Transcript for:
Model-model Pengembangan Kurikulum di Pendidikan

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Pada pertemuan kali ini kita akan membahas model-model pengembangan kurikulum. Setelah minggu lalu kita membahas tentang prinsip-prinsip pengembangan kurikulum, di mana prinsip-prinsip tersebut menjadi dasar, acuan, serta landasan, serta keyakinan dalam pengembangan kurikulum, baik tingkat mikro maupun tingkat makro. Nah, pada pertemuan kali ini kita akan lanjutkan pembahasan kita berkaitan dengan model-model dalam pengembangan kurikulum. Oke, nah tentu saja dalam pengembangan kurikulum ini tidak bisa lepas dari berbagai hal. Nah, diantaranya cara berpikir, kemudian sistem nilai, politik, budaya, sosial, proses pengembangan, kebutuhan peserta didik, kebutuhan masyarakat, maupun... arah dari program pendidikan. Jadi inilah hal-hal yang pastinya akan selalu berkaitan dengan proses pengembangan kurikulum. Nah, di dalam mengemas hal-hal seperti ini, maka diperlukan sebuah model dalam pengembangan kurikulum sehingga pengembangan kurikulumnya terarah dan terstruktur. Jadi tidak asal mengembangkan saja. Nah, apa itu model pengembangan kurikulum? Nah, di sini disebutkan bahwa model pengembangan kurikulum adalah suatu alternatif, prosedur dalam rangka mendesain, menerapkan, dan mengevaluasi suatu kurikulum. Jadi di sini, model pengembangan ini berperan dalam rangka tiga kegiatan, yaitu mendesain kurikulum, kemudian menerapkan kurikulum, dan mengevaluasi kurikulum. Jadi ini merupakan rangkaian kegiatan. Sehingga nanti diharapkan dari proses ini diperoleh suatu model atau desain kurikulum yang baik. Nah kemudian selanjutnya, model pengembangan kurikulum ini sangat berkaitan erat dengan sistem perencanaan pembelajaran. Di mana sistem perencanaan pembelajaran ini dilakukan tentu saja Bertujuan yang pertama untuk pemenuhan berbagai kebutuhan, baik kebutuhan guru, siswa, maupun sekolah secara umum. Kemudian dalam sistem pernyanaan pembelajaran juga, itu pastinya ada standar keberhasilan pendidikan. Yang ini akan menjadi tolak ukur dalam melaksanakan proses-proses pembelajaran ataupun proses-proses pendidikan sehingga tujuan yang diharapkan bisa tercapai. Di dalam hal ini, model pengembangan kurikulum ini akan berbicara tentang tiga kegiatan, mendesain, mengimplementasikan, dan mengevaluasi yang tentu saja akan berkaitan dengan sistem perencanaan pembelajaran. Nah, kemudian model pengembangan kurikulum juga, ini tentu saja seperti apa yang selalu kita bahas. bahwa pengembangan kurikulum itu harus mengacu pada tujuan, tujuan yang hendak dicapai. Nah, pada tataran yang lebih teknis atau operasional, tujuan yang hendak kita capai yaitu tujuan pembelajaran tentunya. Nah, tujuan ini atau acuan tujuan ini akan berkaitan sekali dengan yang pertama, ini menekankan pada kebutuhan mata pelajaran, peserta didik, penguasaan kompetensi suatu pekerjaan, kebutuhan masyarakat, dan permasalahan. Jadi tujuan-tujuan yang hendak dicapai itu akan berkaitan juga dengan kebutuhan mata pelajaran, peserta didik, penguasaan kompetensi suatu pekerjaan, kebutuhan masyarakat, atau permasalahan sosial. Kemudian yang selanjutnya, tujuan pembelajaran juga atau tujuan dari model pengembangan kurikulum ini juga akan berkaitan erat dengan penekanan isi materi yang sistematis dan logis. dan implementasinya pada kehidupan masyarakat. Jadi penekanan di sini tidak hanya sekedar menguasai materi yang sifatnya konseptual saja, tetapi ada implementasi yang secara nyata diterapkan di kehidupan sehari-hari. Jadi dalam pengembangan model ini tentu saja harus mengacu pada