Transcript for:
Mengajarkan Anak Sopan Santun dan Keberanian

wa sallallahu ala nabiyyina wa sayyidina muhammadin wa ala alihi wa sahbihi ajma'in amma ba'd kita banjatkan puja dan menyukur keadilan Allah subhanahu wa ta'ala pada kesempatan yang berbahagia kali ini hari Senin tanggal 11 dulqadah 1445 hijriah Atau yang bertempatan dengan tanggal 20 Mei 2024 kita kembali diberi kekuatan, ketahatan, hidayah, serta taufik dari Allah Jalla wa'adah sehingga kita bisa kembali menghadiri pengajian rutin Senin pagi di Masajid Manarul Ilmi di Kompleks Pondok Pesantren Tunas Ilmu di Desa Gedung Wuluh, Turba Lingga ini kita berharap Semoga Allah subhanahu wa ta'ala berkenan untuk melimpahkan kepada kita semuanya ilmu yang bermanfaat sehingga bisa kita amalkan sebagai bekal untuk menghadap kepada Allah jenla wa'adah Allahumma amin Salawat dan salam Semoga senantiasa tercurahkan kepada jenungan kita Nabi Agung Muhammad Sallallahu alaihi wasallam kepada keluarganya, sahabatnya, dan umatnya yang setia mengikuti tuntunannya hingga akhir-akhir nanti. Bapak-bapak, ibu-ibu, para hadirin, para hadirat, juga sekena pendengar, setahap pemirsa, rahimani, warahimakumullah. Kembali kita mengkaji fikih pendidikan anak kali ini sampai di serial nomor 192. Mengangkat tema mengajari anak, sopan, santun, dan keberanian.

Berarti ada berapa hal yang perlu kita ajarkan kepada anak? Dua hal. Yang pertama, sopan, santun.

Yang kedua, keberanian. Kenapa Ustaz kok nggak dibahas satu-satu aja? Sekarang bahas ngajari anak sopan santun, nanti pertemuan berikutnya ngajari anak keberanian. Kenapa kok langsung dibahas dalam satu pertemuan?

Karena ada maksudnya. Sebab sebagian orang mengira bahwa sopan santun dan keberanian itu Buan dua hal yang bisa dilakukan bersama-sama. Ada sebagian orang yang mengira itu tidak mungkin ada orang sopan tapi berani, ada orang berani tapi sopan.

Biasanya kalau orang sopan itu penakut. Pakai wuh, pemalu dalam makna yang tidak baik Atau sebaliknya kalau ada orang berani biasanya ngomongnya kasar, tidak sopan Ini adalah pemahaman yang harus diluluskan Orang itu bisa sopan dan berani di waktu yang sama Bisa berani dan sopan di waktu yang sama Jadi ini bukan dua hal yang kontradiktif Tidak berarti bahwa orang yang sopan itu berarti penakut Atau orang yang berani berarti tidak sopan Rasulullahullah SAW Panutan kita Itu biasa mengajarkan anak-anak kecil di zaman beliau Dua hal tersebut secara bersamaan Apa tadi? Sopan santun dan keberanian. Jadi dalam satu momen, dalam satu kejadian, dalam satu peristiwa, Rasulullahullah s.a.w. mengajarkan keberanian dan sopan santun sekaligus.

Jadilah anak yang sopan dan jadilah anak yang pemberani. Jadilah anak yang pemberani dan jadilah anak yang sobat. Mari kita lihat contohnya.

Dalam sebuah hadith yang diriwayat dengan nama Buhari dan Muslim. Hadith ini pernah kita sampaikan pada sebuah pertemuan. Diceritakan bahwa Nabi S.A.W. minum.

Kenapa? Minum. Dan saat itu beliau tidak sendirian.

Beliau tidak sendirian. Beliau bersama dengan beberapa orang sahabat. Dan Allah menakdirkan saat itu ada yang duduk di sebelah kanan, kanannya siapa?

Nabi SAW dan ada yang duduk di sebelah kiri. Biasanya Rasulullahullah SAW gitu kalau habis minum, maka beliau akan mempersilahkan. Orang yang di sebelah mananya untuk minum setelah beliau, kanan. Jadi kebiasaan Rasulullahullah SAW, kalau beliau habis minum, beliau akan mempersilahkan orang yang duduk di sebelah kanannya untuk minum sesudah beliau. Itu kebiasaan Nabi Saw Dan itulah sunnahnya.

Itulah sunnahnya. Kenapa? Karena kanan lebih istimewa daripada kiri. Makanya kalau kita melakukan sesuatu yang baik-baik, pakai apa?

Tangan kanan. Kalau melakukan sesuatu yang kotor-kotor, pakai tangan kiri. Makan, pakai tangan apa? Kanan Angkat tangan, pakai tangan Kanan, apa lagi? Ngasih Ngasih orang Pakai tangan, kanan Ngambil sesuatu, nerima Pakai tangan, kanan Tangan kiri buat apa?

Bu apa? Salaman pakai tangan apa? Tangan.

Yang baik-baik pakai tangan kan? Tangan kiri buat? Nabi BAB. Nabi BAK. Ya, maaf buat C Bu C, bok.

Tangan kiri. Makanya Rasulullahullah SAW habis minum, beliau persilahkan biasanya orang yang disebelah tangan. Tapi saat itu yang duduk di sebelah kanan Nabi SAW adalah anak kecil. Kenapa? Anak kecil.

Terus yang duduk di sebelah kirinya siapa? Orang tua. Kenapa?

Orang tua. dan secara etika secara etika mana yang didahulukan? anak kecil atau orang tua? orang tua makanya kan kalau ada anak kecil ngomong padahal ada orang tua orang tuanya belum dipersilahkan itu tidak sopan tidak sopan itu sudah maharuf itu Maka, Rasulullahullah SAW, apa yang dilakukan?

Kalau beliau kasih yang kanan, padahal itu yang benar, nanti orang-orang tua agak gimana kan? Masaa? Didahulukan?

Anak kecil, padahal ada orang tua. Kalau Nabi SAW dahulukan yang tua, mereka duduknya? Di sebelah kiri, menyelisih sunnah. Sunnahnya dahulukan yang kanan. Apa yang dilakukan oleh Nabi S.A.W? Kenapa bu?

Minta izin. Kenapa? Minta izin. Kepada siapa? Anak kecil.

Bayangkan, anak kecil. Apa minta izinnya? Boleh enggak, boleh enggak gelas ini saya kasihkan dulu kepada orang tua yang ada di sebelah kiri saya.

Ini jatah mulu. Karena kamu duduk di mana? Sebelah kanan.

Tapi apakah kamu berkenan? Apakah kamu mengizinkan? Andai kan jatahmu ini saya berikan kepada orang tua yang ada di sebelah kiri saya.

Sebagai bentuk sopan. Itu yang dilakukan oleh Nabi Saw Apa respon anak kecil itu? Sama anak kecil itu dibolehkan atau tidak? Bu, anak kecil itu membolehkan atau tidak? Tidak.

Maka apa yang dilakukan oleh Nabi S.A.W? Memberikan ke siapa? Anak kecil. Kenapa?

Karena anak kecil ini tidak mau. Catahnya diambil sama orang lain. Singkat cerita, anak kecil itu minum, baru kemudian diberikan kepada...

Orang yang lebih tua yang duduk di sebelah kiri. Hadith, riwayat, Buhari dan Muslim. Baik.

Hadith yang tadi kita dengar, di situ Rasulullahullah SAW mengajarkan dua hal. Apa yang pertama? Bu, sopan, santun. Apa yang kedua?

Keberanian. Mari kita bahas satu persatu. Yang pertama, Rasulullahullah SAW mengajarkan sopan santun. Dimana kita bisa mengambil kesimpulan itu?

