Transcript for:
Pentingnya Kepemimpinan dan Kebahagiaan Organisasi

Terah sekali pagi ini ya, alhamdulillah bersyukur juga Bapak Ibu sudah sekalian yang hadir pada webinar pagi hari ini. Mungkin pertama-tama kita perlu pasang niat nih, apalagi ini hari Jumat ya, Jumat penuh berkah ya. Jadi pertemuan kita ini bukan sekedar diskusi, tapi lebih jauh ini...

Kita saling menuntut ilmu pada dimensi ruhani, mudah-mudahan ini menjadi kebaikan buat kita dan buat semua yang ada di sini. Dan semoga membuat kita menjadi lebih baik. Kajian kita pada pagi hari ini terkait dengan leadership and positive organizational behavior. Jadi selama ini kita kalau bicara leadership, Kita sangat berharap ada impact pada performance, pada kinerja.

Jadi kepemimpinan itu bisa punya dampak yang hebat pada kinerja. Cuma hari ini kita coba melihat bahwa sebetulnya kinerja saja itu tidak cukup. Jadi kita perlu untuk sejalan antara kinerja di organisasi atau di perusahaan kita Sekaligus bahagia, happiness, suasananya damai, suasananya nyaman. Jadi kita menjadi organisasi yang fighter tapi sekaligus peaceful di dalam. Nah ini saya kira menjadi PR buat para leader.

Selama ini kalau organisasinya fighter itu di dalamnya juga kemerungsung fighter. Nah sekarang kita coba untuk bawa ini pada level apa namanya. Level yang bisa balance.

Karena sebetulnya yang namanya bahagia, kinerja, itu kalau dari hukum semesta, itu sebetulnya in line, sejalan. Jadi kalau kita bahagia, maka kita sukses. Kita bersyukur.

Ini saya akan bawa dulu pada level, atau pada hari ini kita bawa pada level individu dulu. Jadi bagaimana sih kita menjadi seorang leader yang Bisa leading self, memimpin diri kita sendiri, lalu leading another, memimpin orang lain, leading organization. Jadi sekarang kita lebih fokus pada aspek itu.

Nah, jangan lupa ya bersyukur ya, saya lihat teman-teman yang hadir ya Bapak Ibu sekalian itu kelihatan antusias ya. Antusiasnya, antusias ini tanggung jawab kita. Happiness, tanggung jawab kita. Syukur, tanggung jawab kita.

Jadi kalau kita bersyukur, yang beruntung bukan siapapun. Yang beruntung adalah kita, Anda sendiri. Jadi kita memulai dengan antusias, kita memulai dengan respite.

Maka siapapun itu adalah guru-guru terbaik. Dan kita juga bisa menjadi murid-murid terbaik. Jadi tadi tayangan lagunya menarik ya. Kita adalah guru dan murid. Saya juga murid, saya belajar dari...

diskusi pada hari ini, saya belajar dari para audiens, saya juga belajar dari webinar ini. Jadi kita posisinya sama sebetulnya guru dan murid, sama-sama guru dan sama-sama murid. Dan jangan lupa kalau saya biasanya kalau masuk kelas nih Mbak Ade, saya kalau masuk kelas selalu saya cek dengan happiness matrix.

Jadi apakah... Levelnya kan 0 sampai 10. Kalau 10 itu bahagia, kalau 0 tidak bahagia. Kalau mahasiswa saya itu baru levelnya 7 atau 8, itu saya masih merasa bertanggung jawab harus meningkatkan. Sampai pada level apa?

Saya sangat berharap kita memutuskan bahagia kita itu luber. Artinya melampaui 10. Jadi 15, atau 14, atau 13. Supaya apa? Supaya kita bisa... blessing others. Kita bisa memberi rahmat buat sekeliling kita.

Karena sebetulnya yang namanya leader itu adalah orang-orang yang menyalakan cahaya, orang-orang yang menyalakan lilin, supaya lilin itu menerangi sekitar kita. Nah inilah yang saya kira nanti menjadi agenda penting dalam diskusi kita pagi hari ini. Anda boleh tarik nafas ya, karena setiap tarik nafas itu Anda sebetulnya tambah bersyukur.

Bersyukur itu adalah pintu untuk bahagia. Semakin terus bersyukur, maka Anda sudah melampaui bahagianya. Apalagi di hari Jumat. Jadi apa? Jadi yang terjadi adalah syukur kita tidak mampu lagi untuk menampung cintanya Tuhan.

Cinta yang di atas, sehingga apa? Sebarkan pada yang lain. Setuju ya? Dan jangan lupa seperti saya nih.

Nah, senyumnya. Jadi lebih happy lagi ya, lebih bahagia lagi. Oke. Syukur.

Topik kita sangat luar biasa, sangat menarik. Apalagi ditemani atau dihadiri oleh teman-teman saya, peserta yang luar biasa, yang punya antusias, yang bisa belajar dimanapun, kapanpun, dengan siapapun, dengan penuh percaya diri. Saya tampilkan topiknya.

Nah, topik kita adalah kepemimpinan dan perilaku organisasional. Saya rasa kita itu enggak pernah tidak ketemu dengan yang namanya organisasi. Bahkan sejak kecil, sejak bayi pun kita ketemu yang namanya klinik, ketemu yang namanya rumah sakit.

Ini adalah organisasi. Dan di dalam organisasi ada dinamikanya. Organisasi itu bisa kita terawang dari berbagai sisi. Ada yang melihat organisasi itu kayak mesin.

Dia melakukan transformasi dari input, proses, output. Kita bisa juga melihat organisasi itu sebagai makhluk hidup. Artinya apa?

Dia disuruh learning, dia belajar. Ada sebuah dinamika di situ. Kita selalu catch up perubahan.

Nah ini organisasi seperti makhluk hidup. Kita juga bisa lihat organisasi seperti arena politik. Ada orang konflik satu sama lain untuk berebut posisi, berebut jabatan. Kita bisa juga melihat organisasi seperti penjara psikologis. Bagi siapa?

Bagi mereka yang takut hari Senin. Bagi mereka yang takut hari Senin, itu ketemu organisasi seperti ketemu penjara. Nah, kita sekarang melihat bagaimana sebetulnya melihat organisasi ini, sehingga kalau secara normatif, kita sering berpikir organisasi itu menciptakan sinergi.

Bahkan mencapai yang namanya sustainable. Competitive advantage, mencapai sustainable profit. Gimana supaya umurnya panjang dan efektif.

Nah, ini kita nanti akan melihat itu, tapi kita lihat dari dimensi individu dulu ya. Oke, sehingga menurut saya menjadi urgent kita bicara leadership and perilaku organisasi. Nah sekarang kita mulai dari...

Nah ini situasi yang namanya VUCA, volatility, uncertainty, complexity, ambiguity. Ini seringkali juga orang mengkaitkan dengan era disruption. Era di mana dipicu oleh perubahan revolusi industri empat. Digitalisasi yang luar biasa sehingga Ini bisa menggeser mereka-mereka yang masih hanya bertahan di kekuatannya pada revolusi industri tiga.

Anda bisa lihat bagaimana kodak itu sekarang sudah berganti menjadi Instagram. Kemudian Bluebird sendiri harus negosiasi betul, harus mencermati bagaimana Gojek yang dulunya diremehkan di tahun 2010, yang hadir hanya dengan... 10 driver, ini menunjukkan perubahan yang luar biasa. Jadi kalau Anda sebagai pebisnis, ini sebetulnya bicara lingkungan kompetisi sekaligus lingkungan makro.

Teknologi itu menyebabkan, kalau bicara teknologinya, ini lingkungan makronya. Belum lagi nanti persoalan pandemi yang sekarang kita hadapi ini adalah lingkungan makro. Lalu itu mempengaruhi level persaingan di antara bisnis yang ada di...

Level industri. Nah, kemudian kita ini jadi shock. Tapi saya inginnya kita itu tidak shock.

Kenapa Anda tidak shock? Karena Anda leader. Leader itu, pemimpin itu harus ramah dengan uncertainty. Ketidakpastian itu kita harus ramah. Artinya apa?

Salah satu tugas penting dari Anda, dari kita sebagai seorang leader, itu adalah menghadapi atau coping uncertainty, menghadapi ketidakpastian. And then making stability, menciptakan kepastian. Jadi ketidakpastian kita hadapi, lalu pada lingkungan di bawah kita, kita making stability, kita ciptakan kepastian.

Sehingga kita jangan menjadi orang-orang yang mengalami shock. Karena shock itu membuat energi kita tidak produktif dan tidak positif. Ini pengalaman Gojek yang tadi saya singgung, tahun 2010 hanya dengan 20 pengemudi.

Hari ini luar biasa. Artinya digitalisasi atau revolusi industri empat sekarang, itu ternyata perkembangannya atau growth-nya, growing-nya, itu sifatnya tidak lagi linear, tapi eksponensial. Pertumbuhannya luar biasa, berkembangnya dahsyat. Sehingga mereka yang masih bertahan dengan pola-pola lama, yang perkembangannya linier, itu kaget, mengalami shock. Lalu tugas kita apa nih?

Apalagi sebagai dosen, sebagai mahasiswa, maka bagi dosen pun jangan hanya bercerita masa lalu. Jangan hanya bercerita dulu, jangan hanya bercerita pengetahuan yang masa lalu. Tapi juga kita harus membuat stimulasi supaya semua orang di sekitar kita lebih kreatif, lebih berpikir masa depan.

Saya pernah punya pengalaman dulu ketika di BNI, saya lulus kuliah. Waktu itu di kampus itu masih menggunakan underdose. Banyak menggunakan underdose.

Lalu ketika masuk ke BUMN itu, sedang transisi dari underdose ke underwindows. Jadi saya mungkin pernah bangga program Wordstar saya, yang Mbak Ade pernah belajar Wordstar enggak? Itu saya dapat A loh. Enggak. Oh enggak ya?

Luar biasa ya. Nah saya itu belajar Wordstar saya dapat A. Tapi begitu saya masuk kantor, loko nggak dipakai ya.

Sekarang pakainya Microsoft Word. Dan saya termasuk jadi orang-orang yang merasa tidak, pada saat itu merasa belum tune in. Nah tugasnya adalah ketika di era perubahan ini, maka kita harus dikembangkan kapasitas untuk belajar.

Jadi catch up ketinggalan kita. Nah ini yang harus dibangun dalam proses. Learning dalam proses belajar. Nah kemudian ini saya cerita mengenai pentingnya positif.

Pentingnya positif di tempat kerja. Karena selama ini misalnya kita lihat selalu ada diskusi apakah seorang pemimpin itu punya impact pada organisasi, pada kinerja. Ada yang mengatakan... Nothing. Tidak ada dampaknya sebetulnya.

Karena apa? Karena pemimpin itu memang lahir dari proses seleksi internal di dalam perusahaan. Sehingga tidak muncul gagasan baru. Lalu ada kajian yang mengatakan sebaliknya, bahwa yang namanya leader itu harusnya change, harus membawa perubahan.

Jadi ada orang yang mengatakan organisasi itu kayak autopilot, meskipun ada pemimpin di situ. Tapi ada yang melihat bahwa justru pemimpin inilah agen perubahan yang luar biasa. Selalu isunya seputar itu. Nah bagi karyawan gimana?

Karyawan seringkali merasa bahwa kalau pemimpin itu stressing pada petugas, pada pekerjaan, itu bahagia susah didapat. Adanya stress, ada tekanan, pekerjaannya deadline, dan lain-lain. Ya? Dia tidak merasa atau dia malah hanya menjadi mesin produksi. Jadi mesin produksi di dalam organisasi.

Nah, ini saya kira menjadi PR penting buat organisasi agar yang namanya bahagia, energi positif, itu sejalan dengan performance. Sehingga kita punya yang namanya positive outcome. Gambar ini menunjukkan bahwa Ujung kita ini nanti adalah outcome yang positif.

