Pemirsa TVMU, Jamaah Muhammadiyah Channel, Youtube, dan juga Jamaah Zumiah yang dirahmati oleh Allah SWT. Kita bertemu lagi pada pengajian bulanan Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Tak lupa saya menyapa Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof. Dr. Haidar Nasir MSI, dan juga Ibu Ketua Pimpinan Pusat Aisyah, Dr. Salma Orbayina M.Ges, yang saat ini sedang bersama kita untuk mengikuti pengajian Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Untuk membuka pengajian pada malam hari ini, marilah kita melafalkan basmalah terlebih dahulu. Bismillahirrahmanirrahim Acara selanjutnya yaitu Pembacaan ayat suci Al-Quran Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh A'udzubillahiminasyaitonirrojim Bismillahirrohmanirrohim Manir Rahim Kuntum Khair Ummat Walau ahlul kitab lakana khairan lak.
Minhumul mu'minuna faruhumu alfa. Ruang Zoom telah hadir tiga narasumber kita dan juga satu Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof. Dr. Abdul Mukti, MED, yang sudah hadir di sini. Prof. Abdul Mukti, bagaimana kabarnya Prof? Alhamdulillah, sehat walafiat. Ya, kemudian ada Dr. Makrun Sanjaya dan juga ada Ismail Fahmi dan nanti ada Mas Fad Pahdepi.
Untuk memulai acara pada malam hari ini Prof. Dr. Abdul Mukti akan memberikan pengantar pada pengajianan bulanan Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Kepada yang terhormat Prof. Dr. Abdul Mukti MED, kami persilahkan. Terima kasih, Mona.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillah ya haqqa hamdih. Wassalatu wassalamu ala rasulih, ala alihi wa ashabih, amma ba'd. Yang terhormat, wa umum, pimpinan pusat Muhammadiyah. Prof. Dr. Gaya Ji Haidar Nasir MSI, serta Ibu Dr. Nurjana Johantini, Ibu Ketua Umum Pimpinan Pusat Aisyah, Ibu Dr. Salmah Urbayinah, dan seluruh narasumber pada pengajian umum malam hari ini, sahasapa Pak Dr. Makrun Sanjaya, dan juga Pak Ismail Fahmi, PhD.
dan Kang Fad Pahdevi MA, serta seluruh jamaah pengajian yang mengikuti melalui saluran televisi Muhammadiyah, melalui Youtube, dan juga berbagai channel media sosial yang lainnya. Alhamdulillah syukurlah, marilah kita bersyukur atas imat Allah yang terlimpah. dan kepada kita semua sehingga Alhamdulillah pada malam hari ini kita sekalian dapat bersama-sama dalam satu forum pengajian umum yang secara rutin diselenggarakan oleh pimpinan pusat Ahmadiyah. Tema kita pada pengajian malam ini tentang kesalahan digital, bagaimana kita membangun dan memperkuat dakwah serta ukhuah melalui media sosial.
Tema ini memang sengaja kita bahas bersama-sama, paling tidak karena beberapa alasan. Alasan yang pertama adalah yang bersifat subjektif di mana BP Muhammadiyah menaruh perhatian yang serius terhadap dinamika dan juga fenomena yang berkaitan dengan media sosial. Paling tidak, ada satu hal penting yang telah diterbitkan oleh BBM Mahmadiyah, yaitu VG Informasi dan juga keputusan Buktamar Mahmadiyah 48 di Surakarta yang berkaitan dengan isu strategis keumatan.
Salah satu yang diangkat dalam institusi keumatan itu adalah kesalahan digital. Ini memang menjadi persoalan yang serius dalam konteks kita bermohamadiah, berbangsa, dan bernegara. Yang kedua tentu saja kita kaitkan dengan realitas sosial di mana sekarang ini semakin banyak...
Di antara kita ini yang terkoneksi satu dengan yang lainnya melalui internet. Kalau kita ikuti berbagai kajian dalam studi tentang digital age atau era digital itu, diperkirakan pada 2025, 75% manusia itu sudah terkoneksi lewat internet. Dan ini menunjukkan bagaimana... Manusia memiliki jaringan, memiliki engagement dan pertautan satu dengan yang lainnya yang nyaris tanpa batas.
Batas-batas geografis itu mungkin hanya merupakan batasan wilayah administratif dan politik suatu bangsa atau suatu negara, tetapi tidak menjadi pembatas bagi manusia untuk berinteraksi satu dengan yang lainnya, lintas negara, lintas benua. Dalam waktu yang sangat cepat, yang dihitung dengan digit, mungkin digitnya adalah second, tidak lagi menit. Dan itu memang menjadi bagian yang oleh beberapa penulis, misalnya oleh Friedman, dia gambarkan sebagai dunia yang semakin flat, dunia yang semakin tipis, yang seperti tidak ada jarak karena koneksi itu memang ya dilakukan dengan berbagai produk teknologi dan dunia itu memang sudah ada di genggaman tangan umat manusia.
Nah yang ketiga tentu kita melihat apa dampak dari penggunaan berbagai teknologi digital dan juga media sosial itu dalam kaitannya dengan pemahaman keagamaan dan juga kaitannya dengan peradaban dan kebudayaan antar manusia, antar bangsa. Koneksi yang semakin cepat itu sudah ditengarai telah merubah kecenderungan manusia yang cenderung untuk Bersifat dan berperilaku instan, mereka tidak lagi memiliki kajian dan pemikiran yang mendalam. Beberapa tahun yang lalu terbit sebuah buku judulnya Shallow, yang itu menggambarkan betapa manusia yang terkoneksi dengan teknologi digital dan internet itu ternyata memiliki pemahaman dan pemikiran yang sangat gangkal dalam melihat sesuatu.
Sekarang kita punya budaya baru namanya budaya Scroll Society. Masyarakat yang hanya men-scroll saja informasi dan tidak membacanya dan tidak mencernanya dengan seksama. Tidak ada proses reflektif, tidak ada proses analisis, tidak ada deepening understanding yang kadang-kadang memang membuat sebagian manusia itu berpikir secara eklektik dan melihat persoalan secara sangat simplistis seperti yang digambarkan dalam buku Shallow itu.
Apa juga ada kecenderungan yang kemudian oleh Vore itu disebut sebagai... Dunia yang semakin tidak cerdas. Dia menulis buku yang sangat keras judulnya World Without Mind. Kira-kira dunia yang seakan-akan manusia itu tidak cerdas lagi menggunakan akalnya.
Karena ternyata mereka juga menggunakan teknologi yang seharusnya menggambarkan kecanggihan, peradaban, dan kebudayaan. Tapi ternyata justru itu membuat manusia tidak semakin cerdas, tapi justru banyak yang... semakin menggambarkan perilaku-perilaku yang sangat tidak arif dan bijaksana. Kadang-kadang muncul kecenderungan-kecenderungan yang disebut level sebagai conformity.
Manusia ingin merasa nyaman sehingga ketika masuk dalam grup itu ya sekedar jempol gitu supaya nggak dikeluarkan dari grup atau sekedar share supaya... Dia dianggap tetap eksis, tetapi tidak mencerna dengan seksama apa isi dari berita yang masuk ke dalam berbagai macam produk media sosial, yang masuk ke dalam Huawei, atau berbagai macam channel yang lainnya. Dan itu yang kemudian oleh beberapa kajian juga disebut bagian di era of stupidity.
Era di mana orang itu ternyata semakin bodoh, tidak semakin terkes. Dan satu hal yang kemudian bisa kita lihat, seperti kecenderungan-kecenderungan teknologi digital itu adalah bagaimana juga kita melihat adanya fenomena baru yang kadang-kadang memang orang menggunakan media sosial itu sebagai sarana propaganda dan sarana untuk dia bisa menggunakan pengaruh-pengaruh media itu dalam konteks penetrasi pemikiran dan berbagai hal lain mungkin yang bersifat politik. Sehingga dalam situasi sekarang kita melihat bagaimana ketentangan masyarakat itu muncul karena berbagai berita yang ada di media sosial yang kadang-kadang kita sulit membedakan mana yang hoax dan mana yang hak.
Mana berita yang keliru dan mana berita yang benar. Mana yang fake yang merupakan fakta dan mana yang fake yang merupakan tipu daya. Dan itu yang kadang-kadang kita juga seringkali terjebak misalnya menyebut.
berita-berita hoax, apalagi jika kemudian sudah ada tendensi atau kecenderungan-kecenderungan personal yang kadang-kadang membuat kita ini ya cenderung untuk hanya mencari informasi-informasi itu demi pembenaran, tidak untuk mencari kebenaran dan berbagai perilaku yang kadang-kadang bisa memecah dan bisa membuat kita ini terbelah. Sehingga ukuah kita sebagai umat Islam dan juga... Bagaimana kita ini tetap menjadi bagian dari satu umat yang yang bersaudara satu dengan yang lainnya, di era media sosial sekarang ini memang semakin mendapatkan tantangan yang luar biasa. Kemudian yang terakhir adalah bagaimana sebagian komunitas memanfaatkan media sosial itu sebagai sarana dakwah.
Sekarang semakin banyak ustadz yang berdakwah dengan menggunakan media dan sarana online, sebagian masih menggunakan cara-cara lama offline. Tapi yang repot kadang-kadang ada yang kajian dan pengajiannya itu on off. Kadang-kadang on, kadang-kadang off. Ini yang kemudian memang menjadi persoalan-persoalan yang saya kira Muhammadiyah perlu menjawabnya dan bagaimana mengisi dan menggunakan media sosial itu sebagai sarana kita berdakwah dan sarana untuk kita meningkatkan uhwah. Dan yang terakhir tentu mungkin nanti akan dibahas secara sangat panjang lebar oleh tiga pakar kita, tiga-tiganya dari...
MPI, Majelis Bustaka dan Informasi yang punya latar belakang yang sangat kita apresiasi. Pak Makron ini disertasinya tentang media sosial dan bagaimana kelompok-kelompok tertentu menggunakan media sosial itu sebagai sarana dakwa bahkan mereka punya namanya cyber army, tentara cyber dalam berdakwa itu. Mas Ismail terkenal dengan drone embed-nya. Nggak tahu kenapa memilih empret, padahal empret itu kan burung yang paling kecil begitu, yang dulu di kampung itu saya paling senang kalau ada burung empret, karena burungnya kecil tapi sangkarnya besar, sehingga kalau nyari sarang burung empret itu paling mudah. Tapi tentu saja nanti bisa kita lihat bagaimana Mas Ismail mampu memberikan potret untuk kita bisa belajar dari Mas Ismail.
tentang berbagai peristiwa dan bagaimana kajian media sosial itu dan di mana positioning Muhammadiyah. Kang Fahd Adevi ini juga seorang praktisi media sosial yang saya kira followernya ini sudah luar biasa banyak. Follower Kang Fahd ini lebih banyak daripada follower Sekum PP Muhammadiyah.
Dan seorang entrepreneur muda yang memang juga menekuni media sosial sebagai sarana dakwah dan juga... berbagai hal lain yang nanti bisa di-share untuk kita sekalian. Karena itu yang kita perlukan dalam era sekarang ini adalah sikap kritis, dan sikap kritis itulah ciri dari orang yang cerdas atau ulul albab, sebagaimana yang disebutkan di dalam Al-Qur'an surah Az-Zumar, surah yang ke-39, ayat yang ke-18. Di dalam ayat tersebut, Allah berfirman, Allah berfirman, Al-Qur'an surah Az-Zumar, Fayat Tabi'una Aksanah La'ika alladhina hadzahumullah wa'ula'ika wa'ula'ikahum ulul albab Orang-orang yang dia senantiasa mau belajar, mau mendengarkan banyak hal, dia menjadi seorang pembaca yang kritis, seorang pendengar yang baik, dan kemudian Fayat Tabi'una Aksanah dia seleksi, dia cermati, dia analisis, dan kemudian dia ikuti mana yang terbaik.
Mereka itulah orang-orang yang mendapatkan petunjuk dari Allah dan mereka itulah orang-orang yang terkes Ula ikahum ulul alba karena itu maka dengan kajian kita pada malam hari ini mudah-mudahan kita mendapatkan enlightening mendapatkan penerahan dan juga new vision, pandangan-pandangan baru dan juga sebuah kesadaran baru new awareness, kesadaran baru untuk bagaimana kita warga pimpinan persyarikatan ini ini lebih aktif menggunakan media sosial untuk dakwah dan untuk memperkuat ukuah. Pada semua narasumber saya menyampaikan terima kasih juga kepada seluruh kru di TVMU di Jakarta, kemudian TVMU di Jogja, dan juga tentu saja jajaran pimpinan pusat Muhammadiyah di Jogja dan di Jakarta, serta seluruh jamaah pengajian dimanapun berada. Mudah-mudahan pengajian kita pada malam hari ini bermanfaat dan mendapatkan rizal dari Allah SWT.
Terima kasih. Selamat mengikuti pengajian. Nasrum minallah wa fathum korib wa bashiril mu'minin. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Terima kasih Prof. Dr. Abdul Muti MED atas pengantarnya pada pengajian bulanan Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Ya, kepada seluruh pemirsa TVMU dan juga jamaah yang ada di YouTube maupun di Zoom, bagi yang ingin mengajukan pertanyaan bisa mengisi link Google Form yang sudah disediakan di kolom chat Zoom maupun di kolom chat YouTube. Nanti bisa langsung mengetikkan pertanyaannya dan juga mengetik ditujukan kepada narasumber yang mana pertanyaannya. Ya, acara selanjutnya yaitu...
Langsung gitu ya pemateri yang akan disampaikan oleh Bapak Dr. Makrun Sanjaya Emsos, jadi Pak Makrun ini adalah Direktur TVMU yang juga Wakil Ketua Bidang Transformasi Media Digital Majelis Pustaka dan Informasi. Assalamualaikum Pak Makrun. Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.
Sudah lancar ya suaranya Pak. Kepada yang terhormat Pak Makrun, kami persilakan. Baik, terima kasih. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillah, wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Sadawallah, ilaha illallah, wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. La nabiya abadah, amma barak.
Yang terhormat Bapak Tum, Bapak Ketua Umum PP Muhammadiyah, Bapak Profesor Dr. Yaya Ji Haidar Nasir, dan Ibu Dr. Nurjana Juwantini, Ibu Ketua PP Aisyah, Ibu Dr. Salma Urbaniyah, kemudian... Sebagai pembuka tadi, yang ayah anda Prof. Dr. Abdul Murti, Sekum, B.B. Muhammadiyah, para jamaah Zoomia maupun YouTubia, dan TVMunya, saya akan membawakan materi, yaitu kesalahan digital di media sosial. Jadi ini adalah sebentuk refleksi dari kami di MPI, maupun saya di... TVMUG itu melihat realitas apa yang terjadi di masyarakat kita saat ini dikaitkan dengan membangun kesalahan digital yang dilontarkan oleh BP Muhammadiyah melalui muktamar pada bulan November tahun 2022 lalu di Surakarta.
Kita sekedar untuk melihat bagaimana sebenarnya realitas yang terjadi di Republik kita, di masyarakat kita, bahwa Sesungguhnya yang namanya isu hoax itu betul-betul melekat dengan masyarakat kita. Jadi ini data terbaru yang dirilis oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika. Di bulan pertama 2023 itu teridentifikasi ada 425 isu hoax. Jadi dalam 3 bulan ya, dalam 3 bulan 90 hari itu ada 425 isu hoax.
Isu ya, bukan varian konten, tetapi isu. Jadi satu isu bisa memproduksi atau mereproduksi puluhan mungkin isu hoax. Nah, di Indonesia ini ada 800 situs penyebar hoax.
Jadi memang luar biasa. Jadi masyarakat kita ini tenggelam dengan isu-isu hoax. Hampir setiap hari kalau kita, seperti digambarkan oleh Pak Sekung tadi, scrolling society ya, kalau orang lagi iseng mengisi waktu, Waktu itu mindless scrolling tanpa tujuan apa-apa, cuma iseng-iseng scrolling itu akan mengkonsumsi berita hoax itu sangat luar biasa besar. Nah, data dari masyarakat telekomunikasi tahun 2017, itu bentuk dan saluran hoax itu yang terbesar adalah dalam bentuk tulisan, 62%. Lalu gambar, dan kemudian video, 0,4.
Tapi saya ini harus difalsifikasi nih datanya, karena terakhir dengan fenomena. TikTok yang merajalela ini Semua konten TikTok itu sekarang Ada di, semua aspek Ada di TikTok sekarang Jadi ini data TikTok boleh dimasukin Pada tahun 2017 Karena TikTok di Indonesia sendiri baru Hadir tahun 2019 Nah, kalau kita identifikasi Ada tujuh tipe Vox ya, kembali sekalian Jadi kalau kita tanpa sadar Ketika membuka gadget kita Tadinya mau nyari pertemanan ya, nyari informasi misalnya gitu. Yang ada itu adalah banjir atau saturasi dari hoax yang disebut sebagai misinformation atau disinformation. Jadi kalau paling kiri ini ada tujuh jenis. Bapak-Ibu sekalian, kalau paling kiri kita gak sadar tiba-tiba menerima atau melihat mengklik begitu konten-konten yang sifatnya itu guyonan, parodi satir, itu termasuk hoax jadi kita harus hati-hati impersonal misalnya, niru-niru gaya siapa gitu, atau diplecet-plecetkan kita nonton stand-up comedy itu ternyata termasuk kita mengkonsumsi hoax nah yang paling kanan ini adalah yang paling berat konten palsu dan ini hari-hari ini selalu hadir apalagi menjelang pemilu ini makanan sehari-hari masyarakat kita konektivitas digital sudah semakin tinggi, dimana...
Orang Indonesia ini rata-rata memiliki satu setengah gadget. Jadi lebih banyak gadgetnya daripada jumlah populasi. Nah ini contohnya ya beberapa waktu lalu.
Jadi ada sebuah kejadian antara diri Spen dengan istrinya yang ribut, di situ diduga adalah mau mencuci uang. Tapi kemudian benda ini, barang yang sifatnya apa, yang belum bisa diverifikasi, kemudian diluncurkan di media sosial tipe oleh seseorang dengan menggunakan akun tertentu. Dan ini jelas-jelas ini adalah produk hoax yang harus kita hindari. Nah ini, mau pemilih ini juga.
Jadi baliho-baliho itu menjadi ajang plesetan. Jadi saling menghujat kemudian diungkap di media sosial kita. Terutama TikTok, Bapak-Ibu sekalian yang sekarang berada lihat. Ini juga guyonan-guyonan, tapi ini sebenarnya adalah hoax. Makanya kita harus waspada.
Nah, yang terjadi adalah bahwa media sosial kita dibajak. Semula media sosial ini adalah sebagai sarana kegiatan praktek. berkumpul secara online untuk berbagi informasi, mencari informasi, pengetahuan, opini, dengan menggunakan media percakapan.
Tapi sekarang ini adalah menjadi ajang fitnah, ajang saling menghujat. Makanya dalam narasi ketika membangun kesalian digital ini, kita harus cermati sama sekali memang fenomena yang terjadi adalah seperti itu. Kita refleksi kemudian sejauh mana kelompok-kelompok keagamaan, kelompok dakwah di media sosial ini dari sisi volume dari sisi subscribe misalnya. Ini data 2022 tapi kemudian baru saja saya update.
Jadi memang yang juaranya kalau kita ngomongin lembaga, lembaga melalui representasi media oleh kelembaga-kelembaga, kelompok-kelompok dakwah ini termasuk Muhammadiyah, itu memang kelompok-kelompok salafi yang kita identifikasi sebagai kaum konservatif yang dalam bukunya Islam Syariat Pak Ketum itu disebut sebagai kelompok dawahis gitu ya non-politik tetapi mereka memang sangat canggih per hari ini subscribernya itu kalau sebagai indikator 531 ribu TV-mu yang merangkak dari tahun 2014 mereka hadir Roja ini hadir tahun 2009 sudah merangkuh 531 ribu TV-mu sendiri Sejak dua tahun terakhir mengalami peningkatan 75 persen, hari ini 364 ribu. Tentu ini menjadi sebuah pelajaran, sehingga saya tertarik untuk meneliti ini, kita belajar sama-sama bagaimana sebenarnya trik-trik atau strategi mereka dalam membangun. Ternyata setelah saya pelajari, mereka ini hanya fokus kepada empat aspek. Beda dengan Muhammadiyah bisanya, terlalu banyak konten yang di sini.
Dan mereka bermain di wilayah akhidah, wilayah muamalah, wilayah fikir, dan wilayah tahun. Dan sama sekali apolitis. Jadi memang ini juga perlu kita cermati. Tapi kalau memang target berbeda, ya tentu caranya juga berbeda. Nah kalau secara individual, di data ini Felix Xiao masih yang tertinggi.
Sebagai influencer yang ini... Sangat luar biasa mereka ini. Nah, seperti yang disinggung oleh Pak Sekum tadi, sebenarnya dari sisi kita, Muhammadiyah ini sudah membekali umatnya, anggotanya dengan VKI Formasi, tetapi memang ada persoalan di soal diseminasi.
Nah, soal diseminasi ini yang kemudian menjadi tantangan kita semua, makanya di dalam program MBI ke depan ini. Salah satunya menjadi target untuk bisa kita sebarluaskan secara semesta sehingga nanti tujuan daripada pengadaan VKI Promasi itu bisa mencapai. Lalu selain VKI Promasi kita juga memiliki akhlakul medsosiah warga Muhammadiyah.
Cuma ini memang belum dibakukan secara... buku begitu ya nanti mungkin tugas kami di MPI untuk bisa segera membagukan ini bahkan kita mungkin ada edisi-edisi revisi kita sesuaikan dengan perkembangan terbaru saat ini nah di dalam aspek membangun kisah lain digital saya menganggap ini ada sebuah tesis yang perlu betul-betul untuk kita jadikan refleksi begitu ya jadi adanya krisis keadaban erosi moralitas, kemudian hidup serba instan, dan overdosis internet jadi overdosis internet yang namanya adiksi sekarang ini sangat mengejala, anak-anak kita ini sama sekali tidak ada barrier untuk bermain media sosial main gadget, kalau kita mengacu misalnya di Korea itu sudah Ada regulasi di mana di dalam kurikulum sekolah dasar sudah diatur. Ada pembatasan-pembatasan.
Jadi kalau tidak salah, maksimal itu satu anak itu bermain gadget atau media sosial itu, main game segala macam hanya 30 menit per hari. Itu pun dalam kontrol para orang tua. Ini menjadi perhatian dan mestinya Muhammad dia melalui aum pendidikan bisa...
mengekstrapolasi ide ini sehingga membangun kesalahan digital saya akan lebih masif nah ini kader kita ya di Muhammadiyah pun jadi korban Profesor Dr. Fahmi Idris ini teman saya yang ada di MPKU ini juga menjadi korban jadi dia takunya disalahgunakan mungkin kita semua juga disalahgunakan seperti ini dari mulai dihack Akun di WhatsApp maupun di media sosialnya kemudian fotonya termasuk dipakai untuk jualan. Untungnya ini bukan jualan obat kuat ya, ini jualan obat untuk memperlancar vaskuler ya, aliran kebuluh darah. Nah, dalam akhlak media sosial kita memiliki panduan, ada yang dilarang di situ dengan berdasarkan VK yang sudah direbuskan oleh Majelis TAPJ waktu itu, dilarang kibat.
Dilarang bullying, pornografi, kemaksiatan, dilarang menyebarkan hoax, tak sesuai dengan ruang waktu, dan lain sebagainya. Tentu ini ada tantangan sekali lagi bagaimana mendesiminasi produk kita ini yang sudah sangat berkemajuan, itu bisa lebih semesta lagi. Jadi selain warga Muhammadiyah, juga masyarakat bisa ini.
Bulan lalu ketika dilakukan seminar pandu digital di BP Muhammadiyah Menteng, teman-teman dari LSM maupun dari Kominfo memuji produk ini ini produk yang bagus nah bagaimana caranya diperluaskan secara lebih merata ini yang menjadi tugas kita semua Nah, kemudian yang dianjurkan atau yang diperintahkan dalam akhlak bermedia sosial adalah bahwa media sosial hanya digunakan untuk yang bersifat akhlakul karimah, amr ma'ruf naimungkar, sebarkan konten positif, wahana silaturahmi, konten yang mencerahkan, dan saling mengingatkan dalam sosialisasi dan keamanan. Ini menjadi panduan kita. Memang sayang-disayang kalau saya melakukan survei secara singkat begitu, hampir tidak mengenal ini produk ini.
saudara-saudara kita di kalangan persyarikatan. Ini menjadi tantangan kita semua. Saya kira begitu dari saya mudah-mudahan ini bisa membuka wacana kita untuk meningkatkan literasi digital di kalangan literal Muhammadiyah maupun masyarakat pada umumnya.
