Coconote
AI notes
AI voice & video notes
Try for free
🌿
Upacara Ruatan dalam Budaya Jawa
Aug 31, 2024
Catatan Kuliah tentang Tradisi Ruatan dalam Budaya Jawa
Pendahuluan
Hidup bagi sebagian orang Jawa berarti menghindari nasib buruk.
Kepercayaan bahwa nasib buruk menempel pada individu yang lahir dalam situasi tertentu.
Ruatan adalah upacara untuk mengusir nasib buruk.
Konsep Ruatan
Ruatan tetap lestari dan beradaptasi dengan pengaruh agama dan zaman.
Merupakan bagian dari tradisi Kejawen, yang mengintegrasikan unsur-unsur animisme, Hindu, Buddha, dan Islam.
Tujuan: Mengubah nasib buruk menjadi baik.
Elemen Tradisi Kejawen
Ritus kejawen banyak melibatkan persembahan dan penghormatan kepada penguasa gaib.
Unsur-unsur Islam seperti doa dan ucapan salam juga diterapkan dalam ruatan.
Ruatan tidak bertentangan dengan ajaran agama.
Sukerto dan Sengkolo
Sukerto: Individu yang dianggap memiliki nasib buruk.
Sengkolo: Kotoran jiwa, aura buruk, dan nasib sial.
Tradisi kejawen menyebut sukerto berhubungan dengan anak-anak yang lahir dalam kondisi khusus.
Ciri-ciri Anak Sukerto
Ontang anting: anak tunggal.
Kendono kendini: dua anak laki-laki dan perempuan.
Uger-uger lawang: dua anak laki-laki.
Julung wangi: lahir saat matahari terbit.
Tibosampir: lahir berkalung placenta.
Betorokolo dan Cerita Murwokolo
Betorokolo: Raksasa menakutkan yang menjadi simbol nasib buruk.
Cerita tentang Betoro Kolo yang melibatkan permohonan untuk menghindari nasib buruk.
Janoko: Dalang yang menyelamatkan Sukerto dari Betorokolo.
Prosesi Ruatan
Peserta ruatan datang dengan orang tua, membayar 500 ribu rupiah.
Ruatan masal diadakan dengan dukungan lembaga seperti Yayasan Taman Siswa.
Pengalaman Peserta
Maria Yuditama: Peserta dari Jakarta yang merasa perlu melakukan ruatan untuk menghindari nasib buruk.
Bonita Dewi: Mengharapkan perubahan positif setelah mengikuti ruatan.
Persiapan dan Pelaksanaan Ruatan
Dalang Kicermo Sutejo mempersiapkan sesaji dan doa sebelum ruatan.
Peserta diharuskan mengenakan pakaian adat Jawa.
Rangkaian Acara
Prosesi dimulai dengan sungkeman kepada orang tua.
Kirap dan pertunjukan wayang kulit sebagai inti dari ruatan.
Peserta harus menjauh dari sosok Betoro Kolo selama acara berlangsung.
Penutup
Ruatan sebagai simbol harapan untuk hidup yang lebih baik dan menghindari nasib buruk.
Tradisi ini menunjukkan kekuatan budaya Jawa yang masih hidup dan dilestarikan hingga saat ini.
📄
Full transcript