Transcript for:
Nazar, Usia, dan Pernikahan dalam Islam

Bismillah, Ustaz saya pernah bernadar kepada diri saya kalau saya ingin memberangkatkan orang tua saya ibadah haji sebelum saya menikah jadi status beliau belum menikah kemudian bernadar kepada Allah ingin memberangkatkan orang tuanya sebelum beliau menikah Saya sudah berusaha sempurna, kadang Allah sampai sekarang belum juga bisa merangkatkan orang tua saya untuk ibadah haji. Sedangkan umur saya sudah 29. Apa hubungan Natar dengan umur? Sekarang saya rasa ingin menikah sudah ada karena terbayang-bayang Natar saya. Saya jadi iminar untuk menikah. Apa hukumnya Natar? Bagaimana jika saya belum memenuhi Natar saya tersebut? Dan apa yang harus dilakukan supaya bisa memenuhinya? Teman-teman sekalian mari kita lihat. Dan orang tua usia hampir 70 tahun. Ada tiga keadaan. Pertama, beliau bernadar. Hati-hati, ingin memberangkatkan orang tuanya haji sebelum menikah. Tolong garis bawahi, sebelum menikah. Sekarang, situasi yang kedua, usia yang bersangkutan 29 tahun. dan punya perasaan atau punya etiket untuk mulai memacu kepada jenjang yang lebih tinggi yaitu pernikahan sementara nadhar belum ditunai kan maka disini ada kebimbangan apakah pernikahan didahulukan atau berusaha dulu mengoptimalkan nadhar setelah selesai nadhar baru kemudian menikah bagaimana dalam timbangan syariatnya yang ketiga dalam proses ini waktu semakin berjalan orang tua pun hampir 70 tahun Bagaimana langkah terbaik yang kemudian ingin dijadikan solusi dari persoalan ini Baik mari kita lihat pelan-pelan teman-teman sekalian Tentang kalimat nazar pertama disebutkan dalam Al-Quran Seperti apa gambarannya, bagaimana hukumnya dalam keterangan sunnah Dan bagaimana insyaAllah menyelesaikan solusi yang dimaksudkan Quran surah ketiga al-Amran ayat ke 35 sampai 37 Versi paling kini di pertengahan sampai ke bawah Ini adalah diantara kalimat nazar yang disebutkan dalam Al-Quran terkait dengan nazarnya istrinya Imran rahimahullah namanya Hanna ketika beliau mengandung beliau bernazar memohon kepada Allah s.w.t nazar tentang anak yang dikandungnya mari kita bacakan ayatnya idh qalati mera'atu Imrana rabbi inni nazartu laka mafi batni buhararan fatakabbal minni fatakabbal minni lihat kalimatnya Rabbi, inni nazartu laka mafi batni. Ya Allah, saya bernazar kepadamu ya Rab. Nazar itu, kalau disebutkan dalam syariat, artinya adalah perjanjian atau komitmen yang dibangun antara kita dengan Allah s.w.t. Walaupun interaksinya seputaran kita dengan manusia, atau dengan yang lain, tapi komitmen dibangunnya bukan dengan manusianya, tapi dengan Allah s.w.t. Saya ulang ya. Kalau disebutkan nazar, Ayat ini memberikan gambaran kepada kita, bahwa nazar adalah komitmen yang dibangun, perjanjian yang diikat antara seorang hamba dengan Allah s.w.t. Makhluk dengan khalik. Dianda memohon kepada Allah s.w.t. dengan komitmen, jika kemudian terjadi seperti ini, saya ingin begini, begini, begini, begini. Jelas ke sini? Jadi kalau sudah paham kemudian, tentang definisinya, mudah kita menurunkan hukum dan batasnya. Bismillah. Yang pertama, disebut dengan nadhar, nuwan, dhal, kemudian ra ini adalah komitmen atau perjanjian yang dibangun antara makhluk dengan khalik hamba dengan Allah s.w.t Allah s.w.t tempatkan diatas dengan hamba baik, sekarang lihat turunannya fa taqabbal minni muhan terima ya Allah Mohon terima. Memohon kepada Allah SWT dengan komitmen. Berlaku nazar. Kemudian minta diterima oleh Allah SWT. Inna kasami'a du'a. Kau yang maha mendengar du'a yang hamba mohonkan. Perhatikan. Nazar juga mengandung unsur du'a. Ada permohonan di dalamnya. Ingat, pertama terkait dengan komitmen perjanjian. Kedua, dalam nazar mengandung unsur doa. Diketika Anda bernazar kepada Allah SWT, bukan sekedar Anda membuat perjanjian dengan Allah. Tapi seakan-akan dengan perjanjian itu Anda... bermohon mengikatnya dengan doa. Jelas ya? Di seakan-akan Anda minta, kepadalah saya berdoa, Ya Rabb, mohon jadikan begini, begini, begini. Jika kemudian itu engkau kabulkan, maka saya akan lakukan ini, ini, ini, ini. Jelas ya? Jadi, bukan doa biasa. Kalau kita balik, pengertiannya ada di sini. Nazar itu, bukan doa biasa, tapi doa yang sudah diikat lewat perjanjian. yang menghadirkan komitmen yang kuat Ini poinnya, apa hubungnya janji? Jika seseorang berjanji, maka harus ditepati. Hati-hati, anda janji dengan manusia saja, mesti ditepati. Dan ciri orang munafik adalah ketika dia berjanji, dia tidak menepati. Wa idha wa'ada akhlafa, ketika dia berjanji, menjanjikan sesuatu, dia menepati. kemudian mengingkarinya. Antum bayangkan. Antum berjanji dengan manusia saja mengingkarinya. Disebut munafik. Bagaimana dengan orang yang berjanji kepada Allah s.w.t. Ya, dan janjinya diikat dengan jawaban. Lihat begini. Ya, lihat begini. Saya punya janji dengan Antum. Misal, Nanti besok kalau Antum datang, InsyaAllah saya berikan buku saya yang terbaru. Tiba-tiba Antum datang, terus saya tidak berikan buku saya. Padahal bukunya ada. Bagaimana perasaan Antum? kecewa, itu baru dengan manusia sekarang antum berjanji kepada Allah memohon kepadanya ya Allah kalau engkau izinkan saya bisa menunaikan haji maka saya akan menunaikan puasa selama 3 hari berturut-turut Allah kabulkan itu dan antum berangkat Tiba-tiba ketika antum diberangkatkan, antum tidak menunaikan janji itu. Maka bagaimana kemudian Allah menyikapi hukum Anda? Jelas ya? Maka dari itu, tidak ada kata lain kata para ulama. Berdasar riwayat kemudian tersambung pada Nabi SAW, nazar itu, nazar, sepanjang doa yang dimohonkan bersifat baik, sepanjang doa yang dimohonkan bersifat baik, dan, Ini aplikasi dari nazarnya pun baik. Bisa. Doanya, Ya Allah, saya ingin berhaji. Aplikasi nazarnya, kalau engkau izinkan saya berhaji, saya puasa 3 hari berturut-turut. Haji baik tidak? Baik, berarti doanya baik. Nazarnya ingin puasa, puasa baik tidak? Baik, jadi syaratnya dua-duanya baik. Kalau ini baik, ininya baik, maka berlakulah hukum nazar itu dan wajib sifatnya kemudian untuk diterapkan dalam kehidupan. Hukumnya wajib. Untuk ditunaikan. Namun kalau seseorang kemudian bernazar, mohon maaf, nazarnya satu diantara dua ini tidak baik misalnya. Maka secara otomatis hukum nazarnya tidak berlaku dalam kehidupan. Jelas ya? Bisa. Yang pertama, doanya baik. Ya Allah, mohon Ya Allah, alubrahkan saya kesempatan untuk berhaji. Kalau saya bisa berhaji, di Mekah saya doain itu. Mudah-mudahan tetangga saya itu bisa gagal bisnisnya. Mudah-mudahan tetangga saya itu bisa kepleset yang membuatnya sekarang. Bisa? Maka yang seperti ini, sekalipun Allah kabulkan kemudian untuk berhaji, maka batal dalam keadaan nadarnya. Tidak diperkenankan. Paham? Atau dibalik misalnya, nazar untuk yang kotor. Nadal untuk yang kotor, walaupun kemudian, maaf, doanya untuk yang kotor, walaupun bentuk nadalnya baik, itu nggak boleh. Ya Allah, kalau jadikan engkau tetangga saya ini kepleset besok, ya Allah, sampai patah kakinya, saya rela puasa tiga hari berturut-turut. Bisa? Dibalik? Ya? Atau mohon ya Allah, jadul kuning belum terpasang pada pasangan itu. jika lo berkenan batalkan pernikahannya saya akan puasa ya Allah seminggu turut-turut pisah, itu tidak boleh dipandang tidak tidak benar, tidak tepat nah sekarang, karena itu mari kita lihat ketika keluarganya Imran Alhamdulillah, nanti saya permohon kepada Allah, antum bisa diberi kesempatan, bisa mengunjungi Oman, ya dari pusat kota Oman ke Salalah ada 1000 km, di situ kurang lebih ada lokasi makamnya keluarga Imran. Nanti antum bisa kunjungi insyaAllah jika Allah mengizinkan, dan seterusnya. Nah sekarang, lihat, lihat nazarnya. Saya bernadar kepada-Mu ya Rab, supaya anak saya ini yang dikandung oleh saya, menjadi anak yang saya... Saya dekatkan kepadamu. Maksudnya, saya bernadhar ya Allah, supaya anak saya ini, anak yang dikandung sekarang, saya jadikan, titipkan, khusus untuk beribadah saja kepadamu. Kalau bahasa kita sekarang, ada yang lain boleh milih, matematika, fisika, macam-macam. Yang ini, saya bernadhar ya Allah, saya jadikan ahli Quran saja. Saya jadikan ahli ibadah saya. Jelas ya? Dia bermohon kepada Allah SWT, supaya dengan nadharnya, ketika diterima oleh Allah, diterima oleh Allah, menjadikan ibadahnya dekat dengan Allah. Dengan Allah SWT. Di permohonannya bapak dan ibunya Imran. Ingin dekat dengan Allah SWT. Ingin diakui kedekatannya dengan Allah SWT. Walaupun bukan nabi bukan rasul. Bagaimana caranya? Dengan menginvestasikan anak yang dikandung oleh istrinya. Supaya didekatkan kepada Allah SWT. Fa taqabdal minni innaka antas sami'ud doa. Mohon terima ya Allah. Di doanya ingin dekat dengan Allah. Salah satu usahanya nazarnya. dijadikan anaknya kemudian didekatkan kepada Allah subhanahu wa ta'ala maka, maaf, apakah seseorang ingin dekat dengan Allah baik tidak? baik, kemudian bentuk nazarnya menjadikan salah satu anak yang dekat dengan Allah baik tidak? Maka dua-duanya berlaku. Dia minta taqabbal minni. Tolong terima ya Allah. Maka hukum ketika bernadar wajib bagi dia, saat anaknya dilahirkan selamat, kalau selamat, saya ingin jadikan dekat denganmu. Ketika dilahirkan selamat, maka wajib bagi orang tua untuk menjadikan anaknya dekat dengan Allah SWT. Paham? Sekarang, mari kita sambungkan ke sini. Ketika seseorang sudah bernadar, apa yang harus dia lakukan? Sekarang lihat. Pertama ayat 36. Lihat. Alhamdulillah. Satu. Dua. Fataqabbalaha rabbuhabikabulin hasanin, waanbatahamabatan hasanin, wakaffalaha zakariyatika, kullama dakhala alaihazakariyalmihrabawajadindaharizqa, kullama dakhala alaihazakariyalmihrabawajadindaharizqa. Baru kemudian nazar itu dihasilkan dan dilindungi serta diberikan nikmatnya oleh Allah SWT. Perhatikan baik-baik. Ketika orang tua sudah bernazar, memohon kepada Allah SWT, maka yang paling hebat diteruskan ayatnya oleh Quran, nazar itu mesti diiringi dengan ikhtiar. Mesti disandingkan dengan usaha. Tidak cukup Anda bermohon nazar kepada Allah, lantas Anda menyerahkan kepada Allah tanpa usaha di situ. Maka orang tuanya Maryam memohon kepada Allah, supaya anaknya dekat dengan Allah bagian dari nazarnya. Apa yang dilakukan oleh orang tuanya yang beran? Satu, memberi nama yang baik untuk anaknya. Wa inni sammei tuha Maryam. Maryam itu kalau bahasa kita sekarang, bisa diterjemahkan dengan iffah. Yang selalu menjaga diri dari hal-hal yang dilarang oleh Allah. Ini rumus, kalau anda ingin jadi orang baik, sederhana, tinggalkan yang dilarang, maka anda jadi orang baik. Allah melarang mata kita melihat yang tidak baik, tinggalkan. Allah melarang lisan kita berkata yang tidak baik, tinggalkan. Allah melarang tangan kita menyentuh yang tidak baik, tinggalkan. Sebab sederhana rumus kehidupan ini. Ini ada baik, ini tidak baik. Saat Anda terbiasa pada yang tidak baik, maka mohon maaf, yang baik akan sulit Anda kerjakan. Anda terbiasa berkata kotor, maka sulit bagi lisan Anda mencari kalimat yang baik-baik. Kalau Anda tinggalkan yang baik, akan muncul ke permukaan. Anda terbiasa meninggalkan yang tidak baik, yang baik yang muncul. Di saat orang lain pun memprovokasi Anda untuk berkata yang tidak baik, maka Anda kesulitan menemukan kalimat yang tidak baik. Yakinkan pada diri anda, ima Allah saya katakan, anda tidak pernah berkata yang kotor-kotor. Kemudian ada orang mengejek anda misalnya, nah anda mau membalas saja, sampai bingung nantinya. Karena anda gak biasa berkata yang tidak baik. Dibiasakan diri anda meninggalkan yang tidak baik, maka yang baik hadir dalam kehidupan anda. Maka ibunya mulai pertama kali memberi nama dengan nama terbaik, menghilangkan yang kotor-kotornya. Maryam. Makanya dalam riwayat disebutkan, nama itu bagian dari doa. Bagian dari doa. Jadi kalau anda ingin memberi nama, berikan nama yang terbaik. Bahkan nabi pernah mengganti beberapa nama sahabat, supaya didekatkan kepada Allah s.w.t. Anda pernah dengar nama Abdus Syams? Tidak pernah. Tapi, Abu Hurairah kenal? Ha ha ha, masya Allah, dimana itu kenal? Tapi, teman-teman, Abu Hurairah itu, nama awal aslinya Abdus Syams. Abdus Syams itu hamba, Syams itu matahari. Asalnya, majusi. Kemudian meninggalkan majusinya, pindah ke Kristen. Masuk Kristen makin bingung. Keren mendengar ada Nabi SAW di Madinah. Itu 3 tahun sebelum wafatnya Nabi SAW. Tahun ke-7 hijrah. datang kemudian ke Madinah, itu baru melihat Nabi dengan aura kebaikannya, tutur katanya, akhwaknya, seketika langsung jatuh cinta pada Islam. Masuk Islam. Begitu masuk Islam, diganti namanya oleh Nabi SAW, berubah dari Abdushaham jadi Abdurrahman. Bapaknya Sahar, Abdurrahman bin Sahar. Saya pernah kisahkan, saking beliau merasa tertinggal dibanding sahabat lain, maka punya keinginan menyusul. Saya terlambat nih, Abu Bakar sudah duluan, Umar sudah duluan, saya kemana aja selama ini? Saya harus nyusul. Sur mereka. Kalau mereka menunggu di madlisnya Nabi, saya akan berusaha mendapatkan lebih daripada itu. Maka menunggulah di depan rumahnya Nabi SAW. Setiap keluar dilihat bagaimana tuntunan dalam kehidupan Nabi. Semuanya. Tidak ingin ketinggalan. Jalannya, nengoknya, nyapaknya, senyumnya, macam-macamnya. Karena itu beliau, walaupun tiga tahun bersama Nabi dalam kehidupannya, itu meriwayatkan hadis paling banyak. Karena hidupnya didedikasikan untuk mendapatkan pengajaran Nabi SAW. Dapatlah tujuh ribu hadis. Dan diantara kehebatan beliau itu, Masya Allah. yang harus kita telah adani begitu disampaikan oleh Nabi seketika beliau ingin mempraktikannya bahkan ketika Nabi sampaikan pesan Anda harus lembut, jangankan pada manusia, pada hewan juga, pada tumbuhan, jangan rusak tanaman, jangan cabut sembarangan. Satu ketika ketemu dengan seekor anak kucing kecil liar, yang sering saya kisahkan. Anak kucing kecil liar, kucing liar bisa... Saat itulah berpapasan dengan Nabi SAW, keluarlah anak kucing kecil itu mengeong-engeong. Maka saat itulah Nabi katakan, kamu bapaknya anak kucing kecil. Kalau ada yang sayang pada anak kucing, tidak sesayang kamu, seperti seorang ayah menyayangi anaknya. Antum pernah rapat meeting bawah anak kucing. Abu Hurairah beda makanya sampai kekinian diperkenalkan dengan kunyihnya gelar sebutan terbaik dengan Abu Hurairah untuk memberikan kesan dan kebaikan di dalamnya tapi poin yang ingin saya sampaikan namanya diganti kemudian dari nama yang tersebut lihat kurang baik jadi nama lebih baik makanya teman-teman cek ya kalau ada diantara antum misalnya mohon maaf, ada nama-nama yang kiranya menurut syariat berpentangan, antum langsung ganti pada yang lebih baik awas ada yang haram juga, abdusham itu haram ganti jadi antara ada nama-nama setan, ada hati-hati sembilan nama setan yang paling bahaya hantum tinggalkan, ganti lebih baik pulang dari sini cek lagi, nama saya betul gak nah teman-teman, itu nama ikhtiar yang kedua wa inni ya'idhu habika wa zurmiyataha minasyaitan rajim saya bermohon kepada mu ya'arab Agar ini jadi baik, anak ini dekat denganmu, akan lindungi dia dari setan. Saya bisa melindungi dia dengan izinmu ya, dari hal-hal fisik yang saya lihat. Anak ini mau nyentuh yang haram, saya kemudian bisa tangkal dia, jangan sentuh itu. Bapaknya mencintai. mencari yang halal, dijauhkan dari perbuatan yang tidak baik, dicarikan tempat yang baik itu kan bapak ibunya, tapi siapa yang bisa mencegah dari setan manusia tidur, setan tidak tidur bukankah setan datang lewat mimpi ketika antum bermimpi yang tidak baik setan masuk di dalamnya Maka apa yang dilakukan? Dia memohon kepada Rab yang tidak punya batas Yang tidak punya batas kekuasaannya Maka semua makhluk pasti tuntuk kepada Allah SWT Maka berdoa kepada Allah Ingat baik-baik Bukankah setan yang mengatakan kepada Allah Akan menggoda semua anak cucu Adam Supaya menyimpang dari ketentuan Allah Ayatnya banyak Di Quran surah ke-7 ayat 11 sampai dengan ayat ke-29 Ya dari jika kita menjelaskan Kemudian bahkan jelas sebutkan surah keempat ayat 119. Saya akan ambil bagian yang lahir. Memang sudah niat dia jadi musuh. Dan niat. Dan yang terbaik berlindung kepada Allah SWT. Dua. Tiga. Maaf. Orang tua Imran merasa. Orang tuanya Maryam merasa. Bahwa dia punya batas. Untuk mengajari anaknya. Maka dicari guru yang. terbaik, bukan sekedar pintar tapi dekat dengan Allah subhanahu wa ta'ala karena niatnya ingin mendekatkan anak kepada Allah, maka yang dicari gurunya pun yang dekat dengan Allah oh lihat baik-baik ya antum ingin titipkan anak antum di sekolah supaya dekat dengan Allah maka antum harus cari sekolah yang guru-gurunya pun dekat dengan Allah Bukan cuma sekedar sekolah Islam. Coba sekarang banyak sekolah Islam tuh. Islam, Islam, Islam, Islam. Alhamdulillah. Ada pelajaran menghafal Quran. Ada pelajaran tentang sholat. Pertanyaan saya, apakah semua yang mengajar di dalamnya dekat dengan Allah SWT? Atau hanya sekedar formalitas? Supaya hafalannya mengejar target. Yang penting hafal. Tidak peduli apakah yang dihafalkan benar atau salah. Saya pertama datang ke Bekasi, nguji 30 anak. Saya menangis dengan istri saya. Anda bisa bayangkan, hafalannya begitu kuat. Ada yang... Jus 30, ada yang Jus 29, baru menghafal tapi sayangnya dihafalkan salah ada yang panjang yang pendek dibaca panjang, yang panjang dibaca pendek dan sebagainya, saya sampai mengatakan ini kenapa guru ini, anak sepintar ini mesti mengulang lagi, kalau bisa mengajarkan yang benar, kenapa mengajarkan yang salah? kenapa? ini kasihan teman-teman yang paling luar biasa Masya Allah, sekolah Islam masjidnya ada, tapi kenapa banyak murid tidak tergerak ke masjid? begitu dilihat, ternyata gurunya pun tidak ke masjid cuma mengajarkan teori tentang sholat, bagus berjamaah kita ada masjid, tapi gurunya tidak ke masjid kan jadi masalah maka carilah guru-guru, kalau ini anak antum ingin dekat dengan Allah, bukan cuma tinta tapi lihat gurunya, mempraktek kenapa yang diajarkan kepada muridnya dicarilah Nabi Zakaria, Zakaria ajarkan ditempatkan di mihrab, bukankah mihrab yang menjadikan seorang dekat dengan Allah? lihat, begitu ikhtiar ditempuh, berikan nama yang baik, doa yang baik, cari guru yang baik, tempat yang baik, turun jawaban dari Allah dan Tuhan menerima dengan kemampuan yang baik, dan menjadikannya sebuah hiburan yang baik maka Allah terima ikhtiar dari nazarnya itu kemudian diambil alih oleh Allah dalam tanda petik ya dalam tanda petik hati-hati supaya memahaminya dengan baik Kadang-kadang, Antum kalau belajar dengan saya, saya sering menggunakan kalimat balagoh. Ya, kalimat balagah. Maka perhatian itu tidak sepenuhnya oleh orang tua, langsung Allah yang berfirman. Maka Allah langsung yang memperhatikan pertumbuhan Maryam sampai dengan dewasanya. Begitu rizkinya, Allah yang tentukan. Bapak ibunya mengatakan, kami yang titipkan pada Nabi Zakaria. Pintunya dikunci. Yang pegang kuncinya Nabi Zakaria. Begitu dibuka, Allah berkendap. Saya tidak terima dari kamu. Saya langsung berikan kepada Maryam. Karena ibunya menitipkan kepada Allah, Allah langsung berikan rizkinya. Hadir di dalam. jodohnya, aduh, gak usah berpikir seperti yang lain kamu bahkan gak usah ada jodoh gak usah ada laki-laki yang menyentuh kamu bahkan diberikan spesial oleh Allah yang lain menikah kemudian ada jodohnya, kemudian dia baru berproses, mengandung, melahirkan, kamu tidak tanpa disentuh laki-laki manapun, saking dekatnya dengan Allah, diberikan yang terbaik Lahirnya Nabi lagi. Nabi Rasul. Isa AS. Ketika seseorang berikhtiar kepada Allah dengan sepenuh hati, sepenuh jiwa dan tenaganya, maka Allah terima, ketika diterima, munculah kenikmatan dalam kehidupannya. Diberikan kemudahan oleh Allah SWT. Nah sekarang persoalan antum, antum ini sedang dalam tahap ikhtiar. Saya ucapkan dulu selamat kepada saudara kita, diantara sekian anak yang ada di muka bumi, cuma antum yang dipilih untuk bernadar kepada Allah SWT menghayikan kedua orang. orang tuanya, bukankah pahalanya begitu besar di dalamnya, Anda harus syukuri ini, Anda harus syukuri karena tidak semua anak bisa seperti ini tidak semua anak, pertama syukuri dulu ni'mat ini kemudian yang kedua, mulailah tempuh ikhtiar tahapan-tahapan tadi yang telah dijabarkan oleh Al-Quran, pertama mulai dengan berdoa berdoa kepada Allah s.w.t, ikhtiar Anda dimudahkan oleh Allah s.w.t kedua ini yang paling penting mulai jalani proses dengan sabar karena Maryam pun jalani proses Proses dengan sabar. Dan dalam setiap proses itu, disitu ada pahalanya. Lihat baik-baik ya, teman-teman. Pahala itu Allah berikan. Bukan pada hasilnya. Tapi pada prosesnya. Gini. Antum ingin menghajikan orang tua. Pihip. Setiap tabungan yang Antum kumpulkan, ada pahala nggak? Ada. Setiap tenaga yang antum jadikan, keluar keringat antum, ada pahalanya nggak? Setiap doa yang antum mohonkan, ada pahalanya nggak? Pilih mana antum ya? Lihat baik-baik. Kondisi pertama, ketika selesai nazarnya, dan orang tuanya berhaji, bukankah tugas antum selesai? Jelas ya? Baik, orang tuanya ketika berhaji, tugas antum selesai kan? Baik. Ketika orang tua belum berhaji dengan izin Allah, tugas antum selesai belum? Allahu Akbar. Antum pilih mana? Antum bernadar, seminggu orang tua haji. Antum bernadar, maaf, seminggu tujuh hari. Antum bernadar, tujuh bulan baru dikabulkan oleh Allah s.w.t. Antum pilih tujuh hari atau tujuh bulan? Antum mohon kepada Allah, mohon berikan kesempatan ya Allah, orang tua saya supaya berhaji ya Allah. Mohon, mohon. Dikabulkan oleh Allah. Antum pilih tujuh hari atau tujuh bulan ingin dikabulkan doanya? Mustahil. Orang normal pasti ingin tujuh hari. Bustahil 7 bulan. Ngarang gitu kalau 7 bulan. Ngarang. Parang normal 7 hari. Tapi kalau antum baca pakai iman, lihat baik-baik. Amal soleh itu dilihat pada prosesnya. Antum menginginkan 7 hari. Tapi Allah menginginkan 7 bulan untuk memberikan limpahan pahala kepada antum. Kamu kenapa pengen 7 hari? Bukankah kamu usaha ini ada pahala? Doa pahala. Ikhtiar pahala. Setiap rupiah ditabung pahala. Saya berikan 7 bulan untuk kamu. Berikan, berikan, berikan. Si pulang saya kasih 7 hari karena cukup pahalanya. Dia mengerjakan ini, mengerjakan itu. Saya berikan kebahagiaan untuknya. Kamu butuh pahala yang lebih. Karena kamu butuh pelajaran. Untuk mendapatkan itu sehingga dibawa sampai dengan kemas rumah tangga kamu. Bawa ini. Dapatkan pahalanya. Dapatkan kedekatannya. Bukankah semakin Anda ibadah, semakin dekat dengan Allah? Lihat rahasianya. Begitu Anda dekat dengan Allah, pahala diberikan besar, maka ketika berumah tangga, kedekatan Anda ini tinggal diteruskan. Tinggal diteruskan. Orang yang sudah dekat dengan Allah, maka sampai kapan pun akan dijaga oleh Allah subhanahu wa ta'ala. Sepanjang tidak berbuat masalah. maka yang pertama antum jangan terjebak dengan usia karena tidak ada yang bisa mewatasi usia kecuali aja apa antum kira 70 tahun kemudian lebih dekat kepada pas meninggal ustadz, orang tua saya 70 tahun sudah bau tanah antum mau kuburan ya ajal itu gak akan pilih-pilih, mau tua mau muda, ya antum 29 bilangnya, mungkin antum meninggal duluan ya jadi jangan terjebak pada usia, terserah apa Quran surah 7 ayat 34 فَإِذَا جَاءَ أَجَالُهُمْ لَيَسْرَخِدُونَ سَعَطَوَا لَيَسْتَقْلِمُونَ kalau tiba ajalnya, dia gak akan bisa dipilih Maju atau mau lambat. Bukan pilihan. Karena itu, pertama, solusinya tetap teruskan ikhtiar. Teruskan ikhtiar. Karena Antum terikat dengan Nazar, maka wujudkan dulu kemudian, Nazar tersebut, baru kemudian menikah. Dan dengan itu, insya Allah, ridha Allah akan diberikan kepada Antum, termasuk rumah tangga. Dan nazar antum ini ketika saya baca itu bukan memastikan orang tua berhaji, tapi bernadar untuk memberangkatkan orang tua haji, itu poinnya. Lihat baik-baik, karena tugasnya memberangkatkan maka turunkan kata memberangkatkan itu. Bukankah memerangkatkan itu Ikhtiar kita sebagai sekarang yang kita akan merangkat Dengan sistem yang ada Bukankah kita wajib mengumpulkan uang pokoknya Untuk pendaftaran Sekarang berapa? 25 juta, Antum nabung sampai dapat 25 juta Berikan setoran Tambahannya kira-kira berapa nanti? Pisahkan oleh Antum Begitu nama porsinya sudah ada, nomornya sudah ada Segalanya sudah ada, tugas Antum berhenti sampai disitu Bukankah selesai? Tanggal sekian akan berangkat dan sebagainya. Begitu sudah ketahuan ikhtiarnya dan sebagainya, ikhtiarantum sudah ada, hari pemberangkatan sudah diketahui, tanggal diketahui, maka mohonkanlah kepada Allah s.w.t. dengan apa yang telah antum ikhtiarkan. Selesai. Antum tidak dituntut untuk memastikan orang tuanya haji Nah agar Antum ingin merangkatkan haji Maka kalimat ingin memberangkatkan haji Disitu celah hukumnya Ambil Antum nabung Kumpulkan Berikan nomor porsi Serahkan pada orang tua Sudah ketahuan kapan tengah merangkat Tahunya tahun merangkat berapa? Maka sampaikan pada orang tua, saya bernadar untuk mendapatkan ini, dan saya sudah dapatkan ini. Apakah Bapak Ibu memberikan restunya ketika saya akan menikah? Lalu antum bermohon kepada Allah s.w.t. Ya Allah, saya sudah menambung dengan keringat saya, Ya Allah. Saya sudah beri ikhtiar, Ya Allah, dan sudah keluar tangga pemberangkatan orang tua saya. Jika dengan nadar ini belum juga engkau dekatkan jodoh saya, dengan cara apa lagi saya mesti bermohon? Jelas ya? Jadi teman-teman, yang pertama, jangan berhenti untuk meneruskan nadal ini. Dan insyaAllah Allah memberikan yang terbaik.