Terima kasih. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Terima kasih Dr. Makrun Sanjaya atas paparannya tentang kesalahan digital di media sosial. Jadi seperti yang kita ketahui bahwa Muhammadiyah sudah memiliki produk yaitu Viki Informasi dan tadi panduan Akhlak Medsosiah ya untuk netizenmu yang mungkin sebagian besar sudah pernah membacanya ya Karena yang Akhlakul Medsosiah itu sudah banyak di-share gitu ya di beberapa grup WhatsApp pimpinan Saya lihat seperti itu gitu Nah bagi pemirsa TVMU, jamaah Zoomia dan YouTube ya yang ingin bertanya bisa Nah langsung mengetikkan pertanyaannya melalui link Google Form yang ada di kolom chat Zoom dan juga kolom chat YouTube.
Untuk materi selanjutnya, akan disampaikan oleh Bapak Ismail Fahmi, PhD. Jadi Bapak Ismail Fahmi ini adalah Wakil Ketua Bidang Strategi Media Sosial Majelis Pustaka dan Informasi. Atau yang biasa kita kenal sebagai founder Drone Empret gitu ya, tapi akhir-akhir ini saya melihat di media sosial Mas Ismail Fahmi juga ini ya lagi melakukan diplomasi melon sepertinya begitu ya, itu cukup viral sepertinya di media sosial gitu Kepada Mas Ismail Fahmi kami persilahkan Baik terima kasih Mbak Mona, Bismillahirrahmanirrahim Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Alhamdulillah Alhamdulillah Yang saya hormati Bapak Ketua Umum BP Muhammadiyah Prof. Dr. G. Haji Haidar Nasir Serta Ibu Dr. Nurjana Jantini Dan juga Ketua Umum BP Aisyah Dr. Salma Perbanian dan Ayahanda Sukum, Prof. Dr. Abdul Nuri, serta Bank Makron Sanjaya dan Bank Fadbah DP, saya panggil bank untuk yang dua ini, sama-sama di MPI. Kemudian juga para jamaah, Zoom-iah, YouTube-iah, Medsos-iah, dan semua yang iya-iah. Oke, baik, saya akan share screen.
Ini kita akan mencoba, saya menambahkan, melanjutkan ya, dari Mas Makron Sanjaya, dan juga Mas Mukti, tentang bagaimana pentingnya kita membangun upuah dan dakwah melalui media sosial. Dan sedikit tentang drone empret ini dipakai di Kementerian Pertahanan ya, tools yang saya bikin. Dan tadi kenapa ditanya kok namanya empret yang kecil ya, sebetulnya saya bikin kecil-kecil saja, tapi keempretnya besar sekali, banyak, dan sekarang trennya itu kalau... kalau kita mau menyerang secara keamanan itu nggak perlu lagi pakai yang besar-besar, pakai satelit, satelitnya kecil-kecil, kemudian menggunakan drone juga. Jadi sekarang teknologi ini semakin smart dan semakin powerful.
Harapannya seperti itu. Ini dipakai di Kemahan, di Kominfo, di beberapa minta daerah, dan juga di PP Muhammadiyah. Dan di MPI saya memprogram, mudah-mudahan nanti ke depan kita punya server sendiri.
Saya akan taruh itu, sistem drone upgrade itu untuk Muhammadiyah. Karena ini membutuhkan server sekitar 5, paling tidak. Supaya dipakai full untuk Muhammadiyah.
Sekarang baru beberapa aja kata kunci yang dimonitor, dipakai oleh teman-teman di kantor pusat ya, BP Muhammadiyah, sehingga dipakai untuk analisis. Tapi ke depan yang kita ingin lakukan adalah kita siapin tim analis. Dan analisis ini bisa dilakukan untuk setiap margin list dan lembaga, isu-isu apa yang lagi terkait. Setiap minggu kita buat laporan isunya, jadi harapannya ke depan Muhammadiyah, majelis dan lembaga itu bisa menyusun strategi dakwah secara real time, sesuai dengan kondisi warga dan masyarakat dan isu-isu yang ada di media sosial.
Kira-kira seperti itu harapannya, mohon dukungannya. Bebek terkait dengan informasi yang ada di media sosial, sebetulnya... Ini suprat al-hujurat ayat 6 itu sudah paling pas ya, umat Islam itu sudah paling pas, sudah memiliki pedoman yang paling awal sebetulnya.
Sehingga kalau dilihat harusnya nggak kena hoax itu umat Islam ya, kalau kita menjalankan ini. Dimana disini dibilang bahwa ketika ada informasi buat orang beriman itu, dia harus memeriksa, harus tabayun. Jangan sampai terjadi kebodohan yang menyesal, yang membuat kita menyesal. Kira-kira seperti itu. Jadi kata kuncinya cuma satu aja itu, tabayun, periksa.
Oke, saya coba gunakan ya Saya mulai peran ini dengan informasi dari LSI Sempat ramai kemarin ya soal data dari LSI Tapi saya tidak mengangkat soal berapa jumlah base-nya ini Tapi lebih ke profil Informasi ini menarik tentang profil-profil yang ada di kalangan Muhammadiyah Dan saudara kita NU dan lain misalnya Misalnya nomor satu, pengguna handphone Muhammadiyah itu hampir 90%. 90% itu pengguna handphone. Artinya itu sangat masif. Dan handphone ini jadi menjadi medium yang sangat penting buat dakwah. Kira-kira begitu kalau saya membaca ini.
Bagaimana dakwah kita bisa sampai di warga, karena 90% mereka menggunakan handphone. Kemudian yang kedua, akun media sosial. Ada banyak akun media sosial.
Ada Twitter, Facebook, Instagram, Youtube, TikTok, WhatsApp. Kalau kita lihat, warga Muhammadiyah itu pengguna WhatsApp itu paling tinggi di sini, 85%. Artinya informasi itu mudah sekali menyebar dari satu pengajian, pengajian yang lain, dan seterusnya.
Jadi kalau informasi benar, mudah menyebar. Termasuk informasi salah juga, mudah sekali menyebar. Ini menjadi satu opportunity, peluang, sekaligus ancaman kalau saya lihat. Kenapa? Karena WhatsApp itu tidak bisa dimonitor.
Saya bisa memonitor Twitter, Facebook, Instagram, TikTok itu bisa. Tapi yang WhatsApp nggak bisa karena sifatnya private. Jadi ini kita harus sikapi dengan baik. Kemudian juga akun yang banyak digunakan.
Jadi mirip ya. WhatsApp masih nomor satu. Kemudian kita pengguna Twitter itu lebih tinggi.
Cukup aktif di Twitter sebetulnya itu, warga Muhammadiyah. YouTube, itu tinggi sekali kita mengakses YouTube. Nanti saya lihatkan, ini ada bahayanya juga di Youtube itu, karena begitu banyak hoax, seperti yang disampaikan oleh Pak Makrun tadi, hoax di Youtube itu luar biasa, dan kalau saya lihat diakses oleh banyak warga pemerintah, persentasenya.
dan menyebarkan di WhatsApp, wah udah, wa'alaikumsalam gitu kan, kira-kira gitu. Nah, berikutnya lagi, ini yang penting. Ini kaitannya dengan isu-isu yang harus diangkat.
Nomor satu ternyata isu ekonomi. Isu ekonomi itu, Muhammadiyah, kemudian juga NO dan yang lain-lain, itu rata-rata sangat penting, isu ekonomi. Meskipun di non-ekonomi, yaitu hak asasi manusia, Muhammadiyah cukup terdepan dalam isu ini.
Tapi saya garis bawah ini nanti di isu ekonomi, karena mayoritas kemahamadiyah dan yang lain fokus di situ. Jadi ini ada hubungannya dengan dakwah yang sifatnya bilhal, dakwah yang terkait dengan ekonomi, problem-problem ekonomi itu perlu ditekankan. Oke, sekarang saya akan masuk di tantangan media sosial.
Ketika kita, warga kita banyak menggunakan handphone, kemudian WhatsApp dan media sosial yang lain, ini satu yang harus dipahami tentang... platform-platform itu. Ternyata itu ada di film Sosial Dilema.
Ini saya sering sekali ambil contoh ini, karena sangat menarik. Orang ini namanya Tristan, dia itu developer algoritma artificial intelligence di balik Facebook. Dia ditugaskan oleh Mark Zuckerberg untuk membuat program.
Programnya tujuannya adalah supaya orang selalu di Facebook, selalu login, selalu melihat. Kalau lama di Facebook, semakin banyak orang di Facebook sehingga iklannya makin banyak. Semakin banyak iklan, semakin untung Mark Zuckerberg.
Kira-kira seperti itu. Jadi semakin kita mengakses media sosial, semakin kita memberi keuntungan kepada pemilik media sosial itu, platform itu. Dan ternyata ini tidak hanya di Facebook. Ini ada di Twitter, di TikTok, Instagram, dan lain-lain.
Algoritma itu dibuat tujuannya adalah untuk meningkatkan soal ekonomi. Jadi supaya ekonomi soal keuntungan itu meningkat. Masalahnya, konten yang membuat orang suka ada di Facebook, kayak tadi ya, interaksi, itulah konten-konten yang menarik perhatian yang sifatnya polarisasi, radikalisasi, menimbulkan kekerasan, sehingga algoritma itu akan memilih ketika ada konten yang sifatnya polarisasi, konten yang sifatnya mecah belah, itu ternyata dikasih airtime yang lebih tinggi. Misalnya 6 kali lebih sering muncul dibanding informasi misalnya provider sering membuka persemian sampai kalau di netizen, di medsos kapan bangunnya kok kemudian peluncuran terus tapi kalau berita itu dibandingkan berita yang sifatnya kontroversial, oleh platform, berita kontroversial itu akan diberikan 6 kali lebih banyak, dan ini kalau dilakukan terus ternyata menimbulkan polarisasi yang sangat tinggi di kalangan manusia itu kenapa terjadi?
karena ada ada algoritma yang sifatnya Mobocratic algorithm istilahnya itu Di balik algoritma itu Tujuannya ada dua Pertama membuat orang nge-like terus Buat orang yang tidak suka berdebat Dia suka nge-like saja Jadi tidak suka memberikan pendapat Tapi suka like, share, like, share Dia akan dikasih konten yang kira-kira Dia akan sukain itu Dan kemudian ada orang yang sukanya berdebat Itu suka memberikan komentar Maka dikasih konten-konten yang membuat dia terprovokasi Sehingga ngasih komen Dua sisi ini menyebabkan polarisasi yang tinggi. Nomor satu menemukan echo chamber, karena jelas orang yang tidak suka pendapat orang lain, dia nggak akan nge-share kan, maka dia nggak akan dikasih. Dia akan membaca apa yang disukain saja.
Dan flame war itu bikin perang. Jadi dua-duanya ini ternyata yang bisa meningkatkan engagement itu malah membuat polarisasi. Itu sudah terbukti misalnya di Amerika. Polarisasi beda pendapat tahun 2004 antara Republikan dan Demokrat.
Itu hari keempat belum. besar. Ketika mereka sudah selesai pemilihan, ada isu yang harus dihadapi bersama, mereka masih bersepakat.
Tahun 2017 selesai Pilpres, Donald Trump kemarin, ada isu yang sangat penting, mereka bisa tidak bersepakat. Misalnya soal COVID. Soal COVID sudah sama-sama pentingnya harus divaksinasi. Partai yang kalah tidak mau divaksin. Karena itu merasa secara politis itu kan punya presiden yang menang.
Jadi bahkan polarisasi itu berimpak kepada hal sehari-hari. Kalau kita perhatikan ini kan sama di hari-hari yang sama. Tadi itu saya diskusi dengan kawan, misalnya di Bojonegoro itu tingkat pecerian paling tinggi di Jawa Timur.
