Hai seperti biasa semua pembahasan ini bukan rekomendasi dan hanya informasi ingat kerugian kamu tanggung sendiri ya Saat ini saya mau sharing tentang strategi dividend investing. Menurut saya, strategi ini akan sangat berguna apabila saat market merah membara. Saat harga saham perusahaan bagus turun signifikan, strategi dividend investing akan melihat hal itu sebagai sebagai peluang tapi ingat tidak semua saham bisa menerapkan strategi ini sederhananya strategi ini hanya cocok bagi saham perusahaan yang punya fundamental bagus harga saham masih masuk akal rutin bagi dividen dan punya brand image yang kuat Kalau biasanya saat harga saham turun kita akan mencari saham yang lagi diskon, dengan strategi ini kita akan mencari saham yang berpotensi dividend yield lebih besar. Kita tetap mempertimbangkan valuasi yang masuk akal, tapi fokusnya bukan di situ.
Kita fokus kepada potensi dividend yield masa depan dan berapa banyak lembar saham murah yang bisa didapatkan. Semakin harga saham turun, semakin banyak lembar saham murah bisa dibeli. Intinya, dividend investing bukan fokus kepada harga saham, tapi kepada lembar saham.
Kita tidak mencari saham murah, tapi kita mencari lembar saham murah. Seperti yang kamu tahu, besar kecilnya dividend yang diterima bukan berasal dari harga saham, tapi seberapa banyak lembar saham yang kamu punya. Meski harga sahamnya rendah, tapi lembar saham sedikit, dividend juga sedikit.
Sebaliknya, meski harga saham tinggi, tapi lembar saham banyak, dividend yang diterima juga banyak. Nah jadi dengan kondisi market yang sedang turun terus, kita akan memanfaatkan peluang untuk mengumpulkan lembar saham yang semakin banyak saat harga semakin murah. Agar kamu bisa lebih memahami tentang konsep ini, mari saya berikan contoh yang real.
Jangan bosan-bosan. saya akan menggunakan contoh saham BRI di video ini. Tapi kalau kamu mau pakai saham lain juga boleh. Sesuaikan saja analisa yang saya buat dengan saham yang ingin kamu analisa.
Karena yang saya ajarkan adalah caranya bukan rekomendasi nama saham. Kerugian tetap tanggung jawab kamu sendiri. Pertama kita lihat dulu dari perkembangan dividen BRI selama 6 tahun, sejak tahun 2019 hingga tahun 2024. Di sini kamu bisa lihat bahwa saham ini konsisten bagi dividen setiap tahun.
Itu adalah kunci pertama untuk menerapkan strategi ini, di mana harus membeli saham yang rutin bagi dividen setiap tahun tanpa pernah absen. Kalau sahamnya pernah absen bagi dividen, berarti tidak masuk kriteria dividen investing. Selanjutnya kita amati growth dividen BRI selama 6 tahun.
Di sini kamu bisa lihat bahwa dividen BRI pernah naik hingga 76% di tahun 2022, tapi juga pernah turun 41% di tahun 2021. Dengan kata lain, itu adalah potensi range dividen yang kamu dapatkan selama 6 tahun. Fungsi range dividen ini adalah, kamu bisa mempertimbangkan di kemudian hari, bagaimana jika dividen saat ini berkurang 41%, apakah saham ini tetap menarik atau tidak. Kita tentu harus pertimbangkan histori yang pernah terjadi untuk membuat proyeksi masa depan.
Dengan kamu tahu kemungkinan terburuk dari aspek dividen, kamu jadi punya antisipasi dan tidak terlalu over ekspektasi. Melanjutkan dari tabel di bawah ini, kamu juga bisa lihat lihat bahwa sejak tahun 2022 hingga 2024 growth dividend BRI terus turun dari yang awalnya 76% turun jadi 65% turun jadi 11% artinya kamu sebaiknya tidak terlalu berharap dividen tahun 2025 akan di atas 11% tapi persiapkan mentalmu apabila dividen growth BRI dibawah 10% Meski begitu, satu hal yang bisa jadi kelebihan BRI dari aspek dividen adalah mereka punya growth rata-rata di atas 10%. Tentu saja, selain tahun 2021 yang turun 41%, nah dari tahun 2020 hingga 2024, growth dividennya selalu di atas 10%.
Dividen yang besar dipengaruhi oleh pencapaian laba dan kebijakan payout ratio. Artinya BRI mampu memenuhi dua hal itu dengan baik, sehingga growthnya juga memuaskan. Sekarang kita akan berbicara tentang labah, karena poin ini sangat berkaitan dengan seberapa banyak dividen yang bisa kamu terima. Jika tadi kamu lihat growth dividen, sekarang kita bahas growth labah. Seperti yang kamu tahu, dividen yang dibagi merupakan hasil pencapaian labah.
tahun sebelumnya jadi apabila kita bahas dividen tahun 2019 hingga 2024 artinya hal itu berasal dari pencapaian laba tahun 2018 hingga 2023 atau satu tahun sebelumnya antisipasi seperti ini sangat dibutuhkan untuk dividend investing karena fokus dividend investing adalah dividen rutin dalam jangka panjang Sehingga pemegang saham harus punya keyakinan kuat terhadap saham yang dia beli. Dengan mengetahui penurunan labah terbesar dari sebuah perusahaan, kamu jadi punya kesiapan mental dan psikologi yang lebih kuat apabila hal itu jadi kenyataan. Dari data ini kamu bisa lihat bahwa laba BRI pernah naik hingga 67% di tahun 2021, tapi pernah juga turun 46% di tahun 2020. Sama seperti tadi, data ini bisa berguna untuk memproyeksikan masa depan. Bagaimana jika kita memiliki data yang berbeda, kita bisa memiliki data yang berbeda. Jika di masa depan laba BRI turun 46% dari saat ini, apakah kamu masih tertarik dengan saham ini?
Atau langsung cut loss? Apalagi jika harga saham turun signifikan dan labanya juga turun. Apakah psikologimu masih tenang atau sudah mulaikan?
kacau setelah mengetahui dua hal tadi selanjutnya Mari kita hubungkan antara dividen dibagi dan laba yang dicapai bisa kamu lihat bahwa ada hubungan kuat antara dua komponen ini saat laba tumbuh signifikan dividen juga akan naik begitu juga sebaliknya bahkan untuk studi kasus saham BRI ini pertumbuhan dividen cenderung lebih tinggi dari pencapaian laba setidaknya untuk dividen tahun 2020 hingga 2022 Saat laba naik 6% di tahun 2019, dividen yang dibagi di tahun 2020 naik 27%. Saat laba turun 46% di tahun 2020, dividen yang dibagi hanya turun 41%. Saat laba naik 67% di tahun 2020, dividen yang dibagi hanya turun 41%. persen di tahun 2021 dividennya malah tumbuh 76% tapi sejak tahun 2023 growth dividend BRI sudah lebih normal mengikuti pencapaian labanya saat laba naik 65% di tahun 2022 dividen di tahun 2023 juga naik 65% bahkan saat laba naik 18% di tahun 2023 dividennya hanya tumbuh 11% di tahun 2024 Itu artinya kamu harus punya antisipasi tentang dividen tahun 2025. Apabila di tahun 2024, laba BRI hanya tumbuh di bawah 10%, berarti dividennya juga tidak akan tumbuh signifikan.
Tentu saja hal ini juga karena skala BRI yang sudah besar. Coba bayangkan, dengan laba 60 triliun di tahun 2023, untuk membuat tumbuh 10%, artinya harus ada kenaikan laba 6 triliun rupiah. Angka kenaikan laba 6 triliun itu bisa dikatakan sangat besar jika dibandingkan laba perusahaan kecil.
Bahkan ada beberapa perusahaan besar yang labanya tidak sampai 6 triliun setahun. Artinya semakin besar laba yang sudah dicapai, akan semakin penuh tentangan untuk membuat laba yang lebih besar. membuat tumbuh di atas 10% itulah salah satu alasan yang harus kamu pertimbangkan saat akan memilih saham setelah menganalisa hubungan antara laba dan dividen sekarang Mari kita coba implementasikan kira-kira untuk mendapatkan dividen 100 juta per tahun butuh berapa banyak lembar saham ingat yang kita tekankan di sini adalah lembar saham dan bukan jumlah rupiah karena lembar saham yang sama belum tentu juga kamu mengeluarkan uang yang sama untuk itulah saya membuat video ini agar pemahaman kamu bisa lebih luas lagi saat melihat konsep dividen investing kita langsung bahas saja dari data ini bisa kamu lihat bahwa untuk memperoleh dividen 100 juta setahun di tahun 2019 kamu butuh lembar saham sekitar 756.000 Tapi menariknya, untuk memperoleh dividen yang sama yaitu 100 juta, di tahun 2024 kamu hanya butuh 313 lembar saham saja. Artinya selisih lembar saham kamu berkurang di atas 50%.
Dari awalnya 756 turun menjadi 313 ribu lembar saham saja hanya dalam waktu 6 tahun yaitu 2019 ke 2024. Alias kamu bisa memperoleh diskon lebih dari 50%. Kenapa hal itu bisa terjadi? Kenapa jumlah dividen yang diterima sama, tapi lembar saham yang dibutuhkan jadi lebih sedikit? Jawabannya adalah karena dividen yang dibagi semakin besar.
Pada tahun 2019, BRI hanya bagi dividen 132 per lembar saham. Tapi, Pada tahun 2024, dividennya menjadi Rp319. Artinya, kalau kamu ingin Rp100 juta di tahun 2019, kamu harus bisa beli BRI sebanyak Rp756.000 lembar.
Tapi, kalau kamu ingin dividen Rp100 juta di tahun 2024, kamu hanya perlu BRI sebanyak Rp313.000 lembar saham saja. Menurutkan, inilah yang namanya, biarkan perusahaan yang kerja pemegang saham terima dividen. Karena laba BRI terus naik, dividen per share juga cenderung naik. Dividen per share yang naik membuat lembar saham yang dibutuhkan jadi semakin kecil, untuk mendapat nominal uang yang sama. Jika konsep ini kita lihat dari sisi yang lain, ceritanya akan jadi begini.
