Alhamdulillah, syukurillah, ala haula, ala fatah, ila billah, surat Allah, ila ilallah, salamu ala Muhammad, ila rasulullah, radhidu billahi rabbah, bismillah, ila billah, ila Muhammad, ila rasulullah, wa bi Muhammad, ila nabiyy, ila rasulullah, terima kasih di amri, wa rahmatullahi wa barakatuh. InsyaAllah kita akan teruskan siri bhajan balagatul quran kita dan kita masih bicara tentang ma'ani alistifham fil quran makna alistifham structure usul isyam dalam al quran Ada istifham ingkari, ada istifham takriri, ada istifham taubikh, ada istifham ta'ajubi. Sekarang yang kelima.
makna istifham yang kelima yakni al-aitab Bolehlah diterjemahkan sebagai celaan cela mencela muatabatul mukhotob ala fi'alima celaan mutakalim mutakalim terhadap mukhotob atas perbuatan ataupun tindakan yang dilakukannya ini karena si Mutakalim berpikir, berpendapat bahwa Mukhotob tidak seharusnya melakukan perbuatan tersebut Mutakalim mencelah tindakan perbuatan mukhotob karena menurut mutakalim, mukhotob tidak sepatutnya melakukan perbuatan atau tindakan tersebut maka Si Mutakalim ketika mengungkapkan celaannya kepada Muhotob Dia ungkapkan, dia sampaikan dalam bentuk pertanyaan So, pertanyaan di sini tidak perlu jawaban Sebenarnya Muhotob mesti peka bahwa tindakannya itu tercelah tindakannya tidak disukai, tidak disenangi oleh Muta Kalim Diharapkan si Mukhotob akan segera menghentikan perbuatan tersebut atau tidak mengulangi tidak mengulanginya lain kesempatan itu yang Mukhotob tidaklah peka dan bersifat bersikap responsif Itu penting sekali, si mukhtar mendaklah peka dan bersikap responsif bila tidak maksud dan kendak mutakalim tidak dapat terpenuhi walhal kebaikan yang dikendaki oleh mutakalim bukan untuk dirinya Sebaliknya kebaikan dan manfaat itu untuk si Muhotob Di dalam surah Al-Hadid ayat yang ke-16 satu di antara contohnya Surah Al-Hadid ayat yang ke-16 Ini namanya hitab Inilah yang saya tadi, bila membaca ayat seperti ini Saya kata hati kita hendaklah segera peka sebab kita Sebagai muhokop Kita hendaklah peka apa sebetulnya yang dimaukan oleh mutakalim itu Tanpa itu ya Hanya sia-sia Di dalam surah Al-Hadid, ayat yang ke-16, Allah subhanahu wa ta'ala berfirman, A'udzubillahimina shaitanirrojim, Alam ya'ni. Lilladzina amanu antak sya'a kulubuhum lidhikrillah Tidakkah telah tiba masanya Bagi orang-orang yang beriman itu Antak sya'a kulubuhum Hati-hati mereka menjadi khusyuk, tunduk, tidak lagi terus menerus keras, menentang, melawan, liat. Khusyuk li zikrillah.
bagi mengingati Allah atau bagi untuk peringatan Allah terhadap peringatan Allah wa ma nazala minal haq dan apa yang turun daripada kebenaran atau kebenaran yang turun belumkah tiba masanya atau sudahkah, tidakkah telah tiba masanya Bagi orang-orang yang beriman itu, hatinya tunduk, husuk terhadap peringatan Allah dan terhadap kebenaran yang turun. Walayakunu kalladina utul kitab. Janganlah mereka orang yang beriman itu menjadi seperti orang-orang yang telah diberi kitab minkobel sebelumnya, ahli kitab.
Yahudi dan Nasrani Allah telah lama bagi pada mereka kitab tapi hati mereka masih menunggu, menunggu, menunggu, menunggu tidak segera diterima dan diamal kitab itu فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدَّ lalu telah panjang dan lama tempuh berlalu atas mereka Karena terlalu lama mereka tidak segera menerima ajaran Alkitab. Fakasat kulubuhum. Hati mereka menjadi keras.
Katirum minhum fasikun. Dan ramai daripada mereka. Bila Allah tanya kepada orang beriman. Bukankah telah tiba masanya.
Bagi orang beriman ini, hatinya tunduk, khusus, menerima peringatan Allah dan menerima kebenaran yang turun ke hadap mereka. Allah kata ini kepada orang-orang yang mengaku beriman, tapi masih tunggu masa, nantilah, nantilah, nantilah, nantilah, gitu lah. Banyak peringatan Allah, banyak perintah Allah yang dia sudah diberi peluang untuk melakukannya dan mampu melakukannya Tapi mereka masih tunggu, tunggu, tunggu Sudah tahu itu larangan Allah dan mereka diberi peluang untuk meninggalkannya dan mereka mampu meninggalkannya Tapi mereka masih nantilah, nantilah.
Kepada orang mu'min yang seperti inilah, tindakan seperti ini tercelah. Dan Allah mencelahnya dengan uslub istifham. Bukankah telah tiba masanya?
Maknanya, jika masa untuk kamu tunduk kepada peringatan aku, Jika masa untuk kamu tunduk terhadap kebenaran yang aku turunkan telah tiba Tapi kamu masih juga belum tunduk, bila lagi? Matilah, matilah Jadi kita tidak boleh menjawab apa-apa tanya ini, sebab ini tidak perlu jawaban Tak boleh kita menjelaskan, ya Allah, tunggulah setahun lagi lah. Bukan itu yang dikendaki. Ayat ini tidak ada jawaban walaupun ia pertanyaan.
Lima tahun lagi lah ya Allah, nantilah, nantilah. Bukan, bukan itu. Sebab ini bukan pertanyaan untuk dijawab.
Ini celahan. Si mutakalim mencela. Tindakan yang diambil oleh si Muhotob Belumkah tibu, kankah telah tiba masanya?
Tunggu apa lagi? Janganlah kamu ini menjadi seperti mana ahli kitab Yahudi Nasroni Allah kata, aku telah beri mereka kitab Lalu telah berlalu lama atas mereka Tapi mereka tidak Amalkan isi kitab itu Hingga hati mereka menjadi keras Jadi menunda-munda, menangguh-nangguhkan Apa namanya? Husu Menangguh-nangguhkan, melakukan kebaikan, meninggalkan keburukan Dengan alasan apapun, rupanya dalam agama tercelah Menangguh-nangguhkan, menangguhkan untuk menjadi orang baik Dalam agama dengan alasan apapun tercelah Mungkin, ya lah, nantilah Bila rasa-rasa puas Nah Nantilah rasa-rasa bila nanti mungkin sudah berumur Apa dia fikir umurnya panjang?
