Jepang adalah negara yang telah bergabung ekonomi selama lebih dari 30 tahun. Dalam hal GDP, ekonomi mereka tidak berkembang sama sekali. Bahkan tahun ini, mereka mengalami resesi.
Tetapi, orang Jepang adalah salah satu negara yang memiliki orang yang bahagia, keharusan hidup yang paling panjang. Harga mereka cukup untuk kebutuhan hidup asli pakaian, makanan, penyelamatan, tanpa perlu berpengaruh. Kita juga bisa melihat hal yang sama yang berlaku di Australia, di mana pekerjaan dengan standard kecil hidup itu jarang. Anda bisa menjadi pekerja pembinaan atau asisten rumah, tetapi Anda harus memiliki kekuatan. Gini Coefficient adalah angka yang bisa ngukur kesenjangan kekayaan atau kesenjangan pendapatan di suatu negara.
Gini Coefficient dengan nilai 0 artinya di negara itu bener-bener setara semuanya. Gak ada kesenjangan. Lu mau kerja jadi OB, kulih bangunan, sampai dengan CEO, gaji lu sama, kekayaan lu sama, rumah lu sama.
Tapi, Gini Coefficient dengan nilai 1 artinya negara lu itu bener-bener parah banget kesenjangannya. Ada orang yang gajinya cuma 500 ribu dan tinggal di gubuk. Tapi ada juga yang gajinya 100 juta dan itu tinggal di sebelah rumah gubuk lu. Tinggalnya di vila. Nah menurut lo, Indonesia itu nilai Gini coefficient-nya berapa?
Nah ini adalah nilai coefficient Gini beberapa negara yang kita sudah familiar. Dari China sampai Jepang. Ternyata, langkah Indonesia itu coefficient Gini-nya masih rendah. Jadi kesenjangan di negara kita jatuhnya lumayan B aja ya.
Dibandingkan dengan Singapura, China, maupun US. Yang mana kalau kita lihat China sama US itu udah parah banget sebenernya. Apalagi di New York gitu, kalau kita lihat cerita-cerita orang ya.
Katanya sih negara kaya, tapi kok banyak gembel di mana-mana, bau pesing, atau bahkan bau ganja, terus banyak juga perampokan, banyak juga penembakan, ya itulah kesenjangan sosial. Tapi menariknya adalah dengan angka Gini Coefficient yang masih kecil kayak gini di Indonesia, gue yakin lo semua yang nonton YouTube di sini, itu lo mungkin bingung sama kesenjangan sosial di Indonesia. Contohnya aja kalau lo nonton video spill gaji orang-orang di YouTube.
Boleh spill nggak? Income per bulannya berapa? Satu miliar. Satu miliaran. Atau lo nonton video 1% nih tentang tabungan ideal Yang gue bilang sampai umur 29 Baiknya lo punya uang 100 juta Mungkin lo aja udah kaget gitu Gimana cara dapetinnya umur 30 100 juta Pasti banyak dari lo yang bertanya Ini mereka-mereka yang bisa punya tabungan ratusan juta Punya gaji 2 digit gitu Punya hasil miliaran itu tuh duit dari mana sih?
Mungkin banyak dari lo bingung Karena lo sendiri mungkin bingung Dapetin 5 juta per bulan Atau WMR Jakarta aja udah susah banget Kok bisa ya orang-orang punya gaji belasan puluhan ratusan juta? Nah pertanyaan itu adalah ya keadaan kesenjangan sosial yang lo rasakan. Gitu saking mungkin lo menengah ke bawah gitu ya lo nggak tau gitu bahwa ada orang yang bisa gajinya tuh 8 juta 10 juta dengan mudah di Jakarta. Nah ironisnya memang begini ya di banyak negara pertumbuhan ekonomi yang tinggi itu berjalan lurus dengan kesenjangan sosial.
Semakin kita maju semakin senjang negara kita. Seperti di US atau China ekonominya memang tumbuh pesat. Sangat super power Tapi pertumbuhan ekonominya tidak dirasakan oleh semua orang Yang menikmatinya hanya siapa?
Hanya segelintir orang saja Jadi apakah masih worth it untuk hustle-hustle-hustle terus? Apakah kita harus menyerah aja dan yaudah hidup sederhana? Itu pertanyaannya ya Jepang dan Australia adalah negara maju.
Menariknya adalah kesenjangannya tuh relatif rendah. Nah ya, dari angka koefisien gini negara maju kayak Australia atau Jepang, kita bisa lihat bahwa ternyata ada ya negara yang lumayan utopis gitu. Bahwa ternyata bisa loh. Ekonomi tuh maju, public transport bagus, pokoknya segala rupa dibiayain lah ya sama pemerintah, enak gitu hidupnya.
Tapi bisa dirasain sama hampir semua orang, makanya kesenjangannya rendah. Dan kita mungkin bisa belajar gitu ya bahwa Orang-orang dan pemerintah di Jepang dan Australia Ternyata mengerti loh bahwa Gak perlu ambis-ambis banget untuk hidup Bahwa gak perlu loh untuk jadi kaya Misalnya kita invest high risk di kripto gitu Gak perlu loh Lo jadi kayak gue gitu Misalnya jadi content creator ya Jadi pebisnis Biar kaya gitu Gak perlu Karena faktanya Kerja biasa-biasa aja Atau jadi pekerja kasar nih ya Di Jepang dan Australia Itu udah lebih dari cukup buat hidup Kita jadi mungkin bisa belajar gitu Bahwa sebetulnya individu tuh gak perlu ambis-ambis banget Hidup tuh gak perlu loh Ngejar-ngejar duit terus Gak perlu loh, uang didewakan banget Dan ternyata banyak masyarakat di beberapa negara tertentu Sudah membuktikan ini Meskipun di Indonesia belum ya Karena kalau kita pikir-pikir ya Kalau kita pikir-pikir lagi Emang siapa sih yang butuh duit Misalnya achieve 1 miliar pertama di umur 20-an gitu Kan kita gak butuh juga, buat apa gitu Kenapa harus kerja keras banget sih Nah ya, makanya gue membuat video ini Dimana gue bakal ngebahas tentang cara hidup santai Dan cara terhindar dari overthinking Dan cara untuk hidup Nggak ambis itu Udah capek ya sih kita ya Kita udah capek lah nonton berbagai macam konten-konten Pamer kekayaan ya Udah banyak juga di luar sana orang-orang yang menyuarakan Bahwa manusia tuh harus ambis Harus kerja Harus menderita lah hidupnya Capek cun Dan kedua 1% juga udah sering banget menyuarakan seperti itu Bahwa memang manusia harus ambis Ya betul kita percaya itu ya Harus punya tabungan 100 juta Harus punya tabungan 1 miliar Umur 20-30 Tapi mungkin realita itu jauh buat lo yang nonton, dan mungkin lo emang nggak mau kaya aja pada dasarnya. Dan itu nggak apa-apa menurut gue. Nah kalau lo adalah orang seperti itu, lo nonton video ini sampai habis.
Gue mau ngambil di video ini perspektif paling santuy tentang dunia. Kita coba healing bentar lah di video ini. Buat lo yang suka habis juga, mungkin lo butuh video ini.
Karena biar lo nggak nanti udah kaya, tapi malah jadi stres gitu pas udah kaya. Jangan sampai gitu. Kita kan kaya biar happy, bukan buat stres. Takutnya kita terlalu banyak mengejar uang, uang, dan uang, tapi nggak menikmati hidup.
Oke, enjoy the video. Di China kita bisa melihat bahwa sekarang ada gaya hidup yang dinamakan Bailan. Bailan itu kalau ditranslate mentah artinya adalah let it rot, alias yaudah dibiarin membusuk aja.
Bailan ini adalah fenomena yang terjadi pada Gen Z Gen Z di China, yang ngerasa bahwa hidup ini tuh udah kagak jelas. Mendingan gue nyerah aja, mendingan gue fuck up aja, mendingan gue mabok-mabokan tidur di jalan aja udah Dan ini tentu adalah jawaban yang bisa jadi dalam tanda kutip make sense buat negara yang kebanyakan populasinya ateis Ya, gak percaya agama Kalau di Indo mungkin kalau lo miskin ya lo masih punya pelarian, pelariannya ke agama gitu ya Hidup lo fuck up ya lo bisa ke agama Lagipula kesenjangan kita juga kan gak setinggi di China Kalau di China mereka miskin pelariannya kemana gak ada Yaudah emang fuck up aja hidupnya tinggal nunggu meninggal gitu mungkin kalau di sana ya Sayangnya tapi sayangnya fenomena bailan ini bukan cuma terjadi di China Ini juga udah gue lihat terjadi di sebagian populasi Gen Z Indonesia Banyak Gen Z yang akhirnya jadi sampah masyarakat gak punya ambisi apa-apa memilih buat nyerah tapi kalah gitu Dan agama pun seringkali dijadikan tameng untuk hidup gue fuck up ya gak apa-apa lah ini cuma dunia dan lain-lain gitu Ya kalau hidup lu fuck up ya Dibenerin lah harusnya ya Ya belajar agama gak salah Cuman harus disertai juga dong Kan bukan berarti materi di dunia tuh gak penting Lu mesti bisa hidup juga Memang menyerah juga gak salah ya Karena kadang buat menang perang Bisa jadi kita harus mundur dulu Ya kan Sirat dulu baru lakuin serangan balik Masalahnya adalah banyak yang malah mundur Terus gak ngapa-ngapain Akhirnya depresi gitu Menyerah terus mati gitu loh ya Apakah kita bisa menyalahkan orang-orang yang depresi ini? Ya tentu tidak Karena hidup memang sulit Kita baru ngomongin uang dari tadi Belum masalah lain Kayak misalnya keluarganya toksik lah Sandwich generation Jomblo menahun Gak punya temen Dan berbagai masalah lain yang bikin Gen Z ini akhirnya menyerah Belum lagi pas liat sosmed Ya disuguhi sama konten-konten yang gila gitu Entah konten selingkuh lah Atau konten cara dapetin 1 miliar pertama di usia 20-an gitu Yang mungkin sulit titial untuk dicapai Jadinya kita ekspektasinya tinggi Usahanya rendah Mending nyerah aja Konten kayak gitu jadi nyebelin aja Iya kan?
konten yang seharusnya dibuat oleh orang yang sudah sukses gitu bikin orang harusnya jadi merenung malah bikin orang jadi tersinggung apalagi IQ Indonesia rendah-rendah ya dikasih konten begitu pada tersinggung lah bukan merenung bener gak? that's why menurut gua kita harus belajar dari Jepang yang ekonominya stagnant tapi kok orang-orangnya bisa cenderung bahagia ya? kok panjang umur gitu orangnya? Kalau kita lihat, ekonomi Jepang itu sudah puluhan tahun tidak bertumbuh, stagnan aja.
Bahkan sekarang mereka lagi resesi. Tapi menariknya adalah mereka bisa bikin ekonomi stagnan ini jadi bagus buat rakyatnya. Oh bagus kan, kan nggak ada pertumbuhan ekonomi.
Well, bagus karena kesenjangan ekonominya relatif rendah. Yang kaya banget ada, tapi yang miskin banget itu jarang lah di Jepang. Kita jarang ngeliat gembel gitu.
Kayak gitu-gitu di Jepang jarang. Pemerintah dan masyarakat Jepang ternyata berhasil membuat orang biasa, para kelas menengah ke bawah ini, menikmati stagnasi ekonomi. Jadi meskipun stagnan, nggak bertumbuh, ekonominya jadi merata Jadi nggak ada tuh kenaikan kekayaan pejabat yang tidak wajar gitu ya Atau kenaikan kekayaan influencer yang tidak wajar gitu Nggak ada tuh kerja jadi supir taksi, kulih bangunan, terus dihina sama orang karena gajinya dianggap kecil, nggak juga Beda lah dengan di Indonesia ya Orang-orang Jepang ternyata bisa hidup sederhana, bisa hidup cukup, bisa hidup bahagia, bisa hidup panjang umur Karena ya itulah hasilnya ya Ketika hidup udah merata, hidup udah cukup, kita bisa jadi bahagia dan panjang umur Nah buat lo semua warga-warga Indonesia Kita bisa belajar dari Jepang Apa yang dilakukan orang Jepang?
Ada beberapa Pertama kerja yang bener Tapi ketahui batasan diri lo Orang Jepang tuh gue liat Nggak yang kayak ambis terus maksa gitu Jadi kayak misalnya Oh gue harus punya ini dulu Rata-rata orang Jepang tuh gue liat ya Menghargai proses Jadi mereka nggak maksa Buat jadi orang lain yang bukan mereka Jadi kalau memang si orang Jepang ini merasa nggak cocok jadi pebisnis, dia bakal jadi karyawan. Kalau dia misalnya mungkin nggak paham kripto gitu ya, atau nggak suka investasi gitu, ya dia nggak akan investasi. Nah ini yang gue lihat dilakuin oleh banyak orang Jepang.
Biasanya mereka memilih satu bidang, kerja yang benar, dedikasi di sana, punya integritas, punya loyalitas. Saking berintegritas, saking dedikasinya. Nggak jarang dedikasinya ini bisa sampai puluhan tahun, atau bahkan seumur hidupnya.
Nah jadi kuncinya, orang Jepang gimana cara biar happy, gimana cara biar panjang umur, kerja, ya kerja keras, tapi ketahui batasan. diri lo. Gak semua orang ditakdirkan jadi content creator, gak semua orang ditakdirkan jadi entrepreneur, gak semua orang ditakdirkan untuk investasi, ya untuk punya passive income tapi semua orang bisa kerja keras di satu bidang sampai jadi expert. Terutama bidang yang disuka. Gak kerasa kerja malah kalau bidang yang disuka ya.
Yang kedua biasanya orang Jepang itu punya hobi atau tempat kabur. Ya kadang sehat kadang gak sehat. Apakah betul orang-orang Jepang suka kerja? Betul. Malah kadang-kadang sampai overwork.
Pelariannya kemana biasanya kalau yang toksik, kalau yang jelek? Ya biasanya ke alkohol. Ya kan? Kerja sampai malam, lembur, minum-minum, abis itu bangun subuh kerja lagi gitu.
Nah, yang kayak gitu jangan ditiru overworknya dari orang Jepang. Itu mungkin yang jeleknya. Ada juga loh yang bagus-bagusnya ya, orang Jepang itu. Kayak misalnya salah satu series Jepang, namanya adalah The Road to Red Restaurant List. Nah, jadi orang Jepang itu biasanya, mungkin mereka nggak suka-suka banget sama kerjaan mereka.
Atau mungkin mereka suka lah. Tapi kan, ya namanya kerja, pasti ada stressnya dong. Nah, biasanya orang Jepang itu...
punya hobinya masing-masing, ya kan? Banyak hobi-hobi yang dijalankan secara religius oleh orang Jepang. Kalau di series tadi, hobinya adalah apa? Hobinya adalah tiap weekend, si cowok ini, dia akan bawa mobilnya, mobil Frit tuh, yang kecil. Terus abis itu dia bakal cari makanan di pedesaan sambil tidur di mobilnya.
Ada juga banyak ya orang-orang Jepang lain yang melakukan hal yang berbeda, tapi sama, sama-sama hobi. Contohnya baca buku, nyobain kuliner sekitar kota mereka. Nonton anime, traveling, sampai tadi camper van ya.
Nah, menurut gue, semua orang, dan ini juga yang dilakukan orang Jepang, mereka tuh biasanya punya tempat kabur. Nah, usahakan punya tempat kabur yang sehat. Apalagi buat lo yang gampang capek, gampang stres. Makanya gue menyarankan semua orang itu untuk punya hobi. Karena kalau lo nggak punya hobi, lo nggak akan punya tempat untuk kabur sejenak dari segala urusan lo.
Akhirnya apa? Ya fuck up. Dan biasanya orang yang nggak punya hobi juga akan menggantukan kebahagiaannya ke objek lain yang nggak bisa dia kontrol. Contohnya apa? Pasangan.
Ya kan, ngarep pasangan itu harus bikin kita happy Pekerjaan, uang, atau apapun Yang sebenarnya nggak 100% bisa kita kontrol Dan nggak sustainable juga Mau sampai kapan sih kita mengutamakan kebahagiaan Misalnya uang gitu Ya kan selalu ada orang yang punya uang lebih banyak Atau pasangan Ya mungkin pasangan kita kadang-kadang capek, kadang-kadang bete Nggak bisa menurunkan keinginan kita gitu Ya kan Baiknya semua orang itu makanya punya hobi Buat tempat kabur sejenak Karena hobi itu salah satu hal yang so far bisa kita kontrol Dibandingkan hal-hal lain Kalau nggak punya hobi, yang harus lo lakukan, poin ketiga nih ya, yang harus lo lakukan adalah explore. Jadi salah satu cara terbaik buat orang kecapean, orang yang lagi penat, orang yang bosen hidup, nggak tahu hidup ini mau ngapain gitu. Kabur aja dulu, kabur dari kamar lo sekarang, pergi ke kota lain, pergi ke daerah lain, atau bahkan ke negara lain. Kenapa? Karena dengan lo pergi ke tempat lain, lo bisa beneran ngilang dulu dari rutinitas.
Karena kadang-kadang tubuh kita, saking udah terbiasanya untuk stres, di kamar nih ya, di kamar yang keluarga lo toxic misalnya gitu marah-marah mulu, lo dimarahin orang tua dan lain-lain itu kadang tubuh kita membiasakan ya untuk kita jadi stress terus jadi kayak bisa dibilang traveling tuh ya salah satu cara healing yang terbaik ya kalau dilakukan dengan benar itu meskipun jangan lakuin traveling ini cuma buat healing atau kabur doang karena nggak ada penyesaiannya ya kan, lo ada masalah lo kabur balik lagi masalahnya tetap ada ya kan mendingan ke psikolog aja kalau gitu biar masalahnya kelar Tapi traveling ini juga berguna buat nyobain berbagai vibes dari budaya-budaya yang baru, yang belum pernah lo explore sebelumnya. Cobain deh berbagai vibes kota-kota baru yang udah atau belum pernah lo kunjungi. Kalau lo di luar Jakarta, cobain kerasnya Jakarta, kerasnya Surabaya, kerasnya Singapura, kerasnya Tokyo.
Ini semua adalah kota-kota yang keras, kota-kota yang disiplin, kota-kota yang orang-orangnya jalannya cepat, tapi gampang cari duit. Biasanya ada dua sisi, kalau lo sebagai turis, biasanya ngeliat Jakarta tuh asik. Tapi kalau dari sisi pekerja Jakarta keras Cobain juga vibes-nya Bandung, vibes-nya Malang Vibes-nya Jogja Kota-kota gede yang kita lihat masih santuy Dan biasanya jadi kota pelajar Paling enak di Bandung, Malang, Jogja Buat belajar Mirip-mirip juga sama kayak Melbourne Atau kota-kota kecil di Australia Cobain juga sesekali jalan-jalan ke Bali, Solo Kota-kota kecil yang slow living Siapa tau setelah lo nyoba Jangan-jangan resign dan pindah kerja adalah tindakan yang tepat. Meskipun gaji lo berkurang, tapi pikiran lebih tenang. Dalam satu tahun terakhir, gue juga akhirnya mulai banyak traveling.
Dan akhirnya gue juga bikin salah satu akun Instagram baru, namanya adalah Evanss Travel Gue. Dan itu sebenarnya jujur adalah pengalaman yang oke banget sih dalam hidup gue ya. Gue jadi tau prioritas gue apa, gue jadi tau gue mau tinggal di mana. Dan gue jadi tau kalau misalnya ke luar negeri, itu tuh nggak butuh banyak duit.
Jadi buat lo yang nggak punya banyak duit, ngerasa kayak susah keluar dari zona nyaman lo sekarang, atau tempurung lo sekarang. Jangan lupa, traveling tuh bukan cuma soal nikmatin hal-hal fancy. Traveling tuh bukan cuma harus budget gede gitu. Justru menurut gue pribadi, yang berharga soal traveling adalah gimana kita semua bisa relate sama kota tersebut.
Bisa nikmatin culture-nya, bisa ngeliat ini kota cocok gak sih sama gue. Lagi pula kalau kita sedikit aja teredukasi, nyari makanan murah tuh mudah sebenernya. Di Bali tuh banyak makanan misalnya harganya 10-15 ribu.
Tapi banyak orang yang liburan ke Bali habis jutaan dalam beberapa hari. Yaitu kalau ke kafe-kafe masalah. Ya boleh dong ke cafe mahal, gue juga suka. Tapi kalau lagi gak ada duit, banyak juga opsi lain. Jadi slow living atau traveling itu gak selalu mahal.
Apalagi sekarang udah ada banyak bank digital. Contohnya adalah Blue ya. Kalau gue pakai Blue, biasanya gue nabung tuh. Kalau misalnya dulu juga, pas gue masih gajinya sekitaran WMR, gue nabung.
Dan sekarang apalagi udah ada fitur kayak Blue Gather, itu lo bisa nabung sama temen-temen lo. sebulan 1 juta misalnya, sampai nanti bisa beli tiket ke luar negeri sekalian sama makan sama hotel itu tuh asik banget sebenernya, hidup cukup kayak gitu ya tapi bisa jalan-jalan ke luar negeri, menurut gue itu asik banget sih gue kalau baik kayak gaji Wmr, apakah gue bakal ngejar 1 miliar pertama, 2 miliar pertama? mungkin nggak ya karena gue udah merasakan juga punya duit tuh nggak sepenting-penting banget itu lah meskipun ini ironis ya, karena gue bisa dibilang ya gue punya duit gitu sekarang tapi gue bilang kayak gitu, ya itu sih Jadi jangan lupa bahwa ke luar negeri, explore, healing itu bisa di planning.
Mulai dari 3 bulan sampai 1 tahun bisa di planning. Itu ke Jepang juga bisa kok dengan gaji WMR. Dan jangan lupa juga, ya ini sedikit pesan sponsor.
Kalau misalnya lo ke luar negeri, bawa payment yang tepat. Kayak misalnya bisa pakai Blue Debit Card. Ini canggih banget yang gue selalu bawa kemana-mana.
Gue bawa ke Singapura, gue bawa ke Malaysia, gue bawa ke ya berbagai tempat. Karena kartu ini, dia udah punya fitur contactless. Udah punya fitur contactless.
Terus juga kartunya Mastercard Jadi bisa ngambil duit di luar negeri Pakai ATM luar negeri bisa Di public transportnya Singapura juga bisa Buat tap-tap bayar ke cafe luar negeri Di Bangkok, di Singapura, Malaysia, Australia Ini enak banget Udah terintegrasi juga sama public transport Jadi silahkan Pakailah fitur-fitur seperti ini dari Blue Salah satu bank digital yang gue rekomendasikan Oke, balik lagi Jadi apakah hidup sederhana itu salah? Well, nggak juga Kita juga bisa hidup bahagia dengan sederhana Dan kita bisa belajar dari kota-kota lain, negara-negara lain yang kesenjangannya lumayan rendah. Terakhir, gue mau ngasih lo beberapa pertanyaan yang bisa lo pikirin untuk lo evaluasi diri. Pertama, hidup seperti apa sih yang lo mau? Dan yang kedua, kota seperti apa sih yang ideal buat lo hidup?
Dua pertanyaan itu bisa lo jawab di kolom komentar. Dan ini kalau dijawab dengan tepat, nanti bakal ngaruh banget loh kehidup lo. Gak ada yang tau kan beberapa tahun lagi lo bakal hidup di mana, sama siapa, dan ngapain. Nah, itu adalah tiga pertanyaan terbesar yang menurut gue harus dijawab oleh semua manusia. Semoga video ini bermanfaat.
Gue Evans dari 1% Well, thanks.