Dampak Penjualan Saham Apple Buffett

Aug 11, 2024

Penjualan Saham Apple oleh Warren Buffett

1. Latar Belakang

  • Penjualan masif saham Apple oleh Warren Buffett mengguncang pasar.
  • Mengurangi 50% kepemilikan Apple di Berkshire Hathaway.
  • Meningkatkan kas Berkshire Hathaway menjadi $276 miliar (4.400 triliun).
  • Pertanyaan muncul: Apakah ini tanda resesi atau ada alasan lain?

2. Pentingnya Penjualan Ini

  • Buffett dianggap sebagai investor terhebat di dunia.
  • Tindakan Buffett menjadi indikator ekonomi bagi banyak investor.
  • Penjualan saham Apple menjadi titik perhatian bagi para investor.

3. Laporan Keuangan Berkshire Hathaway

3.1. Kondisi Neraca

  • Semester 1 menunjukkan penjualan masif dari investasi sekuritas ekuitas.
  • Investasi jangka pendek dalam US Treasury Bills meningkat 100% (dari $129 miliar menjadi $234 miliar).
  • Total kas dan setara kas sebesar $270 miliar, rekor tertinggi selama 10 tahun terakhir.
  • Penurunan investasi dalam sekuritas ekuitas dari $353 miliar menjadi $284 miliar.

3.2. Porsi Kas dalam Aset

  • Sekitar 30% dari total aset Berkshire Hathaway berupa kas, meningkat dari 10-15% biasanya.
  • Kepemilikan Apple: $107 miliar (Desember 2023) turun menjadi $84,2 miliar (Juni 2024).

4. Alasan Penjualan Saham Apple

4.1. Kinerja Apple

  • Pertumbuhan net sales hanya 5% dalam 3 bulan terakhir.
  • Laba bersih stagnan, tidak ada pertumbuhan signifikan dalam 3 tahun terakhir.

4.2. Valuasi Saham

  • Harga saham Apple naik 10 kali lipat dari 2016 hingga 2024.
  • P/E ratio meningkat dari 12 kali (2016) menjadi 33 kali (2024).
  • Buffett melakukan take profit karena valuasi sudah tinggi dan pertumbuhan melambat.

5. Pandangan Warren Buffett

  • Buffett tidak melakukan timing market; jual saham berdasarkan kondisi perusahaan.
  • Ia menunggu peluang investasi yang berisiko rendah dengan potensi tinggi.
  • Saat ini, pasar dianggap overvalued, sehingga tidak ada peluang menarik untuk investasi baru.

6. Pendapat Pribadi

  • Penjualan Buffett mungkin berkaitan dengan resesi, di mana pasar berisiko bubble.
  • Di Indonesia, banyak saham yang masih undervalued.
  • Penulis memilih untuk tetap di pasar dan tidak menumpuk kas, karena percaya pada kinerja saham dalam portofolio.

7. Diskusi

  • Pertanyaan terbuka untuk audiens: Apakah akan mengikuti langkah Buffett dan menumpuk cash, atau tetap berinvestasi di saham undervalued?