Pada suatu masa, Di suatu daerah di Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis, terdapat sebuah kapal yang bernama Lancang Kuning. Kapal tersebut ialah kepunyaan seorang raja yang dikenal dengan nama Datuk Raksamana Perkasa Alim. Pada suatu hari, para dayang pun datang menuju istana dan menampilkan sebuah tarian dalam rangka merayakan hari jadinya kapal Lancang Kuning.
Sang Raja pun terpikat dengan salah satu dayang dan mengajaknya untuk berkenalan. Dama gadis itu ialah Zubaidah. Zubaidah ialah seorang gadis yang tak lagi memiliki mak dan bapak yang berasal dari Bintang.
Raja pun jatuh hati pada dia. Akhirnya ia pun menugaskan kedua anak buah dia, yaitu Panglima Umar dan Panglima Hasan, untuk menjaga mereka. datangi rumah makciknya dan menyampaikan perasaannya.
Keesokan harinya, Panglima Umar dan Panglima Hasan pun datang menemui Zubaidah atas perintah raja. Mereka membagi tahu Zubaidah bahwa raja tertarik kepada dia. Setelah menyampaikan maksud kedatangan mereka, Zubaidah pun menolak perasaan raja.
Ampun Dato, saat ini hamba belum bisa menerima perasaan raja. Sekali lagi, hamba mohon maaf Dato. Lepas itu, Panglima Umar dan Panglima Hasan pun meninggalkan rumah Makcik Zubaidah. Sebelum membagi tahu jawaban dari Zubaidah kepada raja, mereka pun berjalan mengelilingi desa dan tak disengat. Hanya bertemu dengan Teratai yang merupakan adik dari Panglima Hasan.
Hubungan Panglima Umar, Panglima Hasan dan Teratai sangatlah dekat. Panglima Umar pun menganggap Teratai ini layaknya adik kandung dia sendiri. Pada suatu masa, para pembesar Bukit Batu pun sedang bermain sepak takraw di lapangan yang tak jauh dari danau. Bersamaan dengan itu pula, gadis desa dan Zubaidah tengah bermain di danau.
Tiba-tiba, terdengarlah suara seseorang membantu dan rasanya ada yang tenggelam. Ternyata orang yang tenggelam itu ialah Zubaidah. Namun seorang penglima pun dengan sigap lari ke arah danau. Untuk menyelamatkan Zubaidah. Seseorang itu ialah...
Panglima Umar. Lepas kejadian itu timbulah perasaan cinta Zubaidah kepada Panglima Umar. Begitu pula dengan Panglima Umar. Akhirnya mereka pun memutuskan untuk memohon restu kepada raja agar diperbolehkan untuk segera menikah. Mendengarkan apa yang terjadi, Raja begitu murka.
Raja pun tak menyangka bahwa yang dicintai oleh Zubaidah ialah Panglima Umar. Panglima Umar dan Zubaidah pun tak henti untuk mengucapkan kata maaf agar hubungan mereka direstui. Akhirnya raja pun luluh dan meredakan emosinya secara perlahan Raja pun akhirnya menghargai hubungan mereka Dan merespui pernikahan antara Zubaidah bersama Panglima Panglima Hasan pun tampak murah Ia akan tetap mencari cara untuk memisahkan Zubaidah dengan Panglima Umar Beberapa bulan kemudian, Raja bersama perwakilan kerajaan sedang berdiskusi dalam suatu rapat. Siapa agaknya yang layak boleh memegang amanah sebagai utusan untuk pergi ke lingga? Ampun, Tuhan ku.
Pada pandangan pati, Datuk Panglima Umar lah yang layak untuk menjadi utusan. Ampun tuanku, jika patik yang tuanku cintakan akan patik junjung di atas kepala patik. Bagus, buatlah persiapan.
Paku diterintahkanlah Panglima Umar sebagai pewakilan kerajaan untuk pergi ke lingga. Keesokan harinya, Panglima Umar dan pasukannya pun melakukan persiapan untuk berlayar. Tak lupa ia meminta doa selamat. dan selama perjalanan kepada istrinya, Nerta meminta tolong kepada Teratai dan Panglima Hasan untuk menjaga istrinya sebelum ia pergi.
Lepas itu, berangkatlah Panglima Umar ke lingga diiringi tangisan istrinya Zubaidah. Lepas beberapa hari kepergian Panglima Umar, datanglah Panglima Hasan menuju rumah Zubaidah. Zubaidah?
Oh, Zubaidah. Siapa? Oh, Dato'Panglima Hasan, ada apa?
Maksud kedatangan Panglima Hasan ini tidaklah baik. Ia mencoba kembali untuk mendapatkan hati Zubaidah. Begini Zubaida, Umar sedang tak ada. Berilah aku kesempatan. Aku rindu Madukasimu.
Zubaida yang mendengar hal tersebut pun muka. Dan mulai tidak nyaman dengan kedatangan Panglima Hasan. Dato, lupakah Dato yang berhadapan dengan Dato ini ialah istri daripada sahabat yang mengaku sedara kepada Dato? Aku tak peduli Zubaida.
Lihatlah. akan kurang pas kau dari tangan umat. Tiba-tiba terata yang mendengar kegaduhan, segera datang dan melindungi Zubaidah dari kemarahan abangnya, Hasan.
Panglima Hasan pun pergi dengan perasaan yang murka. Lepas kejadian itu, Panglima Hasan pun langsung pergi mencari pawang. Panglima Hasan pun mengancam pawang untuk bekerjasama dalam tujuan buruknya. Tuk Pawang, Patik ingin Tuk Pawang dapat membantu Patik dalam membalas perbuatan Zubaida. Ia telah mempermalukan saya.
Rencana apa maksudnya itu? Dah dua kali kapal lancang kuning dibatalkan ketika hendak berlayar. Inilah kesempatan kita untuk menjadikannya sebagai alasan.
Saya mau Tuk Pawang sembahkan kepada Raja. Katakan bahwa kapal lencang kuning minta disemah dengan darah perempuan bunting sulung. Kalau tidak, pelayaran terkendala dan raja akan mendapatkan bencana. Amba tak berani, Datuk. Amba tak pernah membawa pesan dusta ke bawah duli.
Kalau Tuk Pawang tak ikut kemauan saya, saya akan semah lencang kuning dengan darah Tuk Pawang. Pawang yang terpaksa mengikuti keinginan Panglima Hasan pun akhirnya pergi menghadap Raja ke istana, melaksanakan rencana jahat dari Panglima Hasan. Ia menyampaikan pesan kepada Raja, bahwa pelayaran kapal lancang kuning dapat dijalankan apabila terdapat sesajen atau semahan. Apabila Patik diberi kuasa untuk menyelenggarakan perayaan lancang kuning, akan Patik kerjakan dengan sepenuh hati.
Apabila bendahara terkendala, biarlah Patik yang memimpin acara kali ini. Mengapa tidak, betak serahkan saja perkara ini atas kebihaksanaan Datuk. Raja pun menyetujui pengajuan Panglima Hasan dan Pawang, tanpa mengetahui siapakah orang yang akan dijadikan persemahan untuk pelayaran kapal lancang kuning ke laut.
Dengan perintah Hasan, segerombolan pengawal dengan tombaknya pun datang untuk menjemput Subaidah. Baiklah, biar hamba ambik selendang dulu. Teratai, kau ikut samalah temankan aku. Iyalah, kak.
Akhirnya Zubaidah dan Teratai pun pergi ke pantai dekat lancang kuning berada. Namun, bukan ada raja yang ditemui. Ia langsung disergap oleh pengawal Panglima Hasan lainnya. Apa nih? Tolong lepaskan hamba!
Kenapa hamba yang ditangkap? Abang, ada apa nih? Pengawal, bawa dia pergi.
Ceratai pun ditahan oleh pengawal lain. Kemudian Zubaidah diikat tangannya dan dibaringkan di pasir pantai. Tolonglah, kesianilah hamba. Kalau penyawa hamba diperintah menjadi korban, tunggulah sampai suami hamba pulang.
