Halo, selamat malam Bapak-Ibu semua. Apa kabarnya? Wah, nggak terasa ya.
Sekarang sudah hari Senin lagi dan kita sudah masuk ke bulan pertengahan Agustus, malahannya sudah mau akhir Agustus ini loh. Nggak terasa banget waktu berjalan. Malam ini Bapak-Ibu kita akan kembali mengikuti webinar yang sesi pertamanya sudah kita ikuti di bulan Juli lalu ya. Ini adalah sesi lanjutan Bapak-Ibu. tentang kepemimpinan waras.
Sesi ini adalah sesi leadership. Kalau misalnya sesi yang pertama, kita membahas mengenai sadar diri dan sadar emosi. Sesi yang ini kita akan maju selangkah. Jadi kita kalau kemarin sudah sadar, oke apa yang kita lakukan berikutnya?
Menerima dan mengalah emosi. Hari ini kembali saya tidak sendirian, saya ditemani oleh... Narasumber hebat kita ya Kak Jaryel.
Halo Kak, apa kabarnya? Halo, selamat malam Kak Trisia. Selamat malam Bapak Ibu Guru Merdeka.
Oh iya ya, baru 17 Agustus Merdeka Bapak Ibu semua. Merdeka. Kak Trisia ngapain aja 17 Agustus? Waduh, saya kebetulan nggak ikut lomba lagi ya. Saya jalan-jalan ketemu teman-teman karena sudah lama nggak ketemu akhirnya.
Benar, benar, benar. Lomba Jaryel atau lomba? Ya kebetulan sih enggak ya, tapi merayakan sih ya, tapi enggak ikut lomba.
Tapi harapannya kita juga merdeka, merdeka itu dari emosi-emosi negatif ya kak ya. Oh iya betul sekali. Oke, ya Bapak Ibu, kalau misalnya Bapak Ibu belum sempat menonton sesi pertamanya, nanti admin akan bantu share di kolom.
chat, mungkin setelah ini Bapak Ibu bisa menonton kembali gitu ya, refresh kembali sesi pertamanya itu seperti apa, silahkan dibagikan ya linknya di kolom chat. Nah tapi malam ini Bapak Ibu, saya mau mengajak Bapak Ibu untuk mengajak rekan-rekannya di sekolah, di komunitas belajarnya, atau juga mengajak orang tua murid mengikuti webinar malam ini karena pastinya ini adalah life skill yang Rasanya bukan cuma guru yang perlu, bukan cuma pemimpin sekolah yang perlu, tapi kita sebagai pemimpin diri sendiri pun perlu gitu ya untuk menguasai gitu ya. Jadi klik tombol share, ajak rekannya sebanyak-banyaknya untuk bergabung gitu ya.
Kita akan lebih mendalami bagaimana sih menerima dan mengelola emosi ya bersama Kak Jeriel dari Fame Consultant, oke? Nah tapi sebelum kita masuk... ke materi yang akan Kak Jeriel sharingkan.
Saya izin dulu Bapak-Ibu untuk informasi mengenai Indonesia The Webinar. Indonesia The Webinar bersama Revo adalah sarangkaian webinar yang diadakan secara online dan gratis untuk membantu guru, orang tua, dan siswa membangun kepercayaan terhadap teknologi dan keahlian memasuki era digital. Kegiatan ini dapat terselenggara atas dukungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Google for Education, Revo, dan Google Educator Group. Indonesia. Nah untuk menghadirkan sesi-sesi yang menarik, yang topik-topiknya seru-seru, kami berkolaborasi dengan yayasan, dengan institusi, dengan sekolah yang logonya dapat Bapak Ibu lihat pada layar.
Mereka yang menjadi narasumber luar biasa di Indonesia Edu Webinar. Kami juga didukung oleh komunitas, oleh institusi, yayasan yang logonya dapat Bapak Ibu lihat pada layar. Mereka ini adalah yang membantu kami untuk menyebarkan informasi jadwal mengenai Indonesia in the Webinar. Nah, Bapak-Ibu diingatkan kembali, sesi ini adalah sesi live. Jadi, apa yang harus dilakukan?
Yuk, kita aktifkan kolom live chat. Bapak-Ibu bisa menuliskan pertanyaan, bisa berkomentar atas materinya, bisa sharing juga, bisa curhat juga. Nanti kita akan diskusikan.
Pembahasan malam ini pertanyaan Bapak Ibu gitu ya, kami akan bahas terutama di sesi tanya jawab nanti ya. Nah Bapak Ibu juga bisa menonton kembali rekaman video ini, jadi dipastikan ya Bapak Ibu jangan lewatkan video live seru dan playlist rekaman kami di Youtube at Rekon Indonesia. Hai nah karena saya ingetin lagi bu Bapak Ibu ya malam ini kan memang sesinya sesi live ya jadi yuk coba mungkin bisa di apa namanya screenshot dulu layarnya atau selfie sama layarnya gitu ya saya ikut webinar dan dipost ya Bapak Ibu di Instagram ya jangan lupa di tag juga rev.indonesia Bapak juga bisa share juga di Facebook grup pendidikan batu 21 di betul 3-421 biar semakin nyetir join di webinar ini dan semakin banyak yang mendapat insight yang baik ya Nah Bapak Ibu yuk ini kesempatan terakhir enggak kesempatan terakhir sih tapi supaya konsen ya Yuk kita share-share sekarang nanti biar nanti apa ketika masuk materi kita bisa lepas gitu ya mengikuti secara fokus gitu ya sesia akan dibawakan ke Jireh jadi yuk di-share lagi Bapak Ibu bitly-nya boleh atau Klik tombol share supaya banyak Rekan-rekannya yang bisa join dan bisa ikut diskusi kita malam ini ya.
Benar, benar. Nah ini dia, pemimpinan waras ya menerima dan mengelola emosi ya. Belakangan ini kita lihat beritanya agak-agak ngeri Kak Jeriel ya, orang-orang yang tidak bisa menahan dan mengelola emosinya.
Berikasinya macem-macem banget ya, ada yang KDRT dan lain-lain ya. Agak ngeri ya. Aduh, harusnya KDRT itu kaknya harusnya kasih ke ya, kok kekerasan ya. Betul ya, sebel banget deh. Aduh, ya itu menunjukkan bagaimana ternyata mengelola emosi itu tidak mudah ya.
Kadang-kadang akhirnya emosi yang ada bergejolak dilampiaskan. Bukan dikelola, tetapi dilampiaskan. Nah, jadi hari ini kita... Rencananya mau sama-sama seperti itu Kak Trisha kita belajar Dan gak cuma belajar kita juga nanti Akan coba praktek nih Kak Trisha Kita mau coba praktek Sesuatu Prakteknya mungkin sekitar 15 menitan Tapi saya berharap Bapak dan Ibu masih tetap mau Untuk mengikutinya nanti kita mau Praktek meditasi loh Kak Oke Jadi saya harap Bapak dan Ibu bisa menikmatinya, Bapak dan Ibu guru, Bapak dan Ibu pemimpin, kita bisa menikmatinya dan kita bisa sama-sama belajar.