Salah satu penyebabnya selain ekonomi adalah perbedaan pandangan politik. Itu kan menarik. Pandangan politik, polarisasi, mungkin hasil BIPES kemarin, sampai terbawa di kehidupan sehari-hari. Ini sebagai contoh. Ada yang menarik lagi, ini perlu kita hati-hati.
saya kira pemula media perlu menyikapi juga dengan baik nih ada TikTok ya TikTok itu ratusan juta penggunanya di Indonesia Dan itu ada dua jenis TikTok. TikTok yang versi Cina dan TikTok yang versi yang di luar Cina. Ternyata TikTok yang versi Cina itu dibuat sangat bagus.
Untuk anak usia di bawah 14 tahun, itu waktu melihatnya terbatas. Kemudian konten-kontennya itu yang bagus-bagus saja. Misalnya terkait dengan astronot.
Kemudian mereka punya International Space Station. Itu ditampilkan terus. Penelitian di lab tentang sains, teknologi. Sehingga anak-anak ini ketika melihat TikTok di sana, mereka akan terinspirasi hal yang positif.
Sementara TikTok yang di luar China, itu yang seperti sekarang. Ada di Amerika, di Indonesia, isinya entertainment, hal yang sifatnya membuat kita jadi kena opium, tersandra untuk scroll-scroll terus yang tidak berguna. Dampaknya apa?
Setahun yang lalu ada penelitian di Amerika, ketika ditanya warga anak-anak muda Amerika, mereka mau jadi apa? Nomor satu, mereka mau jadi influencer. Ini kan mirip dengan di Indonesia, ketika Pak Jokowi, Pak Bill Press kemarin ditanyakan, kamu mau jadi apa, nak? Mau jadi YouTuber.
Jadi anak muda ingin jadi YouTuber atau influencer. Itu di Indonesia juga dan di Amerika. Sementara anak-anak yang muda di China, kita tanya, kamu mau jadi apa? Nomor satu, mereka mau jadi astronot.
Ini bagaimana algoritma dibalik algoritma, ada artificial intelligence di dalamnya, di balik platform seperti TikTok ini, bisa dipakai untuk mempengaruhi behavior. Istilahnya ada behavior modification. Algoritma, ada AI, itu bisa dipakai menjadi alat perang dengan cara mempengaruhi behavior dari sebuah bangsa. Ini kan bahaya sekali. Dan susah sekali sekarang gimana kita bisa mengontrol semua orang pada pakai TikTok.
Mungkin sebagian besar pakai TikTok di Indonesia. Dan itu algoritma yang dikontrol oleh mereka yang ada di China itu misalnya. Dan isu membentik TikTok itu bukan hanya di Indonesia.
Terjadi di luar negeri juga. Karena masalah yang tadi. Ini yang perlu kita perhatikan. Karena di Indonesia itu masih sangat bebas TikTok dan lain-lain.
Apa yang perlu dilakukan oleh media terkait ini. Kemudian saya akan kembali lagi ke informasi yang banyak menyebar. Kita sudah tahu tadi pola di Indonesia seperti apa. Ekonomi sangat penting.
Marka Muhammadiyah suka akses di media sosial, akses handphone. Ada banyak disinformasi, akan saya ambil satu sampel, yaitu tentang vaksin saja misalnya. Vaksin itu ada provaksin dan antivaksin. Banyak sekali disinformasi di sana.
Disinformasi tentang politik dan lainnya, ada deh. Tapi saya cuma ambil di sini. Motifnya apa sih salah satunya?
Karena ini salah satu perang informasi dan disinformasi yang paling panjang. Ada tokoh misalnya dokter Merkola, itu yang banyak disebut. di kalangan anti-vaksin, dan dia itu menyarankan supaya tidak mau divaksin.
Kemudian ternyata dia mengambil keuntungan dari orang-orang yang sudah mengikuti dia. Dan dia dapat keuntungannya sangat besar, sehingga kekayaannya sampai 100 juta dolar tahun 2017. Kemudian saya cek di situs Youtube dia, si Dr. Merkola ini, ternyata apa? Dia jualan kolagen, jualan vitamin. kemudian jualan, bahkan kan jadi ceritanya orang yang sudah termakan ya, oke saya nggak boleh di vaksin. Terus bagaimana dong saya sehat?
Nah gitu kan seperti itu dia butuh. Kalau kamu mau sehat, nggak perlu di vaksin. Tetapi gunakan vitamin ini. Gunakan kolagen ini. Tidurnya harus senyap, bahkan jualan tempat tidur gitu.
Jadi apa untungnya? Arahnya ke ekonomi. Kalau seperti ini kan mirip nggak di Indonesia?
Ada yang melarang misalnya vaksin atau obat. tetapi menjual hal yang lain, misalnya herbal dan lain-lain. Jadi ini sebagai contoh salah satu motivasi yang sangat kuat dan sangat panjang sejak zaman dulu sampai sekarang itu terkait penjualan disinformasi adalah ekonomi. Dan ini terbukti tahun 2017, ini di acara Mata Najwa, kebetulan waktu itu saya di sana, ada salah seorang membuat hoax tahun 2017 itu belum terlalu zamannya YouTube, yang waktu itu adalah zamannya blogger. Jadi orang-orang pada pengen jadi blogger bikin blog Si orang ini dia ngaku Seratu bulan mendapatkan Keuntungan sekitar 100 juta Minimal itu dan dia punya 80 blog Nah murid-muridnya Punya keuntungan minimal 10 juta Dan disarankan minimal memiliki 10 blog Nah blognya harus diisi terus Supaya dapat iklan bisa dibayangkan Bagaimana kualitas blog yang harus Diisikan banyak dia cerita ternyata Dia ambil potongan gambar Kemudian judulnya di diubah ceritanya, ada sebagian benar diubah lagi sehingga mungkin terjadi provokasi, seolah-olah benar.
Itu pada tahun 2017. Tahun 2021 dan seterusnya, mainnya adalah Youtube, karena ingin jadi Youtuber. Contoh seperti ini, ini banyak sekali. Contoh buat orang yang tidak suka ulama, misalnya itu ada, sekelompok orang yang tidak suka ulama. Dikasilah konten-konten yang menjelekan ulama.
Contoh ini, dana 30 miliar digelapkan, polisi amankan Ustadz Adhidayat. Ini ceritanya pada saat perang antara Israel dan Palestina, ada pengumpulan dana, Ustadz Adhidayat juga mengumpulin donasi, ada 30 miliar, sempat rame. Berita rame itu mereka ambil, manfaatkan, kemudian bikin berbagai macam video.
Video-videonya di sini kan mirip semua nih. Padahal ini ada suara istana, ada suara inspirasi, tapi gambarnya mirip, judulnya mirip, tapi oleh kanal yang berbeda. Ini dibuat oleh siapa?
Oleh orang yang sama. Orangnya ini misalnya, dan dia tunjukkan dia punya uang banyak. Dia tunjukkan, ini loh, dengan model kayak gini saya dapatkan keuntungan yang besar. Jadi motifnya ekonomi. Dan itu terjadi di banyak sekali kita diadu domba, ada orang yang nggak suka pemerintah, kritis sama pemerintah dikasihnya.
channel yang mengkritik pemerintah terus. Isinya ada breaking news, apa segala macam, sehingga orang suka nge-share. Pengen nge-share. Contoh ada beberapa ini, orang ditangkap dalam 8 bulan, dia sudah masukkan 2 miliar. Caranya kayak tadi, dia membuat hoax-hoax.
Nah, hoax yang ini, saya ambil contoh, kebetulan saya sekarang lagi di Bucunegoro, di rumah Bapak saya. Kemudian Bapak saya nggak mendengarkan, karena ini cerita dari Bapak saya. Jadi saya...
Saya minta Bapak saya, tidak di grup WA, Bapak sudah sepuh gitu, kalau ada berita dari WA, tolong dikirim ke saya, saya akan bantu periksa. Nah ini ceritanya, pada saat yang lalu, COVID-nya lalu, judulnya Viral Hari Ini, Rencana Kotor Penguasa Terancam Gagal oleh Dr. Lewis. Dr. Lewis sudah meninggal, sakit waktu itu, kemudian ini benar atau tidak, itu yang dapat saya tanya.
Ini kemudian saya cek. Ternyata dalam 3 hari saja, itu sudah ditonton 753 ribu view. Kanalnya biasa saja seperti kanal yang tadi. Dan saya coba lihat isinya, ternyata isinya apa?
Ini dia ambil potongan seorang dokter, secara persepsi diambil dokter yang cantik, jadi orang kemudian mudah menerima. Bahwa vaksin itu tidak benar, COVID tidak ada. Itu orang meninggal karena interaksi antar obat. Dari dokter nggak cukup, ditambah lagi Ustadz.
Pengikutnya udah banyak. Vaksin itu dari Cina untuk membunuh umat Islam. Saya kira Ustadz seperti beliau ini adalah korban. Ini adalah konspirasi.
Ditambah lagi potongan Ustadz yang bilang, jangan berharap pada vaksin, berharaplah pada Allah. Kita nggak tahu ini konteksnya apa. Mungkin beliau lagi bicara soal ketauhidan.
Tapi dipotong-potong. Ini adalah contoh-contoh bagaimana. membuat hoax mudah sekali. Mudah sekali.
Dan ini begitu nyebar di WA Bapak saya, di-share ke saya, saya nggak tahu di berapa banyak WhatsApp yang disebar, dan ternyata dalam tiga hari view-nya sudah sangat tinggi. Dan ingat ya, warga Muhammadiyah itu termasuk secara prosentase mengakses YouTube paling besar. Jadi ini potensi sangat besar. Kita bisa terkena hoax yang ada di YouTube karena susah sekali ngecek kebenarannya seperti ini, kemudian di-share-share di WA.
Dan kita pengguna WA yang paling tinggi, jadi ini harus hati-hati warga Muhammadiyah dengan data statik yang tadi, dengan behavior seperti ini bisa berbahaya dan penyebaran. Jadi bisnis hoax itu real. Dari WhatsApp, dari Youtube, mereka share media sosial. Kalau kita mengakses, kita mengunjungi, akan menghasilkan adsense, keuntungan buat membuat hoax.
Atau jualan produk dia. Atau kalau sekarang politik, buzzers. Ketika kita...
banyak mengakses, maka Banser itu senang karena dia akan dipakai terus gitu, kira-kira gitu nah bagaimana cara kita untuk WhatsApp di keluarga kita ini orang tua itu menerima, susah sekali mereka beliau-beliau itu untuk ngecek jadi yang bisa kita lakukan adalah memberantas atau mencoba meluruskan, jangan di grup WA karena kalau di grup WA, grup WA keluarga soal-soal kan jadi mempermalukan orang tua, jadi ini malah nggak bagus jadi lewat japri aja. Jadi kalau saya ngobrol sama Bapak saya, ya japri aja. Bapak ini, jadi senang. Tolong leh dianalisis nih. Wah saya baca semua.
Oh isunya banyak sekali. Saya analisis satu per satu. Saya lihat ini benar, ini salah. Contoh satu lagi juga ada di sana.
Umat Islam itu banyak meninggal karena Yahudi. Nah gimana saya meyakinkan Bapak saya? Kita perlu sesuatu yang masuk akal. Jadi menjelaskan sesuatu ini bukan hoax atau bukan harus secara masuk akal. Contoh, saya kasih artikel Di situ judulnya dorongan vaksin diskriminatif Israel Di sini dibilang Orang Yahudi itu sudah banyak divaksin, hampir 100%.
Sementara orang Palestina dipersulit vaksinasi. Ini saya ceritakan ke Bapak saya, Bapak, kalau memang vaksin ini dari orang Yahudi, harusnya orang Yahudi kan nggak divaksin, Pak. Harusnya kan yang paling banyak divaksin orang siapa? Orang Palestina, kan?
Tapi ternyata orang Yahudi sudah 100%, orang Palestina dipersulit. Jadi kan nggak benar, Pak. Oh iya, betul. Jadi kita perlu menggunakan cara yang logis seperti itu. Dan lain-lain kita gunakan dengan cara yang logis dari grup WA, tapi secara pribadi.
Nah, tadi kita ingat ya, saya akan lanjut lagi ke sini. Isu yang paling rame sekarang ini, dan karena itu menjerat begitu banyak warga, mungkin juga warga Muhammadiyah, perusahaan asumat Islam juga kena, secara ekonomi yang dibawah, umat Islam juga banyak. Kalau kita lihat tadi, faktor yang paling penting ketika disurvei oleh LSI, itu nomor satu adalah faktor. faktor ekonomi.
Dan kalau orang kesulitan ekonomi larinya ke, kalau nggak pinjol, itu ke judi online. Nah ini, saya kemarin buat analisis tentang darurat judi online. Ada di web, ada di Facebook, sempat jadi rame kan, dari Kominfo dan lain-lain, itu salah satu starting point-nya juga dari postingan Twitter saya. Saya kasih judul Darurat Judi Online di Indonesia dan seterusnya. Sehingga bikin rame.
Nah, ini saya kira Muhammadiyah perlu cukup terdepan juga ya dalam mengadvokasi anti judi online. Gimana caranya? Nah sekarang ini kita lihat contoh. Judi online bunuh diri aja, coba di search. Itu ketemu sampai 5 juta result.
Dan ini banyak sekali orang gantung diri karena judi online, karena pinjol dan judi online, terjebak undang PNS, terus kemudian ASN, kemudian dan lain bahaya. Jadi banyak sekali impact dari judi online yang berujung pada bunuh diri. Selain yang pinjol tadi. Ini data dari Facebook, saya ambil Bapak Ibu ini, ini periode hanya 4 bulan, di Facebook itu ada postingan terkait dengan slot slot itu judi online tadi 298 ribu jumlah interaksinya sampai 61 juta kali, nge-like, nge-share, nge-comment dan seterusnya, artinya sangat aktif tentang slot, tentang judi ini dan negara nomor 1 istilah slot itu internasional Bapak Ibu ya, bukan hanya Indonesia aja yang pakai dan luar nanti juga pakai Dan nomor satu ternyata Indonesia. Warga Indonesia yang notabene sangat agamis itu, kena judi.
Dan ini apakah hubungannya dengan agama? Tapi kalau kita hubungan dengan ekonomi, ekonomi masalah nomor satu. Bisa jadi hubungannya karena ekonomi.
Ekonomi susah, orang kemudian ingin dapat keuntungan sangat cepat, ada di situ pinjol, dan iklan judi di mana-mana. Nonton main bola ada judi. Nonton lihat Facebook ada judi.
di TikTok, lihat streaming, ada judi disana, judi ada dimana-mana apa yang bisa kita lakukan sebetulnya pemain-pemain judi yang share itu, ada listnya ada disini, kita bisa cari, kemudian saya udah bikin, kalau saya nanya sama dia mau menuntut pemerintah misalnya, ini kan sudah jelas banyak akun-akun judi, yang menyebarkan judi melanggar UU tolong ini di takedown misalnya udah jelas daftarnya Kalau saya sendiri seorang Ismail, siapa sih? Tapi kalau Muhammadiyah, INPO, dan lain-lain menepus pemerintah, insya Allah itu lebih didengarkan. Jadi saya kira kita bisa membantu, mengadvokasi anti-judi dengan data melalui seperti ini.
Kita kasih list ke pemerintah, ini adalah list mereka yang mempromosikan judi luar biasa dan dibiarkan. Mereka biasanya pura-pura sebagai video game, untuk kreator game, news, dan lain-lain. Jadi sekiranya itu permasalahan yang ada, dan dengan ini Muhammadiyah sebutnya sudah lama, seperti tadi Pak Makroon sudah sampaikan soal fikir informasi, akhlaqum masyarakat, apa yang harus dilakukan di situ, dan benar, ini mungkin perlu disosiasi lebih banyak lagi, dan aksi yang lebih real, sehingga warga Muhammadiyah bisa lebih dapat.
Nah ke depan ini penggunaan mobile phone untuk berdakwah harus menjadi prioritas. Kebetulan kami di MPI, kita sedang membuat namanya Muhammadiyah Software Labs. Dan salah satu program utamanya adalah membuat super apps. Nanti akan terintegrasi dengan KTA, dapat kemanfaat yang besar, informasi tentang pengajian, dan lain-lain, termasuk ekonomi. Itu nanti harapannya di super app tadi.
Dari warga pada umumnya sampai pimpinan, kita terintegrasi dalam super app tadi. Karena lihat dinamika, lihat profile pengguna kita kan kebanyakan di sana. Kemudian juga bagaimana kita menyiapkan anak-anak kita untuk internet.
Itu tidak cukup dengan akar komedio sosial, diingatkan saja. Harus ada pelatihan. Ada namanya Digital Citizenship Curriculum, ini berkali-kali saya sampaikan, mudah-mudahan ini bisa dijalankan ya. Kemudian di MPI, sekarang kita coba wujudkan ini. Ada kompetensi digital yang harus disiapkan.
Digital Identity, Digital Youth Dance, terusnya ini harusnya dilatihkan ke anak-anak kita, mulai dari playgroup, SD, SMP, SMA. Bagaimana itu bisa terjadi? Negara lain seperti apa sih?
Kalau kita lihat Finlandia. Ini juara media literasi, kita cuma belajar dari mereka. Bagaimana negara-negara itu maju.
Finlandia, Denmark, Netherlands, Sweden, Estonia, Irlandia. Ini kalau Bapak-Ibu lihat, ini kan negara-negara yang dekat dengan Rusia. Negara Skandinavia. Kenapa mereka bagus?
Negaranya menyiapkan warganya. Karena Rusia hampir setahun membuat disinformasi untuk perlawanan ekonomi, melintar politik, sehingga mau-nggak mau negaranya harus berkuat. Bagaimana cara memperkuatnya? Lewat sekolah. Di sekolah itu disiapkan betul bagaimana cara menggunakan internet, membedakan hoax dan bukan, dan segala skill terkait dengan digital citizenship itu ada semua.
Bagaimana dengan orang tuanya? Orang tuanya juga dapat. Orang tuanya juga dapat pelatihan di sana, lewat sekolah, lewat pustakaan.
Nah Indonesia sendiri kita posisi di bawah. Makanya kita punya PR, Muhammadiyah. Sebagai satu organisasi mas, or mas ya, yang memiliki rumah sekolah paling besar, perguruan tinggi juga besar. Saya kira kita bisa berperan di pendidikan tadi.
Nah ini sudah ada di Common Sense Education, kurikulumnya sudah ada. Ini ada misalnya untuk kindergarten, kelas 1, kelas 2, kelas 3, tinggal pakai. Masalahnya ini bahasa Inggris. Dan ini harus ditandat ke dalam bahasa Indonesia.
Tinggal pakai. Sebagai contoh seperti ini. Anak-anak playgroup.
Dan kelas 1 Ini sebagai investasi Bapak Ibu Tidak mudahnya kita mengajarkan Harus ada praktik Ini anak-anak biasanya pakai HP terus Kadang mereka kalau HPnya diambil mereka sudah marah Tidak tahu apa yang harus dilakukan Itu perlu pelatihan ternyata Di kelas diajarin Oke nak kalau seandainya HP diambil kamu mau ngapain Mereka sudah saja berpikir Main jungkat-jungkit, main peta umpet Dan seterusnya Kemudian dilakukan di kelas Oke nak kamu nanti pulang ke rumah Ini ada aktivitas buat family Kau main itu juga ya buat orang tuamu. Ini harus dilatih. Kalau ini nggak dilatih, anak pun tidak punya skill untuk itu. Jadi pelatihan supaya kita menjadi warga digital yang bagus, itu harus dilakukan lewat pendidikan, lewat kurikulum.
Tidak bisa hanya seminar sekali, dua kali saja nggak cukup itu. Dan sebagai contoh ini, seperti ini kita lagi translate. Jadi kemudian MPI, di Labmo kita kerjasama dengan SMP Muhammadiyah 3 Depok di Sleman.
Kita lagi eksperimen. mereka coba kita minta satu pelajaran ditranslate, dites di kelas, dites lagi dengan guru yang lain, dan seterusnya sehingga kalau sudah oke kita akan ajak guru-guru yang lain melakukan yang sama melalui SOP yang siap. Jadi kita akan translate ini sehingga bisa banyak dipakai oleh seluruh sekolah Indonesia di Muhammadiyah dan juga bisa di luar Muhammadiyah.
Ini menjadi kontribusi yang besar dari Muhammadiyah buat pengusaha Indonesia. Oke, jadi sebagai penutup, saya kembali lagi kepada warga POMADIA yang paling tinggi presentasinya itu menggunakan paling tinggi presentasi dalam penggunaan mobile phone, memiliki akun media sosial. Jadi, strategi dakwah yang mudah diakses melalui akses digital itu sangat penting, terutama mobile phone.
Dan ini kalau topik dakwah ini penting. Generasi milenial, generasi Z yang mereka di sekolah, ini kan mereka pengguna internet yang paling tinggi. Topik-topik dakwahnya itu sangat penting juga untuk disesuaikan dengan mereka.
Biasanya itu hal yang sederhana. Cara wudhu. Bisa perhatikan kalau ada orang meninggal dunia, gimana sih ucapannya? Kadang mereka search, googling. Innalillahi wa inna ilaihi roji'um.
Ada tambahan lagi nggak? Itu search, googling mereka. Simple. Cara wudhu, cara sholat, dan seterusnya. Kemudian mau lebaran.
Ucapan kalau mau idul fitri, idul adha, itu banyak sekali. hal-hal yang simpel, yang sederhana mereka banyak butuhkan dan butuhan sehari-hari dan itu yang kita harus provide saya kira demikian, Mbak Mona terima kasih rata-rata adalah generasi milenial dan ternyata sekarang di tingkat orton pimpinan pusat baik itu IPM, IMM maupun pemuda dan nasiatul Aisyah juga banyak didominasi oleh generasi milenial dan generasi Z yang ternyata memang kebutuhannya akan media informasi dan media dakwah itu cukup beragam jadi sudah tidak lagi membaca fatwa tarcih yang bentuknya buku-buku begitu ya juga sudah tidak membaca HPT yang dulu tebal-tebal itu ya sampai tiga jilid. Nah sekarang semua generasi Z ini inginnya mengetik gitu ya mengetik mencari informasi melalui gadget mereka. Ya selanjutnya untuk pematenar sumber yang ketiga akan disampaikan oleh Kang Fad Pahde PMA. Kang Fad ini sepertinya lebih kita kenal sebagai seorang influencer.
Tapi kalau saya dulu kenalnya lewat Instagram jadi selebgram ya Dan ternyata sekarang sedang menjadi anggota pimpinan Majelis Pustaka dan Informasi Pimpinan Pusat Muhammadiyah Di bidang strategi media sosial Nah materi yang akan disampaikan Kang Fad cukup menarik gitu ya Dengan bahasa kaumnya Kepada Kang Fad Pah Depi kami persilahkan Baik terima kasih Mona Bismillahirrahmanirrahim Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Alhamdulillahi Rabbil Alamin Nahmaduhu wa nasta'inuhu wa nasta'agfiruhu wa na'udhu billahi min syuruhi alfusina wa min syay'ati a'malina layyadu billah wa la'udhu billalah wa mayyuddin falahadiyalah ashhadu an la ilaha ilallah wa ashhadu an la'idhu wa rasuluh wa la'udhu billahi min syay'atanir rajim bismillahirrahmanirrahim Pertama-tama saya sampaikan salam hormat dan salam ta'zim untuk ayah anda Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof. Haidar Nasir beserta Ibu Mirjana dan juga Ketua Umum Aisyah, Sekretaris Umum Muhammadiyah, dan para narasumber yang tadi sudah memberikan materinya. Juga para hadirin jamaah pengajian Pak Pemirsa Muhammadiyah yang malam ini mengikuti di Zoom ini. Tadi disebut oleh Mas Ismail Fahmi sebagai jamaah Zoomiah. Ada juga di YouTubiah.
Tadi sudah banyak yang disampaikan. oleh para narasumber sebelumnya, termasuk juga oleh Pak Sekun, Prof. Moti, bahwa memang ini satu kebutuhan yang penting, mendesak, dan juga tidak bisa ditawar lagi kita harus masuk ke dalam dunia digital, terutama media sosial, di mana interaksinya itu berlangsung cepat, berlangsung sifatnya langsung, kemudian tidak vertikal. Dia sifatnya horizontal, semua orang setara di media sosial, tidak ada jeda. Jadi kalau dulu mau menghubungi Ketua Umum PPN Muhammadiyah mungkin ada prosedur tertentu mau berbicara dengan Sekretaris Umum PPN Muhammadiyah ada prosedur tertentu.
