guys. See you guys in the next episode and bye bye. Assalamualaikum.