Orang yang punya 756 ribu lembar saham di tahun 2019, akan memperoleh dividen 100 juta di tahun 2019. Tapi, dengan lembar saham yang lebih besar, saham yang sama di tahun 2024 dividen yang diterima bukan lagi 100 juta tapi menjadi 241 juta dimana mengkalikan dividen per share-nya dengan lemar saham yang dimiliki dengan kata lain, dividennya naik lebih dari 1% dilipat tanpa harus ngapa-ngapain. Inilah yang dinamakan biarkan aset yang bekerja untuk kita. Hanya perlu beli perusahaan bagus, tunggu, dan terima dividen yang lebih besar di masa depan. Menurut saya, orang yang menerima dividen 100 juta di tahun luar 2019 mayoritas tidak akan menyangka kalau mereka bisa terima dividen 241 juta di tahun 2024 dengan uang yang sama.
Ingat disini orang tersebut tidak berbuat apa-apa alias hanya menjadi investor pasif dan berharap dari dividen saja. Tidak ada reinvest dividen ataupun tidak ada top up dana. Kita tidak lagi mengulas dari sisi capital gain, tapi di video ini kita fokus saja ke dividennya.
Kita juga tidak membahas soal top up dana ataupun reinvestasi dividen yang diterima. Sebenarnya, kamu membeli sebuah bisnis di tahun 2019 yang bisa berikan income 100 juta per tahun. Tanpa kamu harus terjun ke bisnisnya, tanpa mengurusi operasional perusahaan, kamu menerima income 241 juta di tahun 2024. Inilah indahnya dividend investing apabila sahamnya tepat.
Kita punya sahamnya, biarkan perusahaan yang kerja untuk kita. Setelah tahu tentang konsep pengembara saham dan dividend growth, selanjutnya yang menjadi pertanyaan, berapa modal yang dibutuhkan untuk mendapat uang 100 juta itu? Mari kita bahas.
Kita akan gunakan angka saham 6.000 karena merupakan angka tertinggi BRI. Dengan kata lain, Saya gunakan angka yang paling pesimis agar perhitungan bisa jadi realistis. Pada tahun 2019, apabila kamu beli BRI pada harga Rp6.000, butuh uang sekitar Rp4,5 miliar untuk memperoleh lembar saham yang setara dengan dividen Rp100 juta per tahun. Sampai di sini, apakah ada yang aneh?
Ya benar, harga saham BRI di tahun 2019 tentu bukan Rp6.000, melainkan jauh lebih rendah. Tapi saya gunakan angka Rp6.000 agar simulasi ini menjadi realistis untuk tahun 2024. Agar supaya tidak ada statement yang mengatakan, itu kan data masa lalu sudah lewat, jadi sudah tidak bisa digunakan. Itulah alasannya kenapa saya pakai angka Rp6.000. Tujuannya agar perhitungan bisa realistis di masa sekarang. Kita lanjutkan pembahasan, jika di tahun 2019 kamu butuh uang 4,5 miliar untuk dapat dividen 100 juta per tahun, di tahun 2024 kamu hanya butuh uang 1,8 miliar untuk dapat dividen yang sama yaitu 100 juta.
Mungkin, Di sini kamu jadi lebih paham tentang efek dari dividen growth. Semakin besar dividen per share, modal yang dibutuhkan jadi lebih kecil. Dari data ini saja bisa dilihat bahwa modal yang dibutuhkan berkurang sekitar 58%.
Dari 4,5 turun menjadi 1,8%. untuk memperoleh dividen yang sama. Dengan kata lain, saat kinerja perusahaan tumbuh, kita sebenarnya sedang dibantu oleh perusahaan agar bisa mendapat dividen dengan modal yang lebih murah.
Selisih dari 4,5 ke 1,8 tentu sangat jauh kan? Nah, tadi kita bahas jika menggunakan harga saham Rp6.000. Sekarang bagaimana jika harga sahamnya hanya Rp5.000?
Ingat, harga yang saya katakan di sini adalah harga rata-rata. Apabila harga saham turun Rp1.000 saja, dari Rp6.000 ke Rp5.000, modal yang kamu butuhkan untuk beli beli di tahun 2024 turun dari 1,8 menjadi 1,5 miliar saja artinya kamu hemat sekitar 300 juta untuk membeli saham yang ditawarkan dengan dividen 100 juta per tahun ingat dividen yang kamu terima sama yaitu 100 juta per tahun Ini alasannya kenapa saat harga saham turun, dividend investing jadi lebih menarik. Karena modal yang dikeluarkan akan lebih rendah untuk memperoleh lembar saham yang sama.
Artinya, semakin rendah harga saham turun, semakin rendah juga modal yang harus dikeluarkan. Dengan punya... Konsep berpikir seperti ini, kamu jadi senang apabila harga turun dan bukan malah panik. Tapi dengan catatan, perusahaannya bagus dan secara fundamental memang layak untuk dividend investing.
Terus pertanyaannya lagi, dari simulasi ini, untuk memperoleh dividend seharga, 100 juta, meski harga beli di angka 5 ribu, kita butuh uang 1,5 miliar. Jika saat ini saya belum ada uang sebanyak itu, apakah mungkin memperoleh dividen 100 juta? Jawabannya mungkin saja. Dengan catatan, kamu bisa sabar menunggu dan perusahaannya tetap bertumbuh.