Oke, semoga bisa ya Bapak Ibu ya, meditasi ringan sedikit nanti biar konsepnya kita dapat seperti apa, yang pastikan kita harus menolong diri kita sendiri dulu ya untuk menerima dan mengelola emosi, baru nanti kita meneruskan ya idar ke anak. anak murid atau ke rekan-rekan yang satu komunitas di sekolah gitu ya benar-benar baik kalau begitu kita mulai saja ya Kak Trisha ya ya Kak Trisha Terima kasih Bapak dan Ibu sekali lagi terima kasih senang bisa bertemu Bapak dan Ibu ada yang menyatukan menyampaikan Bandung hadir Jombatan hadir Terima kasih kami sangat menghargai Bapak dan Ibu juga nanti dipersilahkan untuk boleh komen, untuk boleh tanya. Mohon maaf juga kalau minggu lalu ada beberapa pertanyaan yang belum terjawab. Nanti saya dan Kak Trisha tadi sempat ngobrol. Kita coba ya Kak Trisha supaya hari ini bisa lebih banyak tanya jawabnya.
Nah Bapak dan Ibu kalau Anda sudah siap, walaupun saya tidak melihat, tapi bolehkah Bapak dan Ibu tersenyum dan anggulkan kepala Anda. Dan sambil berkata, siap. Ya, oke. Satu, dua, tiga. Siap.
Terima kasih. Nah, dari saya, plop, plop, plop, love. Ya, terima kasih Bapak dan Ibu.
Nah, Bapak dan Ibu, saya izin mengingatkan. Minggu lalu, kita sudah membahas beberapa hal. Bapak dan Ibu, yang paling utama dari minggu lalu yang saya bahas adalah seperti ini.
Bapak dan Ibu, Anda punya peranan penting. Sebagai pemimpin, Sebagai guru, Bapak dan Ibu punya potensi untuk benar-benar bisa mengembangkan generasi emas. Mengembangkan anak-anak dengan karakter yang baik, keterampilan yang baik, dan bermanfaat buat banyak orang. Wow, itu luar biasa.
Namun saya juga menyadari, jadi guru tentunya nggak mudah ya Kak Trisia ya. Pasti aja banyak stresnya. Aduh, nah kemarin kita juga mulai belajar. bahwa kita melihat bahwa dunia kita ini terbagi jadi dua.
Ada dunia dalam diri dan juga ada dunia di luar kita. Nah, Patricia menunjukkan di slide-nya setelah ini bahwa kita melihat dunia itu ada dua, dalam diri dan juga di luar. luar diri. Dan yang menariknya Bapak dan Ibu, yang menariknya adalah kita punya kontrol atas dunia dalam diri kita.
Namun kita nggak punya kontrol atas dunia luar diri. Nah, karenanya Bapak dan Ibu kemarin itu kita mencoba belajar bagaimana kita bisa mengenali apa yang ada pada diri sendiri, lalu kemudian kita belajar. untuk bagaimana ketika menghadapi sesuatu, menghadapi tantangan, kita punya pegangan. Salah satu pegangan yang diajarkan kemarin adalah ABCD.
Nah, apa itu ABCD? Cekidot ya, cekidot tapi habis ini ya. Boleh Bapak dan Ibu visit lagi, nonton lagi yang ringkasan yang lain.
Tapi Bapak dan Ibu, selain itu kemarin kita juga belajar bernafas 3 menit. Nah hari ini Bapak dan Ibu kita mau advance, kita mau dorong lebih lagi ya. Nah saya mau minta bantuan boleh di slide-nya berikutnya. Yes.
Oke, kalau enggak saya coba share screen ya Kak. Boleh Kak Jeriel silahkan. Terima kasih.
Nah Bapak dan Ibu, rekan-rekan, para pemimpin juga saat ini kita mau belajar sesuatu. objektifnya sederhana sekali. Objektifnya adalah bagaimana Bapak dan Ibu bisa menerima beragam pikiran dan perasaan sebagaimana adanya dan mengelolatnya. Kata kuncinya hanya belajar menerima pikiran dan perasaan dan mengelolatnya.
Oke, Bapak dan Ibu saya tanya sedikit ya. Bapak dan Ibu, adakah Bapak dan Ibu yang di sini tiba-tiba ketika lagi mengajar, terfikir, terfikir tentang misalnya ya, tentang konflik yang terjadi dengan pasangan Anda, atau Bapak dan Ibu terfikir tentang, waduh, tagihan nih sebentar lagi datang. Padahal tiba-tiba lagi ngajar, tiba-tiba mungkin, oh kenapa ya perasaan saya nggak enak gitu. Bapak dan Ibu pernah mengalami? Katricia pernah mengalami?
Ketika lagi sesuatu pikirannya melayang-layang? Pernah sih. Barusan tadi Kak Jariyel, karena biasa ya masuk semester 2 ya, banyak banget tas tuduhnya gitu ya, proyeknya banyak. Jadi lagi ngerjain satu proyek, ingetan proyek yang lain, ingetan lagi proyek yang lain gitu.
Konsen jadinya, susah konsen. Benar, terima kasih. Bapak dan Ibu mengatakan sering, pernah berkegiatan, iya saya Bapak dan Ibu, saya yakin.
Pasti waktu Bapak dan Ibu ikut webinar ini, pasti tiba-tiba, oh iya ya keingetan ada yang lain. Kompor sudah dimatikan atau belum. Bapak dan Ibu, itu adalah pikiran itu sesuatu yang bisa muncul kapan saja, dimana saja.
Jadi kita perlu belajar terima dan kelola. Tidak cuma pikiran, perasaan pun bisa muncul kapan saja. Bapak dan Ibu sebagai contoh ya. Tiba-tiba ketika saya bicara, padahal teman saya nggak ada maksud apa. Teman saya bilang, Ejad gimana kamu tentang proyek yang A?
Entah bagaimana, nggak kesambek, nggak apa. Tiba-tiba ditanya proyek itu langsung saya mikir, aduh kenapa ya proyek ini? Kenapa ya proyek ini begitu menyusahkan hati saya? Kebayang ya Kak Trisia ya? Nggak ada angin, nggak ada apa.
Cuma ditanya, tiba-tiba. Aduh kok rasanya pengen marah, tiba-tiba keingetan, ini keingetan, eh gimana kamu sekarang bisnisnya gimana? Begitu ditanya, waduh langsung kepikiran, iya ya yang ini proyeknya kemarin masih pending, yang ini proyeknya masih pending.