Lalu, kalau kita atau pada saat kita sebagai leader secara publik, Kita jadi public leader atau organizational leader. Maka kita punya tanggung jawab terhadap organizational culture and climate. Kita ciptakan iklim dan budaya. Budaya itu mulai dari basic underlying assumption, values, nilai-nilainya yang dibangun, kemudian artefak.

Ini kalau menggunakan pendekatnya Edgar Sainz. Tapi kita sendiri sebagai leader, Itu sebetulnya ketika masuk perusahaan, masuk ruangan, itu anak buah itu langsung terkena aura kita, terkena energi kita. Anda bayangkan pada saat kita karyawan, kita lihat ada pemimpin masuk, wajahnya serem, marah, lalu kita merasa under pressure, merasa terasa betul impact-nya, dampaknya pada suasana kerja.

Itu pentingnya kita sebagai leader harus hati-hati nih. Karena aura kita itu menular. Nah, jadi pemimpin itu tanggung jawabnya pada budayanya dan iklannya. Sehingga apa?

Sehingga inilah yang menjadikan situasi eksternal bagi karyawan itu positif. Atau positivity from situation factors. Jadi karyawan merasa nyaman.

Saya masuk ke misalnya Google. Wih, oh! Tempat kerjanya enjoy banget ya, menyenangkan, happy.

Tapi mereka saling respect satu sama lain, saling meng-coach. Wah ini luar biasa. Artinya tiba-tiba jadi betah gitu loh.

Tiba-tiba hari Senin kok ditunggu-tunggu ya. Biasanya hari Senin masuk angin, sekarang hari Senin ditunggu-tunggu. Nah ini kan keberhasilan seorang leader tadi dari sisi. Public leader. Sekarang kalau kita lihat dari leader itu individual, atau personal leader, atau leading self, memimpin diri sendiri.

Maka tiga variable di atas, yaitu emosi positif, itu dibangun. Seperti hari ini, saya nggak bisa menduga persis seberapa bahagianya Anda hari ini. Karena ini positif emotion, emosi positif ini harus dibangun. Lalu caranya gimana?

Biasanya orang kalau membangun emosi positif, ya coba di dalam kognitif kita, ini ada banyak, ada memori, ada pengalaman-pengalaman. Nah pengalaman yang diakses itu yang menyenangkan dong, yang membahagiakan. Artinya apa?

Setiap orang punya kesempatan untuk mengakses emosi positif maupun emosi negatif. Kalau kita mau marah, itu hari ini juga bisa. Ingatlah sesuatu yang membuat Anda marah.

Tapi kalau kita mau mem... membuat emosi positif, ya pikirkan apapun yang menjadikan Anda sangat bersyukur pada pagi hari ini. Jadi sebetulnya itulah yang namanya positive emotion adalah pilihan kita. Ini opsi saja. Cuma kalau kita mau atau sadar konsekuensinya, kalau kita menyadari apa dampak dari emosi positif, maka wajib kita memilih emosi positif.

Biasanya orang-orang yang seringkali mengalami kesulitan untuk sukses, itu adalah orang-orang yang habitnya itu negatif. Pikirannya juga lebih suka mencelak orang lain, mencari negatifnya orang lain. Kemudian sehingga dia lupa ya. Lupa itu sebetulnya berefek negatif pada dirinya sendiri. Yang kedua.

Mau tahu nggak yang kedua? Mau ya? Atau sampai sini aja?

Lanjut dong, Prof. Ya, yang kedua nih karena permintaan Mbak Ade ya. Yang kedua mindfulness. Mindfulness ini adalah di mana kita fokus pada apa yang kita alami saat itu.

Jadi kalau tadi pagi gitu saya mandi, saya ingat, waduh ini mau ngisi kayak gini, saya harus merasakan betul sensasi air ketika kena wajah, kena tubuh. lalu bersyukur pada semua anggota tubuh kita, atas semua rahmat Tuhan. Nah ini salah satu mindfulness.

Jadi mandi jangan mikir, waduh saya belum check sound nih, waduh saya belum ada sekumpulan tugas. Sehingga apa? Sehingga kita selalu berpikirnya di luar apa yang sedang kita lakukan.

Nah hebatnya peserta webinar hari ini mindfulness. Anda berada di sini, Anda antusias, Anda respect dan Anda luar biasa. Ini mindfulness.

Jadi penting. Mindfulness tanggung jawab siapa? Tanggung jawab kita pada level individu. Lalu yang ketiga adalah psychological capital and signature strength. Ini maksudnya apa sih?

Psychological capital ini ada empat dimensi di dalamnya. Yang pertama adalah hope. Hope itu Anda punya harapan. Jadi jangan pernah kita merasa atau kita hidup kok nggak punya harapan.

Jadi kita punya harapan di masa depan, apa yang mau kita raih. Yang kedua adalah optimisme. Ini sebuah sikap positif terhadap keberhasilan kita di masa depan.

Dan itu didukung oleh yang namanya self-efficacy. Artinya kita yakin dengan kekuatan sendiri untuk merealisasikan pekerjaan tadi. Dan yang keempat adalah resiliensi. Ini daya tahan kita.

Bagaimana kita punya daya tahan. Karena yang namanya pekerjaan itu tidak, kalau bahasa Jogja-nya sakjet, saknyet. Jadi nggak otomatis langsung bisa dituntaskan. Kadang-kadang keberhasilan pun ada jedanya. Nah inilah yang menjadi skema yang ada dalam pikiran kita.

Anda sebagai individu, maka tiga poin positif emotion, mindfulness, psychological capital, and signature strength. Ini akan punya impact pada positivity from person factors. Positifitasnya itu muncul dari diri kita sendiri.

Jadi kita memancar itu positifitasnya. Orang-orang yang memancar positifitasnya itu ketika berkumpul di dalam organisasi atau perusahaan. Dia itu senang berbagi, sharing knowledge.

Dia senang berbuat baik. Dia mau berpikir untuk tujuan organisasi atau common goal. Jadi melampaui self-interest. Jadi seringkali misalnya, kalau Anda dengar kata-katanya John S. Kennedy ketika mengatakan, apa yang negara berikan pada Anda, tapi bukan apa yang berikan pada negara, ini harusnya berangkat dari orang-orang yang punya positivity seperti ini. Jadi kita perlu mengedukasi betul setiap lulusan kita.

Apalagi saya mengajar di program MBA. Saya mengajar di MM Gajah Mada dan MM Universitas Muhammadiyah Jogja. Itu mata kuliahnya namanya Leadership and Obey. Jadi mata kuliah inilah yang sebetulnya menciptakan orang menjadi leader.

Jadi leader itu pertama berangkat dari keputusan. Tidak mungkin leader itu tiba-tiba kita bisa jadi leading another tanpa kita memimpin diri kita sendiri. Ya Alhamdulillah.

Beberapa tahun yang lalu saya pernah menjadi salah satu tim penilainya Perdana Menteri Pak Mahathir Muhammad. Waktu itu saya jadi tim penilai dokter honoris kausanya. Kemudian salah satu hal yang kita lakukan adalah ketika itu beliau belum Pak Menteri tapi aktivis perdamaian.

Jadi Perdana Menteri kan dia dua kali itu. Perdana Menteri pertama, setelah itu jadi aktivis perdamaian dunia. Pada saat dia jadi aktivis perdamaian dunia, dia mengatakan dalam papernya bahwa banyak pemimpin-pemimpin publik itu mengalami gangguan personal.

Artinya dia belum clear dengan memimpin dirinya sendiri. Nah ini persoalan dia selama dia berkeliling dunia menjadi aktivis itu. Nah ini saya kira menjadi satu PR sebetulnya buat Perusahaan kita atau organisasi, mari kita juga berangkat dari individunya.

Orang kaya bukan pada jumlah depositonya, tapi dari kekayaan mentalnya dulu. Jadi, abondant person, abondant people, itu akan menghasilkan tadi kekayaan-kekayaan yang sifatnya material. Nah, ini saya kira penting dibangun di dalam organisasi.