Tapi kemudian hadirnya media sosial atau dikenal dengan web 2.0 gitu ya. Waktu itu meruntuhkan tatanan itu semua, meruntuhkan segala. Biroklasi yang sifatnya vertikal dan kemudian kita semua tiba di satu episode berkomunikasi yang sifatnya egaliter, yang sifatnya langsung, cepat, dan itu semua menghadirkan kakak-kakak sendiri.
Di dunia Islam, di pergaulan kita sebagai seorang Muslim, masih ada persoalan kenapa generasi muda ini, generasi milenial dan Z ini perlakuannya berbeda pada orang tua. Kenapa ketika belajar misalnya di pesantren atau di sekolah, kenapa tatak teramanya kepada guru itu tidak seperti waktu itu, tidak seperti zaman dulu? Ditambah lagi dengan adanya media sosial, perubahannya menjadi semakin cepat dan menjadi sangat berbeda karena culture-nya jadi culture yang saling bertabrakan satu sama lain. Dia mengadopsi culture yang tadi sudah disampaikan oleh Prof. Mukti, itu tidak lagi mengenal sekat-sekat karena dunianya sudah datar, dunianya sudah borderless, sehingga tidak ada lagi yang tadi disebut.
ewuh pakewuh gitu, kemudian kata kerama, taklimun, takalim, itu jadi PR tersendiri. Nah, saya izin share screen kepada Bapak-Ibu sekalian. Saya menyampaikan materi yang sebetulnya tidak terlalu kompleks. Jadi saya disini mau menyampaikan, tadi judulnya adalah dengan bahasa kaumnya.
Ini diambil dari ayat... Di yang tadi saya bacakan dari surat Ibrahim ayat keempat dimana disana disebutkan bahwa Allah mengutus rasul-rasulnya itu dengan bahasa kaumnya dimana rasul itu diutus. Jadi menjadi konteksual, menjadi sesuai dengan audiens yang kita hadapi itu satu keniscayaan. Bahkan itu amanat yang disampaikan oleh Allah melalui Al-Quran bahwa ketika melakukan kerja dakwah kita tidak bisa tidak harus menyampaikan dakwah itu sesuai dengan bahasa kaumnya.
Latar belakang saya sebetulnya di dunia konten gitu ya, jadi saya seorang penulis, kemudian juga ketika terjun menjadi seorang praktisi, banyak bersinggungan dengan strategi-strategi yang sifatnya naratif, kemudian strategi komunikasi, sehingga hari ini saya ingin menyampaikan pentingnya kita membangun konten yang relevan, membangun naratif yang relevan, sehingga bisa sesuai dengan bahasa kaumnya tadi. Saya mau mulai dengan satu pertanyaan. Pertanyaan ini simpel, tapi mungkin perlu kita jawab di ruang masing-masing dan juga di pertemuan-pertemuan kita berikutnya di organisasi baik di Muhammadiyah, Aisyah, maupun di Orkom. Pertanyaannya adalah apa narasi media sosial yang paling tepat untuk dakwah Muhammadiyah, Aisyah, dan juga Orkom hari ini. Karena...
Saya yakin setelah bertahun-tahun bergelut di media sosial, bergelut sebagai seorang profesional dan juga sebagai seorang entrepreneur yang ada hubungannya dengan bisnis komunikasi ini sebetulnya bukan teknikalitis yang membuat kita sukses menguasai dunia media sosial. Bukan tentang apakah studionya bagus, alat-alatnya bagus, editingnya bagus, dan seterusnya. Tapi apakah kontennya relevan.
atau tidak dengan audiens yang ingin kita sasar. Sekarang kan dengan adanya TikTok itu terjadi deliberasi yang luar biasa dalam hal kualitas konten. Kalau dulu konten itu sangat berkaitan dengan kualitas editingnya dan lain sebagainya. Tapi hari ini kita lihat video-video amatir, bahkan video-video kucing. Yang mana kita lihat.
di TikTok, kita lihat di Instagram, itu dilihat oleh jutaan orang. Jadi pertanyaannya adalah apa yang harus kita rancang, apa yang harus kita lakukan agar narasi media sosial kita ini relevan dengan publik. Nah ini ada kaitannya tadi yang sudah disampaikan oleh Mas Ismail Fahmi, kemudian Pak Makrun, Prof. Luti.
Saya sih menduga dan melihat ini ada kaitannya. Kita harus menjadi relevan dengan audiens itu, dengan masyarakat, karena masyarakatnya berubah. Jadi kalau kita bayangkan Muhammadiyah tahun 60-70-an, itu kita harus ambil paralelitasnya dengan kondisi masyarakat kita hari ini.
Misalnya kita lihat dari sudut pandang ekonomi. Tahun 60-70 itu GDP per kapita Indonesia itu rata-rata masih 500-600 rupiah. Tapi hari ini, tahun 2023, GDP per kapita kita itu rata-rata di seluruh daerah di Indonesia itu Rp4.500-Rp4.600.
Jadi ada lompatan Rp4.000 itu pasti lompatan yang luar biasa besar. Bahkan di kota-kota seperti Jakarta GDP per kapitanya itu mencapai Rp11.800 tahun 2023 ini. Apa dampaknya? Dulu ketika GDP kita rendah, masyarakat itu fokusnya pada... pemenuhan kebutuhan dasar, basic needs.
Sehingga mereka tidak punya waktu untuk persoalan-persoalan yang sifatnya meaningful. tidak punya waktu senggang untuk menggali, berefleksi terhadap situasi di sekeliling. Karena hari-harinya hidupnya dihabiskan untuk memenuhi basic needs.
Nah sementara ciri-ciri negara atau masyarakat yang ekonominya tumbuh, mereka udah mulai punya waktu senggang. Nah waktu senggang itu dipakai untuk mencari meaning, untuk menggali agama. Nah ini ada kaitannya dari berbagai riset ditemukan bahwa kenapa tahun 2000-an itu muncul fenomena hijrah.
Karena muncul kelas menengah baru yang secara pendapatan dia mengalami lonjakan yang signifikan, sehingga dia punya waktu senggang yang cukup untuk mulai bertanya hidup ini untuk apa. Nah disitulah kemudian konten-konten dakwah tertentu itu menemukan momentumnya dan sayangnya ada absent gitu ya, ada ketidakhadiran dari organisasi-organisasi yang mapan, ulama-ulama yang mapan untuk mengisi ruang publik baru yaitu media sosial. Kedepan itu akan ada perubahan yang lebih signifikan lagi karena GDP per kapita kita akan melompat sampai 6.000, kemudian Jakarta mungkin akan sampai 18.000.
Jadi kehausan spiritualitas itu akan meningkat dan itu perlu diantisipasi oleh organisasi-organisasi keislaman seperti Muhammadiyah. Di mana peran dan posisinya untuk mengisi ruang-ruang kosong di hati masyarakat yang... memang jadi sedang mencari meaning, mencari kedalaman.
Nah ini juga diperparah dengan, atau bukan diperparah, dulu kalau kita ingat di zaman Orde Baru pelajaran agama itu cuma satu jam per minggu. Nah sementara kebutuhan orang terhadap refleksi dirinya, terhadap spiritualitas, terhadap meaning itu pasti lebih dari satu jam seminggu. Nah mereka ini akan cari di media sosial.
Nah bagaimana kita mengisi narasi di media sosial itu karena ada kebutuhan itu. Ini saya tampilkan mungkin ini agak kritis karena tadi saya sudah diizinkan Prof. Muti untuk boleh kritis karena kritis itu ciri orang berpikir gitu ya, ciri ulul albab tadi. Jadi ini fakta yang menyedihkan sebenarnya Bapak-Ibu sekalian. Jadi kita mungkin dengar kasus rumah produksi film dewasa kemarin di Jagakarsa. Jadi saya kasih tagline yang...
Di sini mungkin bisa dibaca oleh Bapak-Ibu sekalian, 300 meter dari rumah produksi film porno ini, dalam radius 300 meter ini ada apa saja. Dan ini fakta yang ditemukan di lapangan, karena saya mengirim tim resep ke sana, tim investigasi, dan juga wartawan, karena sekarang saya memimpin satu media, namanya inilah.com, dan cukup menyedihkan, itu dalam radius 300 meter sampai 600 meter di sekitar lokasi itu. Banyak sekali ditemukan masjid, musola, kemudian juga tempat-tempat keagamaan di mana harusnya fungsi-fungsi ibadah atau fungsi-fungsi pembinaan umat itu berjalan. Nah, apakah ini bisa menjadi, apakah kita bisa menyalahkan keberadaan tempat-tempat ini?
Agak miris sebetulnya karena ada dua ruko di Jagakarsa yang dijadikan sebagai tempat produksi film dewasa. Kemudian masyarakat setempat itu terlibat menjadi kru. Selama berbulan-bulan gitu ya, jadi mereka direkrut, ada yang ambil barang, ada yang megangin kamera, megangin lighting, dan lain sebagainya. Artinya harusnya masyarakat atau tokoh-tokoh di sekitar ini tahu bahwa ada kegiatan yang tidak semestinya ada di situ.
Dan 300 meter dari tempat itu ada kantor Aisyah, ada Pantiaswan Aisyah, di sampingnya ada klinik Fahira yang dikelola juga oleh Aisyah dan Muhammadiyah. Kemudian ada perguruan Cikini, ada Musola Nurut Takwa, kemudian ada masjid juga di sana. Nah ini, kenapa saya tampilkan fakta ini?
Karena inilah sebetulnya materi atau narasi media sosial yang dibutuhkan. Jadi narasi itu harus membumi, dan narasi itu harus sampai kepada masyarakat di mana masyarakat memang lagi membutuhkan itu. Ini kalau kita cek pakai Google Map.
Itu dari kantor pimpinan cabang Muhammadiyah Jagakarsa, itu cuma 4 menit berkendara ke rumah produksi Bintang Karya Studio itu. Nah, kita tahu juga ini bukan satu-satunya kasus, bukan satu-satunya prob, bukan satu-satunya kasus yang berkaitan dengan isu ini. Kita familiar dengan setiap hari di media sosial itu ada pelecehan seksual, pemberkosaan, dan lain sebagainya.
Nah ini menjadi tantangan tersendiri gitu ya, nanti saya akan jelaskan kenapa saya mengangkat ini. Nah pertanyaannya adalah... Narasi kita ada di mana untuk isu-isu ini? Narasi kita ada di mana untuk hal-hal yang sebetulnya menjadi percakapan utama publik? Hal-hal yang menjadi kegelisahan utama publik?
Kemudian tadi Mas Isfahmi menjelaskan bahwa judi online ini statusnya sudah kayak SDSB tahun 70-an. Ini sudah darurat nasional. Jadi bunuh diri di mana-mana, kemudian juga jumlahnya secara ekonomi angkanya sudah... Triliunan gitu, kemudian ada kerusakan moral dan juga kerusakan tatanan sosial masyarakat yang dahsyat gitu ya. Bahkan ada keterlibatan artis, influencer untuk mengkampanyekan slot ini meskipun mereka banyak berkilah juga.
Tapi kita butuh narasi-narasi media sosial, keagamaan gitu ya, yang menyentuh isu-isu ini, yang menyentuh kegedisahan publik ini. Jadi saya sih, saya oke lah, saya setuju bahwa... Kita harus menyentuh semua bidang-bidang yang penting dalam kehidupan bermasyarakat, tapi ada prioritas, karena kalau kita bicara dakwah, inilah dakwah-dakwah yang mendesak perlu kita lakukan.
Kemudian juga persoalan berikutnya adalah persoalan pinjol atau pinjaman online. Ini menghasilkan banyak problematika sosial di masyarakat yang dahsyat juga ya, bunuh diri di mana-mana, terus konversi dari seorang. yang tadinya terlilit pinjol menjadi kriminal dan lain sebagainya. Nah, pinjol, judis, slot, pornografi adalah tiga top teratas menurut saya isu sosial kemasyarakatan yang menyentuh 92% publik hari ini yang harusnya ormas keagamaan seperti Muhammadiyah, kita semua itu aware dengan ini semua dan mulai melakukan jihad narasi di media sosial untuk itu terlibat menyelesaikan problem-problem sosial kemasyarakatan ini.