Bapak dan Ibu mungkin juga sama, sebagai guru, sebagai pimpinan, ketika mengerjakan sesuatu, ketika muncul, mendengar suara bahkan ya. Mendengar suara orang tua murid. Yang mungkin selama ini kita hindari. Tiba-tiba.
Kenapa ada Bapak itu di sini. Kebayangnya Kak Trisia ya. Ya.
Bapak dan Ibu bisa muncul tanpa diundang. Saya pernah Bapak dan Ibu tiba-tiba juga. Entah kenapa tiba-tiba jadi melo gitu ya.
Jadi aduh kok berasanya berat banget. Nah Bapak dan Ibu justru hari ini kita mau belajar. menerima pikiran dan perasaan apa adanya dan mengelolanya. Oke, sekarang Bapak dan Ibu. pasti kita akan menghadapi banyak masalah, banyak tantangan.
Ketika menghadapi masalah, ketika menghadapi tantangan, biasanya respon Bapak dan Ibu sebagaimana? Bagaimanakah respon Anda biasanya? Boleh tulis di chat. Apakah lari? Sebagai contoh kalau lari itu begini.
Wah, misalnya ya, kalau zaman dulu misalnya ada kepala sekolah yang galak gitu ya. Saya sebagai murid melihat kepala sekolah. buru-buru ngumpet.
Enggak mau perasaan. Mungkin bapak ibu guru juga mungkin mengalami hal yang serupa. Atau misalnya kita selaku karyawan ketemu dengan pimpinan. Kalau kita berasa punya utang atau kita berasa enggak nyaman, kita menghindar. Itu lari atau menghindar.
Atau karena udah enggak tahannya, udahlah saya resign. Itu adalah contoh lari atau menghindar. Nomor dua adalah menyangkal. Menyangkal ini contohnya seperti ini. Bapak dan Ibu suatu saat saya pernah merasa dihianati oleh sahabat saya.
Aduh rasanya itu sakit ya. Dihianati, ibaratnya diperlakukan tidak adil dan saya merasa saya baik-baik saja. Saya harus mengampuni, saya diajarkan kalau ada orang salah, saya harus memaafkan. Otaknya bilang memaafkan, hatinya, aduh gak kuku, hatinya sakit sekali. Tapi saya merasa saya sangkal, enggak itu enggak masalah.
Terima kasih ada yang mengatakan, apa namanya, melawan. Ada yang mengatakan menghindar, ada bapak dan ibu yang mengatakan menyangkal, tapi juga ada yang mematikan rasa. Nah, nggak dirasa, nambeng. Ngobrol-ngobrol begini nggak berapa lama, saya juga baru saja ketemu sama teman yang baru saja mengalami kejadian yang begitu berat dalam hidupnya.
Dan ya macam-macam reaksinya, ada yang menabah-nabahkan, ada yang menghadapi dengan tenang. Padahal kita nggak tahu di dalam hatinya apa yang terjadi. Nah, Bapak dan Ibu kita perlu menerima dan mengelola.
Nah, mengapa ini penting? Kalau tidak diterima, kalau tidak dikelola Bapak dan Ibu yang capek kita sendiri. Nanti saya akan tunjukkan dengan praktek. Karena saya...
Menyangkal dan ternyata apa? Saya muncul gejala-gejala di tubuh yang seperti girl. Iya, banyak yang kayak gitu kak. Saya bahkan sampai dilarikan ke rumah sakit kakak. Karena tiba-tiba waktu meeting, aduh kok dada saya sakit.
Saya dilarikan ke rumah sakit. Bersyukur, puji Tuhan. Bukan jantung, soalnya dekat dada kiri.
Iya, iya. Tapi kemudian istri saya psikolog kan, kemudian kita ngobrol, istri saya sih sudah tahu. Jer, itu kamu menyangkal perasaan kamu. Dia sih sudah tahu.
Kita kan enggak, enggak apa-apa. Sampai suatu saat ini kejadiannya. Tapi Bapak dan Ibu kalau punya gejala fisik, tentu harus cek dokter.
dokter dulu ya harusnya dokter jangan mengobati diri sendiri ini garis bawah cek dokter jangan mengobati diri sendiri jangan mendiagnosa ketika dicek di USG jantung dan lain sebagainya saya aman saya senang saya bersyukur Ah puji Tuhan tenang lalu ini dia hal itu muncul terus ternyata sakitnya muncul juga walaupun sudah ke dokter Ternyata ini yang menarik, ketika suatu saat saya ngucap, ngucap namanya, contoh namanya angel, ketika saya nyebut angel, dada saya sakit lagi. Itulah saya tahu, wow, ternyata pikiran dan badan kita itu nyambu. Nah, sehingga Bapak dan Ibu, pikiran dan perasaan diterima, dikelola, tapi jangan di...
Tolak, jangan disangkal ya. Nah, mematikan rasa Bapak dan Ibu. Nah, kita terima kasih Bapak dan Ibu menyadari mematikan rasa.
Tapi rasa itu ada untuk dirasakan. Rasa itu ada untuk dirasaki dan untuk kita jadi hati-hati. Tapi Bapak dan Ibu jangan matikan rasa. Seperti saya, saya tentu belajar harus menghadapi.
Di pertemuan ketiga nanti kita bicara menghadapinya. Tapi sekarang prosesnya dulu dicerna. Kak Trisha oke? Nggak kecepatan bisa ngikutin Kak Trisha? Oke, terima kasih.
Asam lambung itu karena stres. Oh, sempat. Mengeri, ya.
Nah, Bapak dan Ibu, ini dia. Saya izin bacakan. Ini dia. Until you make the unconscious conscious, it will direct your life and you will call it fate.
Bapak dan Ibu maksudnya gini, sampai kita menyadari, maka... apa yang tidak kita sadari itu akan mengarahkan hidup kita dan kita menyatakan itu menyebutnya sebagai takdir. Ini berat Bapak dan Ibu tapi semakin saya pahami saya kasih contoh.
Ketika kemarin saya sakit dada itu karena saya tidak menyadari bahwa itu adalah saya masih marah. sama kakak Angel. Kebayang ya? Tapi saya tidak menyadarinya. Sehingga saya menjadi merasa saya penyakitan.
Dan saya menganggapnya saya adalah orang yang sakit. Kebayang ya? Tetapi begitu saya sadari, oh ternyata ini adalah perlawanan emosi saya.
Saya perlu menerima emosi. maka kemudian hidup saya berubah. Nah, jangan sampai yang tidak kita sadari itulah yang mengarahkan hidup kita.
Ketika kita tidak menyadari bahwa kebiasaan kita kalau berhadapan dengan masalah adalah lari, maka selamanya kita jadi pelari, betul? Tapi pelarinya gak ini ya Gak ngurangin Masa tubuh Benar Benar Kalau kita tidak menyadari Bahwa kita itu Adalah orang yang Apa namanya Contoh menunda Adalah bentuk menghindar Coba nih siapa bapak dan ibu guru Disini yang mungkin Kalau mengerjakan tugas Pernah menunda, saya pernah. Sebetulnya itu adalah bentuk, bukan karena kita nggak bisa.
Karena kita secara mental, kita nggak siap. Karena kita secara emosi, kita tidak siap. Benar, sadari, rasakan, dan tindak lanjuti. Obati itu bisa jadi obat atau bisa tinggal akses.
Sadari, rasakan, tindak lanjuti. Kalau saya bisa berikan sesuatu, saya berikan jempol nih, Pak, buat Pak Antonius. Betul sekali.
Sadari, rasakan, dan tinggal lanjut. Nah, kita mengalami, kita mendelay sering. Terima kasih. Betul. Itu adalah bentuk bahwa kita sebetulnya menghindari.
Nah, jadi kita perlu menyadari pola-pola yang ada supaya kita bisa naik level, naik kelas. Kalau enggak, kita merasa... Ya kok usaha saya gitu-gitu aja? Kok karir saya mentok ya? Kok kenapa saya ketemunya masalah yang sama terus?
Jangan-jangan karena ada hal-hal yang tidak kita sadari. Sebagai contoh, lari, menyangkal, menghindar, mematikan rasa, dan seterusnya. Oke, sampai sini apa namanya Kak Trisha, so far so good.
Apakah ada pertanyaan atau adakah komentar yang perlu dijawab terlebih dahulu? Belum sih, belum ya. Masih mengikuti semuanya Pak, Kak Jirial. Terima kasih. Menarik juga komen dari Ibu Erasari.
Ketika deadline, the power of pekepeke keluar. Benar Bu, saya mau gabungkan sama habit. Kalau begitu jadikan setiap hari kepepet supaya setiap hari keluar ya.
Itu deg-degannya loh kalau kayak gitu Kak Yaryal. Iya, iya, iya. Nah Bapak dan Ibu, saya mau mengajak Bapak dan Ibu melakukan sedikit, apa namanya, melakukan sedikit activity ya. Ini dia, pasti kita menghadapi masalah, pasti kita menghadapi emosi negatif.
Tinggal kita baca yuk, Bapak dan Ibu baca yang tulisan bahasa Inggris, pain is inevitable. Satu, dua, tiga, pain is inevitable, suffering is optional. Bapak dan Ibu adalah kita pasti mengalami sakit. Sakit itu tidak mungkin hilang. Sakit pasti ada, tapi penderitaan itu opsional.
Wih, puitis banget. Ada rumusnya, rumusnya adalah pain dikali resistance sama dengan suffering. Pain itu rasa sakit, resistance itu adalah penolakan.
Nah, jadi contoh Bapak dan Ibu, kita hitung-hitungan sedikit. Kalau painnya 8, resistance-nya 10, maka sufferingnya 80. Saya ulangi ya. Kalau painnya 8, resistancenya 10, penolakannya, maka sufferingnya 80. Nah, mungkin Bapak dan Ibu berkata, Jer, kalau begitu hilangkan painnya.
Jadikan painnya 0. Bapak dan Ibu, tidak mungkin pain hilang. Ini dia. Kira-kira, Kak Trisha, kalau Kak Trisha tidak bisa merasakan sakit, apakah itu sesuatu yang menyenangkan buat Kak Trisha?
Hmm, aneh ya. Aneh, tapi itu menyenangkan nggak? Kira-kira sesuatu yang excited nggak? Excited nggak, tapi kayaknya dalam beberapa kasus mungkin akan menolong ya, kalau nggak merasakan sakit. Menolong ya, mungkin menolong ya.
Nah, Bapak dan Ibu ini dia. Ada yang namanya Gabby Gingras, mengalami kelainan syaraf, dia tidak pernah merasakan... Rasa sakit. Jadi ketika jalan, jatuh, duk, nggak pernah nangis. Jatuh dari tangga, nggak pernah nangis.
Kepentok pintu, nggak pernah nangis dari kecil. Tapi Bapak dan Ibu guru perhatikannya, para pemimpin perhatikan, fotonya cantik kan ya ketika dia memegang foto dan orang yang sedang memegang foto itulah dia. Dan Bapak dan Ibu kalau perhatikan, Dia kehilangan giginya, dia kehilangan matanya, karena apa? Karena dia tidak merasakan sakit, dia ngegigit-gigit lidah maupun mulutnya.
Karena tidak merasakan sakit. Lalu dia menggaruk matanya sampai matanya kehilangan mata satu buta. Karena tidak merasakan rasa sakit. Kalau kita...
megang panci panas, mangkok panas kita tarik, betul? Karena tidak ada rasa sakit maka terus aja dipegangin dan jadinya tangan melepuh. Ini bukan sesuatu yang baik, tetapi ini adalah sesuatu yang malah membahayakan.
Dan Bapak dan Ibu, ini dia. Kalau Bapak dan Ibu bisa baca bersama-sama That would be fantastic. Rasa sakit adalah mekanisme perlindungan. Ini dia.
Kalau Anda sakit, artinya Anda harus melakukan sesuatu. Wah, suku saya demam, tinggi. Oke, berarti ada sesuatu.
Mungkin ada infeksi. Saya harus istirahat. Saya harus misalnya minum. obat, ambil waktu cari penyebab utamanya dan istirahat supaya pulih.
Sakit sebetulnya melindungi. Nah, Jer lantas gimana dengan sakit di emosi? Sama. Sakit di emosi itu juga adalah, tujuannya adalah melindungi Bapak dan Ibu dan mendorong Bapak dan Ibu untuk melakukan sesuatu. Sakit itu artinya alarm untuk Anda melakukan sesuatu.
Nah Bapak dan Ibu sekarang kita mau trial. Saya pegang Bapak dan Ibu bisa ambil apa saja. Ini adalah saya box, lalu Bapak dan Ibu silakan boxnya jauhkan dari diri Anda sejauh-jauhnya.
Patricia boleh ambil buku? Boleh ya? Boleh. Oke.
Saya adanya Voldemort ini kak. Oke, oke. Kira-kira berapa gram beratnya? Enggak nyampe 100 gram sih.
Nggak nyampe 100 gram ya, tapi coba kita lakukan ini sampai 1945. Wow, Bapak Ibu ayo barengan saya. Saya nggak mau sendirian kalau sampai 1945 Bapak Ibu. Bapak dan Ibu sambil jalan begini, ini pegal nggak?
Sudah mulai pegang? Udah berasa sih kajer begini aja. Udah begini aja kan.
Nah Bapak dan Ibu gini, kalau ini adalah beban. adalah bukan beban hidup ya, ini adalah emosi yang kita coba tolak, jauhkan, maka yang dirasa adalah kita kehilangan kekuatan. Kalau kita menjauhkan dan menolak emosi, tapi apa yang terjadi kalau kita memeluk emosi itu, pelukan, berasa berat. Berasa nyaman gak?
Nyaman, begini. Membawa benda, membawa benda yang berat paling enak adalah dipeluk. Nah, Bapak Ibu itu dia.
Kata kuncinya adalah suffering itu seringkali bisa kita turunkan ketika apa? Ketika kita menerima. Ketika kita menerima emosi yang ada, ketika kita menerima pikiran yang ada, dan terima dulu, jangan diapa-apain.
Terima. Jadi Bapak dan Ibu, pain, painnya mungkin tetap 8. Tetapi resistance, kalau tadi resistance-nya 10 dijauhkan, sekarang resistance-nya jadi 2 dipeluk. 8 x 2 jadi 16. Bapak dan Ibu, kalau tadi suffering-nya 80, sekarang suffering-nya 16. Belajar menerima the power of ikhlas.
Betul, caranya adalah dengan emosinya diterima. Tolong dibedakan. Kadang-kadang secara intelektual kita udah tahu kita harus terima. Tapi yang saya maksud di sini adalah kita terima secara emosinya. Kita mengizinkan emosi marah, kesal, merasa disakiti, dihianat.
Hati, sedih, mungkin kita merasa jijik, mungkin kita merasa frustrasi. Boleh kok untuk hadir. Tapi bukan berarti semena-mena kita melampiaskan.
Ini penting. Diterima dulu, dikelola dulu. Baru nanti yang ketiga, pertemuan ketiga, kita belajar mengeluarkan. Contoh. Kalau Anda puasa, Anda boleh muncul rasa lapar nggak waktu puasa?
Duh, lapar. Yang lapar... Tidak terhindari kan sih ya, Kak Jeriel.
Betul, pasti muncul. Tapi apakah mengakui bahwa lapar serta merta mengizinkan jadi berbuka puasa? Ya enggak ya, gitu ya. Ya, kesel banget. Ini saya suka nih.
Kesel banget sama anak, anak sendiri. Kadang saya kalau lagi argue, aduh kesel banget. Pengennya, ih pengen dijewer gitu ya.
Tapi apakah serta-merta saya boleh menjewer? Itu urusan lain. Tapi menerima bahwa perasaan kesal, marah, kecewa itu sesuatu yang sangat-sangat perlu. Nah, karena Bapak dan Ibu, Bapak dan Ibu Guru saat ini kita mau belajar untuk menyadari, menerima emosi dan pikiran apa adanya. Nah, ini sebetulnya sudah masuk ke bagian utama adalah Bapak dan Ibu kita mau belajar praktek meditasi sebentar.
Jadi Bapak dan Ibu kita langsung aja praktek meditasi setelah itu mungkin kalau masih ada waktu baru kita tanya jawab. Nah Bapak dan Ibu, kalau bisa Bapak dan Ibu boleh duduk dengan santai. Kalau misalnya di dekat-dekat ada keluarga atau ada anggota keluarga pamit dulu sebentar-bentar ya. Aku mau latihan dulu meditasi misalnya ya.
Jangan dikanggu dulu. Nah Bapak dan Ibu yuk kita mulai Apa meditasi? Saya hanya akan membacakan kalimat Kalimat ini sebetulnya tinggal Bapak dan Ibu pikirkan.
Mungkin ketika memikirkan tiba-tiba paket-paket gitu, pikiran Anda pindah, yaudah balikin lagi ikut meditasi. Dan meditasi ini bukan berbasis agama, ini adalah psikologi. Jadi sesuatu yang apa namanya, kalau Anda tidak nyaman nanti boleh Anda tinggalkan.
Jadi sebetulnya saya ingin mengajak Bapak dan Ibu untuk mengenali pikiran dan perasaan yang berbeda. Oke, kita mulai. Nah, mungkin Kak Risha abis ini izin juga supaya nanti di-mute, barangkali nanti ada yang lewat atau misalnya bunyi keyboard gitu ya. Jadi, Bapak dan Ibu kita mute dan kita coba. Meditasi ini namanya KIS.
Apa yang akan dipelajari? Jadi, kita mau kenali. Kenali apa yang sedang terjadi. Ijinkan. Selidiki dan sayangi.
K-I-S-S. Kenali, izinkan, selidiki, dan sayangi. Oke, Bapak dan Ibu silakan duduk dengan posisi yang paling nyaman. Rasakan sensasi kontak dengan kursi yang menopang tubuh. Silakan pejamkan mata atau memandang ke bawah dengan sedikit membuka mata.
Ambillah beberapa nafas panjang, tarik nafas dan hembuskan. Tarik nafas dan hembuskan. Tarik nafas dan hembuskan. Bawalah ke dalam pikiran.
Situasi yang menimbulkan rasa mentok dalam diri, yang menimbulkan reaksi sulit seperti amarah, takut, malu, atau tidak berdaya. Bisa jadi beban kerja yang membebani, konflik dengan anggota keluarga, kondisi kesehatan. Kejadian yang tidak menenakan di tempat kerja, kehilangan seseorang, atau mungkin percakapan yang Anda sesali. Dari angka 1 sampai 10, 10 untuk situasi yang amat menimbulkan reaksi kuat, pilihlah situasi yang ada di angka 6 atau 7 untuk.
latihan saat ini. Ambil beberapa saat untuk masuk kembali ke pengalaman tersebut. Bayangkan adegan dan situasinya.
Ingat kembali kata-katanya. Rasakanlah momen-momen stresnya. Bersentuhan dengan inti pengalaman adalah tempat kita memulai perjalanan pemulihan dengan meditasi KISS. Kita mulai dengan Kak Kenali. Ketika Anda merefleksikan situasi, tanyakan pada diri sendiri.
Apa yang terjadi di dalam diri saya saat ini? Sensasi apa yang paling Anda sadari? Emosi apa? Apakah kepala Anda dipenuhi pikiran yang berulang kali muncul dan mengganggu Anda? Ambil beberapa saat.
untuk menyadari rasanya, rasa dari situasi secara keseluruhan. Dapatkah Anda merasakan dan mengalami kembali pengalaman tersebut di hati dan tubuh Anda, juga di pikiran Anda, cukupkah? Kenali apa rasanya?
Langkah kedua yakni I. Mari berlatih mengizinkan. Kirimkan pesan silahkan kepada seluruh pengalaman tersebut.
Temukan dalam diri Anda kesediaan untuk berhenti sejenak dan menerima. Bahwa pada saat ini yang terjadi, terjadilah. Anda bisa eksperimen dengan berbisik pada diri sendiri.
Ya, terjadilah. Biarlah. Mungkin Anda menemukan, Anda mengatakan ya. Untuk sesuatu yang besar yang Anda tolak, untuk sesuatu yang selama ini Anda katakan tidak, untuk sesuatu yang menimbulkan ketegangan besar pada tubuh dan pikiran Anda. Pada titik ini cukup amati tanpa niatan menghakimi.