Dari Rasulullahullah SAW ketika minta izin. Kepada siapa? Kepada anak kecil. Coba bayangkan.

Saya tanya sama jendela. Biasanya kalau kita minta izin kepada siapa? Anak kecil apa anak besar?

Kepada anak muda apa orang tua? Orang tua. Tapi Rasulullahullah SAW minta izin kepada anak kecil.

Kenapa? Karena ini hak anak itu. Jadi dengan kita sebagai orang tua aja, mentang, mentang. Jangan menanggung. Di meja ada lima mendoan.

Ada berapa? Lima mendoan. Di rumah itu ada bapak, ada ibu, ada anak berapa?

Tiga, berarti catahnya satu-satu, Bapak E satu, Ibu E satu, anak-anak satu-satu. Jangan mentang-mentang Ibu Nek, sudah ngambil satu terus, ngambil satu lagi, catahnya siapa? Masaa jatai Bapak Kriwa nih temen? Jasa anak. Ketika anaknya protes, apa jawab ibu nih?

Karena kusing goreng. Gitu bu? Boleh gak?

Boleh enggak? Anak Itu kurang sopan. Karena yang satu itu catanya si anak, walaupun jenengan yang goreng.

Nanti datang bapaknya, aku sing tuku. Aku sing tuku terigu, aku sing tuku minyak, aku sing tuku gas. Nggak boleh gitu.

Berarti anak kecil itu harus dihargai nggak? Anak kecil harus dihargai atau tidak? Harus. Kalau anak kecil dihargai, maka dia akan?

Saya ulangi. Kalau anak kecil dihargai, maka dia akan? menghargai Kalau orang tua menghargai anaknya, maka anak akan menghargai orang tuanya.

Berarti kebalikannya apa? Kalau orang tua tidak menghargai anaknya, maka anak tidak akan menghargai orang tua. Di sini kita belajar sopan, antun dari siapa? Rasulullahullah s.a.w. Bayangkan.

Padahal kalau Rasulullahullah s.a.w. langsung ngasih minuman itu kepada orang tua yang ada di sebelah, Ciri. Apo yo kira-kira anak itu berani protes. Kayaknya ya segan lah ya sama siapa? Rasulullahullah SAW Tapi Rasulullahullah SAW tidak berbuat semena-mena Tidak mentang-mentang Bahwa beliau adalah seorang pemimpin Bahwa beliau adalah orang yang sudah tua Yang sudah lanjut usia Bahwa beliau adalah Orang yang punya hak untuk memberikan minuman ini kepada siapapun, enggak mentang-mentang Nabi Kitab S.A.W. Jadi di sini Rasulullahullah S.A.W. itu sedang memberikan pelajaran sopan, santun.

Harapannya orang-orang yang ada di situ, siapa? Yang tua apa yang muda? Yang besar apa yang kecil? Semuanya. Karena yang ada saat itu bukan hanya anak kecil termasuk orang tua.

Harapannya orang yang ada di situ dan kita yang membaca hadith tadi bisa belajar sopan satu. Jadi anak itu diajari mau ngapa-ngapain minta izin. Coba sekarang saya tanya sama jenengan, bu.

Puteran jenengan itu kalau mau dolan, mau napa? Dolan. Minta izin dulu enggak?

Hah? Oke? Allah. Kalau mau pinjam HP, ngomong dulu enggak? Hah?

Kadang-kadang. Kadang-kadang gue sering iya. Ini bersering orang. Itu berarti tugasnya siapa ngajari sopan santun? Tugasnya orang itu.

Biasakan. Anak mau keluar rumah. Biasakan untuk minta izin.

Bilang sama bapaknya, sama ibunya, Bu, Umi, aku mau main. Dan nunggu jawaban. Jadi bukan izin, aku mau main, blung, langsung apa?

