Transcript for:
Struktur dan Fungsi Organa Limfoid

Intro Selamat bertemu kembali pada praktikum histologi. Organa lymphodia terdiri dari organa lymphodia primaria. dan organa lymphoidia sekundaria. Nodus lymphaticus merupakan bagian dari organa lymphoidia sekundaria. Organa lymphoidia sekundaria merupakan tempat pengaktifan sasa imun, terutama lymphositus.

Nah, limfositus yang naif nanti kemudian bisa masuk ke berbagai organa lymphoidia sekundaria. Salah satu organa lymphoidia sekundaria yang kita amati pada praktikum ini adalah nodus lymphaticus. Sering juga disebut sebagai limfonodus.

atau limfonodi jamaknya, kalau banyak disebut sebagai limfonodi. Limfonodi bisa kita temukan di berbagai area tubuh, berbagai nodus limfaticus, misalnya di daerah aksilan di sini, daerah inguinalis bisa kita temukan juga, pada daerah leher, nodus limfaticus cervicalis bisa kita temukan juga di sana. Secara umum kita bisa lihat ini gambar kartun dari satu nodus lymphaticus.

Ada pembuluh-pembuluh yang datang atau pergi dari sana, ada vas lymphatica aferensia yang akan membawa sel-sel dan cairan dari jaringan. Ini adalah tempat nanti masuknya antigen dan juga masuknya dendrositus yang membawa sampel patogen dari jaringan. Kemudian jaringan ini atau organ ini dibungkus oleh suatu kapsula.

Di dalamnya ada ruangan-ruangan yang disebut sebagai sinus. Jadi sinusnya tergantung tempatnya di mana. Misalnya sinus subcapsularis berarti dia ada di bawah kapsula.

Sinus medularis berarti dia ada di medula. Nanti kita lihat bahwa secara keseluruhan nondus linfatikus dibedakan menjadi dua area besar, yaitu area kortex dan area medula. Pada hilus kita bisa temukan ada fasal lymphatica efferens, atau fas lymphaticum efferens, yang merupakan tempat keluarnya cairan dan juga sel-sel yang ada di dalam nodus lymphaticus ini.

Nah ini juga gambaran kartun dari irisan nodus lymphaticus. Tadi kita sudah sebutkan ada kapsula di paring luar, kemudian ada vas lymphatica afrensia yang merupakan tempat masuknya antigen dan juga tempat masuknya dendositus dari jaringan. Kemudian ada area kortex dan area medula. Area kortex adalah area yang masih memiliki nodulus lymphaticus atau folliculus lymphaticus. Jadi ada agregasi limfositus membentuk struktur seperti lingkaran atau membulat seperti ini kita sebut sebagai polikulus limfotikus.

Kemudian medula ini daerah yang di tengah di sini. Di tengah di sini dekat nanti dengan hilo. Kemudian di antara kortex dengan medula, kita jumpai area parakortex, yang dalam gambar ini diwarnai dengan warna biru.

Ini adalah parakortex. Parakortex ini merupakan agregasi limfositus juga, tapi tidak ada nodulus limfaticusnya. Kita temukan folliculus limfaticus pada parakortex.

Pada parakortex ini merupakan daerah limfositus. limfositus T jadi sebagian besar limfositus T kita jumpai pada parakorteks sedangkan area yang berwarna kuning di sini ini adalah area folliculus lymphaticus dan juga centrum germinatifum ini yang bulatan kuning ini adalah centrum germinatifum ini merupakan area limfositