Halo Kancah Histori, selamat datang di Orasi, obrolan sejarah masa kini. Oke, hari ini Kancah Histori kita berada di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. berada di tamannya yang sangat terindang dan sangat sejuk sekali. Kancah histori perlu diketahui bahwa kita menyambut Hari Pendidikan Nasional yang jatuh pada tanggal 2 Mei 2024. Hari ini kita kedatangan narasumber bintang tamu yang sangat luar biasa, yaitu Prof. Dr. Randes Nasution M. Hummed, PhD, yaitu guru besar dari Universitas Negeri Surabaya bidang pendidikan ilmu sosial.
Kita sapa dulu kancah histori? Selamat sore Prof. Oke baik Prof. Nasudian bagaimana kabarnya hari ini Prof? Alhamdulillah baik-baik saja Pak.
Oke baik Prof. Hari ini tentang temanya adalah tetap menyambut hari pendidikan nasional ya Prof. Kita hari ini berbincang-bincang santai saja Prof, ngobrol-ngobrol tentang orasi, tentang obrolan sejarah masa kini yang pastinya konco histori di sini senang sekali kalau kita bisa mengobrol tentang pendidikan di Indonesia. Bagaimana Prof ini latar belakang tentang peringatan Hari Pendidikan Nasional? Kenapa bisa diperingati pada tanggal 2 Mei?
Seperti itu Prof. Ya, seperti telah diketahui bersama bahwa tokoh pendidikan nasional kita itu adalah Bapak Suwardi Suryaningrat atau lebih dikenal dengan Bapak Ki Hajar Dewantoro. Jadi beliau ini sangat konsen terhadap pendidikan. Dari sejarah persekolahan beliau, yang pertama beliau sangat beruntung mungkin di antara kaum pribumi itu tidak ada yang bisa sekolah bersamaan dengan orang-orang Eropa. Tetapi beliau ini SD-nya adalah masuk di SD anak-anak Eropa.
Lalu belionya melanjutkan, sebenarnya dia sudah senang untuk di dunia keguruan Waktu itu dia melanjutkan di quick school, sekolah keguruan Tapi akhirnya beliau belum sempat menamatkan pindah di sekolah kedokteran di Stofia Belum sampai tamat juga, beliau juga rajin Ya, mantap untuk mengikuti organisasi-organisasi politik. Lalu dia ketika diasingkan di Belanda, dia dari situ melanjutkan di sekolah pendidikan, sehingga dia memperoleh akta pendidikan, jasa akta pendidikan. akhirnya beliau sangat konsen terhadap pendidikan di Indonesia, mengikuti model-model seperti Montessori, Frubel, akhirnya dia juga mendirikan sekolah di Indonesia yang diberi nama Taman Siswa.
Nah, Dois Dekker ini sangat terkenal di dunia pendidikan, bahkan teorinya dihajar Dewan Toro ini, yakni Tengah Sosung Puloto yang mati. Piyo Mangunkarso Tutwuri Hendayani itu sudah masuk insiklopedi internasional. Nah, sebagai peringatan atas jasa beliau, maka tanggal kelahiran beliau Pada tanggal 2 Mei itu ditetapkan sebagai hari pendidikan nasional untuk negara kita.
Gitu, Kak. Baik, terima kasih Prof. Sangat menarik sekali ya penjelasan dari Prof. Nas ini. Oke, kemudian kalau kita bicara soal pendidikan ini Prof ya, bagaimana sih Prof sebenarnya pendidikan Indonesia itu dari masa ke masa?
Ya, sebenarnya pendidikan dalam gambaran sejarah nasional Indonesia, karena muatannya itu adalah anti-kolonial, itu mereka banyak menjudge, artinya pemerintah kolonial ini mereka... Istilahnya itu menerapkan pendidikan hanya semata-mata kepentingannya. Sebenarnya juga tidak benar, semua berawal dari kepentingan memang.
Misalkan sekarang ini, kalau sekolah terus tidak bekerja kan jelek juga ya, image tentang pendidikan. Nah, sebenarnya pendidikan dalam arti pendidikan persekolahan itu dikenal mulai zaman... India Belanda, sebelum jelumnya itu sudah mengenal pendidikan, tetapi bukan pendidikan dalam arti pendidikan.
Tapi pendidikan dalam arti dukma spiritual, seperti pondok pesantren dan sebagainya. Jadi ini berbeda dengan hakikat pendidikan. Jadi pendidikan ini memang sekuler.
Kenapa kok pendidikan itu sekuler? Kita selalu mengidentifikasikan bahwa sekuler itu selalu jelek. Tidak seperti itu.
Jadi filosofi dari pendidikan itu adalah perubahan dari mitos ke logos. Jadi dulu di zaman Yunani itu juga dikenal dengan dewa-dewa. Dewa-dewa gitu ya.
Lalu akhirnya timbul satu filsafat yang akhirnya muncul dinamakan sebagai filsafat ilmu. Filsafat ini yang kemudian dari mitos, dari mitos-mitos itu ke logos, jadi keilmuan. Jadi bagaimana mencari sesuatu itu berbasis pada experience, keilmuan.
Nah ini bedanya pendidikan mungkin pesantren dan pendidikan di sekolah itu di situ. Oke baik Prof, sangat menarik sekali ya Prof di sini. Sebenarnya pengaruhnya untuk karakter pribumi sendiri itu bagaimana Prof dalam sistem pendidikan yang dari masa ke masa ini? Ya, sebenarnya setiap zaman akan memaknai pendidikan itu sesuai dengan jiwa zamannya. Tetapi di samping itu orang yang berpendidikan baik itu juga akan dimaknai oleh lingkup ideologi masing-masing.
Jadi kalau misalkan santri, mereka yang dikatakan orang baik, berpendidikan baik itu adalah kalau dari sisi tampilan itu adalah yang berkupiah dan bersarungan, istilahnya seperti itu. Tapi ini berbeda dengan konsep persekolahan, di mana pendidikan itu adalah selalu Berpedoman kepada asas ilmiah itu tadi, jadi membentuk satu karakter rasional. Jadi misalkan awal-awal kami sendiri ketika melihat reruntuhan di Turki, misalkan di situ didirikan satu rumah sakit pertama, abad kedua, itu mulai tertulis dalam moto rumah sakit itu manusia dilarang mati.
Nah jadi... Mereka sudah memulai sakit dan sebagainya itu dari sisi rasional, melalui satu pendidikan penelitian yang bersifat rasional. Jadi dukun-dukun dan sebagainya masa lalu itu sudah mulai dicegala.
Itulah pendidikan itu. Berarti sangat berpengaruh sekali ya Prof dengan karakter-karakter pribumi yang ada di Indonesia sekarang. Ya, itu perubahan Kak. di Indonesia mitos-mitos atau spiritualitas itu masih sangat kental. Sehingga kita ketahui bahwa sekarang ini terjadi satu misalkan, kalau saya lihat pemandangan pendidikan di Indonesia pas kereformasi 1988 dengan munculnya, waktu itu fenomena munculnya FVI.
itu akhirnya menggiring semua itu pada mempesantrenkan sekolah dan pesantren, menyekolahkan pesantren misalnya gitu jadi ada satu rapprochement sehingga misalkan ini baru-baru ini misalkan pemain sepak bola ketika mereka bersalaman dengan wasit ya dengan luar negeri itu pakai cium tangan, nah ini tidak ditemui Di barat sehingga kalau di Indonesia mungkin itu hal yang bagus, tapi ketika di luar bagus atau tidak, yang jelas ada satu perbedaan di situ. Perbedaan adat istiadat ya Prof? Ya perbedaan ini ya, sebenarnya tidak satu hegemoni feudalism kalau saya mengatakan seperti itu.
Oke, menarik sekali ya kancah histori. Dan kemudian kita bisa menanyakan lagi kepada Prof. Nas, ini bagaimana sih Prof. kondisi pendidikan Indonesia saat ini? Menurut Prof. Nas sendiri.
Ya itu tadi, pendidikan saat ini ya, sebenarnya semua pendidikan itu, itu menekankan pada tiga aspek penting. Yang pertama, itu adalah kognitif. Yang kedua, itu afektif. yang ketiga psikomotorik. Nah, di negara kita itu pendidikan, aspek kognitifnya itu, itu masih kepada bagaimana memberi satu pengetahuan sebanyak-banyaknya kepada diri siswa.
Jadi, bukan bagaimana mencari pengetahuan itu. Tapi bagaimana menghafal ya, mendapatkan pengetahuan terus seperti itu. Ini adalah untuk afektif, untuk afektif ini kebanyakan masih istilahnya dianjurkan atau apa ya dengan Kalau keislamannya atau apa gitu ya.
Ini tidak salah atau tidak ini, tapi untuk konsep pendidikan, yang namanya mencuri itu adalah standar general. Tetap tidak boleh, dalam pendidikan tidak boleh. Jadi tidak dihubungkan atau apa-apa, anak diajak berpikir sendiri dan menciptakan satu konstruk sendiri masyarakat yang dia inginkan.
Oke, baik Prof. Ada satu lagi Prof, ini ada istilah yang dimana biasanya itu pendidikan Indonesia ganti menteri, ganti kurikulum. Apakah memang seperti itu fenomannya Prof, atau kurikulum itu memang disempurnakan seperti itu Prof? Jadi begini, untuk fenomena ganti kurikulum itu sebenarnya satu hal yang wajar terjadi. Perubahan kurikulum itu juga terjadi karena perubahan filsafat, perubahan masyarakat, dan sebagainya. termasuk perubahan pemerintah.
Tetapi, bila kita melihat pada negara-negara yang sudah mapan sistem belajarnya, mereka menerapkan satu kurikulum berganti setiap 10 tahun sekali. Jadi konsisten. Setiap 10 tahun sekali ditinggalkan. Tetapi memang di negara kita, itu setiap... Ganti menteri, ganti kurikulum.
Nah kadangkala bisa dibenarkan juga karena apa? Menterinya ini punya pandangan tersendiri. Tapi kadangkala menjadi amburadulnya itu kan misalkan ini ganti menteri. Sekarang baru merancang kurikulum.
Padahal kurikulum yang digagas oleh menteri sebelumnya ini baru saja dipahami bergerak. Tetapi pada periode menteri ini sudah mempikirkan hal yang baru lagi, yang belum terprogram sebelumnya. Jadi semacam tiba-tiba keinginan menteri. Ini mungkin yang sering menimbulkan satu perdebatan dalam pendidikan di Indonesia.
Sehingga akhirnya dikumpulkan guru-guru itu bukan untuk mendidik, tapi mendogma. Kurikulum ini baik, luar biasa dan sebagainya. Sehingga ini sebenarnya berlawanan dengan filosofi pendidikan itu sendiri. Baik, terima kasih Prof. Kemudian kita sudah ngobrol tentang bagaimana sih ini pendidikan di Indonesia.
Tapi kancah histori pasti penasaran. Bagaimana konsep pendidikan berdasarkan pengalaman Prof. Nas sendiri? Ya.
Saya sendiri mengalami satu pendidikan di era Orde Baru. Saya kebetulan mengalami pendidikan di sekolah keguruan di Igip Surabaya. Dan juga saya mengalami sekolah bagaimana pendidikan di Gajah Mata.
Lalu bagaimana pendidikan di negara Jepang. Saya mengalami itu. Akhirnya saya pada... penilaian gitu ya. Ketika di Indonesia kan banyak, misalkan ini saya masih ingat bagaimana harus menghafalkan pelajaran bahasa daerah, anak kadal jenengi, buku godong baku jenengi, anak gajah jenengi gitu ya.
Jadi kita menghafal, begitu pula sifik ya. Pancasila itu misalkan diterjemahkan 36 butir Pancasila itu terus ditambahlah siswa ini dituntut untuk hafal nah ini berbeda dengan di Jepang misalkan pengalaman saya jadi anak mulai TK itu memang diajar kemandirian jadi pendidikan itu adalah bermakna ya istilahnya itu terapan dalam kesehariannya. Jadi misalkan anak saya TK, saya ingin tahu TK, apa sih keistimewaannya?
Kalau di sini TK, ketika saya menyekolahkan anak saya yang pertama di TK, ya mereka masuk hanya satu jam atau dua jam. Di sekolah itu diajak baris-baris, terus bernyanyi, tepuk tangan, setelah itu pulang. Di Jepang berbeda.
Jadi TK itu tetap mulai jam 8, sampai jam 3 sore. Jadi mereka diberi satu kebebasan, pertama guru sudah menyediakan dia harus menyiram bunga dan sebagainya. Nah setelah itu mereka juga istirahat pada disediakan lapangan bagaimana memanjat dan sebagainya. Jadi itu. Lalu...
Untuk ke toilet misalkan, untuk pakai pakaian misalkan. Nah itu terapan, jadi anak saya ketika mereka mau saya pakaian, biasanya orang-orang kita itu kan sejak kecil sudah sini ayo pakaian, itu anak saya sudah berani menolak. Tidak, saya bisa sendiri.
Jadi bagaimana mengajari anak mulai umur 3 tahun ke toilet, lalu bagaimana mereka bisa memakai pakaian sendiri. Jadi semacam itu. Jadi terapan. Langsung praktek gitu ya, Pak?
Langsung praktek. Coba kita lihat anak-anak atau mana orang dewasa kita, setelah makan apa saja, selesai ditinggalkan. Sehingga banyak sampah berserakan, apapun ada yang membersihkan. Tapi kalau setiap orang setelah makan dibuang sembarang, ini kan akan kotor terus.
Nah ini makanya tidak terjadi di negara-negara maju karena terapan dalam kehidupan sehari-hari. Begitu, utamanya. Jadi kehidupan sehari-hari apa?
Setelah makan apa yang harus dilakukan? Mencuci, ini dan sebagainya. Ya itu yang ditekankan untuk usia dini. Jadi memang pendidikan itu harus benar-benar dari usia dini dulu Prof ya untuk membangun karakternya. Ya seperti itu ya yang seperti saya contohkan seperti itu.
Nah untuk tingkat... SMA ya mereka sudah berpikir abstrak tadi. Tapi mereka apa ya bedanya? Saya merasakan misalkan ya, anak saya yang bersama saya yang terakhir ini kan bersama saya ini.
Dengan kehidupan gap ekonomi kak ya, gap ekonomi ya. Kalau di kita kan ada sistem pembantu. Tapi kalau di Jepang kan nggak ada, semua dikerjakan sendiri. Dikerjakan sendiri.
Sudah mandiri dari kesehatan. Iya, sudah mandiri. Sehingga tidak ada pikiran, semua ini nanti pembantu, semua diselesaikan sendiri. Jadi mencuci-cuci sendiri.
Istilahnya apa-apa untuk kehidupan sehari-hari masak sendiri, itu mereka sudah teratur. Lalu yang kedua, ini juga, karena ada gap ekonomi, Di sini kan ada toko makanan yang pribumi yang sangat murah. Lalu ada seperti Tomoro atau Starbucks tinggi.
Sehingga mereka kalau di sini itu seolah-olah apa ya kurang mendidik begitu ya. Nah ini yang tidak muncul di Jepang, karena semua sama. Jadi Anda kalau mau beli kopi di sini, ya harganya Rp50.000, di sini Rp50.000. Gapnya tidak terlalu tinggi, tidak ada ini, sehingga tidak ada. Dan anak itu pasti sambil bekerja, pasti sambil bekerja, karena ini apa, dia kalau tidak bekerja, tidak bisa hidup seperti itu.
Itu ada satu ini ya, memang biaya. Hidup di Jepang itu tinggi, tetapi sok culture saya ini juga terbantahkan ketika saya mengajak dosen saya ketika di Indonesia. Jadi ketika melihat para mahasiswa itu senang-senang seperti ini ya, duduk-duduk, minum kopi, bisa senang-senang, mereka itu juga... Seharusnya para mahasiswa itu ya seperti ini loh itu.
Jadi dia biar menikmati masa remajanya sekolahnya itu dengan bersenang-senang seperti itu. Biar lebih happy gitu ya, perkeliahannya tidak mikir tugas. Mana yang baik saya tidak mengerti ya.
Tapi menurut saya yang siap dengan kehidupan yang tidak ini ya di situ ya Jepang. Tapi kita juga aneh juga, santai tapi bisa hidup itu juga. Kita harus berpikir ya, menjawab dari sisi itu.
Jadi memang gap kita anak-anak ini, kenapa kok mereka masih bisa? Karena ya untuk makan caca kan rendah ya kalau di Indonesia. Kembali lagi ya, berarti itu perbedaan kultur itu sangat berpengaruh juga terhadap pendidikan. Baik dari anak usia dini, kemudian sampai dengan SMA tadi Prof, sampai juga dengan mahasiswa.
Oke, konca histori di sini. Karena kita dari Prodi Pendidikan Sejarah ya, Laboratorium Rumah Sejarah, kira-kira Prof, apakah Prof setuju, Prof Nas setuju enggak ketika mengatakan bahwa sejarah itu harus menghafal, Prof? Apakah ada konsep seperti itu? Ya, sangat tidak setuju gitu ya. Sejarah itu tidak harus menghafal.