tujuan, nah tujuan yang nanti hendak dicapai itu harus memperhatikan. kebutuhan pelajaran, peserta didik, penguasaan kompetensi, dan lain sebagainya, serta harus mampu mendorong siswa kita tidak hanya sekedar menguasai materi secara konseptual, tetapi juga mampu mengimplementasikan dalam kehidupan masyarakat. Nah, kemudian model pengembangan kurikulum sendiri itu ada banyak jenisnya. Nah, pada kesempatan kali ini saya hanya akan memaparkan 4 model pengembangan kurikulum saja. Yaitu model tiller, kemudian model administratif, model grassroots, dan model demonstrasi. Nah, nanti kita lihat perbedaan ke 4 model ini. Kemudian mana saja model yang biasa kita lakukan atau yang bisa kita lakukan. Nah, nanti kita lihat perbedaan. dari masing-masing model sehingga jelas nanti yang mungkin bisa kita lakukan dalam konteks operasional pembelajaran itu seperti apa. Yang pertama model TILER. Nah dalam model TILER, di sini ada empat langkah yang harus dilakukan ketika kita melakukan pengembangan kurikulum. Yaitu menentukan tujuan pendidikan, yang kedua menentukan proses pembelajaran, yang ketiga menentukan organisasi pengalaman belajar, yang keempat menentukan evaluasi pembelajaran. Oke, mari kita bahas satu-satu. Yang pertama menentukan tujuan pendidikan. Nah, berkaitan dengan tujuan pendidikan, tujuan pendidikan ini sangat erat dengan bagaimana gambaran perilaku akhir setelah peserta didik mengikuti program pendidikan. Jadi, gambaran perilaku akhir peserta didik yang berkaitan dengan sikap, pengetahuan, keterampilan, dan lain sebagainya, itu akan menjadi muara dari tujuan yang hendak dicapai. Nah ini ketika kita melakukan pengembangan kurikulum, maka yang pertama kali dilakukan adalah kita tentukan dulu tujuan pendidikannya seperti apa. Kalau dalam tataran operasional berarti kita tentukan dulu tujuan pembelajarannya seperti apa. Dan ingat tujuan itu harus menggambarkan perilaku akhir. Jadi setelah melakukan pembelajaran, apa yang bisa diperoleh oleh siswa. Baik itu dari sikap, pengetahuan maupun keterampilan. Nah kemudian. Ini adalah sumber penentuan tujuan pembelajaran. Jadi ketika menentukan tujuan pembelajaran, ada beberapa sumber yang perlu kita perhatikan. Yang pertama, hakikat peserta didik. Yang kedua, kehidupan masyarakat kini. Dan yang ketiga adalah pandangan para ahli. Jadi ini bisa menjadi sumber ketika nanti kita melakukan atau menentukan tujuan-tujuan yang hendak dicapai. Kemudian selanjutnya, Dalam menentukan tujuan pendidikan juga, menurut model Tiller ini, ada faktor penentu arah tujuan pendidikan. Yang pertama, pengembangan kemampuan berpikir. Jadi ini harus menjadi penentu arah dari tujuan pendidikan yang akan disusun. Yang kedua, membantu memperoleh informasi. Yang ketiga, pengembangan sikap kemasyarakatan. Yang keempat, pengembangan minat peserta didik. Dan yang terakhir adalah pengembangan sikap sosial. Jadi dari 5 faktor ini, sudah sangat jelas bahwa arah dari tujuan pendidikan kita itu tidak hanya sekedar mengasah kemampuan dalam hal konten saja. Tetapi di sini lebih banyaknya adalah kemampuan atau keterampilan-keterampilan yang nanti akan menjadi bekal mereka dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya kemampuan berpikir, kemudian memperoleh informasi, kemudian ini membangun sikap. kemasyarakatan, kemudian pengembangan minat peserta didik dan sikap sosial. Jadi dari lima faktor ini sudah sangat jelas sebenarnya bahwa arah dari tujuan pendidikan itu jangan sampai hanya berorientasi pada pengetahuan yang sifatnya konten saja, tapi harus mengembangkan berbagai keterampilan yang nantinya akan menjadi bekal mereka bagi atau dalam kehidupan bermasyarakat. Kemudian langkah kedua dalam model TILER ini adalah menentukan proses pembelajaran. Dalam menentukan proses pembelajaran, yang perlu diperhatikan adalah persepsi dan latar belakang kemampuan peserta didik, atau yang biasa disebut sebagai pengetahuan awal. Jadi di sini guru harus mampu mendeteksi pengetahuan awal para peserta didiknya seperti apa. Sehingga nanti mampu melaksanakan atau menentukan langkah-langkah proses pembelajarannya yang akan dilakukan secara jelas, kemudian terukur, serta sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Jadi di sini ketika kita menentukan proses pembelajaran, maka akan ada peserta didik yang kemudian nanti kita ciptakan lingkungan belajar. Nah, dengan lingkungan belajar ini diharapkan orientasi dari proses pembelajaran tadi Atau tujuan dari pembelajaran tadi, seperti sikap, keterampilan, dan pengetahuan, ini bisa tercapai dengan baik. Jadi secara sederhananya, pada model TILER ini dalam pengembangan kurikulum langkah kedua proses pembelajaran ini, bagaimana kita harus mampu menciptakan lingkungan belajar yang tentu saja itu didasarkan pada persepsi dan latar belakang peserta didik. Sehingga tujuan dari pembelajaran Seperti sikap, keterampilan, dan pengetahuan itu bisa diperoleh atau dicapai dengan baik. Kemudian langkah ketiga dalam model TILER ini adalah menentukan organisasi pengalaman belajar. Nah, seperti yang sudah dipelajari pada komponen pengembangan kurikulum, yaitu bagian komponen tujuan, di sana disebutkan bahwa kita sebagai guru harus memberikan berbagai pengalaman belajar. Nah, waktu itu kita sudah menampilkan yang namanya kerucut pengalaman belajar. Jadi jangan sampai kita hanya memberikan pengalaman mendengar saja atau membaca saja. Tapi... Alangkah baiknya kita variasikan dengan pengalaman-pengalaman belajar lain seperti misalnya mendemonstrasikan atau melakukan sesuatu yang nyata yang berkaitan dengan konsep yang sedang dipelajari. Nah disini pengalaman belajar ini akan berkaitan sekali dengan tahapan pembelajaran dan isi atau materi. Jadi tahapan pembelajaran ini akan membantu terwujudnya tujuan pembelajaran. Jadi seperti apa tahapan pembelajaran yang akan kita lakukan, itu akan berkaitan dengan pengalaman belajar yang diperoleh oleh siswa. Jika kita hanya misalnya mendesain pembelajarannya ceramah, maka siswa dari awal sampai akhir akan terus mendengarkan saja. Maka nanti apakah terwujud atau tidaknya pembelajaran itu dapat kita evaluasi. Sementara misalnya kita lakukan pembelajarannya bervariatif, kita berikan pengalaman yang lebih banyak, maka tahapan-tahapan pembelajarannya pun akan lebih bervariatif. Kemudian selanjutnya, ini berkaitan dengan isi atau materi, ini akan memberikan gambaran mengenai jenis dan evaluasi pembelajaran. Jadi jangan sampai kita mengevaluasi sesuatu atau mengevaluasi pembelajaran tidak ada kaitannya dengan isi atau materi yang sudah dipelajari. Jadi harus sesuai. Oleh karena itu, dari... Penentuan organisasi pengalaman belajar ini, kita bisa mendapatkan gambaran apa saja yang akan dievaluasi, apa saja yang akan kita nilai, sehingga sesuai apa yang diproseskan dengan apa yang dinilai. Kemudian terakhir, dalam model pengembangan kurikulum model TILER ini adalah menentukan evaluasi belajar. Nah, dalam penentuan evaluasi belajar, tentu saja ini harus memperhatikan yang pertama tujuan pembelajaran. materi pembelajaran dan proses pembelajaran. Tadi seperti yang sudah disampaikan, bahwa ketiga hal ini tentu saja harus memiliki kaitan dengan apa yang dievaluasi. Jangan sampai evaluasi ini keluar dari konteks tiga hal ini. Dan tentu saja dalam melakukan evaluasi ini harus memperhatikan prinsip-prinsip evaluasi. Itu adalah model pengembangan kurikulum dari Tiller, jadi ada 4 langkah. Mudah-mudahan nanti bisa dipelajari setiap langkahnya dan bisa dilaksanakan. Oke, selanjutnya kita masuk ke model yang kedua, yaitu model administratif. Nah, di sini model administratif ini disebutkan top-down atau line-stop procedure. Jadi di sini pengembangan kurikulum. pengembangan kurikulum ini terdapat beberapa tahapan secara prosedural yang harus ditempuh dengan dibantu oleh beberapa tim tertentu. Jadi kalau kita lihat pengertiannya bahwa model pengembangan ini ini akan dilakukan dari atas ke bawah. Dari tataran pusat kemudian ke tataran yang lebih operasional. Nah ini ada beberapa langkah yang harus dilakukan dalam model pengembangan administratif ini. Langkah yang pertama adalah pembentukan ide awal yang dilaksanakan oleh para pejabat tingkat atas. Jadi di sini tingkat pejabat di kalangan pusat itu melakukan brainstorming untuk menghasilkan ide untuk pengembangan kurikulum. Kemudian di sini juga dibentuk tim pengarah dalam pengembangan kurikulum. Jadi selain ada tim yang menjadi pengkaji, Pengembangan kurikulum ada juga tim yang menjadi pengarah. Nah, kemudian langkah kedua, di sini membentuk tim panitia pelaksana atau komisi untuk pengembangan kurikulum. Jadi, setelah pembentukan ide, kemudian pembentukan tim pengarah, dibentuklah sebuah tim yang akan melaksanakan pengembangan kurikulum. Nah, tim ini didukung oleh para ahli. Ada ahli pendidikan, ahli kurikulum, ahli disiplin ilmu, tokoh masyarakat, tim pelaksana pendidikan, dan pihak dunia kerja. Jadi di sini sudah lengkap ya ahli yang diundangnya atau yang dilibatkannya, dari mulai ahli yang memang ada kaitannya dengan pendidikan, kurikulum, disiplin ilmu ini misalnya subjek pelajarannya, kemudian tokoh masyarakat, tim pelaksana pendidikan ini lebih nanti mungkin melibatkan beberapa guru dan pihak dunia kerja. Nah Tim ini dinamakan sebagai tim pengembang kurikulum. Jadi ini dibentuk oleh pusat. Nah, tim pengembang kurikulum sendiri ini memiliki tugas mengembangkan konsep-konsep umum, landasan, rujukan, maupun strategi pengembangan kurikulum. Jadi ini yang akan dirumuskan. Kemudian pengembangan dan perumusan tujuan pendidikan maupun pembelajaran, pemilihan dan penyusunan rambu-rambu dan substansi materi pembelajaran. Menyusun alternatif proses pembelajaran dan menentukan penilaian pembelajaran. Jadi di sini sudah lengkap ya, dari mulai tataran istilahnya, di sini tataran landasan, konsep umum, dan sebagainya. Kemudian pada tataran rambu-rambu yang nantinya akan digunakan oleh guru dalam tahap operasional. Jadi seperti rambu-rambu pembelajaran, rambu-rambu penilaian, kemudian rambu-rambu... Pemilihan media atau bahan pembelajaran pun di sini dibahas dalam tim pengembang kurikulum ini. Kemudian langkah ketiga, kurikulum yang sudah selesai itu kemudian diajukan untuk diperiksa dan diperbaiki oleh tim pengarah. Jadi tadi ada tim pengarah yang istilahnya menghasilkan ide, kemudian ada tim pengembang kurikulum yang mengembangkan kurikulum. Nah, tim pengembang kurikulum tersebut ketika nanti sudah selesai menyusun, maka akan Menyerahkan hasil pekerjaannya kepada tim pengarah. Nah, tim pengarah nanti akan melakukan penyesuaian antara aspek-aspek secara terkoordinasi. Nah, di sini ada tahapan-tahapan lagi pada tahap ketiga ini, yaitu revisi dan penyempurnaan. Jadi, jika dari tim pengarah ternyata ada yang harus diperbaiki, maka tim pengembang kurikulum itu harus melakukan revisi dan penyempurnaan, kemudian melakukan