Intro Intro Ayo semua belajar dimana saja Dengan cara menyenangkan kapan saja Pendidikan dan pelatihan dengan Diklat terpercaya Raih semua tujuan mulia pendidikan kita bersama Diklat online Sumber belajar bersama Bersama Di Club Online Sumber belajar bersama Di Club Online Di Club Online Di Club Online Sumber belajar bersama Di Club Online, di klub Online, di klub Online, semua belajar bersama Hai di desa hingga kota dari berbagai usia semua belajar bersama demi pendidikan kita bersama di kelat online sumber Sumber belajar bersama Bersama Diklat online Sumber belajar bersama Bersama saya, Nahmima, dalam hari ini, di hari yang sangat spesial tentunya, pada tanggal 19 Agustus 2024, yang masih dalam suasana kemerdekaan. Tentunya saya ingin juga mengucapkan Dirgahayu Selamat Ulang Tahun Republik Indonesia yang ke-79. Semoga dengan Dirgahayu ini, semangat kemerdekaan Bapak-Ibu juga Ada nih di kegiatan seminar pada malam hari ini, jadi semoga semangat dalam mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir, seperti itu. Oke, sebelum dimulai di acara pertama, mari kita bersama-sama menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Untuk itu saya persilakan kepada seluruh peserta untuk hadir dengan sikap sempurna. Terima kasih. Baik, terima kasih. Untuk acara yang selanjutnya, yaitu kita langsung ke materi yang luar biasa pada malam hari ini. Tapi sebelum itu, saya ingin mengecek semangat Bapak Ibu.
Kita bisa bersama-sama menyuarakan tagline dari Diklat Online. Baik Bapak Ibu, peserta seminar pada malam hari ini, ketika saya bilang Diklat Online, Bapak Ibu bisa menjawabnya dengan semangat, sumber belajar bersama. Bagi Bapak-Ibu yang ada di streaming YouTube, juga bisa ikut meramaikannya dengan cara menjawabnya di kolom komentar, sumber belajar bersama.
Baik, sudah sih Bapak-Ibu yang di room Zoom bisa mulai diaktifkan kameranya ya. Di Cloud Online, sumber belajar bersama. Sumber belajar bersama Sumber belajar bersama Wah semarak Kemerdekaan nya masih terasa nih ya Semangatnya atau mungkin hari ini atau kemarin Ini selesai Lomba gitu ya, lomba Agustusan gitu Pasti seru gitu ya, jadi semangatnya masih Terasa seperti itu Oke, kita hari ini bersama dengan Bu Irma sebagai pemateri pada malam hari ini Tetapi sebelum kita sambut Bu Irma Saya akan sedikit membacakan profil dari narasumber kita pada malam hari ini.
Beliau yaitu Ibu Irma Yanti SS, pelatih guru belajar dan instruktur guru penggerak. Dengan karya dan pengalaman beliau yang pertama, guru bahasa Indonesia tersertifikasi pada tahun 2008. Kemudian, kepala SMA Anurmania ditangerang pada tahun 2005 hingga 2009. Selanjutnya, penulis dan penelaah Akheim Literasi, Kemendikbutristek Kemudian penulis perangkat ajar bahasa Indonesia, Kemendikbutristek Selanjutnya instruktur program pendidikan guru penggerak, Kemendikbutristek Dan penulis dan penelah ahnas KPMM, Kemendikbutristek Dengan riwayat pendidikan beliau yang pertama yaitu Diploma in Montessori Methods for Early Childhood Education Sunshine Teacher Training pada tahun 2017 hingga 2019 dan S1, Sastra di Universitas Indonesia pada tahun 1998 hingga 2003. Itu tadi merupakan profil yang sangat menginspirasi tentunya dari narasumber kita. Dan langsung saja mari kita sambut.
Halo, selamat malam Bu Irma. Selamat malam Kak Anna, selamat malam teman-teman semua. Pertemu lagi kita belajar bersama hari ini.
Semoga sehat semuanya teman-teman, tetap bersemangat dalam memperdalam kompetensi kita sebagai seorang guru. betul, semoga semangat selalu Bu Irma hari ini sehat ya Bu ya kabarnya baik? Alhamdulillah baik Alhamdulillah, oke Bu Irma hari ini temanya tentang merancang pembelajaran berdiferensiasi Sesuai kebutuhan siswa dalam kurikulum merdeka, Bu Irma ya?
Ya, betul Kak Ana Oke, jadi langsung saja saya persilahkan Bu Irma untuk memulai sesi materi pada malam hari ini Silahkan Ibu Baik, terima kasih Kak Ana Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Salam sejahtera untuk kita semua teman-teman Mudah-mudahan dalam keadaan sehat Walafia tetap bersemangat. Saya mengucapkan salamnya Guru Indonesia, salam dan bahagia. Mudah-mudahan ini menjadi sebuah pengingat selalu untuk kita bahwa kita ingin mendidik anak untuk berada dalam jalan keselamatan dan kebahagiaan. Teman-teman saya izin berbagi layar.
Hari ini kita akan sama-sama berdiskusi, belajar bersama, memperdalam kembali mengenai bagaimana merancang pembelajaran berdiferensiasi dalam kurikulum merdeka. Saya menyadari bahwa pembelajaran berdiferensiasi ini bukanlah sesuatu yang asing karena sejak ditetapkannya kurikulum merdeka di tahun 2022 kita sudah sering sekali mendengar tentang pembelian berdiferensiasi sehingga hari ini saya ingin lebih banyak berdiskusi bersama teman-teman jadi teman-teman dipersilahkan lebih aktif dalam berbagi, sharing di kolom chat untuk kita saling menyampaikan pendapat kita tentang apa yang akan kita topik hari ini teman-teman Tadi sudah diperkenalkan CV singkat dari saya. Saya tinggal di Tangerang Selatan, Provinsinya Banten. Saya lihat tadi di kolom chat ada teman-teman dari berbagai tempat daerah di Indonesia. Luar biasa teman-teman ya.
Salam kenal dari saya dari Tangerang Selatan, Provinsi Banten. Ada teman-teman sekota nggak ya dengan saya hari ini? Baik, teman-teman, nama saya Irma Yanti Nugraha.
Teman-teman bisa memanggil saya Irma, Instagram at Irma Nugraha. Baik, teman-teman, saya ingin memulai dengan ini. Saya akan menyampaikan, menampilkan sebuah situasi, sebuah situasi, sebuah khusus yang saya ingin tanyakan kepada teman-teman adalah tulis di kolom chat apa pendapat Anda tentang kasus berikut.
Tuliskan di kolom chat apa pendapat Anda tentang ini. Ini kasusnya, teman-teman. Saya akan membacakannya, teman-teman.
Ini kasusnya seperti ini. Seorang bapak guru, bapak guru Budi namanya, maaf kalau yang bersama namanya ini tidak ada kesengajaan, ini tokoh fiktif saja. Bapak guru Budi tidak melihat manfaat dari diferensiasi pembelajaran.
Menurutnya, diferensiasi pembelajaran justru tidak efektif karena makan banyak waktu dan membuat kelas jadi kacau dan riuh. Daripada guru yang mengikuti cara belajar murid, lebih baik murid yang mengikuti cara guru. Kelas seditenang dan pembelajaran selesai dengan cepat. Saat pengambilan nilai, Pak Budi mendapati lebih dari setengah kelas tidak mencapai TP.
Setelah dites ulang atau HER ya. Dites ulang, dites ulang pun hasilnya tetap sama, tidak mencapai TPU. Tapi Pak Budi menganggap hal ini wajar saja dan tetap memberikan nilai yang bagus.
Kenapa? Rasanya karena murid-muridnya adalah anak, jadi diberikan saja nilai yang bagus. Saya ingin melihat pendapat teman-teman mengenai situasi seperti terjadi di sekitar Anda, di mana guru-guru ada guru yang tidak melihat.
Itu sih diferensiasi pembelajaran. Apa harus pakai diferensiasi pembelajaran? Saya melihatnya malah ribet, malah nggak efektif. Apakah ada yang seperti itu?
Pendapatannya seperti apa? Kemudian mengenai nilai. Di sini disampaikan ada guru yang mendapati setengah dari kelasnya tidak mencapai TTIP. Setelah dites ulang tetap sama.
Tapi nggak apa-apa. Satu baik-baik, jadi saya kasih aja nilai yang bagus. Karena kan saya tidak hanya menilainya dari kemampuan akademik, saya menilainya dari anak ini adalah anak baik, anak-anak yang patut.
Jadi saya berikan nilai yang baik. Saya akan buka kolom chat ya teman-teman untuk melihat tanggapan-tanggapan dari teman-teman. Baik, ada yang menanggapi dari Bu Elisa Puspita ini yang terjadi sebenarnya di sekolah-sekolah.
Jadi harus mengerdepankan metode yang baik untuk mencapai pelajaran menurut saya. Terima kasih banyak Bu Lisa Puspil. Tapi ternyata memang ada tuntutan ya teman-teman untuk kita memberikan nilai yang baik. Karena bukannya tidak ingin mencapai TP, tapi memang ditekan untuk memberikan nilai yang baik. Tapi ada sharing dari Bu Hatiti.