Menilai, menjauhkan, atau mengendalikan apapun yang kita temukan. Kini mulailah S, Selidiki. Selidiki apa yang kita alami secara lebih dekat dan lembut. Gunakan rasa ingin tahu dan penasaran tentang dunia dalam diri Anda. Anda dapat bertanya pada diri sendiri, hal apa dari pengalaman ini yang paling ingin mendapat perhatian saya?
Atau bagian mana? yang paling membutuhkan penerimaan saya? Ajukanlah pertanyaan-pertanyaan ini dengan lembut dan berwelas asik.
Perhatikan di mana Anda merasakan pengalaman ini paling hebat di tubuh Anda. Adakah Anda menyadari sensasi panas, tegang, kencang, tertekan, sakit, atau seperti diperas di bagian tubuh tertentu? Ketika Anda sudah menemukan bagian yang paling intens dari pengalaman tubuh, bawalah ke wajah Anda dan biarkan ekspresi wajah Anda mencerminkan. Apa yang Anda rasakan di tubuh?
Emosi apa yang Anda sadari ketika Anda melakukan hal ini? Ketakutankah? Kemarahan?
Malu? Dukah? Rasa bersalah? Ijinkan diri Anda untuk merasakan keseluruhan.
Intensitas pengalaman sulit ini, seraya Anda mengizinkannya terjadi, apa yang Anda amati? Adakah perasaan lebih lapang di tubuh dan hati Anda? Bisakah Anda merasakan ruang yang lebih terbuka dan luas? Atau mungkin... Niatan untuk mengizinkan justru membawa penghakiman, ketakutan, dan ketegangan yang lebih cukup amati dan selidiki.
Kita masuk ke S yang kedua. Cobalah untuk mendekati pengalaman Anda dengan care dan rasa sayang. Berikan kasih sayang kepada bagian yang memerlukan ini. Kini tanyakan kepada bagian yang paling intens merasakan pengalaman.
Apa yang kamu inginkan dari saya? Apa yang kamu butuhkan? Apakah penderitaan ini ingin dikenali, diterima, dimaafkan, dikasihi?
Anda boleh memberikan kata-kata yang perlu didengar. Anda pun boleh dengan lembut menaruh tangan di dada atau di bagian tubuh yang paling memerlukan. Dekati rasa takut Anda, duduklah di samping kejauhan Anda, berkenalanlah dengan amarah Anda.
Ambillah beberapa saat menikmati momen ini. Beristirahat dalam diri yang luas, dalam kesadaran yang berbelas asih. Mengizinkan apapun yang timbul dalam tubuh dan pikiran untuk datang dan pergi dengan bebas. Kenali kesadaran ini sebagai kesejatian diri Anda. Kita masuk di akhir latihan, ambil beberapa nafas panjang untuk kembali ke saat ini dan ke ruang ini.
Tarik nafas, hembuskan. Tarik nafas, sembuskan. Tarik nafas. Hembuskan.
Perlahan bukalah mata dan perhatikan ruangan sekeliling kita. Rasakan kembali sensasi kontak dengan kursi dan lantai tempat kita berpijak. Bapak dan Ibu meditasinya selesai. Nah, Kak Trisia. Kak Trisia mengikuti juga, Kak?
Ikut dong. Ikut. Boleh share kira-kira apa yang dirasakan ya. Bapak dan Ibu juga boleh share ya apa yang dirasakan. Silahkan ya Bapak Ibu dituliskan ya di kolom live chat rasanya seperti apa.
Kalau dari aku sendiri Kak Jeriel, jadi ada momen silent ya. terutama aku sih kalau kalau sekarang memang tidak dalam kondisi yang misalnya sedang stress berat atau sedang ada masalah gitu ya jadi tadi kajerian bilang coba di-rate deh apa namanya yang angka 6 berapa anakku tuh mungkin di 4 gitu jadi masih di bawah itu tuh maksimal tuh saat ini gitu ya jadi nggak terlalu yang gimana banget gitu ya tapi itu sih moment of silence gitu ya mungkin kalau misalnya beberapa tahun lalu gitu misalnya aku dalam kondisi lagi stres yang lumayan berat gitu ya tadi kan kalau kajarel sempet kan bilang apa pegang-pegang bagian tubuh yang mungkin terasa sakit jadinya kayak ini ya kajarel psikosomatis ya Nah dulu sih pernah aku sampai yang kalau inget sesuatu langsung ngebetran gitu terus kepala gitu dulu sih pernah cuma kalau sekarang sudah overcome untungnya gitu ya jadi kalau sekarang sudah oke lah malam ini paling tinggi 4 gitu ya karena masih ada deadline tapi udah itu doang Bapak Ibu silahkan ya gimana nih Bapak Ibu nih tapi enak banget sih Kak Jeryl ya jadi itu sih tadi kan ada yang bilang juga ya mindfulness gitu ya Oh ya itu sih ya kadang kalau misalnya aku tuh ngerasa mungkin ini juga yang banyak nilai saya Bapak Ibu yang lainnya kita keseharian udah full pagi sampai malam banyak harus dipikirin gitu ya ketika kita memisahkan memisahkan satu waktu untuk meditasi untuk berpikir lagi secara main full gitu ya gimana kondisi kita emosi kita saat ini itu jadi momen tarik nafas yang enak gitu Baik, baik, baik. Ya ini sudah ada beberapa yang masuk komentarnya juga. Menarik. Prosesnya saya masih belum menikmati, tapi hasilnya badan sedikit lega ya.
Ini terima kasih buat sharingnya Pak Widiat Moko ya. Jadi ya memang kadang-kadang kita nggak menyadari, bukan nggak menyadari prosesnya, ya mungkin kita nggak suka gitu ya. Tapi ya saya senang kalau...
apa namanya Bapak merasa lebih nyaman Bu Noella tenang pikiran seperti bayangan yang lagi terbang terbang slow mo asli ini apa namanya terasa lebih senang santai dan rileks dari bumi Rani mungkin banyak dihadapi juga ya di rumah ya dengan kondisi yang macam-macam ya cuma ikut setengah soalnya anak-anak pada main jadi nggak konsen gitu baik-baik baik-baik Terima kasih ini juga banyak yang masuk, terima kasih menerima perasaan yang selama ini disampaikan. I'm so happy, saya sangat bersyukur, saya sangat gembira. Semoga ini menjadi manfaat ya buat kakak Fitri ya, ibu Fitri ya. Ya apa namanya bapak dan ibu izin juga ini kan direkam nanti maksudnya ada di Youtube.
Jadi Bapak dan Ibu kalau sekarang lagi kesulitan tidak apa-apa karena harus ngurus anak tidak apa-apa. Nanti suatu saat ambil waktu 10-15 menit Bapak dan Ibu tinggal dengarkan bagian yang tadi. Jadi tinggal di playback, diulangi dan kita bisa menikmatinya.
Oke banyak yang terbantu Nika senang sekali ya. Minah kasih. Nah ini bagaimana ada Pak Arjo setengah melayang-layang. Setengah melayang-layang ya karena nggak konsen kata Bu Dewi.
Nggak apa-apa Bu Dewi, nanti tes lagi. Mungkin ada Bapak dan Ibu yang ketiduran. It's totally okay.
Itu artinya yang dibutuhkan oleh tubuh Bapak Ibu. Walaupun saya udah, maksudnya saya... terbiasa membawakan, membantu meditasi latihan ini. Tadi juga entah bagaimana tiba-tiba kaki saya terasa hangat, terasa panas, gitu.
Ya, munculnya beda-beda, gitu ya. Nah, Pak Arjo bertanya, bagaimana menularkan pada murid paut dengan latar belakang keluarga berantak? Paut itu anak usia dini, kan ya? Apa namanya, kalau untuk anak usia dini memang untuk meditasi yang tadi panjang mungkin belum bisa.
Tapi yang bisa dilakukan adalah pendek-pendek. Boleh misalnya ya tarik nafas, sembuskan. Adik, ya setelah diulang tarik nafas, sembuskan.
Adik perasaannya gimana? Ya mungkin lebih sepenggal. Oh ya marah.
Atau... kesal, nah kita rasanya sih kalau paut tidak meditasi tetapi untuk me apa ya, untuk kadang-kadang ada yang begini, eh anak laki gak boleh nangis, nah itu jangan, jangan dilakukan ya artinya itu malah kita tidak mengizinkan anak laki-laki menerima emosinya nangis biarkan malah kalau kita sama anak paut, ya kita encourage kita Rasanya apa? Marah? Kesel? Enggak apa-apa?
Mau nangis enggak apa-apa? Keluarin. Justru itu yang kita encourage. Yang itu yang penting.
Dan kita tanya apa yang dirasakan, emosi apa. Ini justru baik banget menolong supaya mereka mengenal emosinya. Jadi menurut saya itu pertanyaan yang baik sekali dan jawabannya adalah tidak bisa meditasi, tapi lebih ke arah bagaimana membantu mereka mengenali dan menerima. Iya, semakin dini malah semakin bagus ya Kak Jeryal.
Benar, benar, benar. Ya, betul. Terima kasih.
Ini ada Kak Sosi meminta murid untuk tarik nafas dan memvalidasi perasaannya. Betul. Dan ya ini saya juga belajar. Kalau sama anak orang dan anak sendiri kadang beda ya.
Kalau anak sendiri ilmunya suka lupa dipraktekin. Itu saya jujur kalau sama anak sendiri kita juga belajar. Oke kalau lagi marah, oke kita acknowledge marah. Ambil waktu.
Time out, mau menenangkan diri sendiri? Silahkan. Jadi kita belajar itu. Kalau kita lagi marah, oke saya marah, saya keluar dulu. Saya tenangkan diri dulu, saya nyatakan ekspresikan.
Ya masih belajar, kalau sama anak orang lebih mudah. Sama diri sendiri, kadang lebih sulit. Mungkin ada pertanyaan juga nih Kak Jeryal dari Ibu Dewi, Dewi Seputu Trinawati.
Kadang emosi nih kalau lihat siswa yang nakalnya ampun-ampunan, apalagi suka bolos, suka nggak ada hasil yang dibawa pulang dari sekolah, pelajaran nggak masuk, PR nggak dikerjakan. Gimana caranya supaya nggak emosi ini, terus nggak terlalu menjudge mereka. Mungkin emosi yang di sini maksudnya adalah marah atau meluapkan kemarahan kepada mereka gitu ya.
Jadi terimalah emosi, mau marah akuilah marah. Tapi saya mengusulkan ambil waktu sendiri, jangan ada anaknya. Ibu kakak mau merasa marah, kesel, kecewa, atau bahkan mungkin sambil... Sambil menggerutu Ngomel-ngomel Yang mau gue sendiri Bapak dan Ibu terima Kalau Anda kesal Terima kalau Anda marah Dan terima kalau Anda kecewa Setelah itu baru kita yang bicara Yang minggu ketiga Tapi kasih bocoran Setelah tenang Setelah Anda menyadari Anda kecewa Anda pun perlu Mengomunikasikan perasaannya.
Penting. Perlu komunikasikan, tetapi komunikasikannya setelah Anda memang menerima, Anda marah, memahami, Anda bergejolak, Anda terima, Anda paham. Jadi ya memang itu proses.
Nah mungkin kadang-kadang setelah berusaha, tapi harapan saya gini, tidak usah kita cari bulat balik pembenaran. Dan jadinya kita senewan sendiri. Contoh, ya kita kan gak boleh seuzon, harusnya husnuzon, berperasangka baik.
Oh mungkin lagi ini, ya aduh kenapa saya jadi seuzon sih. Jadi kayak kita sibuk sendiri berargumentasi dengan diri sendiri. Apakah itu reaksi kita terhadap orang tersebut? Usul saya gini, yaudah kesel-kesel, yaudah. Udahlah, emang nih ini anak kesel, yaudah.
Emang. Iya, mas Alin. Ya, it's okay. It's okay untuk merasakan seperti itu. Ketika Anda tenang, pelan-pelan juga kita bisa komunikasikan.
Kurang lebih seperti itu ya. Jadi, tidak emosi, ambil waktu, ambil waktu lakukan kiss ini. Lakukanlah kiss ini.
Yes, yes. Oke. Hai nah mungkin ada pertanyaan lagi nih ya ini terkait dengan meditasi yang tadi ya kajerial ya untuk waktu apakah masing-masing berbeda gitu ya atau cukup nih yang kayak tadi kajerial sampaikan mungkin sekitar 15 menit gitu atau siapa tahu bisa lebih cepat gitu gimana nih kajerial bagi rekan-rekan yang belum terbiasa meditasi usulan saya ikuti aja puter yang disini jadi Tantangan dari meditasi adalah kalau kita belum punya skripnya atau kita nggak dipandu, seringkali pikiran kita yang jalan-jalan dan kemudian kita rame sendiri mencoba mengakurkan pikiran yang bertengkar. Pernah lagi kejadian.
Kenapa? Pernah saya coba sendiri meditasi sendiri tanpa panduan gitu. Ya gitu sih. Jadi usul. Carilah yang guided, lakukan yang guided.
Nanti Bapak mau cari lagi yang lebih lama, bisa nggak? Bisa, ketika sudah lebih siang. Jadi betul, setiap orang beda-beda tentu, tapi untuk memulai yang tadi cukup.
Iya, oke. Nah ini ada pertanyaan juga nih Kak Jeriel, dari Bapak, kalau nggak salah Bapak Graf Kemerindo. Apakah pada anak autis ini bisa diterapkan ya? meditasi, kalau menurut Kak Jiril mungkin gak ya?
Pak Gref ini pertanyaan yang bagus saya nggak berani jawab saya tanya psikolog ya saya tanya psikolog nanti mungkin saya izin tuliskan di komen ya boleh Kak Trisha bantu saya juga. Artinya apa namanya saya tidak tahu dampaknya tetapi selama sebetulnya yang bersangkutan bisa apa namanya bisa mengikuti mungkin juga nggak boleh yang terlalu panjang mungkin ya. Ya gitu.
bisa dicoba dan sebetulnya tidak ada bahayanya untuk mencoba, tetapi efektivitasnya saya nggak tahu. Saya harus coba. Oke, terima kasih. Oke, mungkin ada pertanyaan lagi nih, satu lagi ya, dari Ibu Dwi Sutris Niwati. Dijintanya Kak Jeryal, kapan waktu yang paling efektif melakukan meditasi?
Kalau menurut Kak Jeryal? Ya. Jadi kalau ini diserahkan kepada Bapak dan Ibu rekan-rekan. Ada yang mau siang, siang misalnya di toilet karena lagi stres di toilet di WC bisa nggak? Bisa gitu ya.
Atau misalnya waktu malam atau waktu pagi silahkan. Bisa. Yang mana yang terbaik untuk Bapak dan Ibu? Saya pikir itu kuncinya.
Yang mana yang terbaik untuk Bapak dan Ibu? Iya, iya. Oke, oke, sip. Wah, nggak terasa ya, sudah waktunya nih Kak Jerial. Bisa, bisa, bisa.
Iya, nggak apa-apa. Tapi terima kasih banyak ya Kak Jerial, ini sesinya salah satu yang menurut saya memang kita butuh ya, karena ya itu tadi yang sempat saya bilang ya, kita hidupnya sudah penuh dengan rutinitas dan kegiatan, kadang-kadang kita lupa. merupakan diri sendiri terutama tuh ya suka lupa diri sendiri suka lupa emosi diri gitu ya akhirnya semua terpendam terpendam terpendam banyak yang lupa banyak yang mati rasa gitu ya sedangkan tuh sebenarnya kita harusnya seperti yang kajerial sampaikan hari ini ya diterima gitu ya disadari kalau sadari sudah ya di sesi pertamanya sesi kedua diterima dengan kedua tangan dan dipeluk gitu ya biar ringan rasanya betul betul sekali Oke saya izin dulu ya kajerial yang melanjutkan apa namanya informasi mengenai Indonesia itu webinar berikutnya Oke nah Bapak Ibu besok kita juga masih ada sesi yang tak kalah menarik ya kita akan membahas persiapan AKM menggunakan quizzes ya di bit.ly garis miring persiapan AKM Quizzes bersama Pak Gali Setia Utomo dan Pak Eko Pramesti Sumartrop. Nah, Bapak-Ibu diingatkan juga kami sedang membuka pelatihan Google Certified Educator Bootcamp Level 1. Jadi, kalau Bapak-Ibu ingin mendapatkan terutama pengakuan internasional, dilatih oleh expert coach, terus meningkatkan kemampuan terutama menggunakan... Google Workspace for Education, silahkan mendaftar di bit.ly garis miring GSL 1 Revo Bootcamp B11.
Pendaftaran ini akan dibuka sampai hari Rabu ini, Bapak-Ibu, 21 Agustus. Dan kita akan mulai program di tanggal 24 Agustus selama 4 minggu berturut-turut. Jadi silahkan mendaftar jika Bapak-Ibu belum mendaftar atau belum memiliki sertifikat level 1. Nah, Bapak-Ibu, silahkan.
Mengisi daftar hadir sore hari ini ya di B2Li garis pairing up selama webinar sore atau Bapak Ibu bisa scan QR code. Nanti Bapak Ibu bisa mendapatkan satu sertifikat partisipasi setelah Bapak Ibu mengikuti 32 jam webinar ya. Mulai periode 16 Juli kemarin dan kita akan tutup di tanggal 13 Desember nanti ya. Jadi silakan mengisi daftar hadir ya minimal 32 sesi. Nah gimana cara...
Isinya pastikan tidak typo, pastikan email yang digunakan itu satu ya dan tidak typo juga ya karena nanti di akhir periode kita akan mengenerate sertifikat tersebut ya. Nah, Bapak-Ibu kalau misalnya nggak mau ketinggalan Indonesia di webinar, silahkan subscribe ke kalender IEW atau bisa di-scan QR Code-nya Bapak-Ibu atau bisa juga klik bit.ly garis miring subscribe IEW. Jadi, kalau Bapak-Ibu subscribe ke kalender IEW, jadwal-jadwal webinarnya ini akan langsung masuk ke Google Calendar Bapak-Ibu. Sudah ada link-nya, tinggal klik saja.
Ya, dan ada reminder-nya. Oke, diingatkan kembali Bapak Ibu untuk bergabung di tiga komunitas besar kita. Ada pendidikan 421, ada belajar di mana saja dengan belajar ide, dan ada juga Sekolah Kerombok Indonesia.
Di sini kita saling bantu ya. Saling bantu, saling kasih inspirasi sesama pendidik. Nah, Bapak Ibu modul yang sudah lewat ini diposting di kanal YouTube Rev Indonesia.
Jadi jangan lupa untuk like, untuk share, dan untuk subscribe ya. Agar kami bisa terus menyajikan konten yang bermanfaat untuk Bapak-Ibu semua. Kegiatan ini dapat diselenggarakan dengan kolaborasi para penjual pendidikan di Revo, Google Educator Group Indonesia, Google Power Education, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Oke, Kak Jeryal mungkin ada pesan nggak nih terakhir menutup sesi untuk Bapak-Ibu semua? Ya, menutup sesi izinkanlah beragam perasaan muncul. Biarkan dia ada, peluk dia.
Jangan dihakimi, peluk saja. Lalu, next-nya apa? Next-nya kan kita harus ambil tindakan.
Minggu depan kita bicarakan bagaimana mengambil tindakannya. Eh, minggu depan, maaf. Ada kesempatan berikutnya.
Di September ya, Bapak Ibu. Jadi, dilihat-lihat gitu ya jadwalnya. Kalau misalnya ada kajiril, jangan dilewat.
dapatkan ya Bapak Ibu karena ini lanjutannya ya kita jadi pengendali emosi nanti ya bulan depan Oke sekali lagi terima kasih kajerial sharingnya malam ini luar biasa sekali Terima kasih juga Bapak Ibu yang sudah mengikuti sesi webinar malam ini dan sesi-sesi yang membuat kita melihat kembali ya ke diri kita sendiri kita sudah sampai mana mengenali dan apa namanya bisa menerima emosi-emosi minta Tepuk tangan untuk Bapak Ibu semua yang sudah belajar hari ini ya menerima emosi kita. Sampai jumpa lagi di webinar berikutnya. Bye!