Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Inilah kisah pertama kali turunnya Al-Quran Ketika usia Rasulullah SAW telah mendekati 40 tahun Beliau lebih senang mengasingkan diri Itu beliau lakukan karena merasa tak nyaman Melihat pemandangan kemusrikan yang terjadi di sekitarnya Ia pun meminta izin pada sang istri, Khadijah Untuk merenung dan mengasingkan diri Dengan membawa roti dari gandum dan air Beliau pergi ke Gua Hira di Jabal Nur, yang jaraknya kira-kira 2 mil dari kota Mekah. Suatu gua yang tidak terlalu besar, yang panjangnya 4 hasta dan lebar 1,75 hasta. Pilihan beliau untuk mengasingkan diri ini termasuk bagian dari ketentuan Allah SWT sebagai langkah persiapan untuk menerima urusan besar yang sedang menantinya, untuk mengubah wajah dunia dan meluruskan garis sejarah.
Allah telah mengatur pengasingan ini selama 3 tahun bagi Rasulullah ketika usia beliau genap 40 tahun yang merupakan usia kematangan tanda-tanda nubuah atau kenabian sudah mulai tampak diantaranya ada sebuah batu di Mekah yang mengucapkan salam kepada beliau terjadi ru'iah sadikah atau mimpi yang benar yang datang berupa fajar subuh yang menyingsing hal ini berlangsung hingga 6 bulan Mimpi yang benar ini adalah merupakan salah satu dari 46 tanda kenabian. Kemudian, beliau mulai suka mengasingkan diri. Beliau biasa mengasingkan diri di Gua Hira. Beliau beribadah di dalamnya. Beberapa malam kemudian beliau pulang kepada Khadijah.
Lalu membawa bekal untuk keperluan yang sama hingga turunnya wahyu itu. Saat beliau sedang berada di Gua Hira pada bulan Ramadan tahun 610 Masehi atau 13 tahun sebelum Hijriah. Malaikat Jibril mendatanginya dan berkata, Bacalah.
Rasulullah menjawab, Aku tidak bisa membaca. Namun, malaikat tersebut menariknya dan memeluknya erat-erat, sehingga Rasulullah merasa sesak. Kemudian, Jibril melepaskan Rasulullah, dan sekali lagi berkata, Bacalah. Hal itu terulang hingga tiga kali.
Lalu Jibril melepaskan Rasulullah sembari mengucapkan ayat pertama hingga kelima surat Al-Alak. Artinya, bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dialah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah yang maha pemurah, yang mengajar manusia dengan perantara kolam.
Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Setelah Rasulullah mengucapkan bacaan itu, Sang Malaikat pun pergi. Namun, kata-kata itu terpatri dalam kalbunya.
Dalam keadaan yang masih gelisah, Rasulullah pulang dan meminta Khadijah menyelimutinya. Tubuhnya ketika itu menggigil seperti dalam keadaan demam. Rasulullah kemudian menyampaikan apa yang terjadi kepada Khadijah.
Lalu berkata, Sesungguhnya aku menjemaskan diriku sendiri. Khadijah dengan penuh kasih menenangkan suaminya. Demi Allah.
Allah selamanya tidak akan menghinakan engkau. Sesungguhnya, engkau selalu menyambung tali persaudaraan, selalu menanggung orang yang kesusahan, selalu mengupayakan apa yang diperlukan, selalu menghormati tamu dan membantu derita orang yang membela kebenaran. Selanjutnya, Khadijah binti Qalit membawa Rasulullah menemui Warokah bin Naufal bin Asad bin Abdul Azza, anak paman Khadijah.
Warokah adalah pengandut Nasrani yang taat pada masa jahiliah, yang sudah tua dan buta. Ia mampu menulis kitab dalam bahasa Ibrani, bahkan menulis Injil dalam bahasa Ibrani dengan bagus. Khadijah berkata kepadanya, Wahai putra pamanku, dengarkanlah cerita anak saudaramu ini.
Warokah pun bertanya, Wahai saudaraku, apa yang kau lihat? Maka berceritalah Rasulullah tentang apa saja yang telah beliau lihat. Waroka kemudian mengomentari, Ini adalah namus yang pernah turun kepada Musa alaih wasalam. Andai saja aku masih muda saat itu. Andai saja aku masih hidup ketika engkau diusir oleh kaummu.
Spontan, Rasulullah bertanya, Apakah kaumku akan mengusirku? Waroka menjawab, Ya, tidaklah seorang pun membawa seperti yang kau bawa. Kecuali pasti akan dimusuhi. Andai aku masih hidup saat engkau diutus, aku akan menolongmu dengan sungguh-sungguh.
Waraka pun meninggal saat-saat turun Wahyu. Wahyu sempat terputus setelah Rasulullah turun gunung. Beberapa pendapat banyak yang mengemukakan soal berapa lama terputusnya Wahyu.
Ada yang mengatakan 2 tahun, sebagian lagi mengatakan hanya 2 bulan, 40 hari, hingga mengatakan 3 hari saja. Tak ada bukti otentik soal berapa lama berhentinya Wahyu. Namun berhentinya Wahyu ini memang benar adanya.
Pada masa-masa terputusnya Wahyu itu, Rasulullah hanya diam dalam keadaan termenung sedih. Kegelisahan melingkupi diri beliau. Hikmah berhentinya Wahyu dahulu adalah untuk menenteramkan hati Rasulullah SAW. Hal tersebut karena Rasul kaget dan terguncang kondisi psikologisnya.
Imam Bukhari dalam kitab Buta'bir menuturkan kondisi beliau sebagai berikut. Wahyu untuk beberapa waktu tidak turun. Berdasarkan riwayat yang saya ketahui, Nabi SAW merasa gundah dan gelisah.
Hal ini diekspresikannya dengan bersih cepat ke puncak gunung, tempat Gua Hira berada, lalu bermaksud menjatuhkan diri ke bawah. Tiba-tiba Jibril menampakkan diri dan berkata, Hai Muhammad, engkau betul-betul seorang Rasulullah. Maka hatinya kembali tenang.
Jiwanya kembali tentram, lalu beliau pun pulang. Ketika bayang-bayang kebingungan mulai surut, dia berkata, Dan beliau kembali menunggu-nunggu turunnya Wahyu, Allah memuliakan beliau dengan Wahyu untuk kedua kalinya. Setelah itu, Al-Quran turun berangsur-angsur selama kurang lebih 23 tahun, sebagian meriwatkan 22 tahun, 2 bulan, dan 22 hari.
Selama itu, Al-Quran difirmankan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW sebanyak 30 juz yang terdiri dari 114 surat dan 6.666 ayat. Al-Quran turun di dua tempat, yaitu di Mekah yang kemudian ayatnya disebut Makiyah dan diturunkan di Madinah yang disebut ayat Madaniyah. Demikianlah sejarah turunnya Al-Quran secara singkat.
Yang merupakan awal dimulainya masa kenabian Rasulullah Muhammad SAW yang memiliki Al-Quran sebagai mujizat yang luar biasa. Terima kasih telah menonton video ini. Jika kalian suka silahkan like dan subscribe.
Karena akan ada kisah-kisah lainnya yang dibawakan dengan cara yang unik dan menarik.