Guru TK menerapkan beban diferensiasi malah banyak majuan. Anak senang pula. Jadi Bu Hatiti tidak setuju dengan Pak Guru Budi. Kalau menurut Bu Desi, Pak Budi masih nyaman dengan metode teacher center.
Berpusat pada guru. Dari Pak Fabianus, Pak Budi tidak mengenai sisi terlebih dahulu kebutuhan belajar siswa. Baik, tadi lima pendapat dari teman-teman kita dan banyak lagi pendapat di bawahnya. Teman-teman, izin tidak membacakan semuanya karena keterbatasan waktu. Tapi saya melihat, teman-teman, bahwa teman-teman sudah menangkap esensinya sebenarnya.
Sudah memahami apa yang terjadi di situasi ini. Teman-teman, izinkan saya menyampaikan pendapat saya. Pendapat saya adalah ini, teman-teman mengenai Pak Guru Budi, ini pendapat saya.
Saya melihat guru ini tidak mencari cara agar muridnya kompeten. Pertama, gurunya menggunakan teacher center dan dia tidak bersedia menerima cara lain meskipun ada cara-cara yang bisa membantu siswanya lebih baik. ditolak.
Itu yang pertama. Yang kedua, saat kenyataannya siswa tidak mencapai P, gurunya tetap memberikan nilai yang bagus karena muridnya anak-anaknya baik. Teman-teman, tentu saja dalam pembelajaran kita tidak hanya memandang sisi akademik saja, ada sisi karakter. Tapi, tanpa usahlah dari seorang guru untuk mendorong anak-anak yang mencapai kompetensi, maka guru itu menurut saya melakukan malpraktik. Karena tugas lupo adalah menyiapkan, membuat anak-anaknya kompeten untuk menghadapi masa depan.
Ketika lupo tidak melakukan usaha-usaha ke arah itu, maka itu malprak. Sudah keluar dari tugas dan tanggung jawab dia yang harus. Jadi sebenarnya kita tidak menginginkan hal-hal ini.
Kita ingin semua anak-anak kita kompeten. Kita ingin anak-anak kita siap menghadapi masa depan. Kalau yang Pak Budi adalah guru SD, nanti ketika dia naik kelas bermasalah lagi dengan pembelajarannya. Kenapa?
Karena Pak Budi tidak mencari cara agar muridnya kompeten. Dan justru yaudah, kalau tidak cocok dengan cara saya ngajar yaudah. Nanti naik ke SMP, naik ke SMA, dan seterusnya akan terjadi. masalah terus menerus karena tidak selesai.
Nah, teman-teman, ketika kita masuk ke kurikulum merdeka, di kurikulum merdeka ada pendekatan yang disebut dengan pembelajaran berdiferensiasi. Si, diferensiasi pembelajaran ini. Apa sih itu pembelajaran berdiferensiasi?
Sama ya, teman-teman. Diferensi pembelajaran itu apa sih? Difinansi pembelajaran adalah cara guru untuk mendukung murid-muridnya yang beragam agar semuanya mencapai tujuan pembelajaran. Jadi ada tiga poin penting di sini.
Yang pertama adalah cara guru, strategi, metode, cara guru. Yang kedua adalah mendukung murid-murid yang beragam. Murid-muridnya beragam, kebutuhannya beragam.
bagaimana mereka menjalani pembelajaran juga beragam. Itu yang kedua. Dan yang ketiga, agar semuanya mencapai tujuan pembelajaran. Jadi ada tiga hal penting ketika kita bicara mengenai pembelajaran tersebut. Saya ingin teman-teman, saya akan memberikan kuis kecil teman-teman untuk memeriksa pemahaman teman-teman seperti apa sih mengenai pembelajaran berdiferensiasi.
Saya tadi menyampaikan bahwa Diferensiasi pembelajaran itu bukan hal yang asing sekarang ini. Kita dengar di mana-mana sejak 2 tahun ini. Sejak kurikulum merdeka mulai diterapkan. Dan sekarang ditetapkan menjadi kurikulum nasional. Kita sudah dengar.
Tapi apakah pemahaman kita benar atau belum? Mari kita cek bersama-sama. Jadi teman-teman, kalau teman-teman lihat di bawah, di bar di bawah itu ada reaction. Nanti saya minta teman-teman untuk... Memberikan tanda, kalau setuju, kasih tanda hati yang warna merah.
Kalau tidak setuju, kasih tanda wajah yang warna kuning. Siap ya? Ini yang pertama.
Silahkan pilih ini benar atau salah. Benar itu hati, salah itu wajah, wajah kuning. Diferensiasi pembelajaran artinya... setiap murid boleh memiliki PP yang berbeda. Diferensiasi pembelajaran artinya semua murid boleh memiliki tujuan, eh sorry, pembelajaran yang berbeda.
Baik, saya lihat di kolom chat. Baik, baru ada yang setuju, ada yang tidak. Ada yang setuju, ada yang tidak.
Oke, baik. Terima kasih teman-teman, ini yang pertama. Sekarang yang kedua ya, yang kedua. Yang kedua, diferensiasi pembelajaran artinya setiap murid diajar dengan cara yang berbeda.
Bagaimana pendapat teman-teman? Benar atau salah? Kalau benar hati, kalau salah wajah? Baik, ini yang kedua ya.
Terima kasih atas tanggapannya. Sekarang yang terakhir, yang ketiga. Yang ketiga adalah ini. Diferensiasi pembelajaran artinya adanya pengelompokan murid dan ada tutor sebaya. 7 atau tidak?
Ya atau tidak? Benar atau salah? Teman-teman bisa lihat ya bagaimana teman-teman di ruang Zoom ini menyatakan pendapatnya.
Luar biasa teman-teman. Api-api, bersemangat sekali hari ini. Baik, terima kasih teman-teman. Itu tadi tiga hal yang saya tanyakan kepada teman-teman.
Tiga hal. Yang pertama adalah benar atau salah. Yang pertama, diferensi pembelajaran artinya setiap murid boleh memiliki tujuan pembelajaran yang berbeda.
Ini benar atau salah ya? Nanti kita bahas sama-sama. Yang kedua adalah, diferensiasi pembelajaran artinya setiap murid diajar dengan cara yang berbeda. Ini benar atau salah ya? Mari kita bahas sama-sama.
Diferensiasi pembelajaran artinya adanya pengelompokan murid dan tutor sebaya. Ini benar atau salah ya? Nanti kita bahas.
Baik, sekarang adalah waktunya pembahasan. Teman-teman, saya ketika membahas ini lebih suka ketika kita langsung melihat pada referensi yang kita gunakan. Yang kita gunakan adalah tentu saja PPA.
Biarin sebentar. Yang kita gunakan tentu saja PPA. 2024, Panduan Pembelajaran dan Assessment 2024. Jadi kita memahami PPA kita sudah direvisi ya teman-teman ya, menjadi yang baru.
Jadi saya akan sampaikan ini benar atau miskonsepsi dengan berpatokan pada Panduan Pembelajaran dan Assessment dari Kemdikbud mengenai kurikulum merdeka. Baik, kita bahas satu-satu. Yang pertama adalah KA. Diferensiasi pembelajaran artinya setiap murid boleh memiliki TP yang berbeda.
Kita lihat apa yang ada dalam panduan. Di panduan, teman-teman, CP merupakan kompetensi pembelajaran yang harus dicapai peserta. Sehingga, teman-teman, dari sini kita bisa memahami bahwa Kita bisa memahami bahwa TP-nya sama, kecuali jika ada peserta didik yang memiliki hambatan intelektual.
Jika ini terjadi, maka CP bisa diturunkan. Tapi ketika kita bicara mengenai... tujuan pembelajaran, maka tujuan pembelajaran dalam kurikulum merdeka itu untuk siswa reguler itu sama.
Kecuali kalau ada hambatan intelektual. Kecuali kalau ada hambatan intelektual. Oleh karena itu, teman-teman, oleh karena itu, yang dimaksud dengan diferensiasi pembelajaran adalah Bagaimana guru membantu anak-anak kita mencapai tujuan pembelajaran yang sama dengan cara yang berbeda? Itu disampaikan dalam panduan. Yang kedua, apakah dalam diferensiasi pembelajaran artinya setiap murid di kelas diajar dengan cara yang berbeda?
Artinya kalau di kelas Anda ada 28 anak, artinya 28 cara mengajar? 28 rubrik penilaian. Apakah demikian?
Kita lihat lagi, teman-teman. Ini tidak tersurat sebenarnya, tapi kita bisa pahami dari apa yang disampaikan dalam panduan. Misalnya begini, ketika mengajarkan pantai tertentu, silakan dilihat di layar, peserta didik yang pimpinan hanya belajar.
tiga poin paling esensial sementara yang peserta didik yang cukup memahami bisa mempelajari semua topik. Tidak satu anak, satu cara. Kemudian misalnya ada peserta didik yang pahir dapat melakukan pendalaman materi di luar materi yang diajar.