Betul, langsung keluar. Ong urung ti? Jasa Ya mending daripada orang ya Mending daripada enggak gitu ya Tapi lebih mending lagi kalau anak itu minta izin Setelah orang tuanya mengatakan Ya baru kenung Biasa kan Ya Anak mau menggunakan barang milik siapa? Orang tuanya Biasanya itu kalau bapak sama anak laki-laki, itu biasanya sering apa, kalau seukuran sering gantian peci misalnya, sarung, baju.

Kelambi kusok bu nengenti, bu le tinggo anak. Kalau ibu-ibu biasanya apa? Sama anak perempuannya, kawas kaki. Kadang-kadang jilbab, kalau yang pakai cadar kadang-kadang, cadar, ternyata dipakai oleh anak.

Jadi latih untuk minta izin, apalagi uang. Jadi biasakan anak kita kalau dia mau pakai uang, padahal itu bukan uang dia, dia cuma melihat ada uang geletak, terletak di mana? Di meja, atau di lemari, atau di kasur, atau di dipan.

Itu harusnya kita biasakan anak ini sebelum menggunakan uang itu supaya nopo. Minta isi, tanya Umi, Abi, ini sih uangnya siapa? Boleh enggak aku pakai buat beli jajan misalnya? Harus dilatih untuk minta isi Ini adalah pelajaran yang pertama Rasulullahullah s.a.w. mengajarkan sopan santai Nah, sekarang kita pindah. Apa pelajaran yang kedua?

Rasulullahullah s.a.w. mengajarkan keberanian. Dari mana kita bisa mengambil pelajaran itu? Tadi kita sudah sampaikan ketika Rasulullahullah s.a.w. pengen mendahulukan orang yang di sebelah kirinya untuk minum duluan.

Karena alasannya yang di sebelah kiri adalah orang-orang apa? Tua. Nabi S.A.W. kan minta apa? Izin. Kepada si kecil.

Ternyata si kecil apa? Menolak. Tidak. Pertanyaannya, kenapa si kecil menolak? Karena...

Ini adalah sebuah momen istimewa. Rasulullahullah SAW baru minum dari gelas. Kemudian orang lain minum di gelas yang sama.

Bekasnya siapa? Rasulullahullah Saw Ini momen istimewa. Kenapa? Karena ada keberkahan di situ.

Ada apa? Keberkahan. Buan Giyai ya, bukan apa? Giyai, bukan Ustaz loh, siapa? Rasulullahullah s.a.w. Ada keberkahan di gelas itu, karena gelas itu habis dipakai sama siapa?

Rasulullahullah s.a.w. Mungkin anak ini berpikir, belum tentu besok-besok. Dapat kesempatan emas itu Dan dia punya jatah hari itu Belum tentu jatah itu akan dia temukan Lagi di kesempatan yang lain Maka anak kecil itu bersikuku, enggak wahai Rasulullah, saya tidak akan berikan catah istimewa ini kepada orang lain, walaupun orang lain itu lebih tua. Pertanyaannya, begitu anak itu menolak, tidak memberikan izin, apakah Rasulullahullah SAW marah? Jawab, tidak.

Apakah Rasulullahullah SAW mengatakan anak itu? Tidak. Apakah Rasulullahullah SAW mengatakan kamu tidak sopan, tidak punya etika, sembarangan, minum duluan sebelum orang tua?

Apakah itu diucapkan oleh Rasulullah? Rasulullahullah SAW jawabannya tidak. Kenapa?

Kok sepi? Kenapa Rasulullahullah SAW gak marah? Karena anak itu gak melakukan kesalahan apapun. Karena anak itu tidak melakukan kesalahan. Salahan apapun, dia hanya ingin menerima jatahnya, salah, salah atau tidak?

Tidak, dia punya hak, dia hanya ingin hak itu dia ambil, gak ada salahnya Maka Rasulullahullah SAW gak marah, karena anak ini punya hak dan punya jatah Oke, disinilah Rasulullahullah s.a.w. mengajarkan keberanian bahwa seseorang kalau dia yakin dengan kebenaran yang dia miliki maka berbicara lah gak usah pak Apa? Kewuh Apa Pak Kewuh? Rikuh Apa Rikuh?

Nggak enak. Orang kepenakan. Nggak usah. Anak tadi Masaya Allah dengan berani mengatakan enggak Pak Heros.

Itu catat saja. Di sini seorang anak sejak kecil diajari berani. Berani untuk mengungkapkan apa yang dia yakini.

Sing penting berbener. Tidak melanggar aturan agama, tidak menyerobot haknya orang lain. Pertanyaannya, anak itu nyerobot haknya orang lain atau tidak? Tidak. Kecuali kalau anak itu pas duduk di sebelah kiri, itu beda cerita.

Kemudian dia nyerobot minta dari Nabi SAW, itu tidak sopan dan salah. Itu berani yang tidak benar. Seperti anak yang berani nyerobot jatah, siapa?

Temennya, oh anak saya pemberani. Butinya apa? Jajanikan sana pangan dewek. Itu bukan berani itu, itu namanya?

Apa bu? Tamak. Tamak siapa? Rasulullah itu namanya, bukan pemberani. Mengyerobot jatah orang kok pemberani.

Jadi, anak itu sama Rasulullahullah SAW dididik untuk berani menyatakan apa yang ingin dia sampaikan. Walaupun mungkin menyebarkan orang, wah gak sopan itu, kok gak salah kok. Pak ada salahnya kok.

Baik, berarti tugasnya orang tua yang kita pelajari hari ini mengajarkan apa? Sopan santun dan keberanian. Ustaz, apa sih Ustaz bedanya antara sopan santun sama keberanian?

Sopan santun itu biasanya identik dengan sikap, perilaku. Nopo? Perilaku dan tutur kata. Apa bu? Perilaku dan tutur kata.

Jadi sopan santun itu biasanya hubungannya dengan perilaku sama nopo? Tutur kata. Kalau keberanian, itu biasanya identik dengan keteguhan dalam memegang prinsip.

Keteguhan di dalam memegang prinsip dan menyatakan prinsip itu Kita ulangi, apa bedanya sopan santun sama keberanian? Sopan santun itu biasanya terkait dengan perilaku dan tutur kata Ada pun keberanian biasanya berhubungan dengan Keteguhan dalam memegang prinsip. Saya kasih contoh.

Sopan santun. Terkait dengan perilaku. Contoh.

Perilaku itu apa? Cara berjalan. Itu kan perilaku. Cara berdiri. Cara duduk.

Itu perilaku atau bukan? Perilaku. Hai terus terkait cara melihat cara ngelihat memandang itu berlaku itu anak mendelik kepada orang tuanya sopan atau tidak tidak Kenapa itu berlaku ya Anak berdiri pada ngomong sama bapaknya yang lagi nopo, duduk. Sopan enggak? Enggak, perilaku.

Anak bicara sama ibunya, matanya ke HP. Sopan enggak? Enggak Harusnya nopo?

Memandang. Memandang orang yang diajak bicara, itu namanya sopan santun. Jadi sopan santun terkait dengan perilaku dan dengan tutur kata. Kalau di dalam kultur masyarakat Jawa, itu dikenal namanya keromo.

ingin, nah itu termasuk sopan santun karena terkait dengan tutur kata, ngomong Ibu badai dahar, ibu badai ngunjuk, bapak badai sare. Pemilihan kata ngunjuk, dahar, sare kepada orang yang lebih tua itu namanya sopan, santu. Berarti enggak sopan kalau anak mempersilahkan bapaknya untuk makan pribun. Pak Masaa, astagfirullah.

Bu ngombek, mbah turu astagfirullah. Ini sopan? Antun.

Kalau kita, apa namanya, anak kita gak bisa bahasa Jawa, mendingan suruh ngomong bahasa Indonesia. Bok apa? Bok salah.

Pak sopan. Saya berapa kali ketemu sama jamaah di luar kota gitu ya, mungkin pengen mengakrabkan diri karena dianggap saya dari Jawa gitu kan ya. Ustaz, sampean dari mana?

Masaya Allah sampean. Harusnya apa bu? Panjenengan. Mendingan jangan pakai bahasa Jawa, mbok salah.

Mendingan pakai bahasa Indonesia aja. Kecuali kalau emang tahu bahasa yang kromo itu bagaimana. Ini sopan santun.

Hubungannya sama apa tadi? Perilaku dan tuturkat. Kalau prinsip, eh kalau apa tadi, keberanian itu hubungannya dengan apa?

Keteguhan memegang prinsip. Itu berani. Jadi anak yang berani itu adalah anak yang menolak ketika diajak untuk ngerokok sama temennya. Ya misalnya temennya ngajak apa? Ngerokok.

Dia punya prinsip, dia berani mengatakan tidak. Ini namanya pemberani. Dia berani untuk mengatakan tidak. Ketika diajak temannya untuk nyolong, nyolong, pelem.

Nyolong noho, pelum, mangga, enggak. Ini anak pemberanian, prinsip. Jadi dia punya prinsip bahwa yang haram enggak boleh dikerjakan. Nyolong itu haram, nyuri itu haram. Maka dia berani untuk mengatakan tidak.

Ini namanya keberanian. Jadi keberanian itu biasanya identik dengan apa tadi Bu? keteguhan di dalam berpegang dengan prinsip. Biasanya kayak gitu. Nah, maka tugas kita dalam sehari-hari ngajari anak kita untuk sopan santun dan berani.

Contoh misalnya ada tamu misalnya. Maka kita ajarin anak kita. Ayo nak, tuh ada yang ketok-ketok. Coba kamu temui tamu itu. tamunya ucapkan salam, ajari anak untuk menjawab kemudian setelah itu bertanya, gimana nanyanya?

nun seu sinten geh kalau gak bisa, bisa jawab apa? maaf, ini dengan siapa? keperluannya apa?

sampai, latihan, anak dilatih Oh saya si Fulan, pengen ketemu Bapak, mau ngantarkan undangan misalnya, contoh kayak gitu ya Maka si anak ini diajari, oh iya silahkan duduk dulu Terus anaknya masuk rumah diajari, nak keluarin apanya? Nampan? Nampan, yang isinya nampo? Minuman dan snack, ayo nak diantarin. Ketika ngantar, anak itu gak cuma naruh, setelah ditaruh terus apa?

Monggo, silahkan. Ini beberapa aktivitas tadi mulai dari jawab salam, bertanya, mempersilahkan duduk. untuk mengeluarkan minuman, mempersilahkan dengan raut muka yang ramah, ini semua menggabungkan antara sopan santun dan keberanian gak semua anak bisa loh, nah ada tamu kamu temui dulu, iya gak lah takut Iya kan?

Pak bener? Maka ajari sopan santun. Ada yang, ya aku nemui.

Assalamualaikum, siapa? Astagfirullah. Berani tapi buatan sopan. Jadi ajarin dua-duanya.

Ya berani ya. Sobat. Ini yang kita pelajari hari ini.

Masaih ada sisa waktu sedikit. Silahkan kalau ada pertanyaan bisa disampaikan. Baik, terima kasih Ustaz. Diasa kemulauan tasmatir yang disampaikan. Kami bacakan pertanyaan pertama.

Ustaz izin bertanya. Apakah ada perbedaan standar dalam mendidik anak perihal keberanian antara laki-laki dan perempuan? Kondisi anak saya tiga, yang nomor satu dan nomor dua ikhwan, yang nomor tiga akhwat.

Seiring perkembangan, anak yang akhwat karena melihat kakak-kakaknya tingkah laku jadi mirip dalam hal gaya dan jiwa pemberaninya. Syukur, Masa Dap. Kalau keberanian berpegang prinsip, itu enggak peduli laki-laki perempuan. Kenapa?

Keberanian dalam apa? berpegang prinsip, saya tanya sama Jendengar yang harus memegang prinsip kebenaran itu, laki-laki apa perempuan? nah, dua-duanya jadi kalau berani dalam makna berpegang dengan prinsip dua-duanya, berani dalam membela harga diri dan kehormatan siapa yang harus punya itu, laki-laki atau perempuan?

Dua-duanya, contoh misalnya Anak kita nih, laki-laki atau perempuan Diganggu, maaf, diganggu Sama lawan jenis kah? Atau sama sesama jenis, maaf ya Misalnya anak perempuan, anak perempuan Tahu-tahu ada laki-laki dewasa Datang-datang nyium Apa? Nyium Anak kita harus berani atau tidak? Harus.

Jangan nurut. Harus berani untuk menolak. Termasuk anak laki-laki.

Sekarang, na'udzubillahimintariq. Bermunculan predator. Kenapa? Predator.

Orang dewasa, maaf, megang bagian vital. Harus tahu, anak-anak kita harus tahu. Yang nggak boleh dipegang sama orang lain, itu adalah maaf, kemaluan depan maupun kemaluan belakang. Nggak boleh.

Itu area-area yang tidak boleh dipegang sembarangan sama orang. Jadi misalnya dia beli jajan, misalnya beli jajan, ternyata penjualnya misalnya ngasih sambil megang, kemaluan, itu harus dilawan, ajari anak kita bahwa ini adalah keberanian yang positif. Jadi kalau terkait dengan prinsip-prinsip maka laki-laki perempuan sama.

Tapi kalau terkait dengan, kalau laki-laki biasanya main bola, berani, terus lompat, sungai, selokan, berani. Ya anak perempuan jangan kayak gitu. Anak perempuan ya tentu punya apa namanya? Punya batasan, punya batasan.

Jadi tergantung keberanian yang ditanyakan itu maknanya apa. Seperti yang tadi sedikit saya rinci. Silahkan.

Terima kasih Ustaz, Masaa Kemulauharan. Satu pertanyaan terakhir Ustaz. Bagaimana cara menanamkan sopan santun kepada anak usia milenial dan genzi Ustaz, Masaa Kemulauharan. Cara mempraktekannya seperti apa yang diajarkan oleh Rasulullahullah SAW kepada anak-anak. Jadi sama aja lah.

Namanya anak-anak di zaman ini sama anak-anak zaman dulu ya sama aja. Secara umum sama. Paling cuma beda sedikit-sedikit tentang sifat-sifatnya. Sama aja. Seperti yang tadi saya sampaikan, walaupun anak itu sekarang hidup di zaman yang berbeda, ketika kita ngajarin kepada anak kita sopan santun, sama seperti kita ngajarin kepada, sama seperti Rasulullahullah SAW ngajarin kepada anak di zaman itu.

Contohnya kayak tadi misalnya, kisah Rasulullahullah SAW minta izin kepada anak kecil, kita praktikan juga, anak kita punya barang, kita mau menggunakan, kita izin sama anak kita. Misal anak kita minum, minumnya masih sisa misalnya, kemudian kita pengen minum, adanya minuman anak kita, minta izin sama anak kita. Lih, duk, nak, itu minumannya boleh gak abi minum atau boleh gak ibu minum.

Kalau anak itu bilang, ya enggak apa-apa Bi, enggak apa-apa ya, minum aja. Silahkan ayah minum, yaudah. Itu contoh. Ya, itu contoh.

Misalnya anak kita lagi baca buku. Dia belum selesai baca bukunya, kita pengen baca buku itu. Ya izin dulu, jangan asal apa? Ngambil. Begitu yang bisa kita pelajari hari ini.

Semoga bermanfaat bagi kita semuanya. Terima kasih atas perhatiannya. Mohon maaf atas kelakuan-kurangannya.

Kita akhiri dengan doa kafaratul majlis. Subhanakallahumma bihamdika ashadu an la ilaha illa anta. Astagfirullahaladzim.

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.