Halo semua, selamat datang di program terbaru Purwadika Digital Technology School, yaitu adalah The Marketing Playbook. Nah dan marketing playbook ini hostnya adalah saya Mendy Purwohartono selaku CMO dari Purwodika Dan juga Pak Andin Rahmana Selamat pagi Selamat pagi Nah alasan kita bikin program ini karena Kita lihat nanti di stage disini ya Video kita ya lumayan viral Pak Benar Tapi itu udah lama ya Iya hampir 3 tahun yang lalu Dan itu kita membahas tentang marketing di tahun 2022 Sekarang sudah 2024 Empat Ini bukan prediksi video, kita ngobrol-ngobrol aja Sebenarnya apa yang terjadi di dunia marketing, digital marketing, social media di tahun 2024 Pandin Dan untuk pertanyaan pertama, silahkan Baik, Bu Mendy, jadi kan seru banget nih Di 2024 ini memang lagi berat ya Situasi ekonomi dan seterusnya Jadi brand dituntut untuk kreatif gitu Untuk bisa mencari cara untuk mencuri perhatian ke audiens Hmm Menurut Bu Mandy gimana sih kalau di 2024 ini sejauh yang Bu Mandy lihat Bagaimana brand kemudian mencoba untuk mencuri perhatian dari audiensnya Oke, nah kalau misalnya tadi Pak Andien bilang market lagi tough Gak tau apakah semua market merasakan Tapi pribadi aku sih merasakan seperti itu Karena kan dari 2024 kita di Indonesia gitu ya Kemarin kan maksudnya ada pemilu And then puasa lebaran Nah untuk bisnis yang terutama terutama B2B gitu ya, bukan B2C, I think it's quite tough tuh, itu satu. Terus kedua, marketing udah evolving lagi. Kayaknya tahun 2021 yang kita ngomong itu kan kita predict video marketing akan booming. Dan itu bener kan?
Bener. Sekarang kayak real, TikTok udah luar biasa banget gitu. Konten-konten setiap hari ada dan menurut aku untuk sebuah brand atau sebuah bisnis untuk mencari perhatian tersebut untuk going viral lebih tough lagi.
Terus attention-nya juga. juga makin pendek kan? bener-bener karena orang-orang semakin terbiasa ya dengan video-video yang sangat pendek betul sekian-sekian detik berubah gitu bener jadi kayak kita gak bisa nonton sesuatu yang lebih panjang betul dan bukan hanya lebih pendek tapi aku gak yakin apakah mesejnya nyampe bener diantara ribuan informasi yang tiap hari kita dilihat jadi it's quite tough untuk bisnis dan brand di marketing menurut aku sekarang ini ya oke cial Challenging tapi ada opportunity-nya juga sebenarnya.
Benar. Apalagi di 2024 memang ada peran teknologi ya. Betul. Jadi memang tantangannya adalah kemudian di luar sana tough. Tapi teknologi ini gimana bisa kita utilize untuk bisa memudahkan brand ketemu nih sama audiensnya.
Kita lagi rame AI. Kita lagi rame personalization gitu. Untuk setiap orang bisa dapet message yang berbeda sama orang lain.
Terus desain-desain juga sekarang udah berbeda. udah mulai banyak ya Bu yang generated dari komputer gitu, udah bukan shooting biasa gitu. Design, konten-konten udah dibikin sama AI, conversational marketing kalau kita nge-chat, terus nanti langsung masuk ke WA gitu ya kalau sekarang.
Jadi artinya memang dibalik tantangan ini tetap ada opportunity ya, dengan adanya teknologi yang semakin berkembang, tapi tinggal gimana teknologi ini kadang-kadang digunakan dengan tepat Bu. Karena kan kadang-kadang kalau kita memanfaatkan teknologi tapi nggak tepat, Kayak kurang kena gitu Iya Nah banyak juga kan orang marketing Atau orang yang bertanya Apakah AI ini akan mereplace? Karena kan kita sekarang lihat Waktu itu pernah dibahas oleh Purwadika juga kan Apakah graphic designer akan ter-replace oleh AI?
Nah sekarang apakah orang marketing Akan direplace juga? Nah benar kata Pak Andien Sekarang dengan AI Ya semua terbantu lah Sekarang mau cari caption Judul podcast ini Semua bisa cat GPT dan lain-lain kan Tapi kita pernah bahas juga waktu itu Marketing itu tetap perpaduan Seperti memasak harus ada feeling juga Jadi sebenarnya teknologi ya sangat ngebantu Dan mungkin akan mengurangi juga gak menurut Pak Andin Untuk jumlah talent yang dibutuhkan Karena company yaudah dengan adanya AI Gue gak perlu nih yang tadinya 5 orang Seperti waktu accounting dibantu software Kan jumlah accounten akhirnya berkurang Nah menurut Pak Andin gimana? Itu aku tanya dulu deh Jadi kan unsur manusianya tetap harus dikasih Biar ada feelingnya biar kerasa gitu konten ini gak dingin gitu ya output marketing ini gak robotik banget gitu karena kan kalau AI memang masih punya limitasi kan cuman ada yang bilang ah berarti kita udah gak butuh orang sama sekali dong semuanya mesti di automate gitu tapi ternyata gak bisa jadi mungkin di awal memang kita bisa minta tuh sama AI dengan CGPT atau Kalau Google ada Google Gemini, ada Microsoft Copilot gitu, kita bisa minta ke mereka, bikinin dong ideas buat sebulan ke depan, karena kadang-kadang kan buntu ya. Oh stuck ya.
Stuck gitu kan. Oh dibikinin nih banyak ideas-ideas. Nah tapi kan ideas itu...
sejauh yang AI tahu karena dia gathering data dari mana-mana nah tapi kan yang paling ngerti tentang kondisi di lapangan itu kan marketer, kita bisa memahami pain point yang dirasakan, AI kan punya otak tapi tidak punya hati ibaratnya gitu Sementara marketer kan memang harus dari hati ke hati. Kombinasi ya. Benar. Feeling dan teknologi nih. Betul.
Nah itu yang akhirnya kita bisa ambil tapi tidak 100%. Itu harus masih diolah lagi. Minimal diolah setengah mateng jadi mateng gitu kan.
Nah setelah itu ideasnya kita coba bikin. Dibikinin caption sama AI tapi masih kaku. Gimana ya caranya biar lebih kena itu orang lagi yang keluar. Dibikinin gambar misalnya. Kan kalau sekarang udah bisa bikin kartu ucapan atau poster.
Tapi pakai avatar Gambar-gambar yang dari AI banget gitu Nah itu juga kadang-kadang bisa kena bisa enggak Audience bisa dapat bisa enggak Kemarin ada soalnya beberapa brand yang pakai AI malah dikritisi gitu Karena oh ini tidak menghargai ilustrator nih gitu Nah ini kan ada pro dan kontra ternyata di masyarakat Enggak semua yang AI kesannya canggih gitu Kalau dari segi kata-kata tadi sudah gambar pun bisa Sekarang pun video kan sudah bisa bisa pakai AI. Kita cuma kasih kata-kata terus dia videonya bisa ngomong sendiri. Iya, aku pernah pakai itu.
Benar. Nah ini tinggal apakah kontennya itu juga kena apa enggak gitu dan engaging apa enggak gitu. Jadi sebenarnya banyak sekali teknologi yang bisa kita gunakan sekarang.
Kalau tadi misalnya mempermudah kegiatan sehari-hari bikin video langsung pakai AI, tadi captions atau cap cut langsung di-generate text-nya. Tapi kan enggak 100% benar. kadang-kadang suka salah-salah, harus diedit lagi benar, nah belum lagi ngejawab-jawabin, kan kalau AI misalnya dari komen kan kita yang harus muncul dari DM kita yang harus muncul, mungkin AI bisa bikin template tapi sentuhan manusianya yang harus tetap keluar nah jadi, pun di SEO AI bisa membantu untuk keyword research sudah dapat, bisa bikinin artikel bahkan, tapi artikel ini kadang-kadang bisa salah datanya yang dimasukin bisa salah terus gak akurat, nah ini Nah ini yang bahaya karena kan kita kalau publish artikel harus dipertanggung jawabkan kebenarannya gitu. Nah tetap perlu diedit lagi oleh editor, oleh manusia lagi gitu.
Sosmed, SEO. Hampir semua ya? Hampir semua.
Semua ini marketing ya? Betul. Performance marketing misalnya kita bikin ads gitu udah dibikinin tapi kan tetap manusia yang harus ngolah. Oh ini udah bagus, oh ini harus di tweak lagi gitu. Jadi disini perpaduan tadi antara humanity sama teknologi.
teknologi ini akan menjadi powerful berarti playbook number one ya kan playbook number one adalah di 2024 teknologi AI terutama sangat membantu pekerjaan seorang marketer digital marketer tapi tidak mereplace, kita berani bilang begitu, karena kita masih perlu sentuhan manusia cuman dengan AI teknologi ini sangat membantu untuk memberikan ide dan lain-lain itu playbook number one Utilize the technology Tapi tetap butuh feeling manusia Sedap Karena ini kunci ya Bu Untuk yang bisa memahami manusia adalah manusia itu sendiri Nah tadi kalau kita ngomongin masalah teknologi ya Bu Ada banyak nih perkembangannya Tapi sebenarnya kadang-kadang kita lupa Bahwa marketing kan harus kembali ke fundamentalnya Teknologinya udah bisa bantuin Udah bisa keluar konten yang canggih Strategi yang bagus Tapi kembali ke positioningnya, brandingnya, segmentasinya itu kadang-kadang marketer suka di skip gitu kalau di meme itu kayak naik tangga tapi kakinya lompat gitu tiba-tiba udah sampai ke teknologi padahal sebenarnya brandnya sendiri belum mateng atau apa yang membedakan brand ini dengan yang lain belum mateng nah apa sih Bu yang harus dipastikan dulu nih sama marketer sebelum kita nanti memanfaatkan teknologi ini nah mungkin yang kalau aku pertama benar kata Pak Andin kebanyakan kan misalnya kayak Marketer atau social media itu Tidak mengerti dulu nih Vision brandnya Produk apa yang dijual Ya kan Solution apa Fokus hanya kepada konten yang viral Dan lain-lain Tanpa mengerti essence Message-nya Sehingga ya Cepat kehabisan ide pasti kan Karena kita gak tau apa yang kita jual Nah menurut aku sebelum Fokus ke sana Ya balik lagi ke marketing ya 4P itu Ya kan Produknya dulu Produknya dulu yang dimengerti Sebenernya ini gue mau jual jualan apa sih gitu Brand positioning gue dimana sih? Apakah brand positioning gue? Ini penting loh pak, soalnya Sekarang aku lihat banyak brand yang misalnya Dia sebenarnya kelasnya itu Di kelas A atau B Tapi ternyata marketing kontennya Di kelas C dan B Cuman ngejar rame aja ya Karena ngejar rame Nah itu berantakan menurut aku Bakal hancur semuanya Nah makanya kayak di Purwodika Memang ini antara Susah juga nih Pak Mau ngejar viral tapi gak sesuai Sesuai dengan branding. Atau yaudah forget the branding. Kita ngejar virality konten apa aja.
Yang penting gue tembus jadi FYP whatsoever. Nah kalau aku pribadi. Aku sangat percaya. Kita harus punya branding rules dulu. Positioning kita dimana.
Dan konten-konten itu akan following. Nah cuman yang challengingnya ya seperti itu. Bagaimana kita buat konten.
Sesuai dengan brand value. Brand positioning. Tapi bisa tetap reach awareness yang bagus.
Nah balik lagi. Itu bisa gak ya ditanyain di AI? Itu ada peran manusia disitu. Bisa, benar. Karena kalau positioning itu akan berhubungan dengan nanti segmennya yang mau ditarik itu yang kayak gimana sih?
Target market kan? Ya betul. Nah aku selalu bilang, marketing itu we cannot win everyone.
We cannot win everyone. We cannot win everyone. Ini boleh jadi playbook nomor dua gak nih?
Boleh. Boleh. Marketing cannot win everyone. Ya, kita gak bisa memenangkan semua market. Jadi kalau misalnya ada...
Ada yang ditanya, itu aku baca dari bukunya Seth Godin. Jadi kadang-kadang kita mau menangkan siapa nih? Kita mau menangkan semua gitu kan. Oke, awareness gak apa-apa ya. Namanya awareness kan bisa jadi bukan target market kita ngeliat.
Tapi sebenarnya sebagai marketer kita harus fokus dulu nih. Target market gue siapa? Demografiknya, apa yang dia suka.
Dan lain-lain itu benar-benar harus di-research. Karena balik lagi kita gak bisa menangin semua orang. Gitu loh. Nah, jadi kadang-kadang sebagai bisnis...
owner, dia juga suka bingung nih sebenarnya market gue siapa sih? nah itu yang harus kembali ke fundamental semuanya sebenarnya sebagai business owner harus mulai lagi dari produk tadi kan, produk brand positioning, nah ini akan merembet ke belakang secara rapi contohnya penggunaan tadi platform apa aja yang mau di build gak semua platform cocok kalau memang brand kamu cocok sama semua platform your target market banyaknya di tiktok ya go ahead, itu bagus dong untuk dari Dapet awareness, tapi kalau misalnya Brand luxury atau Aku gak tau produk yang B2B Belum tentu semua cocok Nah ini sama juga nanti dengan pemakaian Influencer, KOL Semua lah akan following The brand goal Banyak banget sekarang aku ngeliat yang tadi pak Banyak yang gak match Gitu loh Karena mungkin lompat itu tadi, tiba-tiba kita langsung mikirnya Oke kita pake platform apa Atau kita cari influencer siapa nih Tanpa tarik mundur ke positioningnya Meeting marketing cuma bikin Oke kita bikin konten viral apa lagi Gitu tanpa akhirnya Recall lagi sebenarnya gue mau jualan apa sih Siapa sih target market gue Nah itu yang harus terus tuh Untung marketing gak ubanan Cuman asam lambung aja mungkin Karena banyak pikiran Jadi gak ubanan sih Tapi ya Asam lambung Menarik-menarik bu Jadi tadi kita bisa lihat bahwa Banyak sebenarnya faktor yang perlu dikuasai oleh seorang marketer secara fundamental sampai nanti ke tingkat lanjutannya. Karena itu nanti bisa mengikuti.
Nah, ujung-ujungnya kan at the end adalah konversi. Back to business ya Bu? Duit. Duit.
Kalau tadi misalnya sekedar rame gitu. Ya oke rame diomongin, viral, banyak yang nge-view, banyak yang komen, tapi tidak berdampak langsung kepada penjualan. Nah, gimana sih idealnya ya Bu Mendy?
Ngukurnya. At the end apakah sales hanya satu Satu-satunya matrix aja Atau memang sebenarnya kita bisa gabungin nih Antara beberapa matrix Oke Mungkin playbook number three is Conversion is a must sih Conversion is a must At the end business is business ya Bu Business is business Tapi ya balik lagi ke Pak Andien bilang Benar business itu ujung-ujungnya Pasti harus make money Itu aku selalu percaya Lu mau konten viral istilahnya Satu juta dua juta views Gak leads to conversion Ya viral doang gitu loh Sedangkan itu dia menurut aku Marketing yang tidak tau goal endnya End goalnya apa Ya kan? Viral nih Tapi kok gak ngefek Nah menurut aku Aku juga gak mau ngejar seperti itu Karena selalu yang kita di Purwadika Kita selalu ngukur kan Oke kita buat konten And then leads to conversion atau enggak Karena ujung-ujungnya harus mix sales Nah ini harus di mindsetnya Playbooknya seorang marketer Conversion itu is a must Jadi hulu Dari awareness sampai ke conversion, itu harus benar-benar dipikirin.
Tapi funnelnya gak boleh putus. Jadi istilahnya kalau funnel awareness gitu, marketer gak boleh pikirin awareness doang. Iya kan? Benar-benar. Terus pikirin flow step Stepsnya ke bawah Aku banyak banget tau ngeliat Memang bisnis atau brand funneling Strateginya tuh gak Gak ada pak Kepotong-potong aja gitu ya Di atas doang Bahkan dia gak tau conversionnya ini kemana Gue mau bawa marketing konten ini Itu leadsnya kemana lagi corongnya Nah misalnya kita kasih contoh aja nih Misalnya awareness Oke untuk awareness Aku selalu misalnya kita pake coret-coretan Kita mau pake awareness misalnya TikTok platform Pake Instagram Nah setelah dapet awareness Terus kemana Misalnya kamu mau conversionnya di platform TikTok langsung Berarti kan harus disiapin Adminnya Marketing marketing materialnya di sana, atau kamu mau lempar semua ke website misalnya.
Jadi kalau misalnya lihat sebuah brand, misalnya brand baju aja, dia awarenessnya misalnya dari Instagram. Terus kalau kita lihat di link 3D ya, dia akan refer lagi kan ke platform point of sales-nya dia. Ke Shopee, ke WA admin, nah itu funneling kan namanya.
Nah jadi kita sebagai marketer, end game-nya itu memang harus sudah fokus ke conversion. Bukan hanya kalau orang di… Digital marketing itu bilang itu Matrix-matrix yang di permukaan gitu Awareness, reach itu ya oke boleh Tapi what's next? Sampai nanti kita ke conversion Betul Nah at the end setelah dari conversion kan Kita memang harus lanjutkan lagi ya Bu Untuk orang-orang kemudian bisa membagikan Experience-nya Karena udah di fase loyalty Dan akhirnya menarik tuh Untuk orang-orang baru Itu kita sebut dengan AISAS AISAS Nah Kalau dulu adanya AIDA AIDA Betul AISAS Sekarang judulnya Aisas Apa singkatannya Pak Andien?
Awareness, Interest, Search, Action, Share Nah tantangannya adalah gimana ya Bu? Berarti bikin experience Brand ini menciptakan experience Kemudian orang akhirnya mau nge-share gitu Nah inilah ya Marketer dikasih PR lagi Tidak hanya sampai di action Sekarang harus share Cuman ya sebenarnya itu sama dengan Strategi marketing world of Word of mouth sih Pak. Jadi kan memang kita lihat kalau misalnya nih kayak di Purwadika sendiri, kita lihat di data gitu kan, tahu dari mana?
Nah, tahu udah dari referral teman dan lain berarti word of mouth sudah mulai berjalan. Nah jadi benar sih, ketika sudah action, sudah convert gitu kan, as a marketer gitu, as a business, gak boleh puas juga. Gak boleh puas di situ.
Udah dapat, udah harus ditinggalkan gitu. Iya, nah kita harus memberikan platform atau wadah di mana orang bisa nge-share. Contohnya yang paling...
yang gampang kita lihat di platform belanja si kuning, eh kuning orange. Nah misalnya ketika aku mau membeli baju gitu sesuatu, nah berarti kan yang sudah beli itu harus diberikan wadah dong untuk nge-share pengalamannya dia. That's why kita ada review, itu salah satu tools yang dipakai di prinsip AISAS.
Bayangkan kalau misalnya conversion stop sampai di situ, tidak ada platform atau di-push untuk share, ya word of mouth-nya gak jalan. Ya kita harus nyari orang terus dengan akuisisi tadi ya Betul Kalau ini sudah jalan sendiri mereka akan menjadi agent-agent kita Untuk menyebarkan pesan atau experience tentang produk kita Itu poin yang bagus Pandin Jadi kalau misalnya kita tidak sampai ke S yang belakang di share Istilahnya kita harus kerja sendiri terus tuh Untuk nyari market baru sampai funneling action Tapi dengan adanya share yang terakhir Army kita akan mulai terbantu Jadi itu akan menggulung terus tuh Nah Itu adalah playbook nomor 4, Aisas, share itu penting. Nah tadi kan kita sudah lihat ya Bu bahwa Aisas ini penting ya untuk sebagai lanjutan dari conversion gitu. Nah setelah semua audiens kita tadi sudah kita dapatkan, kita pengen mereka membagikan, nah kan kita harus punya juga ya informasi tentang audiens-audiens kita ini siapa.
Nah yang kita sebut dengan data karena katanya data is a new oil. Iya. In this era gitu Nah idealnya bu Gimana sih kita bisa mengelola database ini Dari customer-customer kita yang sudah Kasih review yang sudah merasakan Untuk mereka bisa mengajak keluar Nah brand ini harus Mengelolanya seperti apa Nah ini pertanyaannya menarik sih pak Tapi balik lagi ke playbook number one Yang using technology Nah sebenarnya data driven ini juga Pasti kan dibantu dengan tech juga Teknologi ya kalau misalnya kita Mau manual kita datain Semua manual Bapak ke Excel Gira-gira Kira-kira buying behavior-nya seperti apa manual, itu agak sulit.
Capek banget. Capek banget. Nah makanya balik lagi, kan namanya sebuah bisnis tuh point of sales-nya kan banyak. Bisa jadi di website atau offline.
Nah yang paling sulit mungkin data yang di offline ya. Karena kan istilahnya customer-nya datang belum tentu dia mau drop database. Kita capture gak dia belinya apa dan lain-lain.
Cuma memang untuk penggunaan data ini. sangat dibantu dengan teknologi juga jadi memang company atau brand sekarang harus mulai invest gimana caranya data-data yang berhamburan ini diolah not manually, karena manually kan pasti akan sulit, untuk menjadi satu prediksi terus satu bisa dibaca oh ternyata yang beli produk gue selama ini gue pikir target marketnya umur 20-30 misalnya, tapi ternyata lebih banyak 30-40, nah taunya dari mana dari mana? dari data itu biasanya ada role khusus ya Bu yang mengelola atau mengolah data ini iya, kalau misalnya data kan sekarang kan kalau di Purwodika kan kita juga ada data engineering itu biasanya nge-collecting data baru dianalisa baru nanti akhirnya kita buat satu sistem machine learning dan AI juga balik lagi kan untuk menganalisa semua itu tapi balik ke role-nya marketing, jadi kita aja misalnya mau pakai digital ads ada yang namanya performance marketer, itu harus bisa banget ngebaca data Biar tepat sasaran Dan orang marketing itu selalu aku bilang Pasti kebanyakan orang feeling Dulu Orang marketing dulu nih Feeling lah Tapi memang sekarang Aku sendiri sudah harus mendisiplinkan Tidak boleh hanya berdasarkan feeling Jadi perpaduan masaknya itu Dengan data Belum tentu feeling kita Ternyata di data cocok Jadi kembali tadi Ke Poin nomor satu tadi ya Bahwa AI atau teknologi itu membantu Tapi tetap disitu ada proses mengolah ya Betul Antara manusia dengan teknologi ini Sehingga tadi kita bisa bikin strategi yang lebih baik Berdasarkan data Iya Nah mungkin kita bantu dulu teman-teman Supaya bisa oke nih gimana caranya Bisnis gue masih kecil gitu kan Nah mulai dulu dari Analytics yang ada di platform social media Ya dong itu bisa dipakai Misalnya kayak di Instagram Ya rajin-rajin lah baca insights Mhm Baca insta setiap post Apakah misalnya reachnya bagus Impressionnya seperti apa Dari situ kan ketahuan Oh ini konten Ternyata bring Awareness bagus Nah kalau di story kita juga bisa pakai URL Ada link klik Itu juga bisa dibaca Ternyata mungkin intro story seperti ini Gak bawa Gak kena Itu paling awal Kalau udah punya website dibaca lagi Dadah dari website, mau bikin ads dibaca lagi data ads, jadi ya itu. Udah ubanan belum?
Belum Bu. Asal melambung. Asal melambung tapi sudah.
Tapi itu menjadikan marketing sekarang lebih pinter Pak. Benar, benar, benar. Dan itu yang akhirnya kemudian kita bisa cerdik ya untuk kemudian membaca perilaku orang-orang, menawarkan yang produk yang lebih tepat gitu dan akhirnya effort yang kita keluarkan lebih tepat sasaran. Hit and miss lah ibaratnya usaha. Banyak tapi ternyata gak kena gitu Betul Jadi tadi playbook yang kelima Dan yang terakhir Dan yang terakhir itu Karena durasi Benar Orang gak bisa Gak bisa terlalu Tensi penya gak bisa panjang ya Tapi aku rasa dengan 5 playbook ini Kita bisa berhasil Ya Di tahun 2024 Nanti kita lihat lagi apa yang akan terjadi Ya kan Perkembangannya Di 2025 Dari diskusi kita hari ini Kita sudah bisa menyimpan 5 marketing playbook Yang pertama adalah AI dan teknologi itu sangat membantu, tapi tidak bisa menggantikan peran seorang marketer.
Karena tetap harus seimbang antara teknologi dan feeling atau kreativitas yang dimiliki oleh seorang marketer. Yang kedua adalah marketer tidak bisa memenangkan semua orang. Kita memang harus memilih segmen yang paling kita fokuskan untuk bisa mendapatkan hasil terbaik dari sana.
Yang ketiga, conversion is a must. Kita tidak boleh lengah hanya karena awareness, impression, reach, dan hal-hal lainnya. yang bisa diukur di permukaan, tapi bisnis is bisnis, ujung-ujungnya adalah penghasilan atau pemasukan yang didapatkan oleh perusahaan. Jadi conversion is a must.
Yang keempat adalah setelah dari konversi, kita harus lanjutkan experience sampai ke membuat orang-orang ingin membagikan pengalamannya atau kita sebut dengan ISAS, awareness, interest, search, action, share. Jadi bagaimana kita mengajak orang-orang untuk membagikan pengalamannya, mengajak orang lain sehingga kita tidak selalu untuk mengakuisisi orang baru, tapi kita bisa mendapatkan audience atau mendapatkan target market baru dari referral atau dari word of mouth marketing. Dan yang terakhir adalah data driven marketing, kita tidak bisa hanya mengandalkan feeling, meskipun feeling seorang marketer itu kuat, tapi menggabungkan dari berbagai data, data di social media, data di website, data di ads, dan data penjualan kita dengan creativity atau dengan feeling yang dimiliki oleh marketer sehingga bisa lebih tepat sasaran. Itu dia tadi 5. Marketing playbook kita hari ini Semoga Bermanfaat Buat teman-teman yang sedang membangun bisnis Yang lagi struggle juga tentang marketing Atau mau excel ya Pak Ya excel di tahun ini Dan tahun-tahun berikutnya Hopefully playbook kita bermanfaat ya Pak ya Tepat sekali Dan ikuti terus The Marketing Playbook episode selanjutnya Karena kita akan mengajak banyak narasumber Untuk berdiskusi bersama Untuk menggali marketing playbook mereka Saya Nen Rahmana Mendy Purwahartono Pamit Undur diri Terima kasih Sampai jumpa jumpa. Bye!