Jadi bukan satu anak, satu cara mengajar. Ini yang banyak dimiskonsepsi dalam masyarakat karena bagaimana mungkin anak saya, murid saya banyak sekali. Bagaimana mungkin saya mengajar satu-satu dengan cara yang berbeda-beda.
Sebenarnya bukan begitu ya. Misalnya peserta didik yang perlu bimbingan mengumpulkan satu lembar hasil kerja, sementara yang mahir lima hasil kerja. Jadi, perbedaannya itu tidak individu, tapi perkelompok siswa.
Kelompoknya ini macam-macam. Bisa macam-macam kelompoknya. Tidak berbagai macam, nanti kita bahas sama-sama. Tapi tidak satu orang, satu cara.
Bukan. Oke. Yang ketiga, jadi ini bukan ya. Jadi, tidak, differential pembelajaran bukan berarti setiap murid diajar dengan cara yang berbeda. Baik.
Yang ketiga, diferensiasi pembelajaran artinya pengelompokan murid dan tutor sebaya. Ini benar atau tidak? Seperti ini dipanduannya. Pertama, benar tutor sebaya itu bisa menjadi salah satu opsi.
Tapi perlu hati-hati, tidak semua peserta didik memiliki bisa mengajari temannya. Tidak semua peserta didik juga itu mampu mengajari temannya. Sehingga teman-teman jangan sampai... Sampai kita berpendapat bahwa diferensiasi selalu dijalankan dengan cara tutor sebaya. Begitu ya, harus hati-hati.
Yang kedua adalah pengelompokan murid bisa jadi. Ini saya screenshot juga dari panduan. Bisa jadi diferensiasi itu menggunakan kelompok murid. Tapi harus hati-hati. Yang namanya pengelompokan murid dalam diferensiasi harus tidak...
Kemanin sepanjang tahun. dan tidak berlaku di semua mata pelajaran. Artinya, jangan sampai di awal tahun kita ngetes anak, kemudian kita kelompok-kelompokkan, digunakan di seluruh mata pelajaran.
Itu salah. Ini kelompok-kelompokan ini fleksibel. Kelompokannya yang fleksibel sesuai dengan kompetensi, sesuai dengan kebutuhan pembelajaran sesuai dengan situasi. fleksibel.
Nah ini dua hal ini teman-teman kadang-kadang bisa kami ketika ditatam pelaksanaan di lapangan. Dianggapnya bahwa ketika kita menerima diferensiasi, berarti kita membagi anak-anak menjadi kelompok dan itu kelompoknya ini menjadi label gitu ya. Kemarin saya kebetulan ngobrol dengan para guru dan para guru bilang seperti ini, ibu murid di sekolah kami itu Ada kasus, kasusnya adalah bahwa ada orang tua murid yang datang dan protes.
Kenapa anak saya dilebel sebagai anak yang berkemampuannya lemah? Sepanjang semester dia dilebel sebagai anak yang berkemampuan lemah. Ini kan anak saya si van.
Nah, ini akibatnya apa teman-teman? Ini akibat karena panduan... pembelajaran dan asesmennya tidak dibaca baik-baik. Sehingga sekolah menetapkan pengelompokan anak itu statis.
Kemudian berujung pada label-label tertentu. Termasuk label-label anak visual, anak kinesthetik, anak auditory itu tidak diperkenankan melabel anak seperti itu. Pada kenyataannya, teman-teman, kita belajar itu ada auditorinya. Ada kinesthetiknya, ada visualnya, campur-campur seperti itu.
Jadi ingat, dalam diferensi pembelajaran, jangan sampai kita membentuk kelompok yang statis dan hasilnya adalah labeling. Itu ya, pemahaman yang harus diluruskan. Nah, sekarang kita masuk. Langkah apa yang pertama dilakukan?
Kita kembali lagi kepada... pasti mengakui diferensiasi pembelajaran, yaitu catak guru untuk mendukung murid-muridnya yang beragam agar semuanya mencapai tujuan pembelajaran. Kita pegas lagi bahwa ada tiga.
Pertama soal catak, yang kedua adalah soal murid-murid yang beragam, yang ketiga adalah soal tujuan pembelajaran. Mari kita bahas satu persatu. Jadi teman-teman, sebelum kita bicara mengenai strategi diferensiasi, harus diferensiasi konten, diferensiasi proses, diferensiasi produk, dan sebagainya, di situ intinya yang pertama, langkah pertama adalah perjelas dulu tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran harus jelas supaya kita tahu sebenarnya apa sih yang dituju oleh menurut kita.
apa yang seharusnya diketahui, dipahami, dan bisa dilakukan oleh murid. Hasil akhir pembelajaran ini murid bisa apa? Murid paham apa?
Tujuan pembelajarannya harus jelas. Nah, setelah kita memperjelas tujuan pembelajaran kita di hari itu, kita bertanya pada diri sendiri. Jadi gimana nih? Tujuan pembelajarannya sudah jelas, lalu kita berpikir gimana nih supaya murid-murid saya yang berbeda-beda itu Gimana caranya saya bisa mendukung mereka agar semuanya dapat mencapai tujuan pembelajaran.
Kita memahami anak-anak kita mungkin ada yang berbakat di bidang matematika misalnya, ada yang tidak berbakat, ada yang banyak bergerak, ada yang pendiam dan superkomunikasi. Beragam-agam, semuanya beragam di kelas kita. Yang kita pikirkan adalah gimana nih semua ini Saya ingin dukung, saya ingin agar semuanya mencapai tujuan pembelajaran. Karena berbeda-beda kebutuhannya. Nah, itu teman-teman, kita melakukan assessment formatif di awal dan selama pembelajaran.
Jadi assessment formatif itu ada dua, bisa di awal, assessment awal, kalau di panduan assessment awal, dan assessment formatif di selama pembelajaran. Untuk kita tahu, minat, kebutuhan belajar menurut kita apa sih? Supaya kita bisa membantu mereka, memenuhi kebutuhan mereka mencapai tujuan pembelajar.
Caranya apa? Bisa pakai tes, teman-teman. Tesnya bisa manual, bisa juga menggunakan aplikasi.
Kahut, kuisis, pliker, banyak ya teman-teman bisa mempelajarinya. Banyak sekarang tutorialnya di internet. Bisa menggunakan tes.
Tesnya seperti apa? Saya seorang faktif. Menurut pendapat saya, haruslah sebuah tes yang cepat diketahui hasilnya.
Bukanlah sesuatu yang misalnya 10 soal. Menurut saya itu terlalu banyak. 5 soal pendek. Misalnya, 1 soal sulit, 2 soal yang sedang, dan 2 soalnya lagi yang mudah.
Misalnya seperti pakai teks. Enggak pakai teks bisa enggak? Bisa. Pakai observasi. Misalnya, anak kita kasi games.
Kemudian kita perhatikan kemampuan awalnya dia. Misalnya saya, saya adalah guru bahasa Indonesia. Misalnya elemen yang kita pelajari adalah menyimak.
Kemudian saya memulai kegiatan dengan bermain pesan berantai. Dari situ saya memahami. Sebenarnya anak-anak saya sudah kompetensi awal untuk menyimaknya itu di mana? Misalnya seperti itu.
Atau misalnya kita kasih topik, kemudian mereka mendiskusikan. Kita keliling sambil dengerin. Mereka sudah menangkap belum sih topik ini selama diskusi?
Misalnya seperti itu. Ini observasi. Misalnya pakai demonstrasi pemahaman.
Misalnya anak-anak tuliskan yang kamu ketahui mengenai... mengenai misalnya sumber daya alam. Jadi anak-anak menuliskan misalnya di kertas kecil atau di papan tulis atau digital, terserah. Kemudian kita pahami, oh anak-anak saya ternyata sudah paham sebanyaknya.
Ini adalah beberapa cara assessment format. Kita ulangi lagi teman-teman. Langsung untuk memulai diferensiasi itu yang pertama adalah Perjelas dulu tujuan pembelajarannya.
Yang kedua, lakukan assessment formatif kepada murid untuk memahami karakteristik, minat, dan kebutuhan belajar mereka. Ya, sehingga teman-teman, jangan sampai ada pemahaman yang satu di kalangan teman kita semua sebagai guru bahwa saya mau diferensiasi nih, saya diferensiasi apanya ya. Yang difokuskan adalah strategi diferensiasinya. Padahal yang harus difokuskan ketika kita melakukan diferensi pembelajaran adalah apa? Keputukan guru terhadap kebutuhan belajar muridnya supaya kita bisa mendukung dia mencapai tujuan pembelajaran.
Dulu, sensitif dulu terhadap kebutuhan murid kita. Bukan saya apain ya supaya diferensiasi. prosesnya diapain kontennya? Bukan, itu nanti, itu langkah selanjutnya. Yang penting adalah pahami kebutuhan murid Anda, cari cara mendukung mereka untuk mencapai TP.
Jadi pertama kita pahami tujuan pembelajaran, dan yang kedua adalah lakukan assessment format. Ketika sudah dilakukan assessment formatif, lihat hasilnya, baru tentukan strategi diferensiasinya. Berdasarkan apa?
Berdasarkan kebutuhan murid tentu saja. Sekarang itu di kasus satu ya teman-teman. Ini adalah PP Matematika fase B. Saya ambil dari CP di PMM.
Melakukan operasi perkalian pada bilangan cacah. Ini TP-nya. Sekarang saya guru, misalnya saya berpikir.
Saya penuh takut. Saya mau memulai materi ini dengan cara apa dan gimana? Nah, karena teman-teman adalah guru matematika fase B, melakukan operasi per kali, TP-nya adalah melakukan operasi per kali pada dibilangan cacah, menurut teman-teman, kemampuan awal apa yang harus dimiliki murid sebelum masuk ke sini?
Dan bagaimana teman-teman melakukan asesmen awal untuk TP tersebut? Silahkan di kolom chat saya buka ya, teman-teman. Silahkan idenya. Ya, dari Pak Deni. Atau Bu Deni.
Pak Deni. Penjumlahan. Kemampuan yang harus dimiliki murid sebelum melakukan perkalian pada bilangan caca adalah penjumlahan. Kalau penjumlahan yang belum paham, misalnya perkalian itu kan penjumlahan berulang ya. Misalnya tambah tiga, tambah tiga, itu aja belum lancar, belum dapat.
Ini gimana mau masuk ke perkalian bilangan caca. Sesempat awalnya pakai apa teman-teman? Pakai teks. Pakai observasi, pakai demonstrasi, pakai apa?
Coba kita lihat. Ya, memahami penjumlahan berulang, kata Bu Ani dan Bu Desi. Silahkan pakai apa nih?
Pakai apa nih? Cara asesmen awalnya teman-teman pakai apa? Ada yang pakai games, bisa pakai games untuk ini. Atau pakai demonstrasi misalnya.
Demonstrasi artinya, misalnya demonstrasi nih teman-teman. Misalnya kita kasih barang gitu ya. Kita kasih barang, kemudian kalau satu bungkus itu isinya tiga.
Tapi adanya tiga bungkus misalnya dan seterusnya. Bisa menggunakan demonstrasi. Kita coba lagi ya. Kita coba lagi ya. Ini TP Bahasa Inggris Fasede.
Menggunakan bahasa Inggris untuk membuat deskriptif lisan tentang dirinya sendiri dan orang lain. Ini berarti speaking. Ya, berbicara.
Kemampuannya berbicara. Nah, sebelum masuk TP ini, kita akan... proses dulu kemampuan kemampuan awalnya kalau menurut teman-teman silahkan yang guru bahasa Inggris misalnya pun tahu anak-anak masuk ke PP membuat task descriptive dalam bahasa Inggris apa TP-nya? coba kita lihat Kata Pak Suruk Parman Kemampuan awal speaking Dalam perkenalan diri Karena kita ingin tahu Anak-anak ini Secara Lisan Sudah bisa sampai mana sih Berbicara dalam bahasa Inggris Bu Irena juga sama Dengan Pak Suruk Parman Introduction dulu Introduction Menyusun kata, menarik teman-teman.
Menyusun kata, karena membuat deskriptif, anak-anak perlu tahu cara menyusun kata. Assessment awalnya pakai apa? Demonstrasi, misalnya.
Anak-anak kita minta mendemonstrasikan, kita catat berapa anak yang sudah bisa, berapa anak yang belum, dan seterusnya. Ya, saya bukan guru bahasa Inggris. Ini hanya contoh saja.
Satu lagi ya, terakhir ya. PJOKO Pasek. PP-nya adalah menerapkan peraturan perundangan serta konsekuensi hukum bagi para pengguna dan pengedar narkotika, zat aditif, dan obat berbahaya lain. Menerapkan... peraturan perundangan serta konsekuensi hukum bagi para pengguna dan pengendalian narkotika, nabza, dan obat berbahaya lain.
Kemampuan apa yang harus dimiliki murid sebelum masuk ke TPP ini? Memahami jenis nabza. Kalau nabzanya dia tidak tahu bagaimana mau menerapkan peraturan perundangan trans-invasen dan sebagainya.
Memahami bahayanya sebelum menerap Dia harus tahu dulu memahami bahaya Mengetahui tentang Nafsanya sendiri Sebelum menerapkan, bagaimana kita bicara Tentang menerapkan peraturan perundangan Dan konstruksi hukum Kalau nafsanya sendiri Tidak memahami Betul teman-teman Jadi PP-nya jelas Kemudian kita lakukan asesmen formatif. Di mana sih kemampuan awal anak-anak kita? Di sini kita tes kemampuan awalnya sebelum masuk. Ya, teman-teman. Yang namanya assessment awal itu, dengan melakukan assessment awal, bisa memahami dari mana dan bagaimana dia akan memulai pembelajaran.
Kalau nabzanya belum tahu, tadi ya yang terakhir. yang PJOK, napsanya belum tahu ketika kita tes. Eh, anak-anaknya ternyata nggak tahu soal napsa. Berarti kita mundur, mundur. Bahas dulu napsa itu apa sebelum kita membahas perundangan, peraturan, dan sebagainya.
Gitu kan ya. Dan bagaimana kita akan memulai pembelajaran juga tergantung dengan assessment format. Inilah teman-teman yang disebut dengan pembelajaran yang berpusat pada murid.
Karena murid adalah awal kita melakukan penyesuaian pembelajaran. Bukan murid yang menyesuaikan dengan langkah kita, pace kita, tapi kita yang memperhatikan seperti apa kebutuhan murid. Oke, itu yang pertama.
Berikutnya, setelah yang tadi kita perjelas tujuan pembelajarannya. Kita lakukan assessment formatif, berikutnya kita tentukan strategi diferensiasi yang akan digunakan. Ini beberapa contohnya, teman. Misalnya ketika kita mengetahui asesmen formatif, kita bisa memberikan pilihan kepada murid cara mengakses pembelajaran. Ada teks, misalnya satu materi, ada berbentuk teks, ada berbentuk video, ada format lainnya.
Anak bisa mengakses dengan cara membaca, mendengarkan, atau melihat gambar. Atau menggunakan alat peraga. Atau pilihannya adalah cara belajarnya yang kita pilih. Misalnya, mau sendiri berpasangan atau berkelompok. Atau kompleksitas tugasnya yang berbeda.
Tambahan waktu. Atau mengulang pembelajaran sebelumnya. Menjeda pembelajaran dengan aktivitas fisik Mencacah ketika kita selesai melakukan asesmen formatif Kita lihat, wah anak-anak saya ini konsentrasinya ternyata pendek Saya cacah materinya jadi pendek-pendek Misalnya per 15 menit dihentikan formatif 15 menit dicacah pendek-pendek Kemudian misalnya Anak-anak tidak berani speaking.
Berarti saya perlu menciptakan lingkungan yang aman untuk gagal dan kembali mencoba. Ini adalah beberapa contoh penyesuaian. Ini contoh, teman-teman.
Bukan yang harus seperti ini, tapi ini beberapa contoh. Mari kita bahas studi kasus lagi, yang kedua. Ini studi kasusnya, teman-teman. Silahkan jawab di kolom chat. Anda telah melakukan assessment awal berupa...
pretest dan observasi. Ternyata anak-anak belum memiliki kompetensi awal sama sekali dan beberapa anak tidak memiliki motivasi belan. Strategi apa yang akan Anda lakukan kalau hasil asesmen awalnya seperti ini? Silahkan di bawah ada beberapa alternatif kalau teman-teman ingin mencoba strategi ini. Ada strategi lain boleh.
Sekali lagi. Anda telah melakukan asesmen awal berupa kritis dan observasi, dan ternyata setelah di asesmen awal, sebelum masuk TP ini, anak-anak tidak sama sekali tidak punya kompetensi awal. Dan beberapa anak tidak memiliki motivasi belajar.
Apa yang akan terjadi? Strategi diferensiasinya apa? Lihat di bawah teman-teman Dari Bu Agustia Berarti pembelajarannya dimulai dengan cara yang lebih sederhana Kalimatnya, konsep-konsepnya lebih sederhana Itu dari Bu Agustia Karena apa?
Ternyata kompetensi awal sama sekali belum ada Kemudian Bu Akidah, menggunakan banyak alat peraga agar anak-anak termotivasi, belajar, dan mencoba. Kemudian kompetensi awalnya bisa tumbuh. Pak Muar, mengulangi materi sebelumnya.
Kayak tadi misalnya mau masuk ke kalian ternyata tambah-tambahannya aja belum selesai, belum dipahami. Berarti... Mundur dulu, mengulang materi sebelumnya.
Bagaimana kita bisa tahu kita mau mulai langsung atau mundur dulu? Karena kita melakukan asesmen formatif. Oke, kasus kedua ya teman-teman ya. Kasus keduanya begini. Sebenarnya sudah masuk, sudah asesmen awal, berkegiatan.
sudah menyesuaikan pembelajaran berkegiatan, kemudian sebelum mengakhiri pertemuan pertama, Anda melakukan asesmen formatif. Ternyata sudah satu pertemuan kita menyampaikan, setengah anggota kelas masih belum memahami materi. Kemudian ternyata jika kita menjelaskan, anak-anak tidak paham instruksi verbal atau ucapan kita sebagai guru.
Kemudian ada beberapa murid yang merasa sudah berkonsentrasi karena terganggu dengan perilaku teman. Nah, selesai asesmen formatif, ganti pelajaran, Anda lihat. Wah, ternyata seperti ini.
Harus diingat ya teman-teman yang namanya asesmen formatif ini tidak dinilai. Asesmen formatif itu digunakan untuk memantau. perkembangan siswa dan tidak dinilai. Nah, gimana nih?
Sudah satu pertemuan, ternyata cuma setengah yang paham. Setengahnya lagi ngapa? Kemudian banyak yang tidak memahami instruksi verbal kita, ucapan kita, dan ternyata ada beberapa anak mengganggu di kelas. Mari kita lihat.
dari Bu Eva. Kalau saya sudah menyampaikan pembelajaran dengan satu cara, mungkin harus dicoba dengan cara yang lain. Tadi penjelasan verbal ternyata tidak terlalu ditangkap oleh Anda. Jadi Bu Eva Meidi menyarankan kemungkinan.
Kita harus menggunakan Ganti strategi Menggunakan alat peraga Jadi pertemuan berikutnya Saya sudah siap-siap Ternyata tidak paham kalau saya hanya Menjelaskan Bisa juga mungkin Menggunakan video Misalnya bisa dijadikan tugas di rumah video video, teman-teman, karena bisa diputang-pulang. Kalau kita bicara, seringkali kita bisa terlalu cepat, kurang jelas, suara kita tidak terdengar. Tapi kalau video, anaknya tidak paham, bisa diputang. Itu salah satu strategi yang bisa dipilih.
Ya, guna visi. Mengulangi pembelajaran sebelumnya dengan menggunakan cara berkelompok. Bisa nih.
Teman-teman, ini adalah strategi diferensiasi yang dipilih karena kita sudah melakukan assessment formatif. Jadi, strategi diferensiasi itu adalah respon yang alami dari seorang guru karena kebutuhan anaknya. Kebutuhannya gimana kita tahunya? Pakai assessment formatif.
Nah, ini kasus ketiga, teman-teman. Kasus ketiga, Anda sudah pembelajaran beberapa sesi, sudah melakukan berbagai macam asetan formatif dan penyesuaian pembelajaran, diferensi CSI-nya. Kemudian, sekarang mau sumatif. Sumatif itu kan ambil nilai. Kalau formatif itu enggak ambil nilai.
Sumatif itu ambil nilai. Jadi, yang masuk ke buku nilai hanya sumatif saja. Ini adalah proses semester. Bisa beberapa kali sumatif.
Itu yang masuk rapor. Masuk buku nilai. Sumatif bersama seperti sumatif akhir bersama misalnya. Atau misalnya ujian akhir semester. Itu kan sumatif bersama.
Itu boleh ada, boleh enggak. Sekarang mau ambil nilai. Sebelum ambil nilai ini Anda ingin memastikan dulu nih Semua anak bisa sampai kepada PP-nya Anda melakukan assessment formatif terakhir Kemudian hasilnya tadi dilihat Alhamdulillah semua Hampir semua murid telah memahami materi Berarti gak masalah nih Untuk kalau mau ambil nilai Tapi masih ada tiga orang masih kesulitan Dan mereka kayaknya udah nyerah Padahal waktunya udah sedikit lagi Mau ambil nilai Melakukan apa strategi diferensiasi?
Untuk yang sudah memahami dan untuk yang belum memahami. Budesi misalnya. Budesi memberikan tambahan waktu untuk tiga orang yang ini. Sepertinya di luar, kalau menurut Budesi ya, di luar jam.
Ini bisa kerjasama dengan orang tua, teman-teman. Kalau teman-teman memberikan tambahan untuk tiga orang ini, Konsultasi dulu ke kepala sekolah. Karena ini terkait dengan dalam terdapatnya pelembur, tugas tambahan dan sebagainya. Koordinasi dengan orang tua. Sampaikan apa yang dialami oleh tiga orang.
Kalau tidak mungkin, lakukan pendampingan personalnya di kelas. Sementara siswa-siswa yang lainnya yang sudah mungkin kita berikan tantangan baru. Sementara tiga orang ini belajar langsung sama kita. baik, mohon maaf Bu Irma mengingatkan waktunya 10 menit lagi ya Ibu baik, baik, teman-teman saya ngebut ya, ngebut ya, jadi kalau teman-teman bisa simpulkan dari tadi yang kita bicarakan sebenarnya pembelajaran dan asesmen dalam kulit kelompok merdeka itu seperti ini, pertama kita mulai dari yang ada pesawat terbang ya, cuma sebelum masuk ke pembelajaran lakukan assessment awal.
Apa kebutuhan menurut saya? Kalau sudah tahu hasilnya, kebutuhan menurut saya apa, kalau begitu menurut saya harus apa dulu? Belajar apa dulu? Kalau misalnya ternyata, assessment awalnya, malah menurut muridnya pencapaian lebih tinggi dari yang kita harapkan. Ya sudah bisa loncat, bisa lari kita sama murid-murid.
Kalau belum, ya mudah. Itu caranya dalam kurikulum merdeka. Setelah assessment awal, Teman-teman menyesuaikan pembelajaran berdiferensiasi.
Setelah itu jeda dulu pakai formatif. Gimana anak-anak saya? Sampai mana nih?
Strategi saya berhasil nggak sih? Setelah mendapatkan hasil formatifnya, aku terangkan, cara apa nih untuk membantu kalau anak-anak saya ternyata nggak cocok pakai strategi yang sebelumnya. Diferensiasi lagi.
Kemudian jeda lagi. Habis itu gimana nih? sudah bisa dinaikin levelnya, kompleksitasnya, materinya. Saya mainnya di dasar-dasar saja.
Sudah bisa dinaikin kompleksitasnya. Itu berdiferensiasi. Oke, sebelum sumatif.
Sebelum sumatif, assessment terakhir. Apakah sebagian murid bisa diberikan pengayaan mandiri sementara saya mendampingi yang sulitan? Apakah saya perlu dibantu tersebaya? Yang kedua adalah cara berpikir dalam...
menyusun alur pembelajaran dan assessment dalam kurikulum Merdeka. Teman-teman, ingatkan. Kalau kita ingat kasus yang pertama yang Pak Budi itu, yang di awal saya sampaikan, kenapa di akhir ketika sumatif baru ketahuan bahwa anak-anak ini ternyata nggak paham. Setelah dari kelas gagal mencapai TP.
Akhirnya gurunya apa? Kasih her, dites ulang. gagal juga, akhirnya udah kesian deh naikin nilainya, apa itu yang kita inginkan, dalam kurikulum berdeka teman-teman, menggunakan assessment awal kes pembelajaran berdiferensiasi membuat kita bisa mengetahui permasalahannya sejak awal, bukan lagi ketika ambil nilai, dari awal udah ketahuan masalahnya udah diintervensi dengan pendekatan-pendekatan strategi-strategi yang berbeda, sehingga Sehingga anak-anak itu ketika...
assessment sumatif, cenderungnya anak itu akan lolos di assessment sumatifnya, kan sudah dibantu sejak awal, sudah didukung sejak awal dengan pembelajaran berdiferensiasi pasti semua anak lolos, mungkin ada 3 orang, 2-3 orang yang tetap tidak mencapai TP di assessment sumatif setelah diginiin setelah di formatif dan difrensiasi tidak banyak, sehingga yang kita pahami lebih sedikit dibandingkan bablas dari awal sampai akhir langsung pengambilan nilai, kita tidak bisa melihat anak paham atau tidak, pokoknya langsung ambil nilai, tiba-tiba banyak banget yang jelek nilainya, mau kita ulangi lagi pembelajarannya supaya kita punya waktu kita naikkan nilainya itu yang kita inginkan Semua tidak suka mengatrol nilai. Hati nurani kita ganggu ketika kita mengatrol nilai. Jadi caranya seperti itu, teman-teman. Baik, ini terakhir, teman-teman.
Sebelum kita akan ada tanya-jawab, saya akan memberikan dua analisis model. Ini sebenarnya saya rancang untuk diskusi. Tapi nggak usah ya, karena waktunya mendesak, saya sampaikan saja langsung. Teman-teman bisa memutar kembali rekamannya di YouTube kalau teman-teman saya penyampaian saya terlalu cepat. Baik, ini modelnya, model rencana pembelajaran.
Yang pertama adalah mata pelajarannya adalah IPAS untuk fase kelas 1. PP-nya adalah menganalisis hubungan antara bentuk serta... fungsi bagian tubuh pada manusia. Jadi, menganalisis hubungan antara bentuk dan fungsi panca indera. Ini saya ambil di PMM. Saya bukan guru SD.
Mohon maaf kalau saya kalah karena saya ambil dari ini. Saya sebagai guru yang mau mengajarkan ini, saya menganggap anak-anak itu perlu kompetensi awalnya mampu membaca kalimat pendek. Kemudian melakukan analisis sederhana.
Assessmentnya adalah menjelaskan hubungan antarabentuk serta fungsi paca indera secara lisan, tulisan, atau gambar. Boleh pakai apa saja, tapi mereka bisa menjelaskan. Jadi ujungnya itu anak-anak menjelaskan. Ini adalah langkah-langkahnya pertemuan pertama. Pertama, main mencari persamaan.
Kemudian mendiskusikan, kemudian mencocokkan gambar antara Indra dengan kartu bertuliskan fungsi. Dilakukan secara lisan bagi anak yang belum bisa membaca karena ini adalah pas satu presentasi. Kemudian ditutup dengan bernyanyi dua mata saya.
Kemudian pertemuan keduanya adalah saya read aloud, menyediakan buku tentang Paca Indra. Kemudian diskusi tentang kenapa ya Paca Indra diciptakan dengan bentuk seperti ini. Ini ada di TP teman-teman ya. TP-nya seperti itu. Menganalisis hubungan antara bentuk dengan fungsi.
Ini adalah pengejauhan. Kemudian diskusi sama guru, habis itu diskusi kelompok. Guru memberikan pembinaan personal jika diperlukan. Kemudian menyajikan hasil diskusi dengan beragam cara, kemudian refus.
Kita lihat bagaimana ini merupakan pembelajaran terdiferensiasi. Ketika anak-anak berdiskusi, gurunya memperhatikan anak-anak, paham nggak sih mengenai panca indera dan fungsinya? Itu adalah asesmen formatifnya.
Kemudian diferensiasinya dilakukan dengan ini nih, teman-teman. Ketika anak belum bisa baca, dilakukannya secara lisan. Presentasi, kemudian yang kedua misalnya, di sini nih, di bagian sini.
Di bagian sini, ini adalah assessment formatif sekaligus diferensiasinya. Kemudian menyajikannya assessment sumatif sekaligus assessment sumatif yang terdiferensiasi. Nah, coba dilihat teman-teman. Apa si guru ini membutuhkan banyak alat? Enggak sih, tidak membutuhkan banyak alat.
Yang dilakukan guru ini mendiferensiasinya adalah diferensiasi kemampuan membaca. Kemudian diferensiasinya bimbingannya Bisa mandiri berdiskusi Bisa berdiskusi dengan bimbingan guru Kemudian ada ketika sumatifnya Diferensiasinya produknya Bisa boleh lisan, boleh tulisan Kalau anaknya sudah bisa menulis Boleh pakai gambar kalau anaknya suka gambar Itu adalah tadi ada yang minta contoh Modul aja terdiferensiasi Bagi saya yang seperti ini sudah terdiferensiasi. Oke, sekarang yang kedua.
Ini adalah, kalau yang ini punya saya, karena saya guru bahasa Indonesia kelas 12. Jadi TP-nya adalah menulis surat lamaran kerja yang siap digunakan berdasarkan profil diri. Ini TP-nya. Lihat TP-nya, TP-nya adalah menulis surat lamaran kerja, sehingga produknya pasti berbentuk tulisan.
Formatnya apa? Digital kah? Tulisankah?
Terserah, tapi menulis. Jadi tidak bisa dibedakan jadi gambar atau jadi tulisan. Tidak bisa. Harus bentuknya adalah tulisan. Jadi saya berharap sebelum anak-anak bisa menulis surat lambangan kerja, mereka harus bisa menulis paragraf efektif dulu dong.
Ya kan? Sebelum menulis surat lambangan kerja, kompetensi awalnya adalah harus bisa menulis paragraf efektif. Kompetensi awal inilah yang saya stafs di awal.
Karena saya perlu tahu anak-anak ini sudah bisa menulis paragraf efektif atau belum. Ini adalah modul ajar saya. Mereka diminta menulis satu atau dua paragraf tentang rencana masa depan, diskusi kelas, menetapkan tujuan belajar, menganalisis contoh surat lamaran secara berkelompok, presentasi, umpan balik. Pertemuan keduanya adalah mengingat mati sebelumnya, diferensiasi perasmanan, Jadi saya bilang ke anak-anak saya, ibu menyediakan tiga tugas.
Boleh pilih yang mana saja. Modifikasi contoh, jadi ibu kasih contohnya, kamu tinggal modifikasi saja dengan situasi kamu sendiri, nama, bakat kamu sendiri, dan sebagainya. Atau menulis secara mandiri, atau menulis di platform online, kayak LinkedIn.
Nah, anak-anak silakan memilih. Sambil anak menulis, setelah... Anak-anak mengerjakan sekitar 20 menit. Kemudian, saya lampu lintas. Lampu lintasnya ini, siapa yang lampu hijau?
Lampu hijau itu aman, lancar. Siapa yang lampu kuning? Lampu kuning itu ragu-ragu.
Siapa yang lampu merah? Lampu merah itu mentok. Tidak tahu harus bagaimana.
Kemudian, saya sesuaikan tugasnya. Penyesuaian tugas, misalnya, kalau yang lampu hijau, misalnya, saya tawarkan. tantangan yang lebih tinggi.
Mencari nih, gimana kalau kamu pakai LinkedIn aja nulisnya? Atau misalnya dia ingin menulis secara mandiri, ternyata lampu merah. Mau coba pilihan lain nggak dibandingkan yang ini?
Mungkin lebih cocok buat kamu. Saya tidak mengkompokkan, mereka memilih sendiri dan mereka menyesuaikan sendiri ketika di tengah-tengah merasa oh kayaknya saya nggak cocok nih dengan tugas yang ini. Bekerja berpasangan, nggak tugas di Padlet dan Refleksi.
Nah ketika di awal saya menyuruh mereka menulis 1-2 paragraf tentang rencana masa depan, saya itu lagi melakukan assessment formatif sebenarnya. Saya lihat, karena cuma satu paragraf ya, saya langsung pisahkan, ini butuh dibantu banget, yang ini udah lumayan, yang ini udah mahir. Nah karena saya nggak punya banyak waktu, saya kayaknya ngasih tugas copy the master, kalau guru bahasa mungkin tahu copy the master.
Kopi Demaster di luar jam. Jadi mereka Kopi Demaster di luar jam untuk meningkatkan kemampuan manusia. Kemudian ketika mereka dibawa presentasi kelompok itu assessment formatif.
Ketika mereka presentasi saya dengerin. Oh ini kelompok ini belum pun ternyata ya. Oke kelompok ini udah-udah ini lumayan nih.
Kelompok ini oh ini bagus nih dan sebagainya. Lalu saya kasih umpan balik. Kemudian.
diferensiasi itu saja, itu ada strategi diferensiasi saya, lampu lolitas itu, yang lampu merah, lampu hijau itu adalah sebenarnya aset informatif saya, teman-teman, kemudian saya sesuaikan tugasnya, ini diferensiasi kemudian bekerja pasangan dan bimbingan personal ini juga diferensiasi, anak-anak bisa milih saya mau kerja berpasangan sama teman biar ada di teman diskusi, boleh? boleh atau ibu saya mau belajar sama ibu, boleh gitu, mengatakan pandet dan refleksi Ini juga teman-teman adalah contoh modul ajar yang terdiferensiasi. Ada asesmen formatif, kita sesuaikan pembelajarannya berdasarkan hasil asesmen.
Dan itu adalah akhir dari apa yang saya sampaikan. Mari kita diskusikan. Saya kembalikan ke Rakan-Rakan. Terima kasih banyak Bu Irma sudah memberikan ilmu yang luar biasa tentunya bagi Bapak-Ibu peserta seminar pada malam hari ini. Dan akan sedikit saya ulas poin-poin apa saja yang sudah disampaikan oleh Bu Irma tadi mengenai merancang pembelajaran berdiferensiasi dalam kurikulum merdeka.
Di awali bersama dengan Bu Irma dan juga Bapak-Ibu peserta ya berdiskusi bersama terkait pernyataan-pernyataan yang dapat didiskusikan mengenai yang berhubungan dengan pemanfaatan diferensiasi pembelajaran. Kemudian setelah itu setelah Bapak-Ibu mengenali apa sih itu diferensiasi pembelajaran yang baik dan benar seperti apa kemudian sebelum masuk ke strategi diferensiasi harus diperjelas dulu nih tujuan pembelajarannya. Apa yang harusnya diketahui, difahami, dan bisa dilakukan oleh siswa?
Kemudian apa hasil akhir yang dicapai? Dan juga apa sih pemahaman yang diinginkan untuk tetap melekat nantinya? Setelah itu ada apa dilakukan di awal pembelajaran, yaitu namanya assessment informatif, agar bisa memahami dari mana dan bagaimana pembelajaran dimulai.
Kemudian setelah itu menentukan strategi berdiferensiasi dengan... melakukan penyesuaian setelah dilakukannya asesmen formatif. Hal ini dilakukan dengan cara memilih, cara mengakses pelajaran, kemudian cara belajarnya seperti apa, dan juga bagaimana cara murid nantinya terlibat.
Kemudian dijelaskan oleh Birma juga mengenai pembelajaran dan asesmen dalam kuritulum merdeka dimulai dari asesmen awal hingga asesmen sematif dilakukan. Oke, dari hal yang sudah disampaikan oleh Bu Irma, semoga Bapak Ibu dapat terbantu dan tercerahkan ya mengenai pembelajaran berdiferensiasi ini. Sebelum kita ke sesi tanya-jawab, saya ingin mendengar dulu nih apakah Bapak Ibu di room Zoom dan juga streaming Youtube masih semangat nih dalam menyimak dan juga nantinya berdiskusi lewat tanya-jawab bersama dengan Bu Irma. Bapak Ibu, mari kita bersama-sama kembali untuk menyuarakan tagline dari di Club Online. Masih sama seperti ya di awal acara Bapak Ibu ketika saya bilang di Klat Online Bapak Ibu bisa menjawabnya dengan sumber belajar bersama.
Baik sudah siap Bapak Ibu ya di Room Zoom dan juga streaming Youtube saya mulai di Klat Online. Sumber belajar bersama. Oke, tampaknya masih semangat nih dan juga tidak sabar tentunya untuk kita ke sesi tanya-jawab. Baik Bapak-Ibu, peserta seminar pada malam hari ini sesi tanya-jawab ada dua sesi.
Yang pertama yaitu sesi di room zoom, kemudian dilanjutkan di sesi di link mentimeter yang telah dibagikan. Untuk sesi pertama silakan Bapak-Ibu yang bertanya di room zoom untuk raise hand dan diaktifkan kameranya. Silakan Bapak-Ibu. Oke, untuk...
Pertanyaan pertama dari Bapak Muhammad Bayan. Halo, selamat malam. Bapak bisa diaktifkan mic-nya?
Oke, selamat malam. Selamat malam. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Senang jumpa dengan narasumber kita yang sangat baik dalam menyajikan, yaitu... Bu Irma bersama moderator Mbak Ana, sangat menarik sebenarnya materi yang judulnya yang dibawakan pada malam hari ini karena menyangkut pembelajaran di presisiasi.
Nah seperti yang sudah disajikan tadi bahwa pembelajaran di presisiasi ini Tadi sempat saya ikuti, di mana ada asesmen awal yang dilakukan. Bahkan di sini ada bagian alurnya ini, dari pembelajaran dipresiasi, terus masuk ke asesmen formatif 1, sampai pada asesmen formatif 3, kalau tidak salah ini. Jadi yang perlu saya pertanyakan sekarang ini, yaitu di dalam kelas itu biasanya anak-anak itu kita pertama masuk tentu dengan pengelolaan kelas. Kemudian setelah kita mengelola kelas, maka kita melakukan asesmen yang non-kognitif.
Sementara model pembelajaran berdipresiasi ini memperlakukan asesmen formatif. Jadi pertanyaan yang pertama, apa perbedaannya asesmen diagnostik dengan asesmen formatif ini? Karena yang saya tahu itu kalau pembelajaran kita, modul ajarnya, modul ajar yang seperti biasanya, yang diawali dengan pembacaan atau penyampaian tujuan pembelajaran, kemudian masuk ke profil Pancasila, dan seterusnya kita masuk kepada asesmen diagnostik yang ada yang non-kognitif dan ada yang kognitif. Kemudian pertanyaan yang kedua, apakah dalam mengelola kelas waktu yang tersedia itu cukup? Karena melihat...
Keragaman dari siswa, di mana siswa ini dia memiliki karakter yang berbeda-beda dan minat yang berbeda-beda. Sehingganya pemaparan tadi ini kalau hanya teorinya mungkin kita masih agak kesulitan untuk menerapkannya di dalam kelas. Jadi yang saya atau kami butuhkan ini adalah Barangkali ada video pembelajaran khusus untuk berdiferensiasi ini, supaya kami bisa mengetahui lebih dalam lagi bagaimana pembelajaran itu dimulai dari guru masuk kelas, sampai pada pengelolaan kelas, sampai pada asesmen sumatif. Barangkali...
Cukup demikian dulu pertanyaan saya. Terima kasih. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.
Ya, izin jawab ya teman-teman. Nanti silakan komentar juga di kolom chat. Sekaligus saling berbagi kitanya.
Saya akan share lagi soal ini. Ya, teman-teman. Yang pertama adalah ketika kita bicara mengenai ini teman-teman.
Ini adalah pemahaman saya setelah saya membaca panduan pembelian dan assessment di kurikulum merdeka maupun ketika saya mendalami lagi modul-modul PGP. Ternyata seperti inilah yang saya pahami dari pembelian dan assessment dan ini masuk akal, sangat masuk akal. Apa teman-teman yang disebut dengan assessment diagnostik itu adalah assessment awal.
Kenapa di PPA, di panduan pembiayaan assessment itu digunakannya assessment awal, bukan diagnostik? Kebetulan saya sempat berdiskusi dengan beberapa teman yang terlibat dalam penyusunan. panduan pembelian asesmen atau PPA ini, kenapa yang disebutnya asesmen awal?
Kenapa tidak asesmen diagnostik? Nah, dikhawatirkan guru-guru memahaminya asesmen diagnostik itu adalah sesuatu yang berat dan harus dilakukan oleh ahli, misalnya psikolog. Jadi, supaya tidak ada kesan seperti itu, maka asesmen diagnostik diganti menjadi asesmen awal.
Nah, di... PEPO sendiri, di dokumennya sendiri disebutkan bahwa asesmen formatif itu ada dua, di awal dan selama pembelajaran. Di awal itu ada asesmen awal untuk melihat sebenarnya kompetensi awalnya itu sudah ada atau belum. Bisa juga untuk melihat hal-hal yang non-kognitif, misalnya minat, atau misalnya cara belajar tertentu.
Misalnya ada yang belajar yang lebih suka sendiri Atau lebih suka bersama-sama Itu juga bisa juga Itu yang pertama Jadi assessment formatif itu Di PPS sendiri ada dua, di awal asesmen awal dan selama pembelajaran, yaitu asesmen yang disebut dengan asesmen formal. Mau pakai asesmen awal, mau pakai asesmen diagnostik, salah konsepnya benar, enggak masalah. Pakai yang mana saja istilahnya boleh, salah konsepnya benar. Jadi, mudah-mudahan teman-teman tidak mengkhawatirkan tentang istilah yang penting dilakukan. Kemudian saya di sini sebagai contoh, melakukan ada assessment formatif satu, dua, dan tiga.
Ini bukannya baku, teman-teman. Assessment formatif dilakukan berkali-kali, teman-teman, sebutuhnya saja, sebutuhnya, teman-teman. Misalnya di analisis model yang ini, assessment formatifnya itu ada dua kali saja. Boleh kayak gini?
Boleh. Assessment formatif itu adalah bagaimana guru pengen tahu, pengen memonitor perkembangan belajarnya. Jadi, jumlahnya tidak ditetapkan harus berapa.
Sama yang ini juga, ini assessment formatifnya berapa. Kalau ini tiga kali. Assessment awalnya sekali, kemudian assessment ini dua kali. Jadi tidak harus seperti tadi, harus sama kedua, ketiga, tidak harus. Sebutuhnya Anda saja.
Yang pertama. Yang kedua, mengenai ketika masuk, Ketika masuk, kalau saya, sebenarnya yang namanya rancangan pembelajaran itu sangat tergantung dengan gurunya, gaya gurunya. Misalnya begini, teman-teman, biasanya kita sampai di kelas kita menyampaikan tujuan pembelajaran. Saya memilih cara menyampaikan tujuan pembelajaran dengan cara seperti ini, teman-teman. Pertama, saya ngajak anak-anak diskusi.
Kalian tahu nggak kalau ada pembukaan lowongan ke... kerja tuh yang masuk tuh bisa ribuan ribuan pelamar semuanya menyerahkan surat lamaran kerja gimana supaya surat lamaran kerja kalian dilirik sama HRD karena kan berdiskusi harus menarik harus gampang dibaca gitu ya punya pengalaman kakaknya kamu kakak kamu misalnya atau om tante kamu yang lama kerja gimana pengalaman mereka sebagainya lalu baru kita menetapkan tujuan jadi nah Karena kita sudah diskusikan, penting banget kita bisa membuat surat lamaran kerja yang menarik. Karena itu hari ini kita akan sama-sama menulis surat lamaran kerja.
Jadi saya menyampaikan tujuan pembelajarannya itu diawali dengan diskusi. Sehingga mereka bangun terhadap tujuan pembelajaran. Karena mereka, oh iya penting ya, belajar itu penting ya.
Kita sepakat ya tujuan belajar kita adalah bikin surat laman kerja yang menarik bagi para HRD. Menarik untuk para HRD. Komitmen, karena ini penting.
Oke, sepakat. Itu adalah kesepakatan belajar saya dengan karena mereka menutupkan tujuan belajar. Kemudian, memang teman-teman saya sangat menyadari.
Kalau misalnya kita tidak pernah melihat langsung, beda ya. kita disampaikan secara seperti ini, seminar, walaupun ada contohnya, kita melihat langsung tentu saja beda. Gimana sih secara langsung yang benar-benar penerapan di kelasnya itu kayak apa sih sebenarnya?
Kalau dari saya, teman-teman, saya tidak punya video yang direkam ketika saya mengajar, tapi setahu saya para PGP setelah menyelesaikan modul 2.1, itu mereka, modul 2.1 itu tentang pembelian dan diferensiasi. Mereka harusnya membuat aksi nyata. Mungkin bisa di-google teman-teman video yang tentang praktik diferensiasi pembelajaran.
Itu cara pertama. Cara kedua adalah gunakan MGMP Anda. Buka open lesson. Ingat ya, jaman 2013 dulu kita ada open lesson. Open lesson di mana seorang guru membuka kelasnya untuk datang guru-guru lainnya untuk belajar beberapa.
penerapan strategis secara langsung. Jadi, gunakan MGMP-nya untuk kita bisa membuat open lesson di mana kita bisa melihat guru-guru menerapkan diferensiasi di kelasnya secara langsung. Kita hadir di sini. Itu adalah saran dari saya.
Mudah-mudahan bisa menjadi masukan juga buat Pak Bayan terutama dan teman-teman. Begitu, Kak Ana. Oke, terima kasih Bu Irma atas penjelasannya dari pertanyaan dari Pak Bayan. Semoga dapat terjawab, Pak.
Terima kasih sudah bertanya. Sudah paham. Insya Allah diterapkan di... lapangan nanti di kelas. Terima kasih, Bunda.
Semangat, Pak. Bapak, selamat terus. Oke, Bapak-Ibu dan juga Bu Irma, kita beralih ke pertanyaan yang sudah ada di link Mentimeter. Pertanyaan pertama dari Bu Ayu Indah Sari, beliau bertanya, bukankah pembelajaran berdiferensiasi ada tiga hal?
Salah satunya, diferensiasi produk. Jadi, bisa saja hasilnya berbeda yang berarti? TP-nya bisa berbeda untuk setiap murid?
Silahkan, Bu Irma. Ya, terima kasih, Bu Ayuinda. Jawabannya tidak.
TP-nya sama. TP-nya satu. Rubriknya satu. Beda-beda.
Tapi rubriknya tetap satu. TP-nya tetap satu. Oleh karena itu, teman-teman, ini penting kita memahami tujuan pembelajaran. Misalnya, TP-nya adalah menganalisis. Misalnya ya, Menganalisis itu apa sih?
Menganalisis itu adalah misalnya mencari ciri-ciri, mengelompokkan, mencari hubungan, mencari unsur-unsur, kemudian melihat kaitan-kaitan antara unsur itu, itu kan menganalisis. Maka produk belajarnya itu berbentuk gambar, atau berbentuk warah atau makalah, atau berbentuk komik, atau berbentuk video. yang namanya polisisnya harus ada. Jadi kita ketika misalnya nih ya teman-teman, kita ingin mendifferentiasi produknya untuk assessment sumatif.
Assessment sumatif, kalian boleh menjelaskan hubungan sumber daya alam dengan kegiatan ekonomi di daerah tersebut dengan model yang macam-macam. Boleh pakai komik, boleh pakai... makalah, boleh pakai presentasi, boleh pakai infografis, boleh pakai apa saja.
Misalnya kita kasih tugas seperti itu kepada Anda. Kita lihat produknya adalah video, apakah kita menilai videonya bagus atau enggak? Editingnya, lightingnya, yang kita nilai adalah apakah video itu ada analisis hubungannya? Ketika apakah produknya adalah komik misalnya apakah kita lihat ceritanya apakah flow-nya jalan dengan smooth karakternya atau kualitas gambarnya kita lihat apakah ada analisis hubungan antara ini ketika dia presentasi apakah kita menilai kelancaran bicaranya dan sebagainya kita nilai apakah ada Presentasinya itu analisis hubungan antara ini. Jadi tema satu, rubrik juga satu.
Produknya apa saja yang kita nilai bukan produknya teman-teman, yang kita nilai apakah produk itu menunjukkan TP yang dimaksud. Jadi TP-nya satu ya, sama TP-nya satu, disampaikan dengan cara yang berbeda. Rubriknya juga cuma satu.
Tidak beberapa jenis Jadi teman-teman Sekali lagi, kayaknya di Kata Online Bikin latihan mengenai assessment Bagaimana membuat assessment Yang baik Yang terkait dengan TP-nya Bagaimana membuat rubrik yang baik Kemudian cara-cara apa saja Yang kita bisa lakukan untuk melakukan assessment Ya gitu ya Jadi TP-nya tidak berbeda TP-nya satu rubrik assessmentnya juga satu tapi produknya gak apa-apa beda-beda gitu Kak Ana terima kasih Bu Irma atas penjelasannya dari pertanyaan Bu Ayu Indah yang sekaligus menutup perjumpaan kita pada malam hari ini dan sebelum ditutup, Bu Irma mungkin ada mengasih pesan untuk Bapak Ibu peserta pada malam hari ini silahkan Ibu terima kasih katakan kepada teman-teman guru, keanah dan teman-teman semua, bahwa yang namanya diferensiasi pembelajaran itu bukan memikirkan saya, tidak langsung memikirkan strategi diferensiasinya. Jadi, bukannya saya mau bikin apa ya supaya ini terdiferensiasi. Yang benar adalah diferensiasi pembelajaran adalah cara guru, strategi guru menrespon kebutuhan siswanya. Sehingga kata kunci untuk Difference pembelajaran menurut saya adalah Kepekaan guru terhadap Kebutuhan, mudah-mudahan Teman-teman tentu saja satu setengah jam ini Tidak cukup untuk kita belajar semua Teman-teman yang tadi saya sampaikan ke Pak Bayan mudah-mudahan dilakukan gunakan kombol Anda dan MGMP Anda untuk memperdalam masalahnya, kemudian hati-hati dengan miskonsepsi atau kesalahan pemahaman tentang diferensiasi mudah-mudahan kehadiran di klub online dan saya hari ini membantu memperbaiki konsep-konsep yang mungkin keliru di lapangan serta menguatkan teman-teman dalam pelaksanaan difensi pembelajaran di sekolah masyarakat. Demikian, Kak Ana dari saya.
Saya kembalikan Kak Ana. Mohon maaf teman-teman kalau ada kesalahan dalam penyampaian. Terima kasih banyak.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Terima kasih banyak. Bu Irma sudah memberikan banyak sekali ilmu hari ini, sharing dan juga ada tadi beberapa pertanyaan dari Bapak Ibu. tentang ini ya Bu, masih banyak sekali miskonsepsi tentang pembelajaran berdiferensiasi ini.
Semoga dengan adanya materi dari Bu Irma tadi, Bapak-Ibu dapat terbantu untuk ketika nanti mempraktikannya, mengaplikasikannya di kelas masing-masing. Terima kasih banyak Bu Irma, semoga Bu Irma sukses selalu, sehat selalu, dan kita bisa dipertemukan di kegiatan selanjutnya. Semangat selalu Bu Irma. Dan juga Bapak Ibu, terima kasih yang sudah bergabung di malam hari ini, di Senin malam ini. Semoga semangat selalu.
Dan sebelum ditutup, mari kita berfoto bersama terlebih dahulu. Jadi silakan Bapak Ibu untuk diaktifkan kameranya. Oke, tampaknya sudah siap Bapak Ibu.
Saya hitung hingga hitungan ketiga. Satu, dua, tiga. Boleh berganti posenya Bapak Ibu?
Satu, dua, tiga. Oke, sekali lagi. Boleh Bapak Ibu? Satu, dua, tiga.
Oke, luar biasa. Terima kasih Bapak Ibu hari ini atas antusiasme dan juga semangatnya. Semoga semangat Bapak Ibu terus berlanjut ya.
sampai ketika nanti bersama dengan para muridnya, para siswanya dalam kegiatan belajar mengajar dan juga tentunya harus diaplikasikan tadi apa yang sudah disampaikan oleh Bu Irma tentunya. Dan saya rasa cukup sekian untuk malam hari ini dan saya sebagai moderator juga pamit undur diri dan juga memohon maaf apabila ada terdapat kesalahan ketika saya memandu acara pada malam hari ini. Dan saya akhiri, selamat malam, selamat beristirahat dan sampai jumpa di kegiatan selanjutnya. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Hai salam aromantolo ya Allah ya makasih makasih makasih makasih ibu makasih makasih makasih makasih makasih ibu makasih buku-buku makasih semuanya lah makasih makasih makasih juga Hai teman-teman Hai teman-teman Hai teman-teman Hai teman-teman Hai teman-teman Hai teman-teman Hai teman-teman Hai teman-teman Hai teman-teman Hai teman-teman Hai teman-teman Hai teman-teman Hai teman-teman Hai teman-teman It isn't a big deal, it's also a challenge Ayo semua belajar dimana saja Dengan cara menyenangkan KAMU Apa saja pendidikan dan pelatihan dengan Diklat terpercaya Raih semua tujuan mulia pendidikan kita bersama Diklat online, sumber belajar bersama Bersama Diklat online, sumber belajar bersama Diklat online, diklat online Diklat online, sumber belajar bersama Diklat online, diklat online Diklat online, sumber belajar bersama dari desa hingga kota dari berbagai usia semua belajar bersama demi pendidikan kita bersama diklat online sumber Sumber belajar bersama Bersama Diklat online Sumber belajar bersama