uji coba. kemudian melakukan disiminasi, dan tentu saja diakhiri dengan melakukan evaluasi. Jadi itu model pengembangan, model administratif. Jadi ini sifatnya top-down. Jadi dari tim pengarah yang dibentuk oleh kalangan pejabat di tingkat pusat, kemudian membentuk tim pengembang kurikulum, tim pengembang kurikulumlah yang bekerja mengembangkan kurikulum, kemudian tim pengembang ini merancang atau menyusun pengembangan kurikulum mulai dari landasan yang bersifat konsep umum sampai pada rambu-rambu yang nanti akan digunakan oleh guru ketika pembelajaran. Kemudian tim pengembang ini akan menyerahkan hasilnya kepada tim pengarah. Tim pengarah nanti akan melakukan review, kemudian kalau ada yang harus direvisi akan dikembalikan, kemudian disempurnakan, setelah itu dilakukan uji coba, desiminasi, dan terakhir dilakukan evaluasi. Oke, itu untuk model administratif. Selanjutnya adalah model grassroot. Nah, ini adalah kebalikan dari model administratif. Jadi kalau model grassroot itu adalah model pengembangan kurikulum yang dimulai dari bawah. Jadi proses pengembangan kurikulum ini diawali atau dimulai dari gagasan dan ide guru-guru sebagai tim pengajar. Jadi kalau tadi yang model administratif itu dari atas, dari para pejabat, dari tim ahli. kemudian diturunkan kepada para pengajar atau guru. Nah, kalau model grassroots itu ide awalnya adalah dari guru atau tim pengajar. Jadi di sini sifat dari model ini lebih demokratis. Kenapa disebut lebih demokratis? Karena yang pertama digagas sendiri oleh pelaksana di lapangan. Jadi yang tahu lapangan, yang tahu permasalahan lapangan adalah guru-guru, sehingga dasar dari pengembangannya adalah pengalaman yang... pernah dialami. Kemudian perbaikan bisa dimulai dari unit yang paling terkecil dan spesifik. Jadi perbaikan-perbaikan pengembangan kurikulum yang dilaksanakan, ini bisa diawali dari hal-hal yang biasa terjadi dan dialami oleh guru. Jadi lebih demokratis sifatnya. Nah, karena di sini guru sebagai pengusung ide, maka mau tidak mau, Guru tersebut yang pertama tentu saja harus memiliki kemampuan yang profesional. Kemudian yang kedua, guru harus terlibat penuh. Artinya, dari mulai perbaikan, kemudian penyelesaian masalah itu harus terlibat. Jadi, tidak boleh hanya misalnya mengajukan perbaikan saja atau mengajukan permasalahan saja, tapi dalam penyelesaian tidak terlibat. Kemudian yang seterusnya, Ketiga, guru pun harus terlibat langsung, artinya di sini guru akan terlibat dalam perumusan tujuan, pemilihan bahan, dan tentu saja penentuan evaluasi. Untuk lingkup pengembangannya, model grassroot ini bisa sifatnya dalam lingkup mata pelajaran, jadi mengembangkan subjek dari yang diampunya, atau lingkup sekolah. Jadi untuk pengembangan kurikulum di sekolahnya itu berasal dari ide-ide guru yang ada di sekolah tersebut. Sehingga di sini, model grassroot ini diharapkan akan menghasilkan peserta didik yang kompetitif. yang didukung oleh guru dan pelaksana yang kreatif, dinamis, dan inovatif. Karena di sini sifatnya, idenya dari bawah, dari yang lebih spesifik, dari tingkat lapangan atau tingkat operasional, maka salah satu kelebihannya, salah satu keuntungannya adalah guru akan ditantang untuk lebih kreatif, dinamis, dan inovatif dalam pengembangan-pengembangan. Kurikulum baik itu yang sifatnya tingkat sekolah atau lingkup sekolah maupun lingkup mata pelajarannya sendiri. Oke, yang terakhir untuk model pengembangan kurikulum itu adalah model demonstrasi. Nah, model demonstrasi ini adalah upaya inovasi kurikulum dalam skala kecil yang selanjutnya digunakan dalam skala yang lebih luas. Jadi ini hampir sama secara... konsep dengan grassroots dari dimulai dari yang skala kecil kemudian di generalisasi, disebar luaskan. Nah ini ada dua skema untuk model demonstrasi ini. Skema yang pertama adalah sekelompok guru dari satu atau beberapa sekolah ditunjuk untuk melaksanakan uji coba suatu kurikulum. Jadi pemerintah menunjuk atau melakukan open recruitment beberapa guru dari berbagai sekolah. Itu untuk melakukan uji coba suatu program atau suatu kurikulum. Kemudian guru tersebut melakukan kegiatan dan pengembangan untuk menghasilkan suatu model kurikulum. Jadi guru tersebut melaksanakan model kurikulum yang diamanatkan pemerintah, itu di tataran sekolahnya sendiri. Kemudian nanti akan dihasilkan sebuah model kurikulum yang tentu saja ini sudah didesain dari awal. Si guru ini bertugas untuk melakukan uji cobanya. Nah, hasil penelitiannya nanti dari model yang sudah dihasilkan, itu akan diterapkan juga pada berbagai sekolah. Nah, tentu saja di sini pasti prosesnya tidak semudah misalnya model A, kemudian diterapkan, oh ternyata cocok, kemudian diterapkan di sekolah-sekolah lain. Tidak semudah seperti itu. Tapi tentu saja di sini akan ada berbagai evaluasi. Artinya... Ketika diterapkan, misalnya cocok, itu akan berulang penerapannya, jadi tidak hanya dilakukan satu kali saja. Jadi ini model demonstrasi skema yang pertama. Jadi intinya pemerintah nanti melakukan penunjukan kepada beberapa orang guru, kemudian guru ini melakukan uji coba secara langsung pada kelasnya, pada sekolahnya, sehingga nanti dihasilkan suatu model dari kurikulum yang akan dikembangkan. Nah, model yang sudah diuji coba ini, kemudian itu akan dihasilkan, akan menjadi sebuah hasil penelitian yang nantinya akan diterapkan pada berbagai sekolah dengan skala yang lebih luas lagi. Oke, itu untuk skema 1 di model demonstrasi. Kemudian skema 2, nah kalau skema 2, kalau tadi ada penunjukan, kalau sekarang skema 2 itu beberapa guru tidak puas dengan kurikulum yang sudah ada. Artinya... Ada beberapa guru yang merasa tidak mendapatkan kepuasan ketika melaksanakan model yang sudah ada. Makanya dia, guru tersebut, mengadakan eksperimen atau uji coba dan mengadakan pengembangan secara mandiri. Jadi karena dia merasa tidak puas dengan kurikulum yang sudah ada, maka dia melakukan pengembangan kurikulum sesuai dengan idenya. Nah kemudian ketika... dia mengadakan eksperimen, uji coba, dan ternyata ide yang dia kembangkan berhasil, maka itu akan menjadi sebuah inovasi, inovasi kurikulum. Dan tentu saja inovasi ini diharapkan lebih baik daripada yang sudah berjalan. Jadi itu dua model demonstrasi, dua skema yang bisa dilakukan dalam pengembangan kurikulum model demonstrasi. Ada skema 1, ada skema 2, yang tentu saja kedua skema tersebut diharapkan Tentunya menghasilkan sebuah model kurikulum yang lebih baik, baik untuk gurunya maupun untuk peserta didik. Oke, mungkin itu saja yang bisa disampaikan pada pertemuan kali ini berkaitan dengan pengembangan atau berkaitan dengan model-model pengembangan kurikulum. Jadi tadi kita sudah mempelajari ada empat model yang dibahas pada pertemuan kali ini, yaitu Yang barusan model demonstrasi, kemudian model grassroots, kemudian model administratif, dan model tiller. Silahkan kalian bisa mencari berbagai informasi lainnya mengenai model-model tersebut, terutama dalam pelaksanaannya secara operasional dalam kaitan pembelajaran, sekolah, dan tentu saja dalam kaitannya pengembangan kurikulum secara nasional. Oke, mungkin itu saja yang bisa disampaikan. Terima kasih. Saya akhiri dengan ucapan Alhamdulillah Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh