Selamat datang di kanal pengetahuan Fakultas Psikologi Universitas Kejomada. Belum lama ini, salah satu rekan saya menceritakan kondisi anak saudaranya yang punya kebiasaan mengumpat, terutama ketika permintaannya tidak dituruti. Ibunya khawatir, kenapa sang anak bisa menjadi seperti itu?
Informasi lebih jauh? Ternyata ayahnya menunjukkan perilaku yang serupa Bagaimana kaitan hal tersebut? Fenomena tersebut dapat dijelaskan dengan teori yang akan kita bahas pada kesempatan kali ini Teori yang menekankan bagaimana lingkungan terlebih perilaku orang lain dapat menjadi model dari munculnya perilaku tertentu seseorang Teori ini juga percaya bahwa yang namanya perilaku itu dipelajari, tidak muncul begitu saja Mari kita bahas bersama dalam video Social Learning Theory Intro Alfred Bandura, seorang ahli psikologi yang lahir di Kanada pada tahun 1925. Bandura mengkritik teori Skinner yang terlalu menekankan pada subjek hewan, bukan pada subjek manusia yang berinteraksi satu sama lain.
Dari sana, ia mengajukan teorinya yang cukup terkenal yang diberi nama dengan Social Learning Theory. Salah satu penelitiannya yang cukup banyak dikenal adalah Bobo Doll Studies. Seorang anak usia awal sekolah ditempatkan di sebuah ruang dan diperlihatkan tayangan video terkait perilaku agresif.
Dalam tayangan tersebut, ada seorang dewasa yang memukul dan menendang Bobo Doll. Ketika kemudian anak ditinggalkan sendirian hanya dengan Bobo Doll, ia menunjukkan perilaku agresif yang sama seperti yang ditunjukkan dalam video tersebut. Dari studi tersebut, Bandura menyimpulkan bahwa perilaku itu dipelajari.
berdasarkan proses imitasi atau modeling perilaku orang lain. Salah satu ungkapannya yaitu, if what we see is what we become. Lima asumsi dasar dalam social learning teori. Pertama, plasticity, di mana manusia memiliki fleksibilitas untuk belajar berbagai tingkah laku dalam situasi yang berbeda. Bandura setuju dengan pendapat Skinner, namun Bandura lebih menekankan pada vicarious learning, yaitu black-out.
dengan mengamati orang lain. Kedua, adanya konsep triadik reciprocal causation model yang mana tindakan manusia merupakan hasil dari interaksi di antara tiga variable, yaitu environment, behavior, dan Person, istilah resiprokal atau timbal balik Dikunakan untuk menunjukkan interaksi yang triadik Bukan hanya satu arah Pertama, behavior, meliputi perilaku individu Kedua, environment, meliputi lingkungan luar yang berpengaruh Dan yang ketiga, person, meliputi faktor internal individu Seperti kognitif, persepsi, dan faktor internal lain Ketiga, variable, tidak harus memiliki kekuatan Atau memberikan kontribusi yang sama Biasanya yang cukup banyak berpengaruh adalah aspek kognitif. Ketiga, algen perspektif yang berarti bahwa pada dasarnya manusia dapat mengontrol lingkungan dan kualitas kehidupan mereka.
Bandura menyampaikan bahwa manusialah yang menciptakan sistem sosial dan ia pun merupakan produk dari sistem sosial tersebut. Salah satu komponen penting yang dibahas dalam teori ini adalah self-efficacy, yaitu keyakinan seseorang terhadap kemampuannya untuk melakukan kontrol terhadap fungsinya dan terhadap kejadian-kejadian dalam lingkungannya. Keempat, adalah self-regulation. di mana manusia meregulasi tindakan mereka melalui faktor-faktor internal dan juga faktor eksternal. Faktor eksternal meliputi lingkungan fisik dan sosial, sedangkan faktor internal meliputi self-observation, just mental process, dan self-reaction.
Kelima adalah tentang moral agency, yang mana manusia mengatur tingkah laku mereka melalui moral agency atau standar perilaku moral. Dalam social learning teori dikenal istilah observational learning. Manusia mampu belajar baik itu sikap, keterampilan, ataupun tingkah laku dimana sebagian besarnya merupakan hasil dari pengalaman vikaris yaitu observasi terhadap model.
Dalam proses modeling, seorang belajar melalui proses observasi, namun bukan hanya sekedar meniru. Ada proses kognitif yang terjadi di sini. Faktor yang mempengaruhi observational learning antara lain yang pertama, karakteristik model.
Semakin mirip model, maka semakin akan akan mudah individu untuk terpengaruh model. Kedua, karakteristik observer. Orang yang memiliki kepercayaan diri dan harga diri yang rendah, akan jauh lebih mungkin meniru perilaku orang lain, daripada mereka yang punya rasa percaya diri dan harga diri yang tinggi. Ketiga, konsekuensi dari tingkah laku yang ditiru.
Reward yang bermakna akan mendorong seseorang untuk mencontoh perilaku orang lain, sedangkan adanya punishment akan mengurangi kemungkinan seseorang untuk mencontoh perilaku orang lain tersebut. Bagaimana proses modeling? yang dapat terjadi?
Bandura menjelaskan ada empat proses dalam perilaku modeling. Yang pertama adalah attentional process. Individu akan mengembangkan proses kognitif dan keterampilan perseptual mereka untuk dapat memberikan perhatian dan memahami perilaku yang ditunjukkan oleh model. Kedua, retention process. Individu mempertahankan atau mengingat perilaku model sehingga nantinya dapat meniru atau mengulanginya di lain waktu.
Ketiga, production process. individu menerjemahkan gambaran mental atau representasi simbolik verbal dari perilaku model ke perilaku nyata secara fisik dan selanjutnya ia akan menerima umpan balik salah satunya dari lingkungan terhadap perilakunya tersebut dan yang keempat, incentive and motivational process individu memiliki pemahaman bahwa perilaku yang diimitasinya akan mengarahkannya pada konsekuensi tertentu sehingga terjadi proses belajar untuk ia mengulangi perilakunya yang sama tersebut di lain waktu Dari teorinya tersebut, Bandura mengembangkan beberapa strategi modifikasi berlaku. Yang pertama adalah overt or vicarious modeling. Individu diminta untuk mengamati model yang sedang melakukan kegiatan yang menurutnya menakutkan. Misalkan mengamati secara langsung ataupun bisa melalui video.
Beberapa setelah itu, ia akan mulai merasa bahwa rasa takutnya tersebut akan mulai berkurang dan ia dapat mulai mencontoh apa yang dilakukan oleh model tersebut. Kedua, covert or cognitive modeling. Terapis melatih pasien untuk memvisualisasikan model yang sedang berhadapan dengan hal yang ia takuti. Strategi covert or cognitive modeling ini akan lebih efektif bila digabungkan dengan teknik performance oriented approaches. Ketiga adalah inactive mastery.
Individu diminta untuk melakukan perilaku yang ia takuti. Terapis biasanya akan menggunakan teknik systematic desensitization, yaitu menghadirkan objek ketakutannya dari hirarkis yang paling rendah ke hirarkis yang paling tinggi Disertai dengan teknik relaksasi untuk membuatnya tetap merasa tenang. Secara keseluruhan, Bandura berhasil menjelaskan proses imitasi individu terhadap orang-orang di sekitarnya. Bukan hanya sekedar mekanistis, namun ada proses kognitif pembelajaran yang terjadi ketika seorang memodel perilaku orang lain.
Sebagaimana fenomena anak yang mengumpat, seperti yang tadi di awal saya sampaikan, ternyata dapat dijelaskan melalui social learning teori. Bandura berkata, Virtually every phenomenon that occurs by direct experience can occur vicariously as well, by observing other people and the consequences for them. Terima kasih telah menyaksikan video ini, sampai bertemu di video selanjutnya.