Transcript for:
Politik Keluargaan dan Transformasi Sosial

Kita akan membicarakan hal yang lagi hangat-hangatnya karena berkaitan dengan tahun-tahun politik di 2024 nanti. Nah, biasanya bicara politik itu selalu dapat konotasi atau pemaknaan buruk soal politik. Entah itu soal berebut kuasa, atau soal menggunakan segala cara, dan seterusnya. Nah, tapi di samping itu ada dimensi lain soal politik yang jarang dibicarakan atau jarang kita dengar. Yaitu soal politik keluargaan.

Apa itu politik keluargaan? Kita bakal ngomong lebih lengkap dan lebih banyak bersama Mbak Seri Lestari Wahyuning. Selamat sore Mbak.

Jadi Mbak Seri akrab dipanggil Mbak Lewe. Nah jadi kita udah bertandang ke markasnya Mbak Lewe di UPNFJ. Kita bakal ngobrol-ngobrol soal politik keluargaan.

Kalau secara definisi sendiri atau secara dasar sih orang kan jarang denger politik kewargaan gitu. Orang taunya politik elektoral atau politik itu kotor gitu. Sebenarnya apa sih politik kewargaan ini? Ini sesuatu yang orang udah pikirkan. Ini kan soal sudut pandang melihat politik.

Politik yang biasanya orang tau itu adalah politik yang kekuasaan, merebut kekuasaan gitu ya. Politik yang koruptif gitu. Itu politik yang...

kesewenang-wenangan, atau yang paling terkenal kan Harold Laswell ya, Who gets what, when and how. Siapa yang mendapatkan apa, bagaimana, apa, kapan, dan bagaimana. Itu kan kesannya politik yang sangat absolut, politik yang gak jauh-jauh dari soal. kekuasaan dan distribusi kekuasaan tapi mungkin kita harus melihat wajah lain politik dan saya lebih percaya dengan wajah yang lain bahwa politik itu adalah sebuah upaya transformasi karena politik itu adalah upaya mengubah sesuatu yang mudarat, katakanlah ya mudarat menjadi sesuatu yang lebih manfaat, yang lebih baik lebih baiknya dari mana? lebih baiknya karena politik itu dia harus selama dia memiliki prinsip-prinsip yang jelas maka dia berpikir harus mampu mengubah kondisi masyarakat yang tadinya tidak baik, represif, menjadi equal, empowering, atau memberdayakan dan membebaskan.

Saya pikir kata kuncinya di situ. Makanya kita perlu politik. Jadi bukan hanya politik sekedar bagaimana mendapatkan kekuasaan atau siapa yang mendapatkan kekuasaan, tapi bagaimana politik bisa mentransformasi masyarakat. Dalam keseharian kita melihat politik atau warga itu diadakannya hanya 5 tahunan sekali sementara kan ada politik kesehariannya nah sebenarnya politik keseharian dikeluargaan ini gimana sih Mbak?

terusannya adalah titik fokus atau kacamata yang digunakan dalam politik yang transforming yang membebaskan, mentransformasi ini adalah partisipasi jadi partisipasinya adalah partisipasi yang luas dan bermakna bukan partisipasi 5 tahunan tahunan datang ke TPS dan kasih suara, tapi partisipasi bahkan sebelum dan sesudah yang 5 tahunan itu. Dan harus bermakna, bukan hanya sekedar partisipasi biasa, tapi dia harus punya sesuatu yang diartikulasikan, yang direfleksikan dari situasi yang ingin diubah di masyarakat. Partisipasinya siapa?

Partisipasinya orang yang ingin diubah, yaitu rakyatnya sendiri. Karena saya pikir politik itu harus dikembalikan ke awal. awalnya ketika ada ide politik itu sendiri politik itu dari zaman Yunani negara bangsa negara-negara kota ya yang isinya ya warga itu sendiri sih orang-orang yang ada di dalam situ artinya ini bukan tentang satu dua orang tapi tentang sebuah politik yang berinteraksi satu sama lain dan itu yang menjadi cikal bakal atau landasan awal kenapa kemudian orang berpikir tentang ada ada satu konsep yang namanya politik secara luas. Jadi kalau mau dibilang, politik atau yang dulunya politik, is about the citizen, about the member, orang-orang yang ada di dalam komunitas itu. Bukan tentang apa yang dihasilkan dari komunitas itu.

Yang dihasilkan bisa jadi, yang paling mudah yang dihasilkan itu adalah negara. Konsep negara kan juga baru sebetulnya. Tapi negara itu adalah konsekuensi dari adanya warga. Jadi ada warganya dulu, baru ada negara.

Bukan terbalik, negara dulu baru. Negara adalah sebuah konsensus. Yang memimpin negara atau yang mengelola negara adalah mereka yang secara konsensus dipilih awalnya, tapi kemudian melalui mekanisme pemilihan secara berkala dan sebagainya.

Artinya yang disyaratkan. supaya ada konsensi, supaya ada pemilihan dan memilih negara itu aparat negara adalah si warganya kalau nggak ada warga, nggak mungkin ada yang lain negara ataupun pimpinannya ketika warga mau berparti partisipasi secara bermakna itu lebih dari ada pengakuan terhadap warganya itu sendiri bukan pengakuan bahkan eksistensi dari warga itu sendiri negara itu ada kalau dimandatkan oleh warga kalau warganya merasa bahwa kita nggak perlu negara ya sudah mau gimana negara itu ya hadirnya justru belakangan pengelola negara aparat negara lebih belakangan lagi Nah kalau yang partisipasi makna itu sebenarnya seperti apa sih Mbak? Partisipasi itu dalam, bisa dibilang dalam segala bidang ya Partisipasi kita dalam bersuara Atau partisipasi kita untuk menyatakan sesuatu berpendapat Partisipasi kita untuk menyatakan setuju atau tidak setuju Suka atau tidak suka Partisipasi kita untuk ikut membereskan masalah Partisipasi kita dalam ikut memantau atau mengawasi sebuah mekanisme resmi itu terjadi. Partisipasi kita adalah memberikan masukan. Apa yang harus dilakukan, apa yang sebaiknya tidak dilakukan.

Banyak hal. Jadi dari hulu ke hilir sebetulnya tetap harus ada partisipasi. Sehingga bicara keharusan partisipasi ini, maka kita bicara soal akuntabilitas, pertanggungjawaban.

Siapa yang bertanggungjawab? Yaitu orang-orang yang dipakai. dipilih oleh warga-warga ini untuk mengatur mereka yang dimandatkan, diberi mandat.

Dia akuntabelnya adalah kepada pemberi mandat, bukan kepada yang kasih duit untuk mereka bisa mengelola negara misalnya, atau mengelola organisasi. Dianalogikan dengan organisasi atau klub. Klub ini bisa survive karena ada member, ada membership fee, ada uang.

uang anggota ada rapat tahunan anggota dan sebagainya artinya anggota itu kemudian memilih orang-orang yang bisa mengatur clubnya ya kan tapi selalu dievaluasi toh selalu ada masa dimana setiap anggota punya kesempatan dan suara yang sama untuk veto atau tidak gitu kan jadi sama sebetulnya sehingga si pengelola klub ini dia bertanggung jawabnya kepada si member apalagi member itu yang membayar gajinya dia untuk apa namanya dari uang anggotanya gitu ya kalaupun mereka kemudian di perjalanan ya klub ini dapat sponsor sponsor ini sifatnya komplementarti untuk mendukung supaya klubnya ini besar dan sustain keberlanjutannya tapi kemudian dia tidak bertanggung jawab kepada si sponsor yang dia bertanggung jawab adalah kepada tetap anggota karena mandatnya dia dapat dari anggota nah ini kita analogikan kalau kita tarik dalam politik yang kita pahami dalam konteks negara ya seperti itu, sama mereka yang dipilih dalam 5 tahunan, akuntabilitasnya pertanggung jawabannya ada kepada warga yang memilih dalam hal ini, ya masyarakat warga negara jadi dikembalikan manfaatnya dan tanggung jawabnya kepada mereka, bukan kepada siapa yang mendanai mereka untuk kampanye dan sebagainya, intinya sih seperti itu justru yang sekarang malah adanya kepemilikan ya jadi klub itu kalau tadi analoginya klub klub itu sudah dimiliki gitu sama seseorang sehingga melupakan membernya dan pertanggung jawaban terhadap membernya gitu, itu yang terjadi sekarang berarti ya? itu yang kosong, saya pikir yang membuat demokrasi di Indonesia ini hampa selama saya gak mau terjebak dalam mitos reformasi lagi gitu ya, enough with reformation reformasi kita mau berpijak pada kondisi yang sekarang kalau mau dibikin start yang baru mungkin sekarang start yang baru mungkin bukan reformasi tapi transformasi justru masanya karena 25 tahun saya pikir yang belum terjadi ada transformasi tapi transformasi itu saya pikir karena ada satu kekosongan yaitu akuntabilitas pertanggungjawaban dalam hal ini tanggung jawaban negara kepada masyarakat rakyatnya pertanggungjawaban pengelola negara aparat negara pemimpin negara kepada mereka yang memilih individu-individu pemimpin ini itu yang tidak ada menurut saya karena itu hampa jadinya demokrasi, demokrasi buat siapa padahal makna demokrasi sendiri demos kratos, saya pikir tidak ada sistem kenegaraan, sistem pemerintahan yang lebih baik dari demokrasi Kenapa? Karena hanya demokrasi yang memberi ruang untuk setiap warganya bersuara dan berpartisipasi. Kata kuncinya kan partisipasi itu tadi. Kalau bukan demokrasi, model bentuk pemerintah yang lain, monarki katakan, struktur hirarki ini sudah...

Struktur hierarkinya aja udah tidak memungkinkan kita setara untuk saling memberi suara, apalagi untuk berpartisipasi. Tidak mungkin kemudian rakyat mempertanyakan kekuasaan atau legitimasi raja dalam hal ini misalnya ya, kalau kita pilih yang sistem sultan atau monarki. Tapi demokrasi dia selalu bisa memberikan ruang dan kesempatan untuk setiap individu warga bersuara dan berpartisipasi.

Dan tambahan. Hal yang terakhir adalah direpresentasi. Karena dia punya suara, dia bisa berpartisipasi, maka dia sebetulnya harus direpresentasi atau diwakili.

Kita bicara soal keterwakilan dalam hal ini. Satu-satunya yang bisa memberikan ruang untuk keterwakilan berbagai macam kelompok ini adalah demokrasi. Makanya pilihan kita yang paling baik sekarang masih tetap demokrasi menurut saya. Nah kalau lihat sendiri sebenarnya kenapa sih Pak? di dalam pemilu kita atau dalam politik kita gitu ketiadaan narasi politik kewargan itu gitu kita kan lihat perdebatan di ruang publiknya gak ada yang bicara soal bagaimana agenda soal pengakuan kelompok minoritas misalnya gitu atau soal kelompok marginal dan seterusnya yang ada kan elektabilitas bongkar pasang ini koalisi sama ini gak ada narasi hampa tadi itu kenapa kira-kira?

ya saya sih... mikir piciknya adalah memang ada kelompok-kelompok yang tidak mau terjadi transformasi di masyarakat karena itu ruang-ruang partisipasinya sebisa mungkin dibatasi atau dikecilkan dikucilkan, ruang-ruang keterwakilan menjadi tidak bermakna lagi karena partisipasinya sudah hampir hilang, ruang partisipasinya ruang kebebasan dan ruang pemberdayaannya juga otomatis hilang karena ruang partisipasinya juga mengecil nah Jadi menurut saya mereka yang tidak mau ada transformasi di masyarakat karena mereka selama ini diuntungkan dari kondisi itu. Mereka bisa mengakses ekonomi tanpa digugat, mereka bisa mengakses kekuasaan tanpa dipertanyakan pertanggung jawabannya, mereka bisa mengakses apapun tanpa sebetulnya mereka merasa punya kewajiban untuk bertanggung jawab. Dan buat apa? ada partisipasi masyarakat karena itu akan menggoyahkan kekuasaan mereka mendestabilisasi atau membuat tidak stabil apa yang mereka udah bangun gitu jadi saya pikir itu sih sederhananya adalah kenapanya itu kalau menjawab Kenapa ya karena memang ada orang tidak mau transformasi terjadi di masyarakat saya mau kasih contoh misalnya Korea kalau kita balik lagi ke 97-98 itu periode yang sama krisis ekonomi terjadi di banyak tempat.

Yang punya karakternya mirip dan dampaknya separah Indonesia itu adalah Korea Selatan. Tidak lama Korea Selatan, mungkin 10 tahun bahkan kurang dari 10 tahun, Korea Selatan kita bisa lihat sekarang perbedaannya dengan Indonesia. Kenapa kira-kira? Jadi itu banyak ditanyakan.

Tapi ada satu argumen yang sangat convincing menurut saya, kemarin waktu saya di Harvard, kita sempat diskusi. Ada satu penjelasan yang kurang lebih bisa menjelaskan kenapa Korea Selatan bisa lebih cepat bangun dibanding dengan negara-negara lain, terutama Indonesia. Karena anggarannya dipakai untuk pendidikan yang mentransformasi di masyarakat. Jadi salah satu ruang yang paling memungkinkan untuk melakukan transformasi adalah pendidikan. Sektor pendidikan.

Sekarang kita lihat ada berapa budget pendidikan di Indonesia untuk membuat... mencerdaskan masyarakat kecil dibanding dengan negara-negara Asia Tenggara saja, Indonesia mungkin yang terkecil kedua setelah, saya lupa, Laos kah? Saya lupa. Tapi dibanding dengan, katakanlah Thailand saja, kita jauh.

Filipina apa lagi? Singapura, buru-buru. Nah, Korea Selatan itu yang mencolok adalah mereka habis-habisan all out investasi di sektor.

dan itu yang Membuat percepatan terhadap transformasi di masyarakat yang tadinya jatuh anjlok, tapi kemudian mereka teredukasi, mereka tercerahkan itu membuka katup-katup inovasi katup-katup teknologi, inovasi terhadap teknologi, itu yang terjadi di Korea sekarang. Semua penciptaan-penciptaan inovasi baru itu munculnya dari mereka yang punya kesempatan untuk pendidikan yang baik, penelitian yang baik. Itu juga kenapa saya berharap tadinya dengan saya lebih kembali ke kampus, lebih banyak aktivitas di kampus, saya berharap sektor pendidikan ini justru yang bisa mentransformasi dan sebetulnya dia punya potensi yang paling besar untuk transformasi.

Karena transformasinya bukan di ekonomi saja, tapi transformasinya di ide. Mentransformasi ide itu jauh lebih sulit daripada mentransformasi ekonomi. Transformasi ekonomi kita bisa...

coba upayakan, katakanlah meskipun nantinya akan sampai pada jebakan ya, hutang apa segala macam ya, itu kan tidak mentransformasi sebetulnya, tapi justru menjebak tapi ide itu paling sulit ditransformasi, karena kecenderungan kita itu selalu nyaman dengan sesuatu yang kita pikir sudah menjadi apa ya kebenaran jadi biasanya orang yang sudah nyaman dengan kebenaran itu akan sangat sulit dikritik aku akan sangat sulit melihat satu kebenaran lainnya. Akan sangat sulit difalsifikasi, dicari kesalahan dari kebenaran yang dia percaya. Itu yang paling sulit.

Makanya transformasi itu yang paling sulit adalah ditatahan ide. Dan itu peluang yang besarnya justru lewat sektor pendidikan itu, edukasi.