Kan selalu begitu alasannya kan? Ya lah, nantilah puas Kenapa awak nampaknya sekarang sudah berhenti? Ya lah, tua Lah Apa yang wajib jadi baik itu hanya orang tua Dan kalau masih muda berhak untuk buat tidak baik Apa mereka fikir yang wajib buat baik jadi baik itu hanya yang dah berumur Bila masih muda masih ada hak untuk Inilah cara berfikir yang sesat dan menyesatkan Sehingga Allah kata Alam yakni Dan alam yakni ini tidak dijuhkan pada orang, hanya kepada orang yang telah berumur.
Sebab disitu, li'l-ladhina amanu. Alam yakni li'l-ladhina amanu. Mana berorang beriman, begitu beriman, ya tiba masalah.
Lainlah kalau ayatnya, kalau alam yakni li'l-ladhina berumur. Itu senang, yang mudah boleh. Saya tak masuk, saya tak masuk, tak masuk.
Saya biasanya alasannya begitu, ima yang terucap wa ima yang dalam hati. Apa nah, alhamdulillah, uas lah, lagi pula dah tua. Allahu Akbar wa ilahi l'hamd. Tapi kadang-kadang hati kita membenarkan, ya lah memang sepatutnya awak berhenti sebab dah tua.
Ha, hati pula membenarkan. Sekurang-kurangnya sempat. Berhenti, itu sebenarnya hanya pembenaran, bukan kebenaran Kalau kita berpikir agama, itu sebenarnya pembenaran Pembenaran, bukan Bukan, hanya untuk menguruhi rasa bersalah Saya pernah, dulu pernah saya ceritakan ada satu kumpulan Ya, aku mulai ini boleh katakan tidak muda lagi lah, sebab katalah kalau udah umur apa 35, 40 tuh kan sudah tidak muda maksudnya karena baru ada peluang kah, wallah alam kecuali Ya, sudah ada semangatlah untuk belajar.
Lalu kumpulan ini ceritanya, buat satu grup belajar Al-Quran. Daripada ikhroq. Al-Quran.
Ya karena kesungguhan mereka dan apa Hai kesungguhan yang mengajarnya alias telah sekian tahun khatam dapat baca Quran khatam Alhamdulillah maknanya itulah salam hidup mungkin kata mereka menghantamkan Alquran ketika umurnya sudah 40 lebih maklum karena dah khatam jadi tentulah ada Majelis hatamu kan agak meriah gitu Semuanya pakai baju Melayu, pakai sampin, baru-baru, ada bunga telur, ada pacarannya yang mesti dibuka, duduk, baca watuha hingga akhir, ambil gambar, ambil video, macam-macam, bulat kuning, ya itulah namanya Hatam. Bagus semua wajahnya. Serius.
Bersyukurlah karena akhirnya. Ya, logik boleh tidak salah. Entah bagaimana yang disuruh berucap itu saya. Dan saya ini jenis orang yang melihat suatu biasanya suka melihat dari sudut yang sedikit berbeza. Jadi sekarang ketika mereka bergembira itu saya malah bercakapnya lain Sepatutnya saudara-saudara memang boleh bergembira Kalau jamaah melihat akhirnya berjaya selepas bersusah payah Akhirnya berjaya menghatamkan Al-Quran Baca hingga khatam, bahasanya tak tahu Itu sepatutnya di...
apa ya... Patut disyukurilah, memang saya tidak nafikan. Tapi saya melihat ketika saudara saya berkiranya ini, sepatutnya saudara merasa kecewa, sedih, dan malu.
Wah, semua merah padam. Kenapa saya kata begitu? Sebab hatam Al-Quran sepatutnya kita boleh lakukan ketika umur kita baru 15 tahun dahulu.
satu perbuatan kewajiban yang sebenarnya kita udah buat 15 tahun, umur 15 tahun dahulu sekarang baru kita melakukannya 45 tahun, bagi saya bukan kebanggaan itu pasti penyesalan, jadi anda sebenarnya tidak terlalu gembira sangat menyesalan nangislah karena baru hatam sekarang semuanya lepas itu saya ditegur, apa usahakan itu, salah ke kata saya enggak, saya coba mengingatkan ayah ini pada saya sendiri Kenapa mesti menunggu hingga 45 tahun? Bukankah sudah masanya datang sekarang, tiba, yakni ini nanti nak aman untuk mana begitu iman, ya terus lah. Hanya mungkin, ya nasib baik.
masih diberi peluang oleh Allah sempatlah menghattabalkan walaupun hanya membaca ketika umurnya 45 tahun coba kalau masa 30 sudah diambil jadi enggak maksud saya jangan terlalu gembira seolah-olah nih walhasil itu ada kekurangan yang sangat ketara adakah satu kebahagiaan kau kau Apa namanya satu kejayaan yang perlu dinaikkan Apa namanya Secara besar-besaran Ketika kita berjaya mendapatkan sijil SRP ketika umur kita 50 tahun Saya ingat tidak, bukan satu kebanggaan Ya tapi sekarang hebat Akhirnya berjaya dapat lulus cemelang SRP umurnya Saya melihatnya lain, ah malunya saya Sepatutnya saya dapat dah Kenapa saya cuai? Nah inilah yang ditugur dalam ayat ini Lepas itu saya tidak disuruh berucap bila ada macam itu Sebab dia saya tahu, ya saya bukan mengharap sangat Dia kata saya suka menghalang-halangi Ini bukan menghalang Saya berpikir yang paling inti sekali, yang paling mendasar Supaya ketukan itu kuat Coba kalau semua menggunakan taniah dan tidak ada yang menggunakan sabbas, tidak ada yang menggunakan abbas. Ya saya yang berani menggunakan sabbas.
Jadi maknanya, boleh gembira tapi pada masa sama tunduk renung sejenak. Allah, ruginya. Memanglah kadang kita beginikan akhirnya kita berjaya Walaupun lama, akhirnya betul siapa kata salah itu bagus Tapi bila ingat ayat seperti ini Ya Tuhan ruginya lah saya So Allah tanya sebenarnya dah Dan Allah tanya nih lama ketika dia umur 20 tahun dah ditanya dah Alam yakni ladina amanu atasakulum ladikillah Nanti dululah orang itu kata Umur 30 alam yakni Nantilah Alam yakni Puluhan kali dalam yakni Jadi bagi saya satu kerugian Dari sudut lain Bila umur kita 45 tahun Baru dapat baca Al-Quran Hatam Sedangkan Hai amalan itu sepatutnya kita dah boleh lakukan ketika 15 tahun jadi kalau semasa 15 tahun kita sudah Hatta baca 45 tahun semuanya bukan hanya baca Hatta Mesti sudah memahami lebih daripada itu Apakah satu kejayaan umur 60 tahun Pengetahuan kita dengan Al-Quran sama dengan ketika umur baru 20 tahun Oh kerugian yang dasar Ini maksud celahan itu begitu Jadi celahan itu sebenarnya sangat kuat Itab Allah mutakalim terhadap mukhotob dalam perkara ini sangat kuat Caranya kita pahami dari segi apa namanya balagohnya hitabnya sebab dia berupa pertanyaan tak sepatutnya walaupun mungkin orang ini akhirnya khusus juga lah hatinya tunduk juga lah hatinya tapi agak terlambat yaitu bila terlambat pula kita ada juga dalilnya biasanya untuk mengurangi salah satu biasanya lambat biasanya apa dalilnya?
hadisnya Baterlitz Hai itu hadis do'ifnya pula Terus terang, saya dulu diajar itu juga Tapi pensarah saya kata Itu hanya anda sedang mencari alasan untuk mengurangi rasa bersalah Sama singat, pensarah saya Biasanya kamu akan kata begitu kan Lebih baik, apa namanya Lambat daripada Tidak sama sekali kan Oh iya, iya, iya. Taukah kamu bahwa itu sebenarnya kamu sedang berusaha mencari alasan untuk mengurangi rasa pesalah? Hanya itu saja sebenarnya. Akhirnya kita terjebak lagi, terjebak lagi.
Al-Quran tidak begitu ya Bila tidak begitu, cara berpikir Al-Quran tidak begitu Ya, itu mungkin Ada sedikit perbezaan lah Itu namanya itab ya Jadi itab dalam bentuk istifham Mencelah dalam bentuk petanya ini Sangat keras sekali Maksudnya sangat keras Celahan itu terkuat Sarannya mukhotob memahami celahan mutakalim Bila tidak, ya mungkin hatta ayat ini pun ya Alhamdulillah, walau kita baca oleh siapa pun, peringkat umum pun Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah Apa Alhamdulillah ini, apa Alhamdulillah ini Jadi susah Baik, yang kedua, saya tadi mutakalim mencela mukhotob atas tindakan yang dia ambil tak sepatutnya lah muhattab buat macam itu tak sepatutnya dan celana itu yang tadi dalam bentuk pertanyaan dalam ayat lain, coba lihat surah at-taubah ayat yang ke-43 Inilah Uslubbalagoh Jadi bukan hanya Makna yang terkandung Dalam ayat itu melalui Kalimat-kalimatnya Tapi juga melalui Susunannya Di dalam ayat yang Keempat puluh tiga Dalam satu peperangan dan banyak mufmasir menyatakan ini berlaku dalam peperangan Tabuk jauh sekali tempat Tabuk itu daripada Madinah 91 km lebih kurang Jauh, ya ini setengah, apa separuh lah antara Madinah dan Yaman itu di pertengahan lah 91 km, jauh untuk ukuran zaman itu melalui padang pasir, panas dan nak pergi berperang sehingga ramai daripada orang mu'min, lebih-lebih lagi orang munafik mengemukkan alasan kepada Nabi mintalah kebenaran supaya diizinkan, dibenarkan, tidak menyertai peperangan ada yang Nabi izinkan karena alasannya boleh diterima ada yang Nabi izinkan, tidak benar, walhal alasannya langsung tak boleh terima jadi dia menipu Nabi lah Nabi, tak apalah kamu tak payah ikut perang pun tak apa Nabi percaya dengan alasan yang dikembangkan oleh orang ini walhal orang ini menipu ini orang munafik nah, selepas mereka ini diizinkan tak ikut perang walhal alasannya alasan menipu jadi Allah tegur Rasulullah SAW ini Tindakan Nabi itu salah Afallahu angka Tapi karena Allah ini Sangat menyayangi Nabi Belumpun Allah menjelaskan, menceritakan Menceritakan, memberitahu Apa kesalahan yang dilakukan oleh Nabi Allah mulakan firmannya Allah maafkan kamu Waimuhammad, terkejutlah Nabi Tiba-tiba ya Allah maafkan kamu Ih, apa salah aku Tengok, kesalahan belum disebutkan, Nabi pun belum menyedari, tak tahu apa kesalahannya. Kalau Nabi tahu kesalahan itu ada, pasti Nabi akan segera minta ampun. Ini buat salah, tidak sedar, dan Allah pula terus, aku maafkan. Bila Allah kata, aku maafkan kau, maknanya ini serius. Walau bagaimanapun Nabi adalah kekasihnya Belumpun Nabi minta maaf, Allah sudah maafkan Kesalahannya rupanya ini 5. Adhintalahum Kenapalah kamu beri izin pada buat mereka?
Kenapa kamu izinkan mereka? Sebagian orang muslim Tepatnya yang ini munafik Tidak menyertai peperangan Dengan alasan yang sebenarnya mereka itu hanya reka-reka belaka, rekaan belaka Kenapa kamu begitu mudah Membe-meizinkan mereka Hatha yata bayyana Sehingga menjadi nyata bagi engkau Alladhi nasodaku Orang yang benar Batut diizinkan tidak ikut perang karena ada alasan asalan syar'ai wa cialam al-kadibin dan sehingga engkau mengetahui siapa orang-orang yang berdusta Tindakan Nabi memberi izin, mengizinkan orang Islam khasnya munafik tidak menyertai peperangan Tanpa terlebih dahulu Nabi Tabayyun Ya, kena siasat dahululah karena kaji betul-betul Kena timbangkan betul-betul dihalusi Tindakan Nabi ini tindakan yang tercelah menurut Allah SWT Allah mencelah tindakan Nabi Karena dengan begitu mudah, Nabi izinkan sahabatnya tidak ikut perang. Peperangan mana satu kewajiban yang Allah wajibkan ke atas mereka.
Dan cara Allah menyampaikan celaannya kepada Nabi dalam bentuk pertanyaan. Tapi lagi sekali, karena Nabi ini kekasih Allah. Nabi tidak menyedari perbuatan salahnya, maka Nabi pun tidak minta maaf karena tak tahu apa kesalahan, bahkan tidak merasa buat salah. Karena Allah menyayangi Nabi, Allah beritahukan sebelum Allah mencelahnya, Allah dah maafkan engkau. Seorang Nabi dapat wahyu daripada Allah, hati Nabi ini sangat halus.
Tiba-tiba Allah kata, aku maafkan kau. Ya, sangat terkejut lah. Pasti terkejut.
Apa kesalahannya? Apa kesalahannya? Ini teguran Allah kepada ini.
Hitab namanya. Jadi, satu celaan. Yang luar biasa sebetulnya. Tapi lagi sekali, Nabi tidak boleh menjawab karena Allah tidak bertanya untuk dijawab.
Bila Allah bertanya lima adzim talahum Nabi tidak boleh, ya Allah aku izinkan mereka itu sebab dia itu begini Dia cakap begini, ini tak, bukan itu yang Allah mahukan Tidak perlu dijawab Sebab pertanyaan yang tujuan bukan ingin, bukan nak tahu sesuatu Sebaliknya nak mencelah tindakan yang sudah terlanjur dilakukan Tuh, jadi dalam hal ini saya katakan tadi, Nabi tidak perlu menjawab karena memang pertanyaan ini tidak untuk dijawab. Tidak dijawab. Jadi tidak perlulah bersusah payah. Saya izinkan, aku izinkan ya Allah. Sebab dia itu begini, ceritanya begini, dia kata anaknya sakit.
Apa ya? Bukan itu. Jadi kalau lah yang ditanya, Mukhotob menjelaskan alasan kenapa Ya itu nampak sangatlah tidak memahami maksud mutakallim Maksud mutakallim Akhirnya, apa yang patut diakalimu khotoh, pertama, oh ya saya kesalah, saya salah, saya salah, dan minta maaf. Satu, karena bila kita tidak menyadari, ya lain kali tidak akan diulangi. Lain kali, bila ada sahabat minta izin, mengumumkan alasan untuk tidak ikut setelah perperangan, tabayun dahululah.
Tabayun dahulu. Ini ya, hitab. Tapi berbeza hitab Allah kepada Rasulnya dengan hitab Allah kepada umat Rasulnya berbeza.
Hitab Allah kepada Rasulnya, ya Allah mulakan dengan aku maafkan. Untuk kita tidak ada tadi surah Al-Hadid tadi, terus saja alam yakni. Dan lagi sekali alam yakni tidak perlu dijawab, jangan Kenapa tidak sekarang, tidak dulu kamu Nantilah sebab-sebab, tak ada, alasan itu tidak ada Kenapa perintah aku belum kamu buat? Kenapa larang aku belum kamu tinggal?
Itu sebenarnya bukan untuk dijawab Sebab jika betullah orang itu katalah tidak punya kemampuan Untuk melakukan perintah Allah, jika ia tidak melakukannya, pasti Allah tidak akan tanya. Sebab Allah tahu orang itu tidak buat karena tidak ada kemampuan. Jika Allah tanya kepada hambanya kenapa tak buat perintahnya, maknanya Allah tahu dia ada kemampuan tapi tak buat.
Dan jika Allah tanya, bukan nak tahu apa alasannya, Allah mencela. Hai Allah mencela tuh kena jadi cara memahaminya cara maaf apa bilang baca ayat seperti ini kena tahu Oh ini untuk apa ini semuanya ini semua untuk takjub ke atau untuk hitam nih ini akhirnya untuk ingkar ikan untuk atau ajubi ini ini takriri ke apa hanya perlu itu saja khasnya, ya ini khas untuk istifham lah karena kita sedang belajar istifham jadi bila baca ayat yang disitu uslub istifham berhenti sejenak rasakan, ini untuk apa? kenapa saya ditanyakan?
dan yakini ayat itu ditanyakan Itu juga pada kita Jangan baca alam yakni latina Kemudian kata, tak itu bukan untuk saya Itu untuk diorang Saya tak masuk, kacau Itu lagi kacau Itu lagi kacau Itu yang kelima Yang keenam Namanya Yakni terkir Al-istifham tazkiri Pahidahnya untuk tazkir Tazkir Yani mutakalim Bertanya kepada mukhotob Tujuan bertanya bukan nak jawaban Tujuan bertanya yakni hendak memperingatkan Karena Mutakalim menilai mukhotob ini Dah lupa apa yang telah, yang sepatutnya diingat Jadi bila Mutakalim nak mengingatkan mukhotob Satu diantara caranya dalam bahasa Al-Qurannya Dengan cara bertanya Hai diingatkan apa yang mukhotob telah lupakan sama ada lupa betul atau pura-pura lupa tapi yang pasti mutakalim yakin seyakin-yakinnya apalagi Allah subhanahuwata'ala bila mutakalimnya Allah subhanahuwata'ala ya pastilah Allah maha mengetahui mukhotob ini mesti dah lupa ini dah lupa Baik, kita lihat di dalam Al-Quran, yakni surah Yusuf, ayat 8-9. Contoh yang mudah adalah surah Yusuf. ayat 89 ketika adik-beradik Yusuf alaihissalam datang ke Mesir kali pertama yakni ingin Mendapatkan bantuan makanan, kemaklum di negeri dia sedang dilandang kebuluran Yusuf pun bagi Setelah mereka balik, Yusuf ingatkan Lain kali, bila kamu nak datang ke sini, datang kemari lagi sekali Inginkan bantuan daripada kami, bawa adikmu yang sebapak denganmu Orang-orang ini terkejut dari mana kita dia tahu yang kami ini ada adik seayah dengan kita Dia sudah tak tahulah bagaimana dia tahu Penguasa masih tahu ini, mereka tak tahu Sebab, bila kamu datang kemari lain kali, minta bantuan, tak membawa adikmu yang ada di rumah itu Ya tak payah datang, sebab kalau datang pun kami tak bagi Tapi kalau nak juga, nak bantuan, bawa adik kamu.
Mereka berjanji ya, kami berjanji akan berayu pada bapak. Balik. Lain kali, datang kali kedua, minta bantuan lagi.
Atau jual apa namanya, baterik lah. Adiknya dibawa. Yusuf dah kenal adiknya ini.
Akhirnya, bagaimana caranya supaya adiknya tidak ikut balik? Kan jauh, lama-lama nanti suatu hari pun dia semua akan datang ke Mesir. Maka, bagaimana cara menahan adiknya? Allah bagilah kait kepada Yusuf. Bagi idea untuk melakukan satu tipu hilah yang halal.
Dikasih cerita, dituduh mencuri dan ditahan Bingung abang-abangnya Bagaimana ini kami sudah berjanji sama ayah Adik kena bawa, kena apa, balik. Ini kena tawan pelayan, ya bagitahu aja lah pada ayah kamu. Bahwa kami hanya menyaksikan yang zahir, yang gaib kami tak tahu.
Katakan saja mereka. Mereka merayu kepada penguasa Mesir, lain tidak Yeniusob. Tak apalah Tuhan ku ambil sajalah seorang dari kami sebagai pengantinya. Janji adik balik. Oh tidak boleh.
Karena dia mencuri, ya dia yang ditahan. Kamu tak mencuri, baliklah. Katakan aja sama ayah, kamu hanya menyaksikan yang lain.
Balik. Ini dah kali kedua kan? Ini kali kedua. Kemudian, sampai ke rumah, sedihlah bapak dia. Karena adiknya...
Ditinggal di Mesir, Duh mencuri Kata Yaakob, berilah Pergilah anakku Carilah adik kamu, cari sub dan adiknya Jangan putus asa Mencuri rahmat Allah Mereka bingung, tabah bingung Disuruh bawa balik Yusuf dan adiknya, jangan putus asa. Kalau mereka disuruh oleh bapanya cari adiknya, tahu di mana adiknya berada dan senanglah di Mesir. Tapi ayah suruh cari Yusuf sekali, pastikan Yusuf pun balik nak.
Yusuf sudah diyakini mati oleh mereka 40 tahun yang dahulu, lebih. Mana nak cari Yusuf? Mereka bingung, akhirnya tak apalah Yusuf itu tolak tepi lah, nanti kita cari adiknya sajalah, pergi ke Mesir kali ketiga kali ketiga inilah Allah benarkan Yusuf untuk memperkenalkan siapa dirinya yang sebenarnya so, ulang-ulang rupanya begitu cara Allah memberi peluang kepada orang yang berdosa untuk bertawabat Jadi pergi balik ulang alik hingga 4 kali sebetulnya ke Mesir itu. Itulah cara Allah memberi peluang mereka untuk petawabat.
Cara Allah menolakkan syaratnya susah payah. Tapi mereka tidak sedar. Datang kali ketiga inilah. Yusuf baru memperkenalkan dirinya dengan bentuk pertanyaan.
Karena mereka lupa. Malum sudah 4 dekad lebih. Hal alimtum ma fa'altum bi yusufa wa akhi.
Nah, tengok. Hal alimtum ma fa'altum bi yusufa wa akhihi Artinya Adakah Kamu telah Lupa Hal alimtum ada kamu Mengetahui Apa yang kamu Telah lakukan terhadap Yusuf dan Adik-adik Dan adiknya dahulu, kamu masih mengetahui tak, masih ingat tak apa yang kamu lakukan Yusuf berani, ketika dahulu kamu masih bodoh, kamu tak tahu mana benar, mana baik, bila Yusuf tanya, hal alim tum, mereka tidak kata, eh saya ingat, saya ingat, saya ingat, saya ingat, siapa masukkan Yusuf, bukan itu ucapan dia, Dia coba melupakan, mungkin sudah lupa Jadi Yusuf ingatkan apa yang mereka pernah lakukan kepada Yusuf dan adiknya Sebab itu mereka menjawab, kalau dia tak kata naam atau lak Kan hal ini kan Hal ini jawabannya, hal ini hal apa namanya? Kalau kita pelajari dalam istifam dulu, hal Hal Huruf istifham terbagi tiga Hamzah, hal, dan selebihnya Faidahnya untuk apa?
Hal Ini kacau nya disini Kacau nya disini Akhirnya saya sok sendiri Hal untuk apa ya? Kan ada uruf siam yang untuk dua-dua sekali Tasdik, tasawur pun boleh Ada yang untuk itu, hanya untuk tasdik sahaja Tak boleh untuk tasawur Ada untuk tasawur sahaja, tidak boleh Tasdik Jadi yang hal ini untuk? Tasdik sahaja Jadi kalau pertanyaan ini hal, jawabannya sepatutnya?
Naamatullah kan? Sepatutnya Dan ini istighfam dengan hal Tapi kenapa jawabnya tidak naam? Atau la? Sebab tujuannya bukan untuk bertanya Tujuannya mengingatkan Jadi nampaknya adik berusuh pun tahu pala roh Walaupun jahil Sebab itu jawaban dia tinggal call lu Ayat selebihnya A'inna kala anta yusuf? Eh, engkau ni yusuf ke?
Yusuf kata, kau lah anak Yusuf Iya, akulah Yusuf Adik kamu yang kamu campak di perigi dulu Ini adik aku Ini adik aku Tengok tuh Dia tidak kata Dia tidak terus, bila ditanya Dia tidak kenal, bagaimana orang di Mesir boleh tanya Kami ini ingat atau tidak? Sedap atau tidak apa yang kita buat perayaan Yusuf? Sepatutnya jawabnya, iya iya iya Kami ingat Tapi sudah lama itu, sudah 4 dekat lebih Sebenarnya begitulah Tapi dia tahu pertanyaan itu bukan pertanyaan untuk tasdik Ini tafkir disitulah maknanya daug balaginya balagohnya tinggi itu adik beradik Yusuf faham sungguh faham walaupun mereka dahulu jahil Sekarang sudah paham. Dulu kamu jahil.
Yusuf kata ke aku, Eh, ya betul. Kau ini Yusuf ke? Yalah, akulah Yusuf. Yang kau campak dahulu. Dan ini saudara aku.
Yang kamu asyik kena nanya di rumah. Allah telah anugerahkan kepada kami. Kamu ingin membinasakan kami, tapi Allah menghendaki lain. Allah punya rancangan lain. Siapa yang tak bertakwa dan sabar, Allah tidak akan siakan ganjaran.
Masya Allah. Jadi peta Yusuf ini untuk mengingatkan perbuatan mereka. Mungkin mereka dah lupa, atau mungkin mereka fikir perbuatan itu, dah berlalu sudah lah, jangan fikir-fikir lagi.
Tak, bagi Yusuf tidak. Justru Yusuf sekarang berada dalam kedudukan seperti itu. Ada rangkaian, tidak terlepas daripada sejarah masa silamnya Yusuf sekarang menjadi orang besar di Mesir Kejayaan itu tidak lepas-terlepas daripada pengalaman-pengalaman silamnya Jadi sebelumnya itu episode-episode yang oh sangat menentukan Dari sini ke sini ke sini, akhirnya jadi ini Jadi ada mata rantai Mata rantai Yusuf beritahu mereka, artinya tidak semestinya. Orang mencari kejayaan yang penuh manis itu, jalannya, oh, terbentang kapet merah bertabung, belum, belum tentu. Atau mungkin mereka yang asalnya merasa menang, kemudian akhirnya jadi menang?
Tidak. Orang yang asalnya dianyai, kemudian sampai bila-bila akan terjadi? Tidak.
Sebab itu Yusuf ingatkan. Dan Masya Allah, cukup cerdas adik-beradik Yusuf. Mereka tidak memahami hal di situ sebagai tasdik.
Oh ya ya ya saya tahu maknanya hal ini bukan hal tasjid ini bukan istigham biasa ini ini bukan istigham untuk tasjid nih ah ini mesti untuk tatkir akhirnya dia dengan sedikit ada sedikit raguan, tapi sudah. Ya mungkin 90% lah yakin lah. Sebab dia awal-awal.
Bagaimana dia. Sebab sebelumnya kan beberapa tahun sebelumnya sudah tahu. Bagaimana orang di penguasa masyarakat boleh tahu yang kami ada adik di rumah ini. Nah itu pun sudah. Jangan-jangan.
Sebab itu dia terus saja. Dia malah tanya. Dia tanya.
Dia malah tanya balik. Aina kala anta Yusuf. Kau ini Yusuf ke?
Ya sekarang Yusuf pula yang malah perlu menjawabnya Ya anak Yusuf Pertanyaannya Aanta Ainaka laanta Yusuf A-A-A-Deka Ini untuk apa ini disini? Hamzah ini untuk apa ini? A ini untuk apa ini? A-Innaka laanta Yusuf Hai hmm ah enak antusuk adakah aku disuruh ya saya sup jadi untuk tak sedih nih Hamzah untuk tasdik dan isu tahu sebab itu dijawab ya Tengok Tinggi sungguh balagoh diorang ini Dimana dia tak belajar Wah tak Tak belanja Tapi tinggi Sangat beri Coba rasakan Bagian indah Eh indahnya lah Yang tadi ditanya Itu jawabannya macam mana Sebab kalau kita Berhati-hati Tanpa mengetahui Usru balaginya kan Jadi macam tak Tak apa ya Lain, soalan lain, jawaban lain Ditanya, hal alimtumah falimtum yusuf, jawabannya, ainakal Ini cemana Nah, orang ini dialog pelik.
Indah sungguh, bahasa Al-Quran sangat-sangat indah. Ini antara manusia sama manusia, tengok. Sudah digambarkan dengan bahasa yang sangat cantik.
Tadkir. Sekarang contoh yang lain, yang tadkir. Ini Allah yang tadkirkan kita. Sekarang yang soal Allah, yang menyoal Allah, mukhotobnya kita, mukhotobnya Adam, Adam itu kita lah Adam itu kita Di dalam surah Yasin ayat 60 Allah SWT berfirman di dalam surah Yasin ayat yang ke-60 setelah Adam terpedaya oleh bujukan rayuan iblis walhal Allah telah peringatkan kepada Adam bahwasannya Iblis itu adalah musuhnya Iblis itu adalah musuh kepada Keduanya Dan jangan sekali-kali lah Dia tertipu Jadi Allah tanya Alam a'had ilaikum Ya Bani Adam Allah tak budus syaitan Innahulakum adumubin Allah ingatkan dahulu kepada Adam perkara ini sekarang Allah ingatkan kepada anak cucu Adam Setan itu adalah musuh kamu, jangan kamu ikuti.
Ini ulang-ulang oleh Allah ingatan ini. Setan musuh kamu, iblis musuh kamu, jangan dengar dia, jangan patuh dia, jangan ikut dia. Tapi realitinya dalam perjalanan kehidupan Adam dan anak cucunya, seringkali dengan begitu mudah, diperdayakan oleh setan. Karena ramainya anak cucu Adam yang begitu mudah dipadakan oleh syaitan Jadi Allah ingatkan kepada mereka Alam akhad ilaikum ya bani Adam Bukankah aku telah ingatkan kepada kamu, waya anak cucu Adam Peringatan yang aku telah, bukankah aku telah janjikan kepada kamu Yakni, Allah ta'budu syaitan Innahu lakum adumu bin Sesungguhnya, bahwasanya janganlah kamu jembah saitan Sesungguhnya dia itu Sesungguhnya nyata bagi kamu Bila Allah kata Alam ahad ilaikum ya'an bani adam Seolah-olah Seolah-olah Istighfam ini Macam istighfam yang telah kita pelajari Yakni nomor dua dahulu Seolah-olah Apa yang kedua dahulu?
Seakan-akan Macam istiham nomor dua tuh Takriri kan? Kan seakan-akan, seolah-olah Allah inginkan pengakuan daripada anak cucu Adam Bukankah aku sudah berjanjikan kepada kamu? Bukankah aku sudah berkata kamu? Seolah Allah inginkan pengakuan daripada kita Ya, ya Allah benar Tapi bukan itu Allah tanyakan ini karena kita lupa bahwa setan itu musuh kita apa buktinya? bahwa kita sering lupa setan itu musuh kita Allah kata, buktinya kamu sering mendengar ajakannya suaranya, mengikutinya orang yang sering kali dapat dirayu disesatkan oleh setan maknanya orang itu lupa bahwa setan itu musuh sebab itu Allah ingatkan dengan pertanyaan alam abhad ilaikum, alam adilikum ya bani adam istigham tazkiri kenapa kamu lupa, seolah begitu Diingatkan balik dan tah kali yang keberapa Kalau orang katalah membaca Yasin satu minggu satu kali, ya mana setiap minggulah diingatkan Itu kalau satu minggu membaca Yasin satu kali Ayat ini maknanya dia diingatkan sekali setiap minggunya Kalau dalam satu minggu itu ada tujuh jemputan Baca Yasin, ya tujuh kalilah Sebab biasanya kan dijemput suruh baca Yasin Tujuh kali Seminggu tujuh kali Allah ingatkan tapi masih tidak ingat Gimana?
Jadi Allah tanya bukan perlu dijawab. Allah ingatkan kita karena Allah melihat kita. Kamu ini lupa, lupa, lupa.
Baik, contoh yang mudah. Kerana lupa itulah, kemudian diingatkan. Di dalam ayat yang lain, ini yang pernah dialami oleh Tok Nenek Moyang kita, Adam alaih salam.
Tak tahulah sama ada kita memang mewarisi daripada Tok Nenmo yang kita Diingatkan berkali-kali bahwa setan itu musuh masih juga diikuti Masih juga didengar suaranya, bisikannya Dalam surah Al-A'raf Ayat 22 Surah Al-A'raf ayat 22 Nah ini yang pernah dialami oleh moyang kita Subhanallah dan ini berlaku ketika Adam masih berada di jannah pisahnya panjang daripada beberapa ayat sebelumnya tapi terus sajalah padallahumma bi hurur lalu iblis telah memperdayakan keduanya dengan penuh tipu daya Berbagai cara, bagaimana cara Iblis memperdayakannya Ada dalam ayat sebelumnya Ayat 20, kalau dalam surah A'raf, dalam surah Tuhah pun ada فَلَمَّ ذَاكُ الشَّجَارَةُ Maka tatkala keduanya merasakan asyajarah Ini perlu difahami dengan cermat ya, saya tidak tidak bercadang untuk menjelaskannya, sebab biasanya pemahaman terhadap ayat ini terlalu sederhana sebelumnya Allah kata jangan dekati pokok dekati pokok dalam ayat ini pula kesalahan Adam ketika duanya merasai pokok, macam mana pokok dirasai? merasakan kemudian dalam ayat pula akala makan, pokok boleh makan akhirnya kita coba melujikannya karena pokok tak boleh makan pokok tak boleh dirasakan dengan lidah, jadi masuk pokok maknanya buah lah kita pun sudah mulai melujikan sepertinya anda sudah tidak mentafsirkan ayat anda coba mencari ilujiknya Terima kasih. Ya, saya tidak mengerti cara berpikir yang begitu.
Tidak mengapa. Bahadat lahumah saw'atuhumah. Nampak.
Bagi keduanya, aurat keduanya. Saw'ah maknanya keburukan. Maksudnya, bukan sesuatu yang buruk.
Sesuatu itu buruk untuk dinampakkan atau diperlihatkan. Bukan sesuatu yang buruk. Aurat lah maksudnya. Lahumah bagi keduanya, ini bermakna asalnya Pada mulanya, kedua makhluk Allah ini tidak pernah melihat auratnya apalagi melihat aurat lawan jenisnya dengan kesalahan ini mereka bukan sekadar dapat melihat auratnya bahkan dapat melihat aurat lawan jenisnya badatlahumah soal itu wah tentulah ada itu coba kalau kita fahami pokok itu buah Lalu ada buah yang bila dimakan aja terus jadi telanjang Wah ini magic sekali ini Kalau lah buah ini masih ada, wah boleh di... Wah amat mesti orang beli Untuk memperdayakan orang Nggak beli bawang, murah-murah mereka Kalau tak percaya, kalau awak tak percaya ini sedap, boleh rasa sekarang Rasa aja di pasar malam terus telanjang Kadang masih berbau apa ya, cara pemahamannya Tuan-tuan ada makan, pung terus telanjang Berlaku secara masing-masing Ya pemahaman itu sebenarnya sangat-sangat tidak ilmiah lah Sulit untuk dipertanggungjawabkan kebenarannya dari sudut ilmu sebenarnya tidak saya yakin, saya tidak mengikuti yang pahamannya seperti itu karena tidak semua upasir pahamannya seperti itu apalagi dengan perkembangan ilmu yang Allah jelaskan sekarang apalah itu cita yang lain wa tafiqa yaqsifani alaihim ma'am wa'alkirijannah Topikho yaksifani mereka keduanya mulalah menutupi atas aura keduanya Min warokil janah dari lembaran-lembaran surga Kemudian dibayangkan karena sudah telanjang Dia sibuk cari daun Untuk dicantumkan Jadi jahit begitu lah Kemudian dibagikan baju dajwah Terbayanglah tazan lah Ini agaknya betul lah Ini orang untuk memang kita memang itulah Tapi tazan lah orang orang batu orang iyalah Quran dah cerita hadir ngak kan pelik sangat-sangat pelik pemahaman tuh bagi saya sangat-sangat tidak ilmiah lah wanadahuma rabbuhuma lalu Tuhan keduanya ini Allah Subhanahu Wa Ta'ala panggil mereka dua seru dari tempat yang jauh alam anha kuma andil kumasa Terima kasih.
Bukankah aku telah larang kamu berdua daripada pokok itu? Nah, sebab Adam lupa. Adam ini pokok, jangan kamu dekati. Ini diingatkan nih.
Ya, karena iblis kacau dia, lupa yang pokok itu pokok larangan. Lalu larangan tadi dilanggar. Punca sebenarnya ada melanggar lalang Allah, yakni terpedaya. Dan punca orang mudah diperdayakan, mudah sekali melupakan peringatan Allah. Jadi Allah ingatkan balik ini.
Bukankah aku juga belah beritahu pada kamu, wasitain itu musuh yang terbagi kamu berdua. Tapi, ya barangkali inilah fitrah, inilah sifat seorang jadi manusia Sehingga ada kesimpulan sementara Orang yang melanggar laran Allah Melanggar laran Allah, laran Allah dilanggar Kebanyakan sebab dan puncanya ialah terpedaya Terpedaya Punca terpedaya yang paling besar sekali yakni lupa Atau dalam bahasa Al-Quran sebenarnya bukan lupa Lam Najid Lahu Azman itu maknanya bukan lupa Dalam bahasa Al-Qurannya Orang yang mudah terpedaya Melanggar larangan Allah puncanya yakni karena terpedaya Dan orang yang mudah terpedaya puncanya kalau ikut Al-Quran bukan lupa Dia tidak ada keazaman yang kuat untuk mengingat Saya tidak gunakan isilah lupa, sebab Quran tidak gunakan lupa. Saya lebih suka gunakan istilah ini.
Tidak ada keazaman yang kuat untuk mengingat. Lam najid lau azman. Kenapa kita, kenapa tidak ada keazaman yang kuat untuk mengingat? Karena mungkin tidak ada kepentingan. Kalau ada kepentingan, insya Allah ada azam yang kuat untuk mengingat.
Jama baru pindah ke kawasan baru Kawasan perumahan yang beratus-ratus beribu-ribu rumah Jalannya pula beruk, kali pertama pergi ke rumah baru Insya Allah kita, iya ya tadi rumah saya masuk sini, masuk nanti lalu sini, masuk sini Insya Allah keazaman kita untuk mengingati jalan Dari luar hingga sampai rumah kita, insya Allah keazaman kita untuk mengingatinya sangat kuat Sebab apa? Kita ada kepentingan Kan itu rumah kalau lupa, bagaimana? Karena kita ada keazaman yang kuat untuk mengingat, ya dalam 2-3 hari, 2 kali, ingatlah.
Tapi coba katalah, ya maaf, tak pernah pergi kemana-mana, jebut kenduri. Itulah kali pertama seumur hidup, manalah. Kampung-kampung, mana kawan, tinggal di mana. Teluk, pang, lima, garam. Hai mau pergi pun sudah naik takut tengok map kuno pada jalanan ini pasal kapan yang ada nih yu-yu adalah mana saya sedang dengan ini oke oke sampai oke mampat Oke saya sepampat jalan Terus.
Depan itu, sebelah kanan ada sekolah kebangsaan. Naik atas ini, kurang 100 meter. Bilok kiri. Bilok kiri jumpa masjid.
Masjid itulah tempat orang sembahyang. Pusingkan. Iya, oke. Sekarang saya sudah sampai pos ofis. Eh, oke.
Pos ofis. Tak jauh lagi. You terus pusing lagi.
Jadi kita akan patah balik kan. Nak pergi itu pertama. Memang susah lah. Akhirnya berjalan sampai tempat itu. Dah sampai itu, nak balik kita bingung.
Cuman aku nak balik ya. Oh, saya nak balik, you kini-kini, pas ini, oke-oke. Oke, berjaya sampai rumah. Saya yakin, jika sekiranya minggu depan kita suruh pergi lagi, pasti sudah lupa. Pertama, kita tak ada keazaman yang kuat untuk mengingatkan kita tak ada kepentingan.
Buah apa mengingati alamat rumah orang lain? Kenapa anda tidak melupakan, tidak lupa baca Fatiha? Ya, karena keazaman kita sangat kuat untuk mengingat. Karena kita ada kepentingan.
Hari-hari sholat, Fatiha rukun. Sholat ada Fatiha tidak sah. Akhirnya kita tidak lupa.
Tapi begitu anda katanya coba menghafal surah wal-adiyati dhobha Hari ini surah menghafal Minggu depan lupa lagi, kenapa? Karena tak ada kepentingan, untuk apa ya saya menghafalnya? Kan masih ada surah yang dah biasa hafal, kuluhu mpamanya Iya Percayalah Sebab itu saya istilah Bukan lupa Tak ada keazaman yang kuat Sebab bila kita ada azam yang kuat Untuk mengingati Tidak mungkin lupa Jadi Adam Terpedaya melanggar langgaran Allah Puncanya terpedaya Citan mudah memperdayakannya Dan punca Ia terperdaya Mudah diperdayakan Kan larangan Allah itu Semua tak boleh langgar Karena dalam diri Adam kata Allah Tidak Allah tidak temukan Tidak dapati Maksudnya Adam tidak ada keinginan yang kuat untuk mengingat Jadi bila orang tak ada keinginan yang kuat untuk mengingati ini perintah, ini larangan, ini wajib, ini sunat, ini...
Yah, mudahlah si tanak memeluknya. Berbeza dengan orang yang meninggalkan suruhan. Orang yang tinggal suruhan biasanya bukan tepedaya.
Sombong. Iblis disuruh oleh Allah sujud, sujud itu suruhan Kenapa Iblis tinggalkan? Sombong Kebanyakan sebab utama orang tinggalkan perintah karena kesombongannya Kebanyakan sebab kenapa orang langgar larangan terperdaya Sekarang bayangkan kalau orang, apa namanya, kedua-duanya ini ada Dia mudah diperdayakan dan sombong Ya, tak ada kebaikan dalam diri orang ini Dia tahu itu perintah, tapi dilanggar Pasti puncanya sombong Pasti itu Tapi kalau larangan tak dilanggar Ya, kena terpedaya, pengaruh kawan mungkin Dan seterusnya Kenapa mudah terpedaya?
Tidak ada keazaman yang kuat untuk mengingati yang itu mesti ditinggal Sebetulnya Allah ingatkan balik Alam ahagwa, alam akulakuma, alam akhad Walaikum Jika Ingat, ingat, ingat, ingat Jadi ini bukan takriri bukan Ini terkiri Maknanya Allah maha tahu Bahwa hambanya ini mempunyai sifat lupa Dan cara yang berkesan untuk menghilangkan atau mengurangi lah Mengurangi sifat lupa, jangan terlalu kuat lah maksudnya begitu lah Nak menghilangkan mungkin tidak boleh sebab lupa bukan sifat yang tercelah Ada beberapa perkara yang kita wajib lupakan Ya kalau tidak, oh susah Jadi untuk menguranginya, jadi kita mesti berazam untuk Sentiasa mengingati Bagaimana supaya kita punya kekuatan Untuk sentiasa mengingati Kita ada kepentingan Kita melihat sesuatu itu amat-amat kita perlukan Kalau kita tidak menganggap sesuatu itu penting Insya Allah mudah lupa lah Mudah lupa Contoh mudah itu saja lah Mula-mula bingung pergi ke tempat yang baru Malam baru kasan baru Alah baru 2-3 kali dah ingat lah Pusingkan lah Kalau dipusing-pusing pun nanti boleh balik tapi kalau pergi satu tempat yang pertama sekali dan yang tak ada tak ada kepentingan sama sekali lah sebab datang itu pun dijemput saya datang ke rumah awak ni saya ingat rasa umur hidup saya ada 3 kali tak apa masih bingung ya tak ada insyaallah itu ya jadi Tadkiri Sebagai tadkiri Sebagai satu Peringatan Mukhtar Kalim Melihat Mukhtar Kalim mengetahui Mukhtar ini lupa Aku dah ini, aku dah ini Kenapa kamu lupakan Karena kamu lupa kamu jadi begini Jadi maksudnya Janganlah lupa Jangan lupa Tapi dalam bentuk pertanyaan Dalam bentuk pertanyaan Yang tadi, apa namanya? Celaan Dalam bentuk al-itab, dalam bentuk uslub istifham Istifham Dan itu, maksud saya doubt itu mesti ada ya Jadi kalau doubt, sebab ini Dabalauh ini kaitannya dengan kehalusan bahasa Profesor lebih faham lah Kaitannya bila bahasa Bahasa apapun pasti kaitannya dengan Kadang, ya kita lebih banyak Menggunakan hati Iya ya, kenapa sadik Bisa dengan matematik Matematik gunakan otak ya Dua campur dua empat Macam mana rasa empat itu Apa pula empat dirasa Coba rasakan empat itu Hai tak payahlah matematik perlu dirasa mampu jadi kalau kita ingin melakukan eksesai otak belajar matematik tapi kalau kita ingin mengasah kecerdasan spiritual ya karena itu lain yang kita naasah ini kecerdasan IQ kecerdasan intelektual ataupun kecerdasan spiritual Jadi kalau kecerdasan spiritual lebih itu Tadapul Al-Quran kena lebih menggunakan kecerdasan spiritual Nanti akan terasa Walaupun ada sesetengah ayat Kita dituntut untuk lebih menggunakan kecerdasan inteleksual kita Ya, contohnya mungkin ayat-ayat Qawniya lah, mungkin atpah lah Yang hukum akam Allah begini Itu mustahak Sehingga baca Quran Kita mengikuti lah Kita mengikuti Kita mengikuti Apa yang Quran maukan itu Jangan paksa Quran mengikuti kehendak kita Susah nanti Wallahu'alam Itu aja, mudah-mudahan berkati Yang benar-benar Allah