Apa sih perbedaan murabahah, musyarokah, dan mulerobah? Hari ini, Kazwa Syariah Talks versi Youtube akan membahas perbedaan ketiga akal tersebut dengan gue, Ciba, Niko, dan Kak Arman. Ya, mungkin kita mulai dulu kali ya dengan pembahasan yang paling umum dari perbedaan pengertian ketiga hal tersebut. Mungkin Kak Arman mau menjelaskan? Kayaknya sebelum masuk ke pengertian, kita coba tarik lebih jauh dikit gitu ya.
Jadi sebelum masuk ke penelitian, kita lihat dulu dalam muamalat, akat-akat syariah itu dibagi menjadi dua. Ada tabaru dan ada akat tijari. Akat tabaru itu untuk tolong-menolong, sedangkan akat tijari itu untuk akat-akat yang untuk meraih keuntungan secara materi.
Di dalam akat tijari itu dibagi lagi menjadi dua. Ada akat-akat yang untuk pertukaran, dan ada akat-akat yang untuk syirkah atau kerjasama. Nah, akat pertukaran itu salah satu contohnya adalah akat merobahan.
Nah ini yang akan kita bahas nanti. Nanti definisinya mungkin Tiko bisa jawab lebih dalam. Dan yang kedua itu akad syirkah, ada mudur roba sama syaroka. Nah gimana sih definisinya antara ketiga akad itu, Tiko? Jadi pertama kita bahas dulu dari murabaha ya.
Murabaha itu diambil dari akar katanya adalah robaha. Yang artinya adalah keuntungan, profit. Jadi simpelnya murabaha adalah transaksi di mana adanya pertukaran barang disertai dengan keuntungan, profit.
Sebenarnya kayak contohnya saya beli jam ini dari Kak Arman. Dengan Kak Arman harga beli jam ini dari suppliernya misalnya harganya Rp50.000, dijual ke saya Rp60.000. Nah itu namanya murabaha karena Kak Arman menjual jam ini kepada saya dengan adanya tambahan margin. Marginnya itu Rp10.000 tadi. Betul.
Kalau misalnya mudorobah dan musyarokah itu, kalau musyarokah akar katanya dari kata syarokah, syirkah, bersekutu. Kalau misalnya mudorobah itu dari kata... doroba yang artinya saling memukul nah inti dari kedua akad ini adalah adanya kerjasama antar dua belah pihak untuk menjalankan usaha, nah nanti perbedaannya apa? nanti perbedaannya ada dari segi pelaksananya pelakunya, kemudian kontribusi modalnya pembagian keuntungan dan kerugian yang nanti mungkin bisa dijelaskan oleh Karman jadi sebenarnya kenapa kita mengangkat topik ini adalah karena banyak banget nih yang nanya soal perbedaan ketiga hal tersebut dari misalkan hal-hal dari pihak-pihak yang terlibat ya kak? Itu siapa aja sih sebenarnya kalau misalnya Murabaha, Bersarokas, sama Bunda Robo itu perbedaannya gimana sih?
Kalau yang dari Murabaha dulu kak ya. Kalau yang Murabaha itu pihak-pihak yang terlibat ya ada pembeli dan penjual. Murabaha kan yang tadi seperti Tiko jelasin gitu bahwa itu sebenarnya jual-beli biasa aja. Ada pertukaran barang sama pertukaran uang. Ya kayak tadi Jang itu kan.
Ya pihak yang terlibat ya itu adalah ada pembeli dan penjual. Dalam uroba itu selain ada pembeli-penjual juga harus diketahui juga tuh harganya berapa harus jelas tuh kalau beli pasti harus tahu sama marginnya juga harus tahu marginnya ini berapa misalnya tadi jual jamnya tuh harga belinya Rp50.000 terus dijual dengan harga Rp60.000 itu marginnya Rp10.000 itu juga harus ada kesepakatan diantara kedua pihak maksudnya sama-sama rido dengan margin yang ditentukan sama pembeli-penjualnya itu gitu loh Nah itu jadi ada dua pihak disitu ada pembeli dan penjual Nah kalau di Akatshirka, yang Musyaroka atau Mudoroba, itu bisa dua orang atau lebih gitu kan ya tadi. Oke, kita mulai dari Mudoroba dulu.
Mudoroba itu pihak-pihak yang terlibat ada Sahih Bulmal dan ada Mudorib. Nah kalau Sahih Bulmal adalah orang yang memang memiliki dana. Dia dalam kerjasama itu berkontribusi dalam hal dana atau uang. Nah yang kedua pihaknya namanya Mudorib atau dia yang melakukan usahanya.
Dia... yang dia kontribusikan apa? ya itu adalah waktu dan usaha dia skill dia ya? ya skill dia bukan uang gitu jadi kalau sahibul mal itu uang, yang mudorif ini skillnya dia gitu nah mereka bekerja sama untuk mencapai keuntungan gitu dengan melalui usaha yang mereka lakukan berarti si sahibul mal itu nggak bekerja kan? maksudnya dia cuma memberikan modal aja tapi dia lepas tangan atas operasional bisnisnya betul dan si mudorif itu berarti cuma kerja aja tapi dia nggak boleh ngasih modal gitu kayak apa ya kalau di bahasa gampangnya kita di Indonesia kenal badan usaha namanya CV ya Commodity Transfer Shop yaitu ada sekutu aktif pasif yang pasifnya ngasih modal yang aktifnya menjalankan usaha kayak gitu mirip-mirip seperti itu kalau yang Syirka mungkin Tiko bisa lebih jelasin kali kalau Musyaroka intinya sama juga ada dua orang berkontribusi tapi sama-sama aktif jadi keduanya Sama-sama menyumbang modal, keduanya sama-sama running bisnisnya, sama-sama menjalankan usaha tersebut.
Jadi nggak ada yang pasif, nggak ada yang cuma ngasih modal doang. Dua-duanya aktif? Betul. Jadi kalau misalkan karena tadi ada perbedaan modal dan kerja, pembagian keuntungannya gimana dong?
Kalau misalnya di Musyarokan dan Mudorobak. Jadi kalau misalnya di kedua akasirka ini, Keuntungannya itu disepakati atas nisbah atau bagi hasil yang disepakati di awal usaha. Ketika misalnya untung, ini sama-sama aja nih antara mudoroba dan musyaroka. Besaran persentase keuntungannya disepakati oleh kedua pihak di awal akadnya, di awal perjanjian.
Perbedaannya di bagian kerugiannya. Kalau misalnya di mudoroba, kerugian itu seluruhnya ditanggung oleh si sohibul mal, si pemilik modal. Kenapa?
Karena si mudoribnya Itu jika usahanya rugi Dia telah rugi akan waktunya Tenaganya dan juga Waktunya misalnya kayak gitu Sedangkan kalau misalnya si Sohibulmal Ya dia tidak rugi secara waktu Dia tidak rugi secara fisik gitu ya Tapi dia menanggung kerugian modal Itu tadi Berarti dalam Islam itu jelas ya sangat seimbang Uang dan tenaga ya sama Bukan berarti orang yang punya duit banyak Dia lebih banyak kuasa segala macam gitu kan ya Jadi memang dilihat dari kontribusinya Bener banget Kalau bisa menurut saya, kerugiannya itu berdasarkan proporsi modal yang disertakan. Misalnya kayak kita punya usaha, Kak Arman ngasih 30% modalnya, 70% dari saya. Berarti nanti kerugiannya adalah 30% ditanggung Kak Arman, 70% ditanggung oleh saya. Karena sesuai dengan apa yang kita kontribusikan di awal. Nah, ini pertanyaan kali.
Eh, murubah tadi belum? Kalau murubah gimana? Nah, kalau misalkan ada orang nih, dia nggak bisa bayar. Misalkan murabaha dengan waktu tanggungan, misalkan dengan utang, maka orang ini nggak bisa bayar nih di akhir gitu misalkan.
Nah, tadi kan sudah yang cirka nih, kalau yang murabaha tuh gimana nih pembagian resikonya gitu kan. Nah, kalau yang di murabaha sebenarnya pembagian resikonya ya jelas ya, namanya juga jual-beli. Ketika lu menjual barang ke orang lain, otomatis ketika barang itu diterima sama orang itu, resikonya ada di dia gitu.
Ada pun nanti pembayarannya tuh ada dua, memang ada secara cash atau tanggung. Cash itu ya tanggung. Tangguh, sorry. Cicil. Cicil.
Cicil aja ya ngomongnya. Lebih familiar. Jadi misalnya tadi beli jam itu, secara langsung nih, gue kasih langsung 50 ribu ke Tiko.
Udah jelas tuh. Gue dapet uangnya, gue dapet barangnya, ya sudah selesai. Tunai.
Cash. Yaudah. Kalau misalnya tanggung, itu perpindahan barang dan uangnya memang sedikit ini ya.
Ada waktu lah, lag gitu kan. Jadi misalnya barangnya udah diterima dulu. tapi nanti bayarnya ya kecil gitu beda perbedaan Allah juga menjelaskan dalam Alquran gitu kan ya ada perbedaan antara jual beli dan riba itu kalau dalam jual beli itu ada pertukaran antara uang dengan barang kalau riba itu pertukarannya antara uang dan uang jadi jelas nih perbedaannya gitu ini kita ada itemnya yang memang dipertukarkan bukan hanya uang itu dan itemnya harus yang Barang non ribawi ya? Betul.
Kalau barang ribawi, itu cek podcast aja ya? Iya, betul. Udah jelasin kan?
Iya, bener-bener. Itu ada pembahasan lain. Nah, kalau tadi kan udah yang cash. Kalau yang tanggung kayak gimana?
Kalau yang tanggung ya seperti tadi, pindah barangnya duluan, nanti kan kita nyicil gitu kan ya. Itu tidak, kalau di syirkah tadi itu sangat tergantung sama usahanya gimana. Apakah usahanya lagi untung atau rugi gitu.
Nah, kalau yang jual beli, Mau lagi usahanya untung, mau lagi rugi, ya udah perpindahan barang, udah pertukaran barang, ya harus tetap dibayar. Dan itu menjadi utang gitu tanggungannya. Utang ibu mati, beli sampai akhir, beli belakan dibawah.
Kalaupun misalnya memang mau ada keringanan, ya harus dari kedua belah pihak pembeli juga. Oh yaudah deh, kayaknya orangnya memang gak bisa bayar atau seperti apa. Penjualnya.
Penjualnya, sorry ya. Penjualnya. Penjualnya mungkin ada keringanan segala macem. Orangnya gak bisa bayar lagi untuk beli barang itu. Apakah nanti kesepakatannya, yaudah barangnya saya jual lagi.
nanti keuntungannya dibalikan lagi ke penjualnya atau seperti apa itu tergantung dari kedua belah pihak. Tapi intinya kalau merubah, dia mau rugi atau lagi untung kondisinya tetap harus bayar itu. Karena itu sudah menjadi tanggungan dia.
Kewajiban pembeli untuk menyelesaikan hutangnya. Namanya jual beli lah ya. Nah kalau yang syirka tadi udah ya.
berarti udah cukup jelas ya perbedaan-perbedaan ketiganya jadi mungkin bisa di highlight sedikit kalau murabahas jadi jual beli jadi gak ada risiko dari penjual karena dia menjualkannya terus kalau misalkan musyarakah dia tuh akad kerjasama dan dimana masing-masing pihak ngasih kontribusi baik itu modal dan tenaga dan dia juga kerugian sama apa namanya keuntungannya juga dibagi porsinya sedangkan kalau muderoba dia akan kerjasama yang kesepakatannya satu pihak satu pihak menyumbang modal satu pihak menjalankan usahanya itu dan dia kalau misalkan kerugian ditanggung sama si pemilik pemakai materinya ya kecuali kalau misalnya disebabkan oleh si muda itu sendiri kelalaian dari muda dalam menjalankan usahanya kayak males kayak gitu-gitu Oke berarti udah cukup jelas ya tadi perbedaan ketiganya udah dikasih highlightnya juga tapi kalau misalkan teman-teman mau lihat perbedaannya secara mendetail dari setiap akad bisa lihat videonya di sini jangan lupa klik like and subscribe biar bisa terus-terusan update tentang syariah dan gak ketinggalan tentang informasi-informasi terbaru Daaah!