bisnis kuliner gak semerta-merta langsung jadi sih tapi sebenarnya kamu bisa mulai dengan kemampuan beraksi dulu baru kemudian punya bisnis langsung punya bisnis dari nol bisa gak? yuk kita simak nanti aksi ke pivot Halo Foodpreneur Indonesia, saya Dwi Purnomo dari founder The Local Enablers Welcome to my foodies class Nah, sekarang kita akan bahas tentang gimana caranya memulai bisnis kuliner yang baik Sebenarnya pengalaman ini diambil dari sebuah perusahaan taksi biru yang kalau kita nyari-nyari di youtube ini pengalamannya juga bisa diaplikasikan di bisnis-bisnis kuliner kita ini taksi biru ini kalau saya pelajari di youtubenya ternyata mereka itu bermula dari usaha kain batik loh nggak langsung tiba-tiba jadi perusahaan taksi yang gede dan keren banget. Dan mereka itu sangat inovatif.
Nah, kemudian mereka itu memulai, gimana caranya mulai bisnis dengan usaha kain batik. Nah, usaha kain batik ini kemudian mereka beranjak ke telur. Kenapa dimulai dengan usaha kain batik?
Karena mereka belum punya kemampuan untuk memulai. Maka mereka memulai dengan usaha kain batik. Itu namanya kemampuan beraksi.
Nah, foodpreneur... Indonesia udah punya gak kemampuan beraksi? Jangan-jangan belum nih nah sekarang kita akan coba gimana caranya melatih kita beraksi apapun, ini namanya adalah entry point entry point entry point itu bisa kamu lakukan dengan apapun jualan gorengan, jualan yogurt apapun kamu lakukan, jangan ngomongin dulu tentang bisnis ya kalau kamu gak mau dan mau belajar tentang beraksi, maka kalau si taksi biru ini ini bilangnya adalah usahakan batik dulu deh nanti kalau udah kemampuan punya beraksi maka berlanjut ke kemampuan berhitung ternyata usahakan batik ini gak begitu bagus karena gak frekuentif dibeli orang maka dia mulai nyari apa kira-kira yang bisa punya bisnis agar frekuentiknya naik maka dia lihat oh jualan telor aja gitu maka dia jualan telor nah abis telor dia punya kemampuan berhitung setelah kemampuan berhitung Ternyata dari telur ini dia berusaha untuk menjualnya ke pasar dan dia punya bemo.
Bemo itulah yang dipakai menjajakan telurnya dan kain batiknya ke pasar. Dalam perjalanannya, bemo ini ternyata mengundang inspirasi. Dimulai dengan inspirasi.
Nah, inspirasi itu adalah kemampuan kita untuk punya momentum. Disitulah dia berpikir ternyata perusahaan memo alias jasa transportasi punya peluang bisnis yang sangat besar dan luar biasa. Maka dia...
mulai bemo dari bemo itulah kemudian dia menemukan passionnya untuk menemukan bahwa kayaknya perusahaan taksi ini keren banget nih mulailah mereka menemukan ini kayaknya musti pivot disinilah dia punya punya kemampuan berinovasi, enggak cuma menjadi besar tapi juga kemampuan survival yang luar biasa apalagi di era sekarang ini. Nah, udah punya kemampuan aksi, berhitung, momentum, dan inovasi baru naik nih, gimana caranya berkelanjutan? Masalahnya diantara foodpreneur Indonesia banyak sekali menganggap bahwa mereka punya kemampuan aksi hitung, momentum, inovasi, dan kelanjutan itu langsung pada dirinya. Enggak gitu guys, karena Ini tuh harus dilakukan secara bertahap, pelan-pelan.
Kita nggak bisa tiba-tiba kayak, waduh, anggap saja misalnya Rex Marindola ya. Dia keren banget. Coba tanya deh sama Bang Rex. Apakah mereka juga melakukan ini? Melakukan, tapi kita nggak bisa langsung jadi kayak gini.
Tapi, kamu udah mulai dengan aksi kamu atau belum? ada satu contoh teman-teman The Local Enablers salah satu foodpreneur Indonesia catering rumah meranti mereka melakukannya dari jualan air plus misalnya jualan apa ya Thai Tea disini mereka bilang kami bilang kamu jualan apa sih jualan Thai Tea kenapa memilih Thai Tea karena mudah gak apa-apa apapun kamu jualannya ini adalah entry point entry point inilah yang kemudian membuat bisnis dia menjadi sebuah catering yang keren nah buat kamu yang foodpreneur yang benar-benar pemula yang pengen banget jadi pebisnis yang bagus maka kita mulai dengan aksi-beraksi kita belajar dari catering rumah meranti dari teman-teman deluk Local inlovelers Nah pertama mereka beraksi Kenapa? Karena mereka belum punya kemampuan yang seperti pernah kita bahas dalam episode lalu Tentang gimana caranya punya fondasi yang tepat Yang penting kamu jualan aja dulu deh apapun bentuknya Nah kalau cerita dari catering rumah peranti ini mereka jualan tighty TaiTee Gampang ya, setelah booknya bisa diperoleh dimanapun, kamu bisa jualan dimanapun dan kamu bisa menemukan banyak TaiTee dimana-mana karena mudah ditiru.
Gak apa-apa, karena itu adalah entry point kita Kemudian, dalam perjalanannya beraksi maka kita mulai belajar gimana caranya membedakan Taiti kita sama Taiti orang lain itu namanya adalah belajar valuing bagaimana cara membedakannya ternyata sih Taiti ini berubah mentransformasikan Taiti ini dia Jadi teh lokal yang teh celup yang kemudian dia jual karena value lokalnya jadi dia buat teh lokal yang ala-ala paiti tapi yang dicelup kenapa? karena harganya lebih tinggi dan dia mulai mencari segmentasi pasar serta daily value lainnya untuk mempelajari sebuah proses bisnis kita gak bisa loncat maka proses ini dijalanin aja dan kemudian akhirnya Taiti ini punya rumah harganya 15 juta rupiah per tahun dikontraktan jadi dia ngontrak rumah kenapa mesti ngontrak rumah? karena kita dengan punya tempat sendiri, rumah sendiri otomatis kita punya bisa ngitung HPP yang bener HPP nya bukan asumsi kalau disini HPP nya bisa asumsi kalau disini nggak bisa karena ternyata preman harus dibayar ternyata sabun cuci yang cuma Rp 2.500 itu kalau punya rumah harganya bisa jadi Rp 20.000 loh kenapa?
karena angkosnya ke toko retail itu 15.000 jadi HPP nya benar disini maka ketika kita punya rumah tempatnya bagus dan ini tuh hasil ini kesini profitnya, profit ini kesini maka kita punya rumah yang benar-benar dari proses yang dibayar dengan HPP yang benar nah lanjut nih dari proses aksi job value kemudian ternyata setelah dia punya rumah dia punya pekerja kurang lebih 3 orang oke Dalam kesempatannya mengamati mereka menciptakan teh lokal ini dan juga tai chi, kemudian dia melihat salah satu pekerjanya ternyata bisa masak dan menggoreng nasi goreng plus juga ayam goreng yang enak banget. Itulah kemampuan kita mendapatkan momentum. Dari situlah dia buka ayam goreng gerobakan.
Ayam goreng gerobakan sebagai proses sebuah pencarian pivot, kemudian sekarang dia berkembang menjadi... catering rumah meranti si catering ini bagus banget dengan prosesnya kenapa gambarnya kayak gini? ini namanya proses kreatif karena proses kreatif itu gak naik gak turun tapi ya terus kayak gitu, tapi maju ke atas.
Sekarang begitu dia menemukan, saya yakin dengan bisnis ini, dan dia tau bagaimana membuat sebuah model bisnis yang bagus setelah dia punya kemampuan beraksi value, momentum, dan pivot. Kita nggak bisa ngomong tentang teori model bisnis kalau kita nggak memulai dengan aksi value, momentum, dan pivot. Yang kita lakukan, memulai foodpreneur yang baru adalah di sini. Ketika kita udah punya aksi value, momentum, pivot, maka kita akan punya bisnis yang sangat bagus. Kenapa?
Karena fundamentalnya kita udah punya semua. Sayangnya, foodpreneur Indonesia Indonesia kita nggak bisa menganggap diri kita udah punya semuanya karena kita harus melalui satu demi satu satu demi satu sehingga kita punya bisnis yang bagus sehingga punya dampak kebenaran yang sangat baik buat kita dan masyarakat ya jadi teman-teman dari aksi ke pivot sebenarnya kita bisa dapetin kurva yang kayak gini ya kurvanya kayak gini Nah jadi seperti ini kurvanya jadi mulai dari jualan Thai Tea jualan teh lokal bikin rumah kontrak sendiri sebenarnya kemudian dia punya gerobak ayam dan dia nemuin momentum keberlanjutan dia agar naik jadi sebenarnya prosesnya kayak gini kesimpulannya sebenarnya proses kreatif itu akan selalu ada tapi ini adalah menemukan berbagai macam failure yang kita konversi menjadi pengetahuan baru agar kita mendapatkan momen-momen baru agar bisa naik kelas. Gitu, mudah-mudahan tetap semangat ya, dari aksi jadi pivot.
Yup, saya Dwi Purnomo, thanks for watching my foodies class.