Dalam satu dekade ini, kita sering banget dengar istilah Indonesia emas 2045 yang digaungkan banyak orang. Amis ini memang terdengar cukup memotivasi Karena kalau kita melihat dari tujuan Indonesia emas itu sendiri Kita tuh pengen Indonesia itu jadi negara yang maju, makmur, berkelanjutan, dan lain-lainnya Nah, salah satu indikator untuk mengukur apakah Indonesia itu layak menuju Indonesia emas 2045 Adalah dari sumber daya manusia, atau SDM-nya Karena kalau kita lihat nih, visi dari Indonesia 2045 itu ada 4 pilar Dan salah satu pilarnya itu berfokus pada pembangunan manusia Atau ya simpel itu untuk SDM-nya Nah, tingginya misi pemerintah adalah dalam menuju Indonesia 2045 ini bisa kita lihat dari banyaknya anggaran yang dikeluarkan pemerintah ke sektor pendidikan bahkan anggaran negara yang dikeluarkan ke sektor pendidikan itu sampai 665 triliun rupiah harus ini bukan agak sedikit kan Nah tapi kalau kita lihat fakta terjadi di lapangan SDM di negara kita tuh masih tergolong rendah dan gua rasa ini cukup miris karena kita udah keluar uang banyak buat pembangunan manusia tapi SDM kita tuh masih tergolong rendah masalah SDM ini masih kita anggap remeh ya karena dampak itu bener-bener bisa kita rasain mulai dari jadi banyak masyarakat yang gabang kepancing emosi, males baca, remehin pendidikan, dan masih banyak lagi dampaknya yang mungkin udah sering banget dilihat di sosial media. Nah, fenomen rendah-rendahnya SDM di negara kita tuh membuat gue penasaran, alasan kenapa SDM di negara kita tuh bisa dibilang cukup parah. Karena gue rasa ini bertentangan nih, sama ambisi negara kita untuk jadi generasi emas di tahun 2045. Sebenernya gue sangat yakin, kalau Indonesia itu bisa mencapai generasi emas itu di tahun 2045. Karena seperti kita tahu, kalau Indonesia itu sebenernya negara yang kaya. Dan kita...
kita tuh gak bergantung loh sama satu komunitas, karena sumber daya alam kita tuh kaya banget. Nah, tapi menurut gue, problem utamanya itu ya, sumber daya manusianya ini masih kurang, dan yang mirip saya sih rata-rata IQ di negara kita aja masih di angka 78-an. Nah, karena dari rasa penasaran ini, gue pun pengen bahas lebih lanjut alasan dibalik trendanya SDM di negara kita. Dan sebenernya apa sih yang salah?
Dan buat gue yang penasaran juga, lo bisa simak video ini sampai habis. Kalau kita lihat penelitian dari Program for International Student Assessment, atau yang disikat dengan PISA, pendidikan Indonesia itu tertinggal selama 128 tahun. Dan yang mirisnya, kualitas pendidikan kita pun dianggap sejajar sama negara-negara miskin yang ada di Afrika, kayak Nambia, Guyana, dan juga negara Kenya.
Penelitian ini diambil dari menilai kemampuan membaca, matematika, dan juga sains. Dan dari hasil penelitian tersebut, Ya, sistem pendidikan kita itu tertinggal sangat jauh dari banyak negara-negara di dunia ini. Nah, rendahnya kualitas pendidikan yang ada di negara kita, ini tuh jadi alasan utama yang membuat SDM di negara kita itu sangat buruk.
Karena gimana enggak? SDM itu kan dipengaruhi sama yang namanya pendidikan, dan pendidikan itu dijalankan sama yang namanya sistem pendidikan. Nah, kalau ini semua udah rusak dari akarnya, atau dari sistem pendidikannya gitu ya, ya maka hasil SDM kita pun akan rusak juga. Menurut Jeffrey Prefer dalam buku Competitive Advantage Stroke People, Yang membuat suatu negara itu menjadi maju dan kompetitif adalah sumber daya manusianya itu sendiri. Atau dengan kata lain, SDM itu punya peran yang sangat besar dalam kemajuan suatu bangsa.
Nah, kalau kita sepakat SDM dan pendidikan itu punya peran yang sangat besar, tapi mirisnya ini tuh masih bertentangan sama yang kita lihat di negara kita sendiri. Mulai dari literasi membaca di posisi terendah, IQ rata-rata cuma 78-an, gampang didokterin media, ini semua tuh nunjukin kalau kita punya PR yang serius dalam sektor pendidikan. Nah, selain dari sisi pelajarnya, sistem pendidikan kita pun masih bermasalah dari segi pengajarnya. Mulai dari kompetensi guru yang masih rendah, masih banyak guru yang mengajar secara tekstual, bahkan gaji guru di negara kita pun masih tergolong rendah.
Nah, terus apakah itu artinya kita masih kekurangan anggaran dalam sektor pendidikan? Well, gue rasa anggaran pendidikan kita sebanyak 665 triliun yang dikeluarkan sama pemerintah, itu bukan angka yang sedikit. Bahkan ini tuh udah sampai 20% dari APBN yang kita punya.
Tapi yang membuat ini semua terhambat adalah dengan maraknya kasus-kasus korupsi khususnya di sektor pendidikan. Karena mau anggaran ditambah lagi berapapun, itu semua percuma kalau uangnya dikorupsi. Kejaksaan Tinggi Sumatera Barat melakukan penahanan terhadap 7 tersangka kasus korupsi pengadaan alat praktik SMK di Dinas Pendidikan Sumatera Barat. Dari perbuatan para tersangka, negara mengalami kerugian sebesar 5,5 miliar rupiah lebih.
Korupsi di negara kita tuh udah semacam kayak budaya yang diwarisin turun-temurun. Bahkan saking marah ke korupsi di negara kita, sektor pendidikan pun tetap diambil juga. Kalau dari pengalaman gue sih ya, yang paling rentan itu biasanya sekolah-sekolah yang masih baru gitu yang banyak korupsinya.
Karena kalau sekolah baru itu kan dia lagi butuh banyak anggaran untuk membangun fasilitas. Nah biasanya tuh anggaran itu yang diimbat juga gitu. Nah kalau menurut Indonesia Corruption Watch atau yang disingkat dengan ICW, korupsi di sektor pendidikan itu termasuk kelima besar sektor korupsi yang ada di Indonesia.
Dan secara umum ICW juga menyatakan bahwa ada 240 kasus korupsi yang berhasil ditangani aparat penegak hukum sepanjang Januari. dari tahun 2019 sampai September 2021. Dan total kerugian negara dari kasus tersebut sampai 1,6 triliun rupiah. Ya, semoga sih nggak ada lebih-lebihannya yang nggak ketahuan ya.
Nah, karena kacauannya sistem manajerial dan implementasi sistem pendidikan, ini tuh merusak kualitas pendidikan di negara kita sendiri. Dan ujung-ujungnya ya, SDM kita kena dampaknya juga. Banyak yang nggak bisa sekolah karena biaya, banyak yang nggak bisa lanjut ke kuliah karena nggak ada uang, Media sosial dibuat riu setelah ribuan mahasiswa pemegang kartu Jakarta Mahasiswa Unggul, KJMU, berkeluh kesah setelah tidak lagi mendapatkan beasiswa dari Pemprov Jakarta.
Mereka mengaku terancam tidak dapat melanjutkan kuliah karena tak ada dana. Dan bahkan akses pendidikan di beberapa daerah itu terbatasi gitu. Padahal kan kalau kita ingat-ingat anggaran pendidikan di negara kita, itu cukup besar, sampai 20% dari APBN.
Tapi ya itu semua nggak bisa terakomodir karena beberapa faktor. Dan salah satunya itu karena korupsi di dunia pendidikan. Dan terakhir yang menurut gue membuat masyarakat kita itu memiliki SDM yang rendah karena faktor perkembangan teknologi.
Mungkin agak aneh ya kalau gue bilang teknologi itu bisa menyebabkan kualitas SDM di negara kita itu jadi rendah, karena harusnya teknologi itu justru bisa meningkatkan kualitas hidup setiap orang. Nah, tapi sayangnya, munculnya perkembangan teknologi yang membuat semua serba instan, itu tuh melahirkan beberapa dampak negatif. Salah satunya kita bisa lihat nih, masyarakat kita itu jadi males baca karena terbiasa sama apa-apa yang serba instan.
Ya memang sebenarnya gak salah sih, untuk kita tuh cari alternatif yang bisa membuat hidup kita jadi instan, yang mana ini tuh bisa menghemat waktu kita juga gitu. Tapi masalahnya sekarang banyak orang yang justru literasinya tuh jadi rendah karena udah males duluan. Nah selain itu perkembangan teknologi juga menciptakan dopamine negatif lewat konten-konten bodoh yang sering lewat di beranda kita.
Dan ini tuh akhirnya ngebuat masyarakat kita jadi kecanduan untuk menonton konten-konten yang sebenarnya itu tuh bisa merusak diri mereka kalau ditonton secara berlebihan. Ahli kedokteran jiwa mengatakan, ada beberapa kriteria yang mengidentifikasikan gangguan mental bila terjadi ketergantungan media sosial yang dapat mengganggu fungsi kognitif atau perilaku hingga penurunan produktivitas. Tapi menurut gue, dampak negatif yang terjadi karena perkembangan zaman atau perkembangan teknologi sebenarnya itu juga perpaduan dari rendahnya kualitas pendidikan tadi.
Karena ketika masyarakat non-educate tadi tuh gak paham manfaatnya teknologi, ya jelas ini bisa merusak kualitas SD mereka. Jadi sebenarnya menurut gue sih alasan SD di negara kita itu rendah, faktor utamanya tentu masalah pendidikan. Karena apapun itu, pendidikan punya peran yang sangat besar dalam pembangunan manusia. Nah, ditambah dengan perkembangan teknologi yang sangat luas penggunaannya, ini bisa memperparah kualitas SD mereka sendiri gitu.
Gimana nih, kalau menurut lo, apa yang sebenarnya membuat estim di negara kita tuh jadi rendah? Coba tulis di kolom komen. Well, sekian dulu pembahasan kali ini, semoga bermanfaat, dan sampai jumpa di segmen selanjutnya.