Sayangnya Zubaidah pun tak terselamatkan lagi. Ia sudah dijadikan semahan atas peluncuran kapal lancang kuning oleh Panglima Hasan. Di dalam istana, terlihat panglima Umar yang telah kembali dari perjalanan tugasnya.
Umar, Datuk, ada apa? Begini Umar, selama engkau pergi, telah terdapat bencana. Raja baru tahu kabar ini setelah dibagi tahu oleh Teratai. Beta berdiri sebagai raja, mengapa tidak diadukan sebelum perkara ini berlaku kepada Beta?
Lemenggung, gurungkan pawang berdebat ini. Betta tak mau melihat mukanya lagi Saat ini, pawang sedang ditindaklanjuti oleh raja Panglima Hasan dan pawang telah berdusta kepada raja Bahwa syarat meluncurkan kapal lanceng kuning membarukan semahan Raja menyetujui tanpa mengetahui siapa yang dijadikan semahan Dan nyatanya, semahan itu ditargetkan kepada Zubaidah, istri kau Lepas itu, pawang ternyata juga diperintah oleh Panglima Hasan Agar mengutus anak buahnya untuk menyerang kau dan prajurit saat perjalanan kemarin. Lepas mendengar keseluruhan cerita dari Menteri, Panglima Umar tampak sedih dan tak berdaya. Ia lalu meminta izin kepada Menteri untuk pergi.
Beberapa hari pun berlalu, Panglima Hasan baru tiba di tepi pantai setelah melayarkan kapal lancang kuning ke laut. Panglima Umar yang mendapat kabar tersebut, langsung mencari sahabat yang kini menjadi orang yang paling dibencinya itu. Hasan, apa yang kau telah perbuat terhadap istriku? Panglima Hasan yang mengira Umar telah mati di tangan prajuritnya pun, terkejut melihat Umar masih hidup. Eh, Umar, jangan pula kau nak salahkan aku.
Zubaidah menjadi korban ialah titah sultan. Aku sudah dengar semua cerita. Apapun yang kau ucapkan, aku sudah tak percaya lagi.
Kini akan ku balas perbuatan yang telah kau buat kepada istriku. Terjadi pertarungan hebat antara Panglima Umar dan Panglima Hasan. Duanya berlari hingga ke daerah perbukitan yang sama-sama tak terkalahkan.
Namun, kekuatan sekaligus amorah Panglima Umar akhirnya telah berhasil mengalahkan Panglima Hasan. Lepas kejadian tersebut, pawang dikabarkan mendapatkan hukuman dari raja. Panglima Umar berlayar menggunakan kapal lancang kuning seorang diri setelah memohon izin kepada raja. Lepas itu, tak terdengar lagi kabar dari Panglima Umar.
Tak ada yang tahu keberadaannya bersamaan dengan kapal lancang kuning. Diduga kapal tersebut dilanda badai dan Panglima Umar pun tenggelam bersamanya. Terima kasih.
Lancang kuning terdiri dari dua kata. Menurut sejarah, perkataan lancang satu makna dengan perkataan kencang ataupun laju. Bentuknya ramping dan dapat dipakai di sungai maupun di samudera luas.
Pada umumnya, lancang terdiri dari badan perahu, dua layar, delapan dayung dan rumah perahu. Lancang dapat membawa 50 orang lebih dan dilengkapi dengan meriam serta apilan. Ujung haluannya pun sangat panjang, runcing dan tajam seperti mata tombak yang mengerikan.
Hal ini digunakan untuk menikam lambung kapal musuh, selaligus bagi tangga titik untuk menyerbu ke kapal musuh. Tetapi, lancang tidak. tidak digunakan untuk pertempuran, melainkan hanya dipergunakan sebagai penyerang gerak cepat, yakni pengintai posisi musuh.
Umumnya, raja-raja Melayu dahulu memilih kuning sebagai warna tanda kebesarannya, sehingga ditetapkan bahwa bahwa setiap benda yang terwarna kuning adalah milik raja. Itulah mengapa kita kenal kapal tersebut dengan sebutan lancang kuning, yang membawa kita pada sebuah pengertian, bahwa lancang yang dimaksudkan itu ialah kendaraan milik raja.