Karena kalau yang lain, pendidikan, bukan berarti tidak penting, tapi ini ada panggilan momentum yang tidak bisa kita tolak. Saya sengaja tampilkan ini Bapak-Ibu sekalian, kalau pertanyaannya adalah di mana posisi dakwah Muhammadiyah, kita kalau boleh autokritik terhadap organisasi kita, kemudian juga dalam rangka perbaikan tentu saja, bukan dalam rangka menyalahkan, sayangnya... Narasi-narasi dakwah kita di media sosial itu cenderung elitis. Karena kita mungkin mengkarakterisasi diri kita dan juga setuju dengan karakterisasi bahwa kita itu urban, terdidik, berpenghasilan, menengah ke atas. Sehingga dari sisi cara menampilkan pengajian, cara menampilkan dakwah di media sosial, kemudian juga pilihan-pilihan temanya, Bapak-Ibu bisa baca sendiri.
Ini beberapa saya googling dan bahkan saya perketat dari... hanya tahun 2022 dan 2023 saja, isu-isu ini penting kalau kita pikirkan, tetapi kurang menyentuh problem nyata yang dihadapi masyarakat. Jadi ada kesenjangan yang luar biasa besar antara apa yang dilakukan dengan kebutuhan masyarakat.
Jadi tidak ketemu relevansinya. Jadi menurut saya ini diagram Venn yang sering saya kemukakan. Jadi kalau kita bayangkan melihat himpunan A itu adalah Muhammadiyah dan kumpulan B adalah masyarakat.
Harusnya ada interplay, harusnya ada ruang yang ketemu diantara dua itu, dan itulah relevansi. Termasuk relevansi dakwah. Pilihan temanya, pilihan katanya, pendekatannya, dan lain sebagainya.
Nah itu yang menjawab kenapa di media sosial, itu yang dikenal publik atau yang mendapatkan sambutan publik, itu adalah daidai populer, seperti saya tampilkan ini. Karena kalau kita lihat Tema yang mereka sampaikan, tema yang mereka pilih itu sangat mempunyai. Ustadzadi Hidayat misalnya, Wakil Ketua Majlis Tablik Bapak Muhammadiyah, kalau kita lihat judul-judul dakwahnya, itu sebetulnya jarang atau sangat menghindari hal-hal yang elit.
Padahal Ustadzadi Hidayat termasuk da'i yang dikategorikan menyasar segmen urban dan menengah atas. Tapi tetap yang dibahas adalah jangan khawatir tentang rezeki. Kemudian sini ada Ustazah Oki, ajarkan keluarga untuk selalu bertobat. Kemudian Hanan Ataki, jangan reject dia.
Ini menggunakan kata-kata yang dekat dengan milenial dan generasi Z. Jangan reject dia, dianya mengacu kepada Allah. Kemudian ada Gus Miftah, manusia punya kendali, Allah punya kendala.
Kemudian ada Mamah Dedeh, wanita lebih baik bekerja atau diam di rumah. Ini tema-tema yang sepele, mungkin tidak terdengar intelektual, tapi inilah yang relevan dengan komunikasi. Habib Ja'far itu pandai memilih soundbite yang memang dipakai oleh generasi milenial dan generasi Z.
Meskipun tampilannya tidak berubah. Contoh misalnya disitu disebut Habib Ja'far login di tempat Habib Hasan. Ini relatable banget gitu dengan anak muda.
Sementara tadi kalau kita baca judul-judul yang kita pakai di Muhammadiyah, ini sulit dicerna dan sulit dijangkau oleh publik. Jadi tadi saya mengusulkan pilihan tema. Jadi pilihan tema yang tiga teratas itu adalah pinjol, judi online, dan...
pornografi, kemudian saya mengusulkan pilihan bahasa juga pilihan bahasa dan pilihan presentasi itu juga harus mulai ada perubahan, jadi saya sering mengkritik, gak usah lah kita bergeser ke joget-joget TikTok atau lagu-lagu tertentu tapi mulai mengubah pendekatan dakwah menjadi lebih membumi aja dulu secara teori, ini ada buku yang saya suka banget, judulnya WDF dari Benjamin Bergen, tapi mungkin nggak saya bahas secara spesifik tentang holiness, private property, prestige, dan identity ini. Singkatnya adalah, publik itu yang paling kena di publik itu selalu holiness, selalu tentang agama dan spiritualitas. Jadi mustahil konten agama dan spiritualitas itu tidak rame, tidak viral.
Karena dia paling di tunggu publik dan paling center sifatnya. Sementara yang lain-lain itu sifatnya yang mengikut. VHS ini teori atau pendekatan yang banyak dipakai oleh para komunikator di negara-negara yang mayoritas masyarakat menengah bawahnya itu tinggi jumlahnya, itu mereka kontennya itu senang yang violence, horror, sex.
Makanya kalau kita lihat media online isinya VHS. Kalau kita lihat TV isinya VHS. Nah, kalau tadi saya usulkan pilihan temanya adalah judi online, yang kemudian pinjol dan... pornografi, ini sebetulnya masuk di dalam kategori VHS tapi kita gabungkan dengan kebutuhan masyarakat tentang holiness atau sacredness, sehingga nanti kita bisa lebih relevan dengan publik. Nah berikutnya kalau lihat survei, ini survei yang terkenal kemarin dilakukan oleh LSI dan IJA.
Pertanyaannya adalah benar nggak sih kita itu masyarakat menengah atas? Ternyata faktanya adalah Enggak juga, Muhammadiyah itu banyak pedesaan juga. Kemudian dari segi pendidikan ternyata SMA ke bawah itu mayoritas.
Yang tamat D3 ke atas itu meskipun lebih tinggi dari NU, itu Muhammadiyah 25%. Survei lain bahkan ada yang menempatkan itu hanya 10%. Jadi sebenarnya tetap segmennya adalah masyarakat menengah ke bawah.
Kemudian kita juga nggak bisa urban, karena urban hari ini beda dengan urban tahun 80. Urban-urban tahun 80 itu jumlahnya cuma 20% maksimal. Tapi urban hari ini bisa dicek di data statistik, itu jumlahnya 57%. Dan nanti tahun 2030, urban di Indonesia itu jumlahnya 75%. Jadi nggak relevan lagi kategorisasi urban menurut saya. Nah kemudian juga dari sisi penghasilan, ternyata mayoritas juga 4 juta ke bawah.
Yang berpenghasilan 4 juta ke atas itu cuma 17,5%. persen. Artinya, dan ini tadi pertumbuhan GDP per kapita di Indonesia, kemudian urbannya ternyata lebih banyak urbannya hari ini, jadi kita nggak bisa ngambil yang spesifik, itu menjadi pertanyaan buat kita.
Apakah karakterisasi urban terdidik elit itu masih relevan dengan Muhammadiyah? Dan masihkah kita mau mempertahankan gaya bersosial media yang sifatnya urban terdidik elit dari sisi pendekat? isu, tema, dan lain sebagainya. Karena faktanya adalah kita justru terdesak ke pedesaan belum terpelajar dan menengah bawah.
Masalahnya ketika kita berhadapan dengan mereka ada kegagapan terus sendiri karena pilihan-pilihan tema, cara kita berbahasa, kemudian juga cara kita melihat fenomena dunia, misalnya cara kita melihat fenomena masyarakat hari ini. Itu cedeng-cedeng. Tercerabut dari kebutuhan masyarakat Nah maka sekali lagi Terakhir adalah kalau kita Berefleksi pada surat Ibrahim ini Apakah kita ini sudah berdakwah Dengan lisan kaumnya Apakah kita ini sudah relevan dengan Masyarakat Indonesia hari ini Yang mau tidak mau harus kita Akui mayoritasnya itu masih Berpenghasilan Tidak menengah atau berhasil Menengah bawah kemudian juga pendidikannya SMA ke bawah, dan urban tetapi mentalitasnya masih desa. Jadi ada persoalan, apalagi tadi disebutkan. Ada persoalan literasi digital juga yang bermaksud salah.
Jadi Bapak-Ibu saya akan selesai di situ dari sisi presentasi. Saya mohon maaf agak kritis dan saya kemudian menyampaikan fakta bahwa ada hal yang harus kita perhatikan di sekeliling bahwa publik ini menanti narasi-narasi dakwah, konten-konten dakwah yang sesuai dengan bahasa mereka sesuai dengan kebutuhan mereka dan juga sesuai dengan kesedihan, keresahan, kegelisahan yang mereka hadapi. Nah kalau saya boleh usul, kalau bisa ditetapkan jadi satu jihad tersendiri di media sosial atau di narasi publik, kita menghasilkan da'i-da'i ulama-ulama yang bicara soal keresahan masyarakat yang paling genting hari ini, yaitu soal pinjol.
soal judi online dan soal pornografi. Terima kasih. Saya kembalikan lagi ke Mbak Mona. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.
Terima kasih Kang Fad atas pemaparan materinya. Jadi memang di dunia media saat ini bahasan yang paling banyak adalah soal pornografi, judi online, dan pinjol, dan juga kekerasan seksual. Nah seperti yang Kang Fad sampaikan tadi, bagaimana narasi Muhammadiyah? berada untuk menanggapi isu-isu ini ya kalau biasanya tadi kalau kita melihat ya beberapa contoh dai-dai dengan tema-tema tertentu misalnya tadi perempuan bekerja di rumah atau bekerja di luar rumah biasanya kalau di IC ya kita membahas itu biasanya Muhammad dia dan IC sudah selesai kita tidak perlu membahasnya lagi begitu ya jadi memang bahasan itu jadi terlewatkan seperti itu.
Nah pemirsa TVMU jamaah Youtube dan Zoom Silakan untuk mengajukan pertanyaan melalui link Google Form yang sudah disediakan di kolom chat Zoom maupun YouTube. Nah, sudah ada beberapa pertanyaan yang masuk ke dalam link Google Form. Saya akan bacakan satu per satu.
Pertanyaan pertama untuk Bapak Makrun Sanjaya. Muhammadiyah sangat lemah dalam dunia digital. Harus ada upaya yang serius agar dunia digital ini digarap dengan baik oleh Muhammadiyah. Apa yang kira-kira dilakukan oleh PP Muhammadiyah sebagai respon ketertinggalan Muhammadiyah dalam dunia digital yang semakin disruptif? Pertanyaan dari Erwin Tanjung, Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Karo.
Kepada Pak Makrun, silakan untuk menjawab pertanyaannya. Baik, terima kasih. Pak Erwin dari BDM Karo ya, jadi memang kenyataannya memang di dunia digital ya, kalau kita bicara spek dakwah begitu ya, digital present namanya, kehadiran digital, para da'i dan da'iyah Muhammadiyah memang apa ya, secara kuantitatif itu ya, pasti kalah dari yang lain. Ini harus jujur sebagai introspeksi kita, refleksi diri kita. Nah yang secara...
Organisatoris begitu, karena kami, saya, Mas Ismail, dan Mas Fadpadepi ini ada di MPI, kami tentu memiliki program-program yang mudah-mudahan ini bisa semakin mengakselerasi ketertinggalan kita untuk bisa, bukan untuk perlombaan sih ini ya, fast and be cool, koi rat saja. Kita ingin misalnya kalau di bidang transformasi media digital, kami sedang menyusun konsep semacam panduan konten kreatif. Kemudian juga tadi, secara literasi, literasi kita itu indeks nasionalnya kita masih rendah ya. Dan saya yakin itu juga relate dengan Muhammadiyah. Kita itu masih diangkat 3,5 dari skala 5. Dan kita termasuk yang sangat jauh di bawah negara-negara lain, khususnya di Asia Tenggara pun.
Nah ini perlu kerja yang optimal, kerja yang kolaboratif. Kemudian di... Nanti juga Mas Ismail bisa nambah apa yang dilakukan tadi sudah disebut, bikin super ads, kemudian bikin panduan-panduan. Nah, secara produk itu mungkin di bidang TMD, transformasi media digital, nanti kemudian dirangkum, diagregasi begitu oleh timnya Mas Ismail Fahmi menjadi sebuah, termasuk panduan ibadah misalnya, VK-VK muamalah yang relevan yang tadi Mas Farta Dibi sungguh. Itu kami sedang menyusun semacam guideline, karena memang kemudian kita belum berorkestrasi dengan baik, karena memang masing-masing komponen-komponen ini berjalan sendiri-sendiri.
