Transcript for:
Perlawanan Rakyat Indonesia Melawan Jepang

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Selamat bertemu kembali dengan Ibu Yulian Oktaviani dalam video pembelajaran sejarah Setelah pada video sebelumnya Ibu sudah membahas tentang macam-macam organisasi pentukan Jepang Sekarang Ibu akan membahas tentang Perang melawan Sang Tirani Nah, selamat memperhatikan ya Jepang yang pada mula-mulanya disambut dengan senang hati oleh rakyat Indonesia kemudian berubah menjadi kebencian. Rakyat bahkan lebih benci pada pemerintahan Jepang daripada pemerintah kolonial Belanda. Kenapa itu bisa terjadi? Karena Jepang seringkali bertindak sewenang-wenang.

Rakyat tidak bersalah ditangkap, ditahan, dan disiksa. Kegejaman itu dilakukan oleh para kempetai atau polisi militer Jepang. Dan pada masa pendudukan Jepang, banyak gadis dan perempuan Indonesia yang ditipu oleh Jepang dengan dalih untuk bekerja sebagai perawat atau disekolahkan. Ternyata hanya dipaksa untuk melayani para kempetai. Para gadis dan perempuan itu disekap dalam kem-kem yang tertutup sebagai wanita penghibur.

Kem-kem itu dapat kita temukan di wilayah Solo, Semarang, Jakarta, dan Sumatera Barat. Kondisi itu menambah deretan penderitaan rakyat di bawah kendali penjajah Jepang. Oleh karena itu, Wajar kalau kemudian timbul berbagai perlawanan terhadap pemerintah pendudukan Jepang di Indonesia. Nah ada yang tahu? Apa saja bentuk perlawanan-perlawanan yang dilakukan oleh rakyat Indonesia?

Iya, betul sekali. Perlawanan yang dilakukan oleh bangsa Indonesia terhadap Jepang ini terbagi menjadi dua macam, yaitu berupa gerakan bawah tanah dan perlawanan senjata. Mari anak-anak kita bahas satu per satu. Yang pertama yang akan kita bahas adalah gerakan bawah tanah. Ada yang tahu apa itu gerakan bawah tanah?

Nah ini dia pembahasannya. Gerakan bawah tanah adalah gerakan yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi oleh pejuang Indonesia pada masa pendudukan Jepang. Gerakan mereka tidak menjurus pada perlawanan bersenjata, tetapi lebih bertujuan menggalang solidaritas dan memperteguh cita-cita perjuangan. Perjuangan melalui gerakan bawah tanah dilakukan karena penjagaan pemerintah Jepang yang sangat ketat.

Kemudian ini dia gerakan bawah tanah yang dilakukan oleh para pejuang Indonesia. Yang pertama ada kelompok Soekarni, kemudian yang kedua ada kelompok Ahmad Subarjo. Kemudian yang ketiga ada kelompok Sultan Syahrir dan yang keempat ada kelompok Pemuda. Mari kita bahas yang pertama dulu yaitu kelompok Soekarni. Soekarni merupakan salah satu tokoh pergerakan masa pemerintahan Hindia Belanda.

Pada masa pendudukan Jepang, Soekarni bekerja di Sendenbu atau barisan propaganda Jepang. Kelompok Soekarni melakukan gerakan bawah tanah dengan menyebarluaskan cita-cita kemerdekaan, menghimpun orang-orang yang revolusioner, dan mengungkap segala kebohongan yang dilakukan oleh Jepang. Soekarni menghimpun tokoh pergerakan lainnya seperti Muhammad Yamin, ada Malik, Kusnaini, Pandu Wiguna, dan Maruto Niti Miharjo.

Sebagai anggota dari Sendenbu, membuat Soekarni mendapatkan kebebasan berguncung ke berbagai tempat pelatihan, salah satunya adalah asrama peta. Oleh karena itu, Soekarni dapat dengan jelas mengetahui kekuatan revolusioner bangsa Indonesia. Dan untuk menutupi gerakannya, maka dibuat suatu asrama politik dengan nama Angkatan Baru Indonesia.

Di dalam asrama tersebut, Rabat Soekarno, Muhammad Hatta, Ahmad Subarjo, dan Sunaria yang bertugas mendidik para pemuda tentang masalah politik dan pengetahuan umum. Nah, itu tadi penjelasan tentang kelompok Soekarni. Selanjutnya, kita akan membahas gerakan bawah tanah yang dilakukan oleh kelompok Ahmad Subarjo. Pada masa pendudukan Jepang, Amat Subarjo mengemban tugas sebagai Kepala Biro Riset Kaigun Bukanfu atau Kantor Penghubung Angkatan Laut yang berada di Jakarta. Dalam gerakan bawah tanah, Amat Subarjo bertugas untuk menghimpun tokoh-tokoh Indonesia yang bekerja di Angkatan Laut Jepang.

Kelompok tersebut berhasil membuat asrama Indonesia Merdeka. Dengan asrama tersebut, Ahmad Subarjo dan kawan-kawan memberikan pelajaran-pelajaran guna menanamkan semangat nasionalisme kepada pemuda Indonesia. Selanjutnya, kita akan membahas tentang kelompok Sultan Syahrir. Sultan Syahrir merupakan salah satu tokoh pergerakan nasional Indonesia pada masa pemerintah Hindia Belanda. Pada masa penjajahan Jepang, Sultan Syahrir bergerak dengan cara mengumpulkan kembali teman-teman sekolahnya dulu dan rekan-rekannya dalam satu organisasi di masa pemerintah Hindia Belanda.

Pada pelaksanaannya, gerakan bawah tanah yang dilakukan Sultan Syahrir dan kawan-kawan meliputi tiga jenis kegiatan, yaitu memantau perkembangan Perang Pasifik melalui radio ilegal, Yang kedua, menyebarkan informasi terbaru dari radio pada para tokoh nasionalis. Dan yang ketiga, diskusi tentang kemerdekaan dan nasionalisme. Kelompok Syahrir berhasil menyadap siaran radio sekutu.

Kemudian informasi yang didapat akan disebarluaskan. Kelompok Syahrir menyebarluaskan informasi yang mereka dapat ke luar Jakarta seperti ke Cirebon, Garut, dan Semarang. Selama melakukan gerakan bawah tanah, Syahrir berusaha menjalin hubungan dengan para pemimpin bangsa yang terpaksa bekerja sama dengan Jepang.

Gerak-gerak Syahrir pun sempat dicurigai oleh Jepang. Guna menutupi kecurigaan itu, ia bersedia mengajar di Asrama Indonesia Merdeka milik Angkatan Laut Jepang atau Kaigun bersama dengan Soekarno, Muhammad Hatta, Ahmad Subarjo, dan Iwa Kusuma Sumantri. Nah, itu anak-anak pembahasan tentang Gerakan bawah tanah yang dilakukan oleh para pejuang Indonesia. Selanjutnya kita akan membahas tentang perlawanan senjata. Sudah siap?

Mari kita bahas satu per satu. Perlawanan yang pertama yaitu perlawanan di Aceh. Daerah pertama yang melakukan perlawanan terhadap Jepang yakni di Cokling, Banyu, Aceh di mana rakyat melawan tentara Jepang setelah singgah selama 8 bulan. Adapun pemimpin perlawanan adalah Tengku Abdul Jalil yang merupakan seorang guru ngaji di Cotliang Aceh. Penyebabnya yaitu pada awalnya Jepang mewajibkan seluruh rakyat Aceh untuk melakukan Seikere.

Apa itu Seikere? Seikere yaitu penghormatan kepada Kaisar Jepang dengan membukukan badan ke arah Tokyo atau ke arah timur. Upacara Sekiri tersebut bertentangan dengan ajaran Islam dan Jepang mendapatkan penolakan dari ulama dan rakyat Cotplieng.

Akhirnya pasukan Jepang melakukan penghinaan terhadap umat Islam Aceh dengan membakar masjid dan membunuh jamaah yang sedang sholat subuh. Puncak peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 10 November 1942. dan Tengku Abdul Jalis lewas dalam pertempuran pada tanggal 13 November 1942. Kemudian perlawanan yang kedua yaitu perlawanan di Singapurna. Pada awal 1944, terjadi perlawanan rakyat di Singaparna, Tasik Malaya yang dipimpin oleh Kiai Haji Zainal Mustafa dari Pesantren Sukamanah.

Perlawanan itu berleval dari pemaksaan Jepang kepada santri-santri Pesantren Sukamanah untuk melakukan Seikere, yaitu penghormatan kepada Kaisar Jepang dengan cara mengbungkukan setengah badan ke arah Tokyo. Sehingga pada Februari 1944, rakyat Singapurna melakukan perlawanan terhadap Jepang. Jepang berhasil menangkap Kiai Haji Zainal Mustafa dan para santri setelah selesai sholat Jumat pada tanggal 25 Februari 1944. Mereka dibawa tentara Jepang ke Tasik Malaya, kemudian ke Jakarta untuk dihukum mati. Nah perlawanan yang selanjutnya yaitu perlawanan petani Indra Mayu Pada tahun 1944, rakyat Indra Mayu melakukan perlawanan terhadap Jepang Perlawanan tersebut antara lain berkobar di desa Keplongan, Distrika Rangampel, bulan April 1944 Dan pada bulan Juli, masih pada tahun yang sama, perlawanan terjadi di kecamatan Lohbener, desa Cidemper.

Perlawanan rakyat Indramayu disebabkan oleh adanya kewajiban untuk menyetorkan hasil penanaman padi kepada Jepang. Di bawah pimpinan Haji Madrian, rakyat Indramayu melakukan perlawanan terhadap Jepang secara besar-besaran hingga ke pelosok-pelosok desa. Pemberontakan petani Indramayu yang berakhir pada bentrok fisik membuat korban jiwa berjatuhan. Banyak tentera Jepang yang tewas, begitu pula dengan para petani dan ulama yang gugur atau dipenjara oleh Jepang.

Kendati demikian, pasca perlawanan berlangsung, rakyat Indramayu justru semakin giat bekerja Karena hasil panen tidak lagi disetor kepada Jepang yang telah angkat kaki dari Indonesia. Nah selanjutnya perlawanan dari mana ya? Mari kita simak.

Ini dia selanjutnya adalah perlawanan di Kalimantan. Perlawanan rakyat terhadap Jepang juga terjadi di Kalimantan yang dipimpin oleh Pang Suma, yaitu seorang pemimpin suku Dayak. Hal ini dipicu dari seorang pegawai Jepang dipukuli oleh orang Kalimantan karena bertindak sewenang-wenang. Karena perisiwa inilah terjadi perlawanan rakyat di Kalimantan. Pang Suma melakukan perlawanan dengan memanfaatkan alam Kalimantan yang penuh hutan rimba, sungai, rawa, dan daerah yang sulit ditempuh orang asing.

Pang Suma berhasil merebut Meliau yang menjadi basis pertahanan Jepang di Kalimantan pada Juni 1945. Selanjutnya adalah perlawanan di Papua. Tahun 1943, rakyat Papua melakukan perlawanan terhadap Jepang. Perlawanan rakyat Papua tersebut diawali dengan kemunculan gerakan Korehri di Biak.

Pasalnya, selama berkuasa di Biak, Jepang melakukan hal-hal kejam. Rakyat Biak dijadikan budak, dipukuli dan dianiaya secara keji. Rakyat Papua yang merasa Jepang sudah berperilaku seenaknya pun melakukan perlawanan di bawah pimpinan El Rum Korem.

Kemudian tadi, apa sih gerakan koreri itu? Gerakan koreri adalah gerakan yang menjadi wujud kekecewaan rakyat Papua atas tindakan Jepang dengan basis perlawanan dibiak. Dalam perlawanan ini, rakyat Papua yang melawan secara gerilya sebenarnya banyak yang menjadi korban. Namun mereka tidak menyerah.

Rakyat Papua tetap gigih melakukan perlawanan sampai akhirnya Jepang kewalahan dan hengkang dari Biak. Biak pun menjadi daerah bebas dan merdeka pertama di Indonesia dari penjajahan Jepang. Nah, selanjutnya yang terakhir adalah perlawanan.

Peta di Blitar Peta atau pembelah tanah air merupakan organisasi militer bentukan Jepang di Indonesia. Kondisi Indonesia yang terpuruk ketika pendudukan Jepang Diantaranya karena kebijakan Jepang seperti kebijakan penyetoran padi, romusa maupun heiho atau tentara yang dipersiapkan untuk ikut bertempur bersama tentara-tentara Jepang di berbagai medan tempur Asia seperti Myanmar, Thailand dan Filipina yang perekutranya dengan pemaksaan demi kepentingan Jepang, membuat peta memberontak. Pemberontakan PETA di Blitar, Jawa Timur, tanggal 29 Februari 1945 dipimpin oleh Shodan Ko Supriyadi beserta dua orang temannya yaitu Shodan Komuradi dan Dr. Ismail. Akhirnya, dengan kelicikan Jepang melalui Kolonel Katagiri atau Komandan Pasukan Jepang, pasukan PETA berhasil ditipu dengan perundingan palsu.

Perundingan yang dilakukan hanya strategi untuk menjebak perwira peta. Empat perwira peta dihukum mati dan tiga lainnya disiksa sampai mati. Sedangkan Shodan Kosupriadi berhasil meloloskan diri. Nah itu tadi anak-anak bentuk-bentuk perlawanan terhadap pemerintahan Jepang ketika berada di Indonesia.

Semoga apa yang ibu sampaikan ini dapat bermanfaat ya. Terima kasih atas perhatiannya. Sekian saja.