Cara yang bisa kamu lakukan adalah menunggu. Ya, kamu tidak salah dengar atau baca. Kamu hanya perlu menunggu dan berharap kinerja perusahaan bisa semakin tumbuh.
Kinerja yang tumbuh tentu akan berdampak pada dividen yang dibagi. Misal, saat video ini dibuat, di Dividen per share BRI hanya 319 per lembar saham. Hal itu membuat kamu butuh uang 1,8 miliar apabila membeli di harga 6 ribu untuk dapat dividen 100 juta rupiah.
Tapi bagaimana jika dividen BRI naik 1 kali lipat menjadi 638 per lembar saham? Itu artinya kamu hanya butuh... 1 lembar saham Rp156.000 atau dengan modal Rp940.000 dengan harga Rp6.000.
Sedangkan apabila dividennya naik 2 kali lipat menjadi Rp957.000, kamu hanya butuh 104.000 lembar saham atau uang Rp626.000 dengan harga Rp6.000. Ingat, harga yang kita gunakan adalah Rp6.000 atau dengan kata lain kita menggunakan harga yang pesimis. Apakah kamu sudah tahu apa yang saya maksudkan?
Yang perlu dilakukan adalah menunggu dividen prasir BRI naik dalam 5-10 menit. 2015 tahun ke depan Pertanyaannya apakah mungkin dividen persiar naik berkali lipat jawabannya adalah mungkin saja faktanya di tahun 2019 dividen BRI hanya 132 dan menjadi 319 di tahun 2024 dengan kata lain naik 2,4 kali hanya dalam waktu 5-6 tahun saja. Jika di masa lalu perusahaan ini bisa tumbuh seperti itu, apakah di masa depan mereka bisa melakukannya lagi? Jawabannya bisa iya, bisa juga tidak.
Oleh karena itu, yang harus kita lakukan adalah terus memantau kinerja perusahaan. Apakah bisa dikonsumsi? bisa tumbuh konsisten atau tidak.
Selama masih tumbuh, harga sahamnya turun signifikan itu adalah hal yang sangat bagus. Tapi, jika kinerjanya turun drastis, harga saham yang turun itu harus segera diwaspadai. Jadi patokannya tetap saja adalah kinerja keuangan dan kita tidak lagi terlalu pusing dengan naik turun harga setiap hari. Pertanyaannya lagi, jika dividen naik 1 kali lipat, berarti laba juga harusnya naik 1 kali lipat. Apakah mungkin laba BRI yang saat ini 60 triliun naik jadi 120 triliun?
triliun di masa depan? Pertanyaan itu sering ditanyakan di kolom komentar. Jawaban saya sederhana. Jika kamu seolah-olah hidup di tahun 2003, apakah kamu pernah menyangka laba BRI bisa 60 triliun di tahun 2023? Hal mustahil di masa lalu bisa jadi kenyataan di masa sekarang.
Begitu juga dengan hal tidak masuk akal di masa sekarang, bukan mustahil terjadi di masa depan. Tapi ingat, kita juga harus realistis. Menaikan laba satu kali lipat dari 30 menjadi 60 triliun tentu tidak sesusah menaikan laba satu kali. 1 kali lipat dari 60 triliun menjadi 120 triliun. Oleh karena itu, kita harus pantau terus kinerja saham yang dibeli, agar bisa mengambil tindakan dengan lebih cepat dan rasional.
Ingat, apapun yang ada di saham itu pasti ada resikonya. Meski saham blue chip seperti BCA dan BRI, tentu saja ada resikonya juga. Yang bisa kita lakukan hanya meminimalisir dan melakukan segala bentuk antisipasi.
Jadi pertanyaannya, antisipasi apa? apa yang sudah kamu lakukan. Sebagai informasi, kalau kamu mau belajar lebih detail tentang dividend investing, mungkin e-book strategi namun saham dan stock for living bisa membantu.
Detail pembahasan e-book silahkan lihat pada gambar di bawah ini. Nah, ternyata simulasi ini memiliki beberapa kesan. kelemahan.
Yang pertama, kita tidak tahu apakah perusahaan mampu terus menghasilkan laba di masa depan. Karena kita gunakan simulasi, perusahaan labanya terus naik. Ada kalanya labanya naik, tapi mungkin juga bisa turun. Selain itu, semakin besar laba perusahaan, rasanya akan menjadi semakin sulit untuk membuatnya double. Misalnya, apakah kamu yakin laba bank mandiri di masa depan bisa berlipat ganda dari laba saat ini?
Misalnya laba saat ini 55 triliun. Apakah kamu yakin 20 tahun ke depan, laba? laba bank mandiri bisa mencapai 110 triliun? Mungkin saat ini rasanya seperti tidak masuk akal. Tapi jika kamu lihat video tadi, maka hal ini sama terjadi seperti 20 tahun sebelumnya.
Apakah kamu pernah berpikir 20 tahun sebelumnya bahwa saat ini mandiri mampu menghasilkan laba 55 triliun? Meski saat ini seakan-akan mustahil, tapi buktinya hal itu pernah terjadi 20 tahun sebelumnya. Tapi ingat, 20 tahun ke depan kita tidak bisa mematok akan terjadi hal yang sama. Bisa saja lebih tinggi, bisa juga lebih rendah. Poin kedua, harga beli saham konstan pada satu harga mungkin tidak akan relevan jika saham perusahaan naik signifikan.
Mungkin saat ini BMRI di harga 7 ribu, tapi jika harganya nanti jadi 10 ribu, modal yang harus kamu keluarkan jadi lebih besar. Meski begitu, hal sebaliknya juga bisa terjadi. Jika nanti harga bank mandiri turun jadi 5 ribu, modal kamu juga bisa jadi lebih kecil.
Jadi semuanya punya plus minusnya. masing-masing ketiga inflasi mungkin tidak selalu 5% setiap tahun kadang lebih tinggi tapi mungkin bisa juga lebih rendah jadi angka kebutuhan hidup di masa depan mungkin belum pasti tapi setidaknya kamu sudah punya gambaran besarnya Oke dividend investing bisa menjadi salah satu solusi untuk meminimalisir ketidakpastian di pasar saham dapat cashflow atau uang gratis setiap tahun dan mengembangkan potensi keuntungan di masa depan tentu saja ini syarat dan ketentuannya berlaku berlaku juga jika kamu mencari di Google dividend investing merupakan pendekatan dalam investasi saham yang menitik beratkan pada saham-saham perusahaan yang rutin dan konsisten membayar dividen kepada pemegang sahamnya tapi kamu harus ingat juga bahwa kamu harus bisa memproyeksikan Di masa depan, kinerjanya dapat terus bertumbuh sehingga dividen semakin besar. Dan apabila kamu membeli saat ini dengan harga yang lebih murah, otomatis dividen yield di masa depan akan menjadi lebih besar. Bahkan bisa saja kamu balik modal hanya dari dividen. Kita akan mengambil contoh satu pembahasan yang pernah saya tulis di dalam e-book strategi nabung saham maupun stock for living yaitu saham bank mandiri.
Ini merupakan contoh kasus yang ada di e-book strategi nabung saham yang ditulis di tahun 2021 dan e-book software living yang ditulis di tahun 2023 jadi contoh ini dibuat tahun 2021 sebelum terjadi kondisi yang sebenarnya di tahun 2023 silahkan kamu pertimbangkan sendiri hai hai Oke, ini merupakan cuplikan pembahasan di e-book Stock for Living. Saya mengatakan seperti ini. Berdasarkan laporan keuangan bank mandiri tahun 2022, diinformasikan juga bahwa perusahaan berhasil membutuhkan laba sekitar Rp41,1 triliun.
Angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan perkiraan penulis di tahun 2021 sebesar Rp22,6 triliun. Nah, jadi karena e-book strategi nama saham ini ditulis tahun 2021, maka saya memperoleh kira-kira di tahun 2022 nanti laba perusahaan bank mandiri ini akan sebanyak apa? Nah di tahun 2021 berdasarkan growth sebelumnya maka saya mengasumsikan terjadi pertumbuhan sekitar 15%.
Dengan kata lain asumsinya laba bank mandiri di tahun 2022 sekitar 22,6 triliun rupiah. Bagaimana kenyataannya, realita yang terjadi di tahun 2022, Bank Mandiri berhasil mencetak labah sebanyak 41,1 triliun rupiah. Angka yang sangat besar jika dibandingkan dengan proyeksi yang saya buat. Apakah dampaknya? Nah dampaknya adalah...
Dividend per share yang semakin besar. Karena bank mandiri ini konsisten membagi dividen dengan payout ratio yang jenurung stabil mungkin sekitar 60% setiap tahun, maka dividen per share-nya mengalami pertumbuhan menjadi 264,5 di tahun 2020. 2022 setelah disesuaikan dengan stok speed itu artinya apabila kamu membeli saham bank mandiri di tahun 2021 saat ibu strategi nabung saham ini ditulis maka di tahun 2023 untuk tahun buku 2022 potensi dividenirmu sudah bukan 5% lagi tapi 7% hingga 9,4% berdasarkan harga saham di tahun 2021 itu artinya terjadi kenaikan satu sampai dua kali lipat hanya dalam waktu 22 tahun saja di tahun 2021 hingga ke tahun 2023 inilah yang menjadi alasan kenapa untuk dividend investing kamu tidak boleh hanya melihat dalam jangka pendek atau dalam satu tahun saja tapi kamu harus memproyeksikan di masa depan kira-kira pertumbuhan laba perusahaan akan seperti apa nah ini menjadi hal yang menarik karena proyeksi yang saya buat ini lebih rendah dibandingkan realita yang terjadi otomatis secara dividen maka terjadi pengkalian dalam jumlah yang cukup besar mengingat proyeksi yang saya buat hanya 22,6 tapi realitanya 41,1 triliun rupiah. Ini merupakan hal yang sangat menarik. Kalau kamu punya saham bank mandiri sejak tahun 2021 saat ebook strategi namung saham ditulis dan masih hold hingga sekarang, berapapun harga beli kamu, dividen yield bank mandiri paling kurang 7% di tahun 2023, bahkan bisa di atas 10% di tahun 2024 ini. Dengan kata lain, hanya dalam waktu 2 tahun.
tahun dividen yield kamu naik dagger dari yang biasanya sekitar 4-5% kini naik hingga bahkan di atas 10% di tahun 2024 ini selain itu pemegang saham bank mandiri juga memperoleh floating profit karena harga saham naik sangat signifikan bahkan kenaikannya di atas saham BRI dan BCA Dividend investing baru akan terasa dalam jangka panjang. Dalam jangka pendek, yieldnya biasa saja. Tapi dalam jangka panjang, asalkan kinerja perusahaan terus tumbuh, yieldnya otomatis akan meningkat.
Ini merupakan salah satu contoh. Dividend di tahun 2020. untuk bank BRI adalah 4,97%. Apabila saya memproyeksikan di tahun 2024, dengan harga saham pada saat video ini dibuat, yieldnya hanya naik menjadi 5,6%.
Begitu juga dengan bank mandiri dari 4,06%. hanya naik menjadi 5,13%. Bank BNI dari 3,57% hanya naik menjadi 4,09%. Dan Bank BCA dari 2,2% hanya naik menjadi 2,6%. Itu artinya 4 saham big banks ini semuanya diproyeksikan mengalami peningkatan dividend yield di tahun 2024 apabila dengan menggunakan harga saham saat video ini dibuat.
Untuk dalam jangka waktu 1 tahun, kenaikan yieldnya terlihat hanya naik tipis karena hanya naik sekitar 1%. Tapi bagaimana dalam jangka waktu 5 tahun, 10 tahun, 15 tahun ke depan? Tentu saja dividen yield yang akan kamu peroleh apabila kinerja perusahaan terus tumbuh akan semakin besar.
Sebagai contoh, kamu bisa lihat lagi pembahasan sebelumnya terkait saham bank mandiri yang sudah ditulis di e-book Strategi Nemu Saham dan Stock for Living. Pertanyaannya, apakah mungkin laba perusahaan besar dengan nominal puluhan triliun naik signifikan? Jawabannya tentu saja mungkin.
Siapa yang sangka laba BRI, Mandiri, dan BCA yang dulunya hanya belasan triliun di tahun 2023 sudah di atas? apabila disetahunkan artinya terjadi kenaikan laba puluhan triliun hanya dalam waktu beberapa tahun saja atau mungkin belasan hingga puluhan tahun apakah kamu pernah menyangka bank BRI bisa hasilkan laba 4 40 triliun 10 tahun yang lalu mungkin kamu berpikir bahwa untuk mengalami peningkatan laba sekitar 10 triliun 20 triliun itu merupakan hal yang mustahil tapi bagaimana dengan realitanya saat ini tentu saja labanya naik sangat signifikan itulah yang menjadi alasan kenapa dividend investing akan jadi menarik di masa mendatang Nah kalau kamu mau mendalami tentang dividend investing ada dua ebook yang bisa menjadi referensi untuk cara belinya silahkan cat saja pada nomor nomor WA di akhir video ini dari video tadi kita bisa belajar bahwa dividend investing merupakan salah satu teknik investasi yang cukup nyaman dan santai alasannya sederhana karena kita tidak perlu mengikuti perkembangan harga saham setiap hari tapi fokus saja ke proyeksi pertumbuhan dividen dan kinerja perusahaan secara periodik apabila sudah memiliki modal yang cukup tentu saja dividend investing bisa menjadi pilihan yang sangat baik kita bisa merasa seperti orang kaya karena tanpa perlu bekerja pasif income terus masuk setiap tahun. Masalahnya, berapa banyak dari kita yang saat ini sudah punya modal miliaran rupiah.
Apabila dana kita terbatas, misalnya hanya jutaan, puluhan juta, atau ratusan juta, dividen yang akan kita terima setiap tahun mungkin tidak terlalu terasa. Kita kembali ke judul video ini, apakah benar kalau saham itu tidak bisa bikin kaya? Jawabannya bisa iya, bisa juga tidak.
Untuk menjawab pertanyaan itu, kamu perlu melihat dari berbagai sisi. Kaya yang dimaksudkan di sini adalah saat mempunyai uang berapa banyak, berapa modal awal yang kamu gunakan untuk membeli saham, apakah kamu bisa top up rutin ke rekening saham atau hanya 1 kali setor dana saja, berapa persentase return tahunan yang bisa diperoleh, berapa lama kamu ingin membeli saham di pasar modal, dan masih banyak lagi pertanyaan. yang harus dijawab.
Dari banyaknya pertanyaan, saya tertarik untuk membahas satu topik, yaitu kalau kamu tidak rutin top up dana ke rekening saham, portfolio-mu mungkin akan sulit bertumbuh. Artinya, saya mau sampaikan bahwa untuk membuat portfolio bisa tumbuh secara konsisten dalam jangka panjang, kita tidak boleh hanya berharap pada satu dana yang sudah disetor ke rekening sekuritas. Ada beberapa poin lagi yang harus kita usahakan agar pertumbuhan portfolio bisa lebih maksimal. Terima kasih.
Menurut saya setidaknya ada 4 poin yang perlu kamu pertimbangkan, yaitu yang pertama modal awal, kedua dana top up, ketiga return konsisten, dan yang keempat adalah waktu. Empat hal ini saling berkaitan satu dengan lain, dan kamu tidak boleh hanya berharap pada satu poin saja. Misal, kamu punya modal awal yang besar untuk membeli saham dan berharap bisa cepat kaya hanya karena punya modal yang besar.
Modal awal yang besar tidak akan memberikan hasil yang maksimal kalau kamu tidak rutin top up dana, return konsisten, dan berharap bisa cepat kaya hanya karena punya modal awal yang besar. returnnya konsisten, dan waktunya singkat. Sebaiknya, mungkin modal awal kamu tidak seberapa, tapi kalau kamu konsisten rutin top up dana, mampu menghasilkan return konsisten yang di atas rata-rata, dan punya durasi waktu yang panjang, kemungkinan portfolio-mu bisa tumbuh akan jadi lebih besar. Mungkin inti yang mau saya tekankan di sini adalah modal besar itu memang penting, tapi bukan segalanya.
Berapa banyak orang yang modalnya besar tapi portofolinya malah rugi. Pasar modal memang berbicara tentang modal, tapi bukan hanya modal uang saja. Ada modal yang berbeda, ada modal yang berbeda, ada modal yang berbeda. Ada modal lain yang perlu kamu miliki agar bisa bersaing di industri ini. Untuk lebih jelasnya, mari simak beberapa contoh berikut ini.
Bagi informasi, beberapa pembahasan yang nanti akan kamu lihat merupakan poin-poin yang dibahas pada e-book Stock for Living. Ada beberapa screenshot pada e-book yang saya tampilkan agar mempermudah pemahaman kamu. Apabila ingin membeli e-book ini, silakan cek saja di nomor WA di akhir video.
Contoh kasusnya adalah sebagai berikut. Kamu memiliki target mengumpulkan portfolio saham sebesar 5 miliar rupiah. mencapai angka itu ada beberapa kondisi yang terjadi. Nah, kondisi-kondisi itulah yang akan kita bahas lebih lanjut.
Sekarang, mari kita lihat saja simulasinya seperti apa. Pertama, model awal besar yang hanya sekali top up akan kalah dengan... dengan modal lebih kecil yang rutin top up.
Asumsi keduanya memiliki return yang sama. Dengan asumsi return 15% per tahun, orang yang punya modal awal 100 juta tanpa top up akan mencapai dana 5 miliar pada tahun ke-28. Kamu bisa lihat berdasarkan tampilan di sebelah kiri ini. Sedangkan mereka yang...
punya modal awal 50 juta dan rutin top-up dana 24 juta per tahun, bisa mencapai dana 5 miliar pada tahun ke-23. Itu artinya, terdapat selisih sekitar 5 tahun, antara modal awal 100 juta dan modal awal 50 juta yang rutin top-up. Di sini ada yang menarik, dengan selisih dana yang mencapai 50% dari 100 juta dan 50 juta, ternyata orang yang punya dana awal lebih kecil bisa mencapai angka 5 miliar lebih cepat, asalkan rutin top up dana setiap tahun. Kondisi kedua, modal awal besar dengan nominal top up lebih kecil akan kalah dengan modal awal kecil dengan nominal top up lebih besar.
Asumsi keduanya memiliki return yang sama. Kamu bisa lihat di sini, dengan asumsi return 15% per tahun orang yang punya modal awal 100 juta dengan top-up 12 juta per tahun akan mencapai dana 5 miliar pada tahun ke-24 sedangkan mereka yang punya modal awal hanya 50 juta tapi rutin top-up 24 juta per tahun bisa mencapainya di tahun ke-23 hai hai Menarikkan, dengan selisih modal awal yang mencapai 50%, ternyata orang yang rutin top up dana lebih besar bisa mencapai angka 5 miliar lebih cepat dibanding yang punya modal awal besar tapi dana top upnya lebih kecil. Kamu bisa lihat di sini, selisih modal awal sangat besar karena dengan nominal 50 juta, yaitu dari 50 juta ke 100 juta.
Sedangkan selisih dana top up rutin menjadi lebih kecil karena selisihnya hanya 12 juta saja dari 12 juta. juta ke 24 juta tapi pertanyaannya kenapa selisih dana top-up 12 juta lebih berpengaruh signifikan dibandingkan selisih modal awal 50 juta poin ketiga orang yang bisa menghasilkan profit konsisten lebih besar akan menang dibanding mereka yang hanya menghasilkan profit konsisten dengan angka yang lebih kecil asumsi keduanya memiliki modal yang sama dengan asumsi model awal dan dana yang sama orang yang mampu hasilkan profit konsisten lebih besar setiap tahun tentu akan mencapai target modal yang lebih cepat kamu bisa lihat di sini bahwa jika return konsisten 10% mungkin butuh waktu 24 tahun tapi jika returnnya 30% hanya butuh 14 tahun. Artinya, terdapat selisih waktu yang sangat besar, yang mencapai 10 tahun. Nah masalahnya, bagaimana cara memperoleh return konsisten dalam jangka panjang? Hal itu yang sebaiknya kamu cari jawabannya.
Poin keempat, kalau kamu belum punya modal yang banyak, dan belum bisa hasilkan profit konsisten yang lumayan setiap tahun, pastikan kamu masih punya kesempatan berupa waktu. Kalau usiamu saat ini tidak lagi muda, setidaknya kamu bisa membuka jalan, agar anak-anakmu nanti bisa meneruskan apa yang sudah kamu mulai. Karena ingat, pasar saham akan terus bergerak dari waktu ke waktu, baik itu saat kamu masih kecil, dewasa, tua, bahkan hingga ke anak cucu nanti.
Katakanlah saat ini kamu berusia 50 tahun. Apabila mengacu pada tabel sebelumnya, kamu butuh waktu di atas 20 tahun untuk mengumpulkan target dana 5 miliar agar bisa menikmati hidup. Masalahnya, jika menggunakan angka 20 tahun saja, kalau portfolio-mu tumbuh dengan konsisten, artinya kamu baru bisa mencapainya di usia 70 tahun. Itu pun kalau diberikan panjang umur dan portfolio konsisten bertumbuh. Apakah itu berarti investasimu sudah terlambat?
Tentu tidak. Kamu punya keturunan atau pasangan yang bisa diberikan privilege berupa portfolio saham. Kalau saat ini kamu mulainya dari angka 0, berarti nantinya keturunan atau pasanganmu tidak harus mulai lagi dari awal. Mereka sudah memperoleh privilege yang kamu usahakan saat ini. saat ini agar memperoleh kehidupan yang lebih baik dari sisi finansial katakanlah anak kamu masih berusia 20 tahun saat ini apabila dana kelolaanmu bisa terus tumbuh dari waktu ke waktu saat mereka tumbuh dewasa nanti tentu saja portfolio yang kamu berikan kepada mereka akan tumbuh sangat besar dan jauh lebih besar dari sekedar 5 miliar rupiah hai hai Itulah alasannya kenapa pada usia berapapun kamu saat ini, tidak ada salahnya untuk tetap belajar tentang pasar modal.
Saham ini menarik, karena selain praktis untuk bertransaksi, bisa juga untuk diwariskan. Kamu mungkin tidak bisa memberikan perusahaan atau bisnis besar kepada anak-anak kamu, tapi kamu bisa memberikan saham perusahaan besar kepada mereka. Apabila lembar saham yang kamu kumpulkan semakin banyak, bisa saja di masa depan kamu atau anak-anak kamu menikmati dividen dengan jumlah yang sangat besar. Kalau kamu tidak sempat menikmati hasil usahamu, mungkin keturunanmu nanti yang akan menikmatinya.
Poin inti dari pembahasan ini adalah tentang compounding interest atau bunga berbunga. Compounding interest tidak akan terasa dalam jangka pendek, melainkan memberikan hasil yang menakjubkan dalam jangka panjang. Meski begitu, kamu perlu ingat bahwa compounding akan jadi lebih maksimal jika memiliki 4 faktor kali, yaitu dana awal, rutin top up dana, return konsisten, dan durasi waktu yang cukup.
Artinya, meski dana awal kamu besar, tapi kamu tidak memanfaatkan 3 faktor yang lain, kompaun interest tidak akan bekerja dengan maksimal. Simulasi-simulasi yang kamu lihat sebelumnya memang hanya perhitungan di atas kertas, dan tentu saja realitas saat menjalannya tidak akan semudah perhitungan kalkulator. Akan ada masanya di mana profit 15% sangat mudah untuk diperoleh, tapi akan ada yang akan menyebabkan perhitungan kalkulator tidak akan semudah.
ada juga tahun di mana profit 7,5% sangat sulit untuk dicapai. Kamu memang mampu top up dana secara rutin untuk memperbesar modal, tapi mungkin akan ada tahun di mana keuangan kamu bermasalah, sehingga bukannya menambah modal, kamu malah berpikir untuk memperbesar modal. untuk menarik sebagian dana dari rekening sekuritas, entah untuk kebutuhan hidup atau hanya sekedar gaya hidup. Ini merupakan cuplikan tampilan dari pembahasan di e-book Stock for Living. Kesimpulan, jadi saham bisa bikin kaya atau tidak?
Jawabannya tergantung. Apakah kamu bisa memanfaatkan compounding efek dengan baik atau tidak? Artinya, kita tidak hanya melihat dari berapa besar modal awal yang kamu miliki, tapi juga berapa banyak dana top up yang rutin kamu setorkan, persentase profit konsisten, dan durasi.
waktu investasi jangka panjang. Semoga video ini bermanfaat ya. Demikianlah pembahasan singkat pada video ini. Selalu ingat bahwa semua saham yang disebutkan bukan rekomendasi dan hanya informasi.
Segala resiko kerugian menjadi tang jawab kamu sendiri. Di video berikutnya ingin dibahas materi apalagi, tulis di kolom komentar ya. Sebagai informasi, channel Youtube Baca Saham sekarang ada dua, yang pertama Baca Saham dan Baca Saham dari Nol. Berikut ini beberapa list e-book Baca Saham. Pertama, Stock for Living, Strategi Nabung Saham, The Stock Market, dan Cara Cepat Analisa Laporan Kewangan.
keuangan. Apabila tertarik, chat saja pada nomor WA yang ada. Sekian video ini semoga bermanfaat.
Thank you.