Nah ini memang kemudian ke depan. tentu cara-cara kolaborasi lebih kita tekankan. Misalnya saya membawa MPI di Teromasi Media Digital, kita harus bergerak bersama dengan majelis lembaga lain.
Tentunya minggu lalu kami koordinasi dengan lembaga pengembangan pesantren, dengan teman-teman sana, kemudian juga yang sudah jalan dengan majelis tarjet, tentu ini kita perlu optimalisasi lagi. Nah, kemudian catatan saya memang, kalau saya belajar... studi saya mengenai kaum salafi gitu, bagaimana mereka dalam memproduksi konten mereka fokus fokus kemudian pada pilihan-pilihan yang seperti yang Mas Fatma DP tadi jadi memang sudah didesain kemudian dan kemudian seluruh da'i-da'inya itu semacam terstandarisasi jadi mereka itu punya pola-pola yang yang seragam, kemudian ada...
semacam proses seleksi jadi ada dewan semacam dewan suroknya begitu yang menyeleksi siapa yang boleh tampil siapa yang enggak, begitu nah itu memang kita tidak harus meniru seperti itu ya tetapi kita harus melakukan langkah-langkah cerdas yang lain yang mungkin mana yang kita bisa ambil sebagai sesuatu yang bisa kita kembangkan, mana yang tidak usah, mereka fokus di empat aspek, jadi aspek akhidah, muamalah Kemudian fikir ibadah itu semua diderivasi secara detail, kemudian dilakukan secara pergantian, kemudian satu konsep lagi yang ta'awun. Dan dengan ta'awun mereka ini, kalau secara pemediaan, mereka itu menjadi media alternatif secara teoritis, kemudian mereka kalau beroperasi dalam ranah undang-undang penyiaran misalnya, menjadi media komunitas. Dengan segala keterbatasan, tetapi mereka bersiasat dan mereka menggalang.
menggalang dana untuk donasi dari kalangan mereka sendiri dan itu hidup nah ini pelajaran penting yang saya sendiri sedang mencari-cari cara apa yang bisa kita adopsi, tidak harus menjiplak ya tapi kemudian bagaimana hal-hal yang positif bisa kita kembangkan nah jadi mungkin tantangan ke depan adalah bagaimana tadi sudah disinggung oleh Mas Fad juga Mas Ismail, bagaimana kita fokus di aspek-aspek tertentu kita terlalu apa ya terlalu klatek gitu, jadi memang eh Belum ada ciri khas yang cukup dominan begitu kira-kira. Jadi mudah-mudahan ke depan ini tentu ini menjadi tantangan dan tugas kita semua. Terutama kami DNPI yang menjadi garda terdepan di aspek-aspek komedia.
Begitu kira-kira Pak Munas, terima kasih. Terima kasih Pak Makrun. Jadi ini ya kita dalam membuat konten terutama untuk Dahu Adi kita ini harus lebih fokus gitu ya. Supaya audiensnya lebih jelas begitu.
Nah, untuk pertanyaan kedua, ini akan ditujukan kepada Bapak Ismail Fahmi. Pertanyaannya adalah, saya apresiasi agar Muhammadiyah memiliki server yang besar dengan super apps. Target semua data wargamu terintegrasi dari ranting sampai pimpinan pusat, terkait berbagai kegiatan apapun.
Langkah apa yang sudah dipersiapkan sekarang ini oleh PP Muhammadiyah untuk penetrasi Super App sampai ke pimpinan ranting Muhammadiyah. Pertanyaan dari Kas Mui, pimpinan cabang Muhammadiyah Gunung Pati, Kota Semarang. Silakan Mas Ismail Fahmi menjawab pertanyaannya.
Terima kasih dari Pak Kas Mui. Tentang Super App ini yang sudah ada di Muhammadiyah masih terpecah-pecah masih beberapa. Sekarang tahapannya kita lagi kita persiapkan jadi satu.
Kemarin sudah diluncurkan Salamu, kemudian sekarang kita siapin juga yang paling penting itu pelan-pelan itu adalah ada KTA, kita punya kartu anggota Muhammadiyah, punya NBM, ini manfaatnya apa? Kalau kita ingin penetrasi yang sangat was, salah satunya adalah separeng ini harus bermanfaat ya clear kebutuhannya apa? Kemarin di pertemuan di BPM Muhammadiyah Provider sudah memberikan amanah.
KTA itu sudah diberikan manfaat yang luar biasa buat programnya minimal di tiga majelis. Dikdasmen, banyak sekali sekolah. Kemudian juga perguruan tinggi, majelis dikti.
Kemudian satu lagi MPKU, kemas sakit. Di dunia pendidikan ini yang banyak sekali warga memadih ada di sana, kita bisa membuat loyalty program dan macam-macam. Program ini yang kita siapin, misalnya login seperti menggunakan Google, kita punya email Google, satu login bisa akses mana-mana. Kita punya NBM, begitu login bisa akses. fasilitas pendidikan, mungkin rumah sakit, nanti kita kerjasama dengan rumah sakit, antrinya lebih cepat lah misalnya gitu.
Kemudian juga fasilitas-fasilitas yang lain, informasi-informasi yang ini lagi kita siapkan. Kita ingin ini siap dengan sangat bagus, kita atas berkali-kali, kemudian baru kita release. Kita nggak buru-buru untuk itu.
Memang kita akan percepat prosesnya sesuai dengan prioritas. Salah satu yang paling cepat sekarang ini lagi dibutuhkan itu adalah soal dari MPKU bagaimana rumah sakit Muhammadiyah Aisyah itu bisa akses ke satu data. Nah, di sini, kalau tidak lapor ke sana, nanti kan nggak dibayar sama BGJS, jadi ini wajib di rumah sakit. Nah, di sini kan aksesnya banyak. Berapa banyak itu warga yang akan bisa dapat kita collect informasinya dalam satu server, karena memang sudah ada, tidak di luar.
Jadi kalau bisa, informasi tetap di dalam Muhammadiyah Aisyah, tidak di luar. tidak di-provide di luar, di-keep di kita. Sehingga nanti kita bisa integrasikan dengan NPM, akses KTA, dan lain-lain. Saya kira itu strateginya. Strateginya yang utamanya adalah bagaimana menjawab kebutuhan realnya.
Masalah ekonomi, soal ribadah, dan lain-lain. Saya kira itu strateginya sekarang. Terima kasih Mas Ismail Fahmi atas jawabannya. Jadi sudah ada strategi yang dilakukan oleh BP Muhammadiyah melalui MPI ya dengan persiapan super apps-nya ini.
Pertanyaan selanjutnya dari untuk Bapak Fadpah Depi ya. Pertanyaannya bagaimana caranya membangun kesalahan digital pada anak muda sekarang? Pertanyaan dari Rizka, pimpinan cabang Muhammadiyah Banguntapan. Ya, terima kasih Rizka.
Jadi... Saya sih mau mengadvokasi anak muda gitu ya, jadi banyak generasi sebelumnya atau orang tua lah gitu kita katakan yang menganggap bahwa anak muda menjadi kurang religius gitu ya, menjadi kurang spiritual lah bahkan gitu ya lebih dari sekedar yang formal gitu ya, dengan adanya media sosial, dengan adanya digitalisasi tapi faktanya sebetulnya media sosial itu menghadirkan tantangan tersendiri, digitalisasi internet itu menghadirkan tantangan beragama dan tantangan spiritualitas tersendiri, kenapa? karena sekarang ini beragama itu sifatnya jadi personalized kemarin di PP Muhammadiyah saya sampaikan pendapat ini dan juga fakta ini bahwa sekarang anak muda itu mencari lewat internet, tadi Mas Ismail Fahmi mengatakan bahwa kalau mau tahu doa mensolatkan jenazah, mereka itu google... Jadi semula ini dikritik sebagai fatwa shopping, tapi sebenarnya itu ada peningkatan kecenderungan beragama yang cukup baik dan juga peningkatan ketertarikan pada spiritualitas yang lebih tinggi di kalangan anak muda dengan hadirnya internet dan sosial media ini.
Nah yang harus dilakukan itu adalah mereka harus bisa dikatal ketertarikannya kepada konten-konten yang benar, yang sesuai. Jadi pentingnya Muhammadiyah hadir secara narasi, hadir secara presensi Muhammadiyah di dunia digital dan di dunia media sosial itu karena seiring dengan pertumbuhan dan peningkatan kecenderungan dan juga minat. anak-anak muda ini untuk mempelajari agama dan juga mendapatkan pencerahan spiritual.
Jadi saya kira sih bagaimana cara membangunnya dan bagaimana cara membangun etika bermedia sosial itu teknikalitisnya itu bisa belakangan, tapi minimal kita menyadari bahwa mereka itu harus dikanal. Karena generasi Z sama milenial ini adalah generasi yang sudah selesai dalam tanda kutip dengan urusan-urusan tertentu gitu ya. Karena mereka... dikritiknya disebutnya sebagai easy generation, easy society, jadi terlalu nyaman. Tapi justru kenyamanan itu membuat mereka punya waktu senggang, dan waktu senggangnya membuat mereka menjadi generasi yang mencari meaning, mencari kesadaran, dan mencari awakening di dalam keseharian mereka.
Mungkin itu yang bisa saya jawab. Terima kasih Kang Fad atas jawabannya Jadi memang bentuk kesalahan digital yang memang lebih banyak kita perhatikan pada kaum muda itu cukup menarik Kalau dulu kita harus mengikuti kajian, harus mendatangi pengajian Sekarang anak-anak muda ingin mengetahui pengetahuan tentang ajaran agama Islam cukup melalui HPnya Tinggal mengetik via Google atau via Youtube mulai dari Ustadz A sampai Z itu tersedia informasinya begitu jadi nanti bagaimana Muhammadiyah bisa mengisi kebutuhan-kebutuhan anak muda itu di dalam ini ya Melengkapi apa itu kesalahan digital seperti itu Ya pemirsa TVMU jamaah pengajian pimpinan pusat Muhammadiyah kita sudah sampai pada ujung acara gitu Jadi dalam pengajian kali ini tentang kesalahan digital, ada beberapa hal yang bisa kita pelajari yaitu bagaimana kesalahan digital ini mampu membangun ukuah dan dakwah melalui media sosial. Tadi Pak Maklun sudah menjelaskan bahwa sebenarnya Muhammadiyah cukup adaptif dan cukup cepat menjawab tantangan dan isu ini dengan adanya fikir informasi dan tadi juga sudah Ada implementasi tentang akhlakul medsosiah bagi netizen Muhammadiyah. Kemudian tadi juga Mas Ismail Fahmi sudah menjelaskan bagaimana algoritma ini mempengaruhi pembentukan behavior dan juga masa depan umat Islam, terutama nanti bagaimana konten-konten dakwah di dunia digital ini mampu menciptakan sebuah behavior yang lebih baik.
Dan Mas Fath Kang Fadepi tadi sudah menyampaikan juga bahwa bagaimana Muhammadiyah memposisikan dirinya menanggapi isu-isu yang ada di dunia digital, tadi ada tiga isu utama ya, pinjol, kemudian kekerasan seksual, pornografi, dan judi online. Nah ini PR bagi kita semua gitu ya, bagaimana kita bisa memposisikan dan menjawab tantangan Muhammadiyah di dunia digital. Selanjutnya... Apakah masih ada pertanyaan lagi?
Cukup ya? Sudah. Pengajian bulanan Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada malam hari ini bisa kita akhiri. Terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Abdul Mukti MED selaku Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan kepada para narasumber kita, Bapak Dr. Makrun Sanjaya, kemudian Bapak Ismail Fahmi PSD dan juga Kang Fad. Pak Depi, terima kasih semuanya atas kehadiran dan pemaparan materinya pada malam hari ini pemirsa TVMU dan jamaah pengajian pimpinan pusat Muhammadiyah yang di Youtube maupun di Zoom kita bertemu lagi pada pengajian pimpinan pusat Muhammadiyah bulan depan Albiru Manitako, Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh