Asyhadu an la ilaha illallah wahdahu la sharitalah. Wa asyhadu anna sayyidina wa nabiyyina Muhammadin amdhu wa rasuluh. Allahumma salli wa sallim ala sayyidina Muhammadin wa ala alihi sayyidina Muhammad.
Kama salli ta'ala sayyidina Ibrahim wa ala alihi sayyidina Ibrahim fil alamin. Inna ka hamidun majid. Faya ayuhal hadirun.
Usikum wa nafsi bitaqballah. Usikum wa nafsihi bitaqwa Allah, usikum wa nafsihi bitaqwa Allah, faqad fa'azal mutaqul amma ba'du. Qala Allahu ta'ala fi kitabil kareem, a'udhu billahi minasyaytanirrajeem, bismillahirrahmanirrahim. Laisal birra antuallu wujuhakum ibalal masyrik wal maghrib. Walakin al birra man amana billahi wal yawmil akhir, wal mulaikati wal kitab wal nabiyyi.
Hadirin, sedang Jumat Rahmatullahi Wabarakatuh Pertama-tama, mari kita melanjutkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas kenikmatan anugerah yang telah diberikan kepada kita sekalian sehingga Alhamdulillah pada siang hari ini kita bisa berkumpul bersama di masjid yang mulia ini dalam rangka melaksanakan ibadah sholat Jumat Kita berharap, memohon kepada Allah mudah-mudahan Kehadiran kita di masjid ini, di masjid Jeponegoro ini mudah-mudahan dicatat sebagai amal baik oleh Allah SWT yang nanti akan menjadi syafaat bagi kita, yang akan menjadi saksi bagi kita di hari akhirat nanti. Allahumma amin. Kemudian salawat serta salam semoga senantiasa dilipahkan selalu keharimaan baginda Rasulullah SAW.
Keluarganya, para sahabatnya, dan para pengikutnya sampai yaumil kiamat. Amin. Allahumma amin.
Hadirin sidang Jumat Rahmatullah. Pada pembukaan tadi saya membacakan sebuah ayat yang cukup panjang. Allah menegaskan dan mengingatkan kita semuanya. Bahwa Bukanlah suatu kebaikan Atau bukanlah suatu Kenikmatan surgawi Kalau engkau hanya menghadapkan Kamu ke barat atau ke arah timur Tapi kenikmatan surgawi Atau kebaikan itu Bisa diperoleh Menakala kita beriman kepada Allah Kepada yaumul akhir kepada kitab-kitabnya dan kepada para naminya dan juga kebaikan itu atau kenikmatan surgawi itu bisa diperoleh dengan wa'ad halmala ala hukbihi da'wila purba dan kita memberikan harta kekayaan atau setekah kepada orang yang dekat yang kita cintai wa'yatama dan anak-anak yatim wa'bna sabi wa sa'ilina wa filikob ibn sabi kemudian Wasad il-jinadat, orang yang meminta-minta yang memang benar-benar hidupnya tidak punya Wafir rikobi dan hamba sahaya Waqomus sholat wa'adaz zakat dan mendirikan sholat dan juga memberikan zakat Mendirikan sholat dan mendirikan zakat Tapi disini, bukan hanya menjelaskan bahwa kebaikan itu hanya percaya kepada rukun iman Dan melaksanakan rukun iman dan rukun islam saja Disini yang perlu kami tekankan Wal-mufu nabi'ah dihim idha'ahadu Dan orang-orang yang menepati janjinya ketika mereka sudah mengikatkan janjinya Inilah pendidikan bagi kita sekalian Sebenarnya kita dididik oleh Al-Quran untuk menjadi seorang profesional Wal-mufu nabi'ah dihim idha'ahadu Ketika kita sudah meningkat mengikatkan janjinya Jangan menjanji kita Ketika kita masuk ke perguruan tinggi Itu artinya kita mengikatkan diri kita Bahwa kita akan menjadi bagian dari Mahasiswa Universitas Diponegoro ini Ketika kita jadi dosen Kita sudah mengikatkan janji kita Bahwa kita akan menjadi seorang dosen Nah, agar kita itu benar-benar menjadi mahasiswa Menjadi dosen atau menjadi pedagang Menjadi penjual Menjadi karyawan yang profesional Kata Allah Selain iman kepada Allah Malaikat dan seterusnya, dan selain melaksanakan sholat, zakat, dan seterusnya, juga kita ini diminta oleh Allah agar supaya kita mendapatkan kenikmatan surga itu agar kita menjadi seorang profesional.
Walmufuna, sekali lagi perlu saya karis bawah disini. Karena Allah mengatakan disini saya kira kenapa orang-orang yang mengikatkan janjinya dan dia... Menepati akan janjinya, memenuhi janjinya itu disamakan dengan orang yang beriman dan berislam.
Disejajarkan dengan orang-orang mu'min yang iman kepada Allah, disejajarkan dengan iman kepada Allah, disejajarkan dengan orang-orang yang sholat dan seterusnya. Kenapa? Karena untuk menjadi seorang profesional itu memang berat.
Kenapa berat? Banyak orang yang tadinya ketika mungkin tidak punya uang. Dan kemudian diberikan keluasan oleh Allah menjadi orang yang kaya yang tadinya mungkin ibadahnya rajin ketika diberikan rizki oleh Allah malah menjadi lupa.
Semakin banyak diberikan rizki oleh Allah malah semakin lupa. Orang ketika belum pintar, belum mencapai gelar akademik doktor atau gelar profesor mungkin tadinya dekat kepada Allah, tapi ketika semakin pintar Sekolahnya semakin tinggi, maka mustinya dia itu semakin dekat kepada Allah, maka mungkin saja banyak orang yang semakin jauh kepada Allah. Nah, di sini memang seharusnya kita menata niat.
Untuk menjadi seorang profesional ini, maka niat kita itu harus ditata betul. Kita harus ingat betul ketika kita niat masuk undip, maka awal sekali kita masuk menjadi mahasiswa. Niat saya adalah niat mencari kepintaran atau menghilangkan kebodohan dan mencari ridho'ah. Jangan lupa niat kita. Kalau kita tidak pernah niat yang benar, maka kita tidak akan pernah menjadi seorang profesional ketika kita lulus jadi mahasiswa.
Ketika kita masuk dan mendapatkan pekerjaan, maka nawai itu kita. Niat kita harus benar-benar baik. Niat kita harus benar-benar mencari keridon Allah Kalau kita mencari pekerjaan dan kemudian mendapatkan pekerjaan Maka niat kita harus benar-benar untuk mencari rido Allah Maka orang yang telah menata niatnya sejak awal, insya Allah Dalam bekerjanya juga tidak akan setengah-setengah Dia akan benar-benar serius dan ketika dia bekerja Pasti dia akan selalu ingat pada Allah Ingat bahwa pekerjaan yang dia lakukan itu dalam rangka mencari rido Allah Untuk menafkahi keluarga, untuk membiayai sekolah anak-anak, itulah seperti itu niat.
Sehingga Nabi mengatakan niat itu betapa pentingnya. Dan hadis ini dikatakan oleh Nabi dalam ilmu hadis, dikatakan hadis ini hadis mutawatir. Mutawatir itu hadis yang tidak mungkin salah, yang tidak mungkin ada orang satupun yang membohonginya, yang membohongkannya. Karena dikatakan oleh Nabi di hadapan publik.
Dan kejadian publik itu menyebarkannya kepada orang lain lagi Dalam hadis mutawatir Nabi mengatakan Bahwa Sungguhnya amal perbuatan itu Tergantung kepada niat kita Dan tentunya Bagi setiap orang Pasti ada sesuatu yang diniatinya Hadis ini disampaikan oleh Nabi pada saat Nabi Nabi Baru saja melaksanakan hijrah ke Madinah Kemudian Nabi berbicara di hadapan publik Di hadapan publik sahabat Terus selanjutnya hadis itu Barang siapa di antara kalian yang hijrahnya ke Madinah itu Untuk Allah dan untuk Rasulnya Maka Anda akan mendapatkan Allah dan Rasulnya InsyaAllah Anda akan mendapatkan keriduan Allah maupun keriduan Rasulnya Tapi kata Nabi Barang siapa, tapi barang siapa yang hijrah hanya karena untuk mencari kehidupan duniawi? Anda datang ke Madinah karena di Mekah misalnya, dikejar-kejar terus oleh orang kafir Quresh sehingga Anda merasa sempit untuk bisa usaha, untuk mengembangkan usaha Anda maka Anda mungkin saja akan mendapatkan kehidupan duniawi di sini ataukah misalnya Anda niat hijrahnya ke Madinah ini untuk mencari perempuan? Maka kata Nabi mungkin juga Anda akan mendapat istri orang Madinah Gitu kan Fahijratuhu ala mahajaru ilayhi Kata Rasulullah Maka hijrah seorang itu tergantung Bagaimana apa yang Anda Niatkan pada saat Anda berhijrah ini Saya kira Ya gitu kan Kita puasa kalau niatnya Niat untuk diet Maka kita dapat dietnya Tapi mungkin tidak dapat pahala dari Allah Kalau niatnya, niatnya itu hanya jihad Hanya anda untuk Menglangsingkan tubuh Misalnya gitu kan Tak puasa saja Maka anda dapat Melangsingkan tubuhnya Tapi tidak dapat pahala dari Allah Maka ini kan sayang sekali Tapi kalau kita puasa, niatnya mencari Kerinduan Allah Dan juga nanti jihadnya itu Akan nempel dengan sendirinya, akan terbawa dengan sendirinya jadi sayang kalau saatnya niat ini tidak karena Allah akan sangat sayang perbuatan itu Nabi bahkan mengatakan ini untuk perbuatan-perbuatan yang sifatnya netral etik perbuatan netral etik itu misalnya makan, minum, campur dan sebagainya mungkin sepintas selalu itu adalah perbuatan-perbuatan yang netral dari nilai etika maupun nilai hubung Kata Nabi, Banyak sekali perbuatan-perbuatan yang sebenarnya secara lahirnya kita lihat itu merupakan amal-amal duniawi seperti makan, minum, berdagang, berjualan, mencangkul, dan sebagainya termasuk ngajar misalnya gitu kan termasuk Anda sekalian belajar di undip ini gitu kan dan kemudian akan menjadi amalan akhirat karena memang bagus niatnya makanya sekali lagi menata niat itu untuk menjadi seorang profesional sangat penting ketika kita niat datang ke kampus ini maka niatnya jangan salah anda niatnya harus niat belajar menghilangkan kebodohan dan mencari rida Allah karena Pola bulilmi itu diharuskan oleh nabi. Hal ilmu disini sifatnya umum, bukan hanya ilmu agama gitu kan. Apa saja yang penting ilmu yang kita dapatkan bisa dimanfaatkan untuk kejahteraan kemanusiaan.
Ilmu apa saja. Maka kalau saatnya kita awal masuk kesini, masuk fakultas apa saja, niati saya menjadi mahasiswa unggib agar, karena niat saya untuk menghilangkan kebodohan, karena menghilangkan kebodohan. kebodohan itu sebagai suatu kebajiban di dalam Islam maka insya Allah anda akan dapat pahala dapat pahala dan dapat ilmu tapi kalau seandainya hanya niatnya itu untuk mendapatkan ilmu saja agar anda menjadi seorang sarjana agar anda mendapatkan kerja niat masuk kuliahnya saja sudah salah itu menurut tinjauan agama maka sekali lagi, niat ini menjadi sangat penting dan sebaliknya, kata nabi kan min amalin ya tasawwaru bisuruti amalin akhirah Banyak sekali perbuatan-perbuatan yang nampaknya secara lahiria adalah merupakan perbuatan akhirat.
Perbuatan akhirat itu seperti sholat, zakat, puasa misalnya. Kemudian perbuatan itu sebenarnya tidak mendapatkan pahala, hanya merupakan perbuatan duniawi segala, menjadi perbuatan duniawi. Kemudian perbuatan itu menjadi murni amalan dunia, bisuinnya, gara-gara jelek niatnya. Sekali lagi tadi seperti yang contohkan, kalau kita puasa niatnya kita jid, maka kita mendapatkan hanya jidnya saja. Kita sholat tapi ingin mendapatkan pujian dari manusia, mungkin sholatnya tidak dapat pahala dari Allah, tapi kita mungkin mendapatkan pujian dari manusia.
Silahkan, Anda mau pilih hanya dapat pujian dari manusia atau pahala dari Allah SWT Atau dua-duanya Kalau mungkin Anda niatnya adalah mendapatkan pahala dari Allah, insyaAllah Pahala dari Allah atau mencari keridikan Allah Ridha Allah kita dapatkan Mungkin juga pujian manusia akan kita dapatkan Maka oleh karena itulah saya kira Al-Fadil bin Yahmar, Abdullah bin Mubarak pernah mengatakan dalam sebuah kitab Ruhba amalin sohirin tu'zimuhun niyah kata Abdullah bin Mubarak Banyak sekali sebenarnya pekerjaan-pekerjaan yang kecil tapi tu'adzimuhun niyah atau tu'adzimuhun niyah dan amalah itu menjadi besar tergantung niatnya dan juga banyak sekali perbuatan-perbuatan besar tapi karena niatnya jelek Maka amalat itu menjadi kecil bahkan mungkin tidak ada maknanya apa-apa. Sejalan dengan itu kemudian Subian al-Sawri, Subian al-Sawri ini seorang ulama besar termasuk salah satu gurunya Imam Syafi'i. Dia mengatakan, Ma'alajitu syai'an ashaddu alaiya minni yati li'anha tataqallahu alaiya.
Kata Sufyan Sauri, ma'alaj tu syayan Saya tidak bisa menyembuhkan secara bagus, secara sempurna terhadap sesuatu yang paling sulit Cara menyembuhkan yang paling sulit itu alaya, kata dia Bagi saya, min niyati, dari menata niat Memang niat itu, menata niat itu sangat susah Lian hatatakol labu alaiya Karena menata niat itu Susah Dan niat itu sekadang-kadang Niat ini kalau kita sedang Berpihak menjadi Malaikat kadang-kadang baik Tapi kalau seandainya kita Lebih mendekati Setan Maka niat itu kadang-kadang cerit Maka sekali lagi menata niat itu Memang sangat susah, tapi tidak boleh Kita tinggalkan, itu adalah kewajiban kita untuk selalu menata niat agar kita benar-benar menjadi orang yang benar-benar profesional dan orang profesional ini kata Allah termasuk salah satu kebaikan wal mufu nabi ahdhim idha ahadu jadilah kita semuanya orang-orang yang profesional yang dalam semua pekerjaan diniatkan dengan baik karena cara untuk menjadi seorang profesional itu tidak ada lain kecuali menata niat kita yang baik Demikianlah khutbah singkat yang saya sampaikan pada siang hari ini Barakallahu li walakum fil quranil alim wa nafa'ani wa jakubi mafi'i minal ayati wa atim taqab balamin imamikum fila wa ta'u'inna huwas sami'il alim Alhamdulillahilladzi hadana yada wa makunna linahtadiyala wa la an hadana Allah Ashadu an la ilaha illallah wa ahdahu la sharika lah wa ashadu anna sayyidina Muhammadin amduhu wa rasuluh Allahumma salli wa sallim ala sayyidina Muhammadin wa ala alihi sayyidina Muhammad Kama salli wa sallim ala sayyidina Ibrahim wa ala alihi sayyidina Ibrahim Wabari ala sayyidina Muhammadin wa ala alihi sayyidina Muhammad Kama baruk ta'ala sayyidina Ibrahim wa ala alihi sayyidina Ibrahim Alhamdulillahilalhamdulillah Alhamdulillah Faya ayuhal hadirun, ittaqudullah haqtuqati, wa la tamu'atimna illa wa inti muslimun amma ba'u'ufu Qala Allahu ta'ala fi kitabil kareem, awudhu billahi minash shaitan al-wadhi, bismillahirrahmanirrahim Wal'asri, inna al-insana laf ya khusri, illa alladhina amanu wa amilu as-salihati, wa tawasawu bil haqqi, wa tawasawu bil suhri Faqala ta'ala a'idun fi kitabil kareem Inna Allaha wa Malaikata wa yisallu'un ala nabiyyati wadil adzimu amalusallu alaihi wasallimu taslima Allahumma salli ala Sayyidina Muhammad wa ala alihi Sayyidina Muhammad Allahumma waradu'anil khulafi'i rashidin Abu Bakar wa Umar wa Uthman wa Ali wa ala ala al-baqir wa sahabati atumain Allahumma gfirulil muslimin wal muslimat wal mu'minin wal mu'minat wal ahya'i min wal ammatin naqasami an qawwi min jibut ala qiyat wal khawwiyat al hajab Allahumma a'izzil islam wa al-muslimin wa ahli kikakarta wa al-mujtikin Allahumma ya Allah, inna nas'aluka iman khamilan yubashiru ulubana wa yakinan sadiqan hatta na'la ma'na hulaisyubana illa mat-taddaqalana wa radona bihudaika wa qudadika yaa dhal-jadalul ikram agina bihalalika al-haramika waqfina bihutatika amma syiatika wa bifaddika amman sebab laka alhamdulika al-farad wa ilayka al-mushtaka wa ilayka al-musta'an Ya'idukum la'an lakum tadakkarun, fadkurullaha adid, yadkurum wa yastaskaluhu ala ni'mati yuktikum, wa la dhikru Allahi akbar.