Pada tanggal 28 Juni di tahun 1914, Bosnia saat itu dikunjungi oleh Pangeran Franz Ferdinand dalam rangka peresmian sebuah rumah sakit. Kunjungan saat itu ternyata telah ditunggu oleh kelompok teroris Black Hand, yang berpaham pan-Slavisme, sebuah gerakan yang mendorong laju integritas dan persatuan bangsa pemakai bahasa Slavic. Dan beberapa hari sebelum Ferdinand sampai di Bosnia, seorang remaja Serbia-Bosnia bernama Gavrilo Princip pergi ke Sarajevo bersama dua nasionalis lainnya untuk melancarkan serangan termasuk diantaranya pembunuhan. Upaya ini? dilakukan atas ketidaksetujuan mereka atas pencaplokan wilayah Bosnia oleh negara Austria-Hungaria.
Berdasarkan jurnal dari laman Smithsonian Make, pada awalnya Ferdinand sudah mengalami hari yang buruk karena semua orang di Sarajevo terus berusaha untuk membunuhnya. Untungnya, Ferdinand berhasil selamat dari sebuah bom yang meledak sedikit lebih awal walau beberapa orang terluka dalam rombongannya dilarikan ke rumah sakit. Ferdinand seharusnya menganggap itu sebagai sebuah petanda kalau sudah waktunya untuk pulang. Namun malah sebaliknya, Ferdinand malah bersikeras untuk mengunjungi teman-temannya yang terluka. Supirnya yang tidak terbiasa dengan rute di kota itu mengambil belokan yang salah dan akhirnya memutar mobil tepat di depan Gavrilo Princip yang sedang duduk di luar kafe.
Princip yang mungkin bingung dengan keberuntungannya itu langsung berdiri dan bergegas untuk mendekati mobil Ferdinand dan dengan cepat meletuskan pistolnya ke arah Ferdinand yang membuat Ferdinand tewas seketika. Setelah terjadinya peristiwa pembunuhan Ferdinand, pemerintah Tata Austria-Hungaria menuntut tanggung jawab dari pemerintah Serbia atas serangan tersebut. Maka kemudian, Austria-Hungaria memberikan ultimatum kepada Serbia agar segera menyelesaikan perkara itu.
Akan tetapi, jawaban dari Serbia yang tidak sesuai harapan akhirnya membuat ketegangan semakin memanas. Akhirnya, perang melawan Serbia dideklarasikan pada tanggal 28 Juli di tahun 1914. Perang ini pada nyatanya tidak hanya melibatkan dua negara tersebut. Saat itu, Serbia ternyata ternyata mendapat perlindungan dari Jerman. Sedangkan Austria-Hungaria dibantu oleh kekaisaran Rusia. Sekutu Rusia yaitu Perancis ternyata juga turut membantu dan berupaya menekan perlawanan Jerman.
Akan tetapi, pada akhirnya Jerman berhasil menduduki wilayah Belgia tepat di bulan Agustus. Pendudukan ini memaksa Inggris menyatakan perang terhadap Jerman saat itu juga. Pada perkembangannya, negara Amerika, Kanada, dan Selandia Baru berupaya memihak Rusia untuk sama-sama melawan Jerman.
Di sisi lain, Turki Usmani yang mempunyai kepentingan untuk kembali menguasai wilayah Eropa Timur, pada akhirnya memutuskan untuk bergabung di pihak Jerman. Serangkaian peperangan yang sudah kita kenal dengan part Perang Dunia Pertama di atas adalah hasil dari tembakan Ferdinand. yang dilakukan oleh prinsip. Dan dalam catatan sejarah dunia, peristiwa pembunuh itu memang dicatat sebagai pemicu perang dunia pertama. Tapi sekarang, bayangkan, jika supirnya memeriksa peta terlebih dahulu dan mengambil jalur yang berbeda, dan mungkin perang dunia tidak akan pernah ada.
Dan inilah yang dalam dunia pengetahuan disebut dengan Butterfly Effect. Butterfly effect atau efek kupu-kupu sederhananya adalah teori yang membahas tentang kekacauan akibat dari kejadian di masa lalu. Dalam teori ini, kesalahan kecil yang terjadi di suatu masa diakini bisa menimbulkan masalah dan konsekuensi besar di masa depan.
Butterfly effect adalah istilah dalam teori kekacauan di mana perubahan kecil di satu tempat tertentu dalam suatu sistem non-linear dapat menyebabkan perubahan besar di tempat lain. Butterfly effect banyak contohnya dan menariknya. Peristiwa-peristiwa peperangan di abad ke-20 banyak mengidapnya. Pada tahun 1919, Presiden Amerika Serikat saat itu Woodrow Wilson sedang berada di Versailles untuk menghadiri sebuah konferensi perdamaian Paris dalam rangka mengakhiri Perang Dunia Pertama.
Wilson menerima sepucuk surat dari seorang sosialis muda yang meminta untuk bertemu dengannya. Ia ingin bertukar pikiran dan menyampaikan paham-paham idealis kepada Wilson. Namun, jadwal Wilson sangatlah sibuk sehingga ia mengabaikannya. Sejarah mulai menuliskan bahwa sosialis muda yang ingin bertemu dengan Wilson itu adalah Ho Chi Minh.
Dan pada saat itu, dia masih cukup terbuka untuk ideologi yang berbeda. Karena yang ia inginkan hanyalah kemerdekaan untuk Vietnam. Awalnya, Ho terinspirasi oleh deklarasi kemerdekaan Amerika dan berharap Presiden Amerika akan bersimpati dengan keadaan Vietnam yang sedang dijajah oleh Perancis.
Ho Chi Minh telah membawa daftar ke Kerala. Rasan yang dilakukan pasukan Perancis selama berada di Vietnam, Ho mengharapkan bantuan dari Amerika. Wilson bagaimanapun mengabaikannya. Dan Ho Chi Minh mulai kecewa dengan Amerika. Dia pun pergi ke Uni Soviet, di mana dia belajar Maksisme, dan akhirnya bertemu dengan Trotsky dan Stalin.
Sehingga menjadikannya salah satu tokoh komunis yang disegani. Ketika Vietnam merdeka dari Perancis, Ho Chi Minh memimpin kelompok komunis yang akan membagi Vietnam menjadi dua, dan memulai Perang Vietnam. Perang ini mungkin tidak akan pernah terjadi jika saat itu Woodrow Wilson mau mengobrol sebentar dengan Ho Chi Minh.
Kisah ini merupakan salah satu kisah lain dari Butterfly Effect, di mana satu kejadian, yaitu diabaikannya surat Ho Chi Minh oleh Wilson, akhirnya menggerakkan serangkaian peristiwa yang mengarah ke Perang Vietnam dan mengubah sejarah dunia. Masih dalam konteks Perang Dunia Pertama, pada tahun 1918, Henry Tandy berperang untuk Inggris di Perancis. Di sana dengan rasa kemanusiaannya, Tendi membuat keputusan untuk menyelamatkan satu orang manusia.
Dan karenanya lebih dari 60 juta orang meninggal dalam peperangan berikutnya. Dalam peperangan itu, Tendi ikut bertempur dalam pengepungan Morkhoi. Dimana saat itu tentara Jerman sebenarnya sudah memutuskan untuk mundur dari wilayah Morkhoi. Namun, di saat puluhan tentara Jerman berbalik dan melarikan diri, salah satu dari mereka masih berkeliaran di jalur tembak Tendi.
Tendi pun mengerahkan senjatanya pada tentara Jerman. yang mencoba untuk melarikan diri. Tetapi, menyadari kalau tentara yang tengah melarikan diri itu sedang terluka, Tendi pun tidak jadi menarik pelatuk dan menurunkan senjatanya. Tentara Jerman yang terluka itu, ketika mengetahui dirinya tidak jadi ditembak dan dibiarkan hidup, kemudian mengangguk seolah memberi tanda terima kasih dan Tendi pun membiarkannya pergi.
Setelah perang itu selesai, semangat dan ketampanan Tendi diganjar dengan Victoria Cross dan membuat wajahnya ditampilkan di poster propaganda Inggris. Namun, 20 tahun kemudian, poster itu kembali terlihat di tempat yang tidak disangka bahkan oleh siapapun di dunia. Sebab poster yang menampilkan wajah Tandy terpasang di dalam rumah Adolf Hitler.
Bagaimana poster Tandy selaku ikon propaganda Inggris terpajang di rumah Hitler terungkap? Itu terjadi ketika Perdana Menteri Inggris yaitu Neville Chamberlain pada bulan September di tahun 1939 mengunjungi Hitler dan melihat poster di dindingnya. Neville pun penasaran dan saat itu juga bertanya, Mengapa Hitler memiliki poster propaganda Inggris? Hitler sebagai tanggapan atas pertanyaan Neville menunjuk ke gambar Tandy dan berkata, Dia adalah orang yang hampir menembak saya. Kisah ini sangat luar biasa sampai beberapa orang meragukannya.
Walaupun bertahun-tahun kemudian, Greenhoards Museum menunjukkan buktinya. Mereka memiliki surat dari asisten Hitler yang ditulis pada tahun 1937. Berterima kasih kepada pihak museum karena telah mengirim poster itu. Usut punya usut. Ternyata asisten Hitler telah mencarinya kemana-mana. Ia menjelaskan kalau Hitler sangat tertarik pada hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman perangnya sendiri.
Dan jauh sebelum itu terjadi, pada awal tahun 1900-an, Hitler muda melamar ke Akademi Seni Rupa di Wiena dan ditolak. Tidak hanya satu kali, tapi dua kali dan kemungkinan besar oleh seorang profesor Yahudi. Menurut perkiraan Hitler sendiri dan para sarjana, penolakan ini kemudian membentuk metamorfosisnya dari seorang seniman Bohemia yang bercita-cita tinggi menjadi penjahat perang dan penjahat kemanusiaan.
Dalam dua babakan sejarah yang terjadi pada hidup Hitler, andaikan berjalan beda seperti dia diterima menjadi mahasiswa seni di Wina atau anggaplah Tendi memutuskan untuk mengeksekusinya, mungkin jalannya sejarah dan wajah peradaban manusia akan berbeda. Sebab kita dapat berasumsi bahwa banyak tragedi yang bisa dihindari. Jika Hitler menerapkan cat air, bukanlah genosida.
Sekarang, mari beralih ke penghujung Perang Dunia Kedua, di mana Amerika tengah mempersiapkan kemana bom atomnya harus dijatuhkan. Sebab, pada awalnya Amerika bermaksud mengebom kota Kokura di Jepang, dengan pabrik amunisi sebagai sasarannya. Karena di kota ini, terdapat gunang produksi senjata dan menjadi salah satu tempat persenjataan besar tentara Jepang selain kota Hiroshima. Pada tanggal 6 Agustus di tahun 1945, kota Kokura sudah dalam status siaga untuk mengantisipasi dijatuhkannya bom atom setelah kota Hiroshima. Tiga hari kemudian, pembom B-29 terbang di Kokura dini hari.
Salah satunya membawa Fat Man, bom plutonium yang bahkan lebih kuat dari bom uranium yang dijatuhkan di kota Hiroshima. Pada hari Amerika berencana menyerang, kondisi cuaca mendung membuat pabrik tersebut tidak terlihat oleh pembom B-29 saat mereka terbang di atasnya. Selain karena cuaca, Kabut tebal yang menyelimuti kota Kokura berasal dari asap pengeboman konvensional di kota terdekatnya, Yawata, yang dibom sehari sebelumnya. Beberapa sejarawan juga mengklaim bahwa sejumlah pabrik di Kokura juga sengaja membakar batu bara agar muncul tabir asap di atas kota pada saat serangan udara dilancarkan di seluruh Jepang. Menurut dokumen militer Amerika dan laporan WSJ, William Lawrence, seorang jurnalis New Yorker Times yang ikut berpergian dengan salah satu pesawat.
Pesawat B-29 melewati kota itu 3 kali sebelum Mayor Charles Sweeney, selaku pilot yang menerbangkan B-29 menyerah. Penduduk setempat yang berkerumun di tempat penampungan mendengar dengungan pesawat yang bersiap menjatuhkan bom atom yang bersiap untuk menghancurkannya. Karena rasa frustasi dan tidak juga mendapat jarak pandang yang jelas, akhirnya Mayor Charles Sweeney memilih Nagasaki. sebagai target karena jarak pandangnya yang lebih baik.
Implikasi dari keputusan seperkian detik itu sangatlah besar. Kita bahkan tidak dapat memahami betapa berbedanya sejarah jika hari itu tidak mendung. Kokura terkadang disebut sebagai kota paling beruntung di Jepang, Luck of Kokura atau keberuntungan Kokura menjadi ungkapan dalam bahasa Jepang untuk menggambarkan bagaimana kota ini lolos dari maut dan mereka yang tinggal di sana selama perang masih terguncang oleh kejadian nyaris celaka tersebut.
Dalam merentetan setelah Perang Dunia II, kita tahu masih ada bebakan perang ideologi atau perang dingin antara Uni Soviet dan Amerika dan selama krisis misil di Kuba. Krisis ini terjadi selama 13 hari, dimulai dari tanggal 16 dan berakhir pada tanggal 28 Oktober di tahun 1962. Di tengah panasnya situasi saling ancam misil nuklir di krisis misil Kuba, Soviet mengirim kapal selam B-59 yang bersenjatakan torpedo berhulu ledak nuklir ke Teluk Meri untuk membangun pangkalan maritim. Namun, pada tanggal 27 Oktober di tahun 1962, kapal selam Soviet dicegat oleh satu armada angkatan laut Amerika di Laut Karibia yang merupakan perairan internasional. Armada angkatan laut Amerika terdiri dari satu kapal induk USS Randolph beserta 11 kapal perusak. Para armada angkatan laut Amerika ini menebarkan depth charge atau bom dalam yang memaksa kapal selam Soviet B-59 naik ke permukaan.
Kapten B-59 Valentin Savitsky yang merasa terprovokasi mengajukan izin melepas torpedo nuklir mereka. Beruntungnya, Khusus untuk kapal selam B-59 yang membawa torpedo nuklir, kebijakan Angkatan Laut Soviet menetapkan bahwa izin meluncurkan torpedo nuklir baru akan diberi lampu hijau setelah disetujui tiga komandan di dalam kapal. Sebab, selain Savitsky, komandan di kapal selam B-59 ada Ivan Maslenikov yang berpangkat perwira politik dan Komador Vasily Arkhipov yang berpangkat perwira penghubung armada.
Dan Arkhipov lah satu-satunya yang menentang peluncuran torpedo nuklir tersebut. Dan Arkhipov juga lah. yang akhirnya memenangkan diskusi dari 3 komandan kapal selam B-59 milik Soviet.
Selain enggan memulai perang dunia ketiga, Al-Khipof juga berargumen bahwa kondisi baterai kapal selam B-59 mulai menipis dan mesin pendingin udaranya rusak akibat guncangan ledakan Devchart yang dilakukan oleh armada angkatan laut Amerika. Dari keputusan yang diambil Al-Khipof, ia menyelamatkan Amerika dan Soviet dari perang dahsyat setelah Savitsky dan Maslennikov. Menyetujui keputusan B-59 naik ke permukaan. Jika Arkhipov kalah dalam mengambil keputusan, barangkali perang dunia pecah di hari itu juga. Karena jika torpedo itu diluncurkan, awan nuklir akan menghantam Moskow, London, Esanglia, dan Jerman.
Sebelum memusnahkan separuh populasi Inggris. Dampaknya mungkin saja berupa bencana nuklir di seluruh dunia ketika negara-negara membalas dan konflik pun menyebar. Hal ini tercermin dengan perkataan Arthur M. Sklesinger Jr. yang saat itu menjabat sebagai penasehat Presiden Kennedy.
Arthur menyatakan bahwa insiden tersebut tidak hanya momen paling berbahaya dalam perang dingin, namun juga momen paling berbahaya dalam umat manusia. Selain itu, Thomas Blanton, Direktur Arsip Keamanan Nasional Amerika saat diwawancara oleh Marion Liet dari surat kabar The Boston Globe pada tanggal 13 Oktober di tahun 2002 pernah mengenang kejadian ini dengan menyatakan bahwa seorang perwira, Vasilij Arkipov, telah menyelamatkan dunia. Karena selama krisis rudal Kuba pada tahun 1962, Uni Soviet dan Amerika Serikat berada di ambang konflik nuklir. Setelah intelijen Amerika menemukan ada rudal Soviet di wilayah Kuba.
Setelah mengetahui hal tersebut, selama 13 hari, ketegangan meningkat ke tingkat yang berbahaya hingga ancaman kehancuran bersama membuat kedua belah pihak sepakat untuk tidak lagi terlibat dalam upaya nuklir. Tanpa keberanian satu orang, dunia kita bisa menjadi sangat berbeda. Hal yang serupa namun berbeda cerita, dan ini terjadi ketika Sabi...
Saddam Hussein berdiri di tiang gantungan menunggu untuk dieksekusi. Saddam Hussein mungkin tidak menyadari kalau peristiwa kecil yang membawanya ke sana disebabkan oleh seorang bocah Kuba yang pergi ke Amerika. Karena secara aneh dan tidak langsung seorang bocah bernama Elian Gonjalez telah menyebabkan perang Irak.
Mungkin Elian Gonjalez bukanlah orang yang memberitahu George Bush bahwa Irak memiliki senjata pemusnah masal. Tetapi dia adalah orang yang memenangkan Bush dalam pemilu sebelumnya. Bush menjadi presiden Amerika setelah melewati salah satu pemilu terketat dalam sejarah negeri Amerika. Dilansir dari laman The Atlantic, Bush berhasil menang di Florida dengan selisih. hanya 537 suara, sehingga berhasil memenangkan pemilihan umum pada tahun 2000. Bush menang karena kemarahan komunitas Kuba Amerika di Florida pada Partai Demokrat yang menahan Elian Gonzalez.
Hal ini membuat sekitar 50 ribu warga Kuba Amerika di Florida memberikan El Foto Castigo, yang berarti suara hukuman dan memilih Partai Republik yang mengusung Bush sebagai calon presiden. Jika saja Elian Gonzalez tidak naik kapal dan pergi ke Amerika, Al Gore dari Partai Demokrat mungkin akan menjadi presiden. Perang Irak hampir pasti tidak akan terjadi.
Dan seluruh dunia, khususnya Timur Tengah, akan menjadi tempat yang berbeda saat ini. Namun, jalinan benang sama dalam kasus perang Irak yang berujung pada Saddam Hussein ada di tiang gantungan, ada dalam peristiwa kecil ini juga. Dan inilah ceritanya.
Jika kalian pernah menonton film The King's Speech, maka kalian pasti tahu Lionel Logue. Logue adalah seorang ahli terapi wicara yang membantu Raja George VI mengatasi gagatnya. Logue pasti berpikir, Bahwa membantu seorang raja adalah kontribusi terbesar yang pernah ia lakukan di dunia.
Namun, tanpa menyadarinya, dia telah memberikan kontribusi lain yang tidak kalah penting. Locke secara tidak langsung bertanggung jawab atas perubahan politik Amerika modern. Sebelum dia bekerja untuk Raja Inggris, Locke membantu seorang calon reporter bernama Cat Murdoch untuk mengatasi gagapnya yang parah. Locke berhasil membantunya sehingga Cat Murdoch dapat melanjutkan karirnya.
Murdoch sukses sebagai jurnalis dan akhirnya menjadi raja surat kabar. Ketika Kate meninggal, dia menyerahkan perusahaannya kepada putranya yaitu Rupert Murdoch. Dia menciptakan News Corporation dan akhirnya Fox News.
Seperti yang dikutip dari laman Boston Globe, Fox lebih dari sekedar stasiun berita. Itu adalah sebuah kekuatan yang telah mengubah cara berpikir orang Amerika. Menurut sebuah penelitian, 8% orang yang melihat Fox News akan langsung beralih dari Demokrat ke Republik. Oleh karena itu, Fox disebut sebagai pemain paling penting dalam pemilu Amerika. Tanpanya gerakan Tea Party mungkin tidak akan pernah terjadi.
Dan George W. Bush akan kalah dalam pemilihan tahun 2000. Dan dalam hal ini, butterfly effect benar-benar berkelindandan dan sepertinya kita tidak bisa membebankan semua kesalahan kepada alien Gonzalez. Karena nyatanya, Lionel Locke juga punya andil dalam terjadinya Perang Irak yang membuat pemimpinnya Saddam Hussein dihukum gantung di tanah airnya. Jika hal-hal yang tadi itu begitu jauh jaraknya dari tahun lahir kita, bagaimana dengan ini? Ketika Inggris memutuskan untuk keluar dari Uni Eropa, tentu keputusan Brexit ini membuat semua orang bertanya-tanya mengapa hal itu bisa terjadi. Namun keputusan itu dimulai dari sebuah bar di dalam istana Westminster yang disebut Strangers Bar.
Pada tahun 2012, ada seorang anggota parlamen dari Partai Buruh bernama Eric Joyce mabuk di Strangers Bar dan berteriak bahwa ada terlalu banyak turis di bar itu. TORIS adalah sebutan untuk anggota Partai Konservatif Inggris. Setelah berteriak dan mengumpat, Joyce mulai melemparkan pukulan pada siapapun yang ada di sekitar jangkauan tangannya. Atas perilakunya, Joyce akhirnya ditangkap, namun saat polisi mengiring Joyce ke kantor polisi, dia tetap berteriak, kalian tidak bisa menyentuhku, saya adalah seorang anggota parlemen.
Perilaku dan umpatan yang dilakukan Joyce otomatis membuat Partai Buru Inggris menyadari. bahwa mereka harus menggantinya. Namun siapa sangka kalau pukulan-pukulan mabuk Joyce memicu serangkain peristiwa yang akan berakhir dengan Brexit.
Mengambil dari laman News Sedgeman, setelah insiden Joyce, Partai Buru Inggris dituduh membiarkan lelang untuk kursi Parlemen Joyce. Kemudian, untuk melawan citra buruk itu, pemimpin Partai Buru bernama Ed Miliband membiarkan siapapun yang mau membayar 3 ponseling untuk bergabung dengan partai dan memilih. Ribuan orang melakukan hal itu dan memilih pemimpin baru, yaitu Jeremy Corbyn. Corbyn mungkin tidak akan menang tanpa aturan 3 Ponserling itu. Ia pun membuat berbagai peraturan kontroversial yang berujung pada Brexit.
Partainya juga ikut menyalahkan Corbyn, sampai mengeluarkan mosi tidak percaya terhadapnya setelah Inggris memutuskan untuk keluar dari Uni Eropa. Namun saat ini terjadi, semuanya sudah terlambat. Inggris raya berpisah dari Uni Eropa hanya karena seorang lelaki mabuk yang berkelahi di bar.