Ini tetapi kadangkala hafalan itu jangan terus ini ya, bukan berarti... Tidak afal sama sekali ya, maksudnya itu majapahit itu tidak afal sama sekali juga tidak gitu ya. Tetapi pelajaran sejarah itu adalah sama ya, mengajak anak berpikir. Historical thinking. Ya, historical thinking gitu, mengajak anak berpikir bagaimana mengkonstruk ya, mengkonstruk.
Misalkan kehidupan masa Hindu-Buddha disitu ya, masa Hindu-Buddha. pengaruh-pengaruh India. Nah kadangkala kita karena disuruh menghafal, akhirnya kita itu enggak sadar, enggak pernah berpikir. Nah ini saya baru-baru saja ini bisa berpikir kadangkala mulai awal kita masa Hindu selalu menjadi ini, apa itu istilahnya kalau benalu gitu, istilahnya ideologi itu selalu masuk dan kita dicekoi.
Jadi ketika India menjadi India, apapun aliran ini ya, apa istilahnya itu, aliran-aliran di India, Tantrayana, dan sebagainya, kita ngikut saja, termasuk sampai sekarang. Makanya sekarang ketika muncul aliran kepercayaan yang baru ini, asli nasional, saya bisa memahami. Yang penting kita berpikir, itulah pendidikan itu. Ya, pendidikan. Jadi, oh India...
Sehingga kita selalu di bawah. Maka ketika saya kecil pun ada istilahnya lagu-lagu boneka cantik dari India. Sehingga India itu seolah-olah hal yang luar biasa. Trendsetter di India.
Nah sekarang ini misalkan yang beragama Islam trendsetternya adalah Timur Tengah. Sehingga kalau sudah masuk di sini. Habib dan sebagainya yang sekarang ini lagi nih, Habib yang banyak itu adalah di Indonesia katanya. Ini menjadi satu yang kita pikirkan gitu ya.
Karena apa? Ya kita selalu lebih rendah itu tadi ya. Lebih rendah merasa diri menjadi kurang gitu dibanding istilahnya kebudayaan di negara asalnya termasuk orang-orangnya seperti itu.
Oke, baik Prof. Ini pertanyaan terakhir, yaitu pesan-pesan Prof untuk konceh histori seperti apa? Monggo Prof, saya disampaikan. Ya, untuk konco-konco histori ya, tetap kita harus disamping belajar histori itu sendiri.
Karena Anda belajar mendalami satu pendidikan, maka filosofi pendidikan terutama yang menekankan segi logos. Keilmuan itu harus ditekankan. Jadi ada mitos-mitos, ini adalah perubahan.
Kalau di barat mitos ini sudah lain, tapi di kita mitos itu masih sangat kental. Masih sangat kental. Bahkan, ini saya pun ya lulus awal, itu karena kemiskinan juga mungkin ya. Ketika sakit dan sebagainya, itu ketika kita tidak ada dana untuk ke rumah sakit.
Itu pasti lari ke mitos-mitos, bahkan istilahnya ini palus ya, orang sejarah palus, pemujaan terhadap ini, apa itu kelamin, itu ada yang mengacari gitu. Ya bahkan, nah ini kan interaksi kita, kebetulan diketemukan kamu mau nggak doa ya, dari sini. Terus orang ini, ini tapi maaf loh ya, ini agak apa istilahnya itu, yang menyimpang dari ajaran Islam gitu. Tapi padahal dia juga orang Arab ya, Arab, nggak tahu Arab turunan apa ya.
Lalu mantra-mantranya itu adalah pengucahan terhadap kelamin laki-laki palu. Untung saja ketika saya praktekan, itu tidak manjur. Seandainya manjur, saya juga penguja palus. Tapi akhirnya dengan perjalanan saya sekarang ini, saya paham tentang makna pelitikan.
Oleh sebab itu, logos ini harus kreativitas, logos, berpikir kritis, dan sebagainya, ini harus menjadi satu landasan utama oleh para mahasiswa sejarah. Oke baik, terima kasih Prof. Nas sudah hadir sebagai bidang tamu di acara Orasi, obrolan sejarah masa kini. Baik. Setiap orang bisa menjadi guru dan setiap rumah bisa menjadi sekolah, dihajar Dewantara. Sampai jumpa, salam Orasi.