Transcript for:
Berbagai Pandangan Filsafat Ketuhanan

Benarkah alam semesta ini diciptakan oleh Tuhan? Atau manusialah yang menciptakan Tuhan? Filsafat Ketuhanan berupaya memahami tentang hakikat Tuhan.

Sejauh ini Filsafat Ketuhanan telah memunculkan berbagai pandangan yaitu Teisme, Deisme, Ateisme, Agnostisisme dan Ignostisisme. Di sini kita akan mengetahui satu persatu Filsafat Ketuhanan tersebut. Sebelum ditemukannya teori-teori kosmologi modern yang berusaha mengungkapkan dari mana alam semesta berasal, manusia sudah memiliki keyakinan bahwa adanya hubungan sebab-akibat pada alam semesta yang berakhir pada satu penyebab awal yang disebut sebagai Tuhan.

Filsafat ketuhanan yang mengakui adanya Tuhan dan percaya pada agama adalah teisme. Pemahaman teisme mengatakan bahwa Tuhan merupakan sesuatu yang lebih besar dari apa yang tidak bisa dipikirkan dan sebagai kesempurnaan tertinggi di alam semesta. Karena kehidupan alam semesta ini tampak kompleks, yang hal itu tidaklah mungkin muncul dari suatu kebetulan, tentu Tuhan yang menciptakannya.

Sejauh ini sebagian besar umat manusia adalah teisme. Para teis merasa tidak perlu membutuhkan alasan yang lebih mendalam kenapa mempercayai adanya Tuhan. Menjelaskan kenapa beriman kepadanya tidak dapat diungkapkan dengan perkataan semata.

Jadi marilah kita berkenalan dengan filsafat ketuhanan selanjutnya, yaitu, Deisme. Jika Anda seorang teis, mungkin menurut Anda bahwa seseorang tidak dapat beriman kepada Tuhan jika tanpa beragama. Namun nyatanya ada mereka yang bertuhan tanpa beragama. Mereka inilah disebut Deisme.

Menurut Deisme, setelah Tuhan menciptakan alam semesta ini, Tuhan tidak lagi ikut campur tangan untuk segala kejadian di kehidupan alam semesta. Tuhan hanya ada di saat penciptaan saja. Setelah penciptaan alam semesta selesai, Tuhan tidak lagi berhubungan dengan alam semesta. Karena jika tetap ada hubungan Tuhan dengan kehidupan ini, berarti Tuhan juga yang menjadi penyebab segala penderitaan di kehidupan ini. Deisme percaya kepada Tuhan yang transcendental, namun tidak mempercayai agama.

Menyangkal wahyu sebagai sumber pengetahuan dan menekankan bahwa dengan akal budi dan pengamatan terhadap dunia, itu sudah cukup untuk memastikan adanya Tuhan. Bagi Deisme, Agama tidak harus dipercayai karena agama hanyalah proyek kebudayaan buatan manusia. Bertuhan tanpa beragama bukanlah hal yang aneh, dan tidak berarti menjadikan seseorang lupa pada nilai-nilai kemanusiaan. Selanjutnya filsafat ketuhanan yang masih dianggap kontroversial, yaitu ateisme.

Ateisme merupakan paham yang tidak mempercayai adanya Tuhan. Atheisme bukanlah suatu filsafat ketuhanan yang baru saja lahir. Jika kembali ke sejarah, semasa agama-agama Samawi muncul, Yahudi, Kristen dan Islam, sebagian kaum pagan menganggap agama-agama Samawi adalah ateisme. Karena agama-agama Samawi tidak beriman pada Dewa Dewi yang disembak kaum pagan.

Namun saat ini ateisme adalah ketidakpercayaan adanya Tuhan atau Dewa Dewi. Jadi, definisi ateisme mengalami perubahan. Tidak tahu bagaimana lagi nanti kedepannya makna ateisme. Para ateis modern menyatakan bahwa tidak ada apa-apa di luar dunia fisik alami, tidak ada kecerdasan pencipta supernatural yang menunggu di balik alam semesta yang dapat diamati. Tidak ada jiwa yang bertahan setelah matinya tubuh dan tidak ada keajaiban kecuali dalam arti fenomena alami yang belum kita pahami.

Jikapun ada sesuatu yang tampaknya berada di luar alam sebagaimana alam itu kurang dipahami saat ini. Berharaplah akan memahaminya suatu saat dan memasukkannya ke dalam hal yang alami. Sama seperti deisme, menjadi seorang ateis tidak berarti akan menjadi manusia yang tidak bermoral.

Bukti Banyak para ateis yang bermoral tanpa tunduk pada hukum-hukum agama. Menurut para ateis, moralitas tanpa hukum akan lebih bermoral. Perdebatan para ateis dan ateis mengenai hakikat Tuhan masih menjadi perdebatan yang panas sampai hari ini.

Teis dan ateis saling serang dengan memberikan berbagai argumen. Namun sampai saat ini belum ada bukti yang cukup untuk menyatakan bahwa Tuhan itu ada atau tidak ada. Karena jika bukti tersebut sudah ada, maka tidak akan ada lagi perdebatannya.

Sampai saat ini, tidak ada pendapat tentang Tuhan yang dianggap final dan memadai. Hal tersebut memunculkan filsafat ketuhanan lainnya yaitu agnostisisme. Agnostisisme merupakan paham yang menyatakan bahwa Tuhan tidak dapat dibuktikan ada atau tidak adanya dan menolak untuk mempercayai agama karena sepertinya kebenaran mengenai Tuhan itu berada di luar realitas yang berarti tidak dapat dijangkau nalar manusia ketika seseorang menyatakan bahwa dirinya percaya atau tidak percaya adanya Tuhan pernyataan tersebut hanya berdasarkan pengetahuan pemahaman dan interpretasinya saja sementara manusia memiliki batas pengetahuan menurut para agnostik, Tuhan bisa saja ada atau tidak ada perdebatan mengenai eksistensi Tuhan tidak hanya terjadi antara teis dan ateis para agnostik pun juga sering berdebat dengan teis ataupun ateis maka sebagai reaksi dari perdebatan itu Muncullah filsafat ketuhanan lainnya yang disebut Ignostisisme atau Ikteisme Jika seorang teis dan deis mengatakan, Tuhan itu ada Sedangkan ateis mengatakan, Tuhan itu tidak ada Dan seorang agnostik mengatakan, saya tidak tahu apakah Tuhan ada atau tidak ada Maka seorang iknostik akan mengatakan bahwa saya tidak tahu apa yang dimaksud ketika dikatakan Tuhan itu ada atau Tuhan itu tidak ada Jadi, iknostisisme adalah penolakan istilah Tuhan sebagai hal yang bermakna Karena terlalu banyak asumsi mengenai Tuhan dan agama Istilah Tuhan, agama atau konsep teologis apapun haruslah disertai dengan sebuah definisi yang jelas Tanpa definisi yang jelas, istilah tersebut tak dapat dibahas secara bermakna. Jika istilah Tuhan tidak menunjuk ke hal apapun yang dapat didefinisikan secara beralasan yang jelas, maka tidak ada metode yang dapat dilaksanakan untuk memahami tentang Tuhan. Dengan demikian, keberadaan Tuhan tidak begitu penting untuk diperdebatkan atau didiskusikan.

Setiap filsafat ketuhanan memiliki pandangannya tersendiri. Suatu hal yang hendaknya dipahami, menjadi seorang teis, deis, ateis, agnostik, ignostik, itu bisa dikatakan bukanlah suatu hal yang mutlak melainkan suatu posisi. Apapun filsafat ketuhanan Anda, tetaplah berikan yang terbaik bagi sesama manusia dan alam ini.