Seluruh kejadian yang terjadi di dunia ini memang tak ubahnya seperti miliaran benang yang saling terhubung. Sebuah peristiwa kecil maupun besar saling berkaitan dan terus terhubung antara satu dan yang lainnya. Ketika ada satu benang cerita yang berubah, maka akan timbul ribuan kemungkinan yang akan terjadi. Kita hidup dalam dunia yang penuh dengan serba kemungkinan.
Peristiwa sekecil apapun akan mengubah seluruh benang cerita sekaligus memutus benang cerita lainnya. Hal-hal besar yang terjadi di dunia ini berawal dari hal yang kecil yang kita remehkan. Inilah. Butterfly Effect yang membingungkan. Ucapan paling awal mengenai Butterfly Effect tampaknya berasal dari...
dari Benjamin Franklin dari abad ke-13 atau ke-14. Dia menawarkan deskripsi puitis tentang gagasan bahwa hal-hal kecil dapat berdampak signifikan pada konsekuensi yang lebih besar. Karena kekurangan paku, maka sepatu pun hilang. Karena kekurangan paku, maka sepatu pun hilang.
Kekurangan sepatu, maka kuda pun hilang. Karena kekurangan kuda, maka penunggangnya pun hilang. Karena kekurangan penunggangnya, maka peperangan pun kalah. Karena kekurangan peperangan, maka kerajaan pun kalah.
Dan semua itu demi kebutuhan paku tapal. kuda. Namun, meskipun gagasan serupa dengan konsep tersebut mungkin telah beredar selama berabad-abad, istilah butterfly effect diperkenalkan pertama kali pada tahun 1961 oleh Edward Norton Lawrence, peneliti asal Amerika Serikat saat dia tengah melakukan pekerjaan rutinnya sebagai peneliti meteorologi. Istilah butterfly effect merujuk pada fenomena bahwa kepakan sayap kupu-kupu di hutan Amazon Brazil secara teori dapat menghasilkan tornado di Texas beberapa bulan kemudian.
Tentu saja, satu tindakan Bukan seperti kupu-kupu yang mengepakan sayapnya tidak dapat menyebabkan topan, namun peristiwa-peristiwa kecil dapat berfungsi sebagai katalisator yang bertindak pada kondisi awal. Di Indonesia sendiri, analogi kupu-kupu sering dipakai oleh Rocky Gerung ketika Indonesia sedang gandrung membicarakan perpindahan ibu kota negara dari Jakarta ke Kalimantan, serta efek yang akan mempengaruhinya pada ekosistem alam dan krisis iklim yang melanda dunia. Fenomena ini memang terdengar hiperbola. Namun menurut penelitian Lawrence, meskipun kepakan sayap kupu-kupu tetap tetap konstan, lokasi kupu-kupu, dampaknya, dan lokasi dari dampak-dampak selanjutnya dapat bervariasi luas.
Kepakan sayap kupu-kupu memang hanya menyebabkan perubahan yang sangat kecil dalam atmosfer bumi. Namun pada akhirnya, kepak sayap ini dapat merubah jalur tornado atau menunda, mempercepat, bahkan mencegah terjadinya tornado di tempat lain. Rangkaian peristiwa dari satu perubahan sangat kecil ini dapat membuat efek domino. Jika kupu-kupu itu tidak mengepakan sayapnya, trajektori sistem tersebut hasilnya akan berbeda. sangat jauh.
Butterfly effect secara harfiah adalah soal konsekuensi. Ini menggambarkan betapa hal-hal kecil bisa berdampak besar. Artinya kita tidak bisa mengabaikan hal-hal kecil begitu saja.
Bahkan identifikasi butterfly effect mempunyai dampak signifikan terhadap cara para ilmuwan dan ekonom memahami dunia. Ketika Lorenz membahas temuannya, hal itu berdampak signifikan terhadap cara orang memahami prediksi ilmiah. Hingga saat ini, ilmu pengetahuan telah menggunakan mode linier dan deterministik yang berasumsi bahwa mudah untuk menelusuri jalur antara sebab A dan akibat B. Namun setelah butterfly effect menjadi diskursus utama, dunia pengetahuan pun ikut jungkir balik. Kausalitas antara sebab dan akibat dipertanyakan ulang karena semua sistem kompleks di sekitar kita itu rentan.
Peristiwa-peristiwa apapun yang kita anggap remeh bisa berdampak buruk terhadap dunia. Karena fokusnya pada interkonektivitas, butterfly effect juga menunjukkan bahwa tindakan seseorang dapat berdampak pada populasi yang lebih luas. Bayangkan saja, seberapa besar tindakan seorang pemimpin politik berdampak pada keadaan dunia. Butterfly Effect meminta kita untuk berhati-hati dalam mengambil keputusan karena kita tidak pernah tahu apa konsekuensi dari keputusan tersebut. Hal ini juga bisa sangat memotivasi karena menunjukkan bahwa tindakan kita sangat berpengaruh dalam mengubah arah dunia.
Tidak peduli seberapa kecil tindakan tersebut, informasi tersebut penting ketika menyangkut isu-isu seperti perubahan iklim karena masyarakat seringkali percaya bahwa tindakan mereka sendiri tidak akan berdampak cukup. besar terhadap emisi karbon. Namun, butterfly efek menunjukkan bahwa meskipun tindakan kecil, seperti memilih menggunakan sedotan yang dapat digunakan kembali, mungkin tidak memiliki efek linear terhadap emisi karbon. Namun, tindakan tersebut masih dapat mengubah arah perubahan iklim. COVID-19 adalah contoh yang baik tentang bagaimana sebuah kejadian kecil dapat berdampak buruk pada seluruh dunia.
Hal ini dimulai di pasar makanan di Tiongkok dan beberapa bulan kemudian telah menyentuh hampir setiap kota di dunia. Sebuah insiden insiden kecil mempunyai dampak yang tidak linear namun masih terhadap dunia dan masyarakat dengan konsekuensi yang semakin buruk karena kita sangat terhubung selain itu ofit 19 menunjukkan bagaimana berbagai sektor merupakan bagian dari sistem yang kompleks dan oleh karena itu ketika ada perubahan di satu sektor seperti kesehatan sektor lain seperti keuangan kesehatan mental atau lingkungan juga akan terkena dampaknya seperti yang diperkirakan sebelumnya butterfly effect dapat menunjukkan betapa kecilnya tindakan ini individu dapat berkontribusi terhadap kondisi bumi kita. Tampaknya hanya ada sedikit kesepakatan mengenai apa yang akan terjadi pada planet bumi akibat aktivitas manusia. Namun secara umum diterima bahwa aktivitas kita mempunyai dampak drastis terhadap lingkungan dan habitat pun berubah sebagai dampaknya. Bumi merupakan ekosistem yang sangat besar dan kompleks.
Namun penting bagi kita untuk menyadari bahwa tindakan kolektif yang dilakukan oleh satu generasi dapat menimbulkan konsekuensi yang sangat kuat dan tak jarang menakutkan. Dan seperti apa yang dikatakan oleh Neil Gaiman dan Terry Pratchett dalam bukunya The Good Omens, bahwa dulu ada anggapan bahwa peristiwa yang mengubah dunia adalah hal-hal seperti bumi besar, politisi yang maniak, gumpal bumi besar, atau perpindahan penduduk secara besar-besaran. Namun kini disadari bahwa ini adalah pandangan kuno yang dianut oleh orang-orang yang benar-benar tidak percaya.
Berhubungan dengan pemikiran modern, hal-hal yang benar mengubah dunia adalah hal-hal kecil. Seekor kupu-kupu mengapakan sayapnya di hutan Amazon. dan kemudian badai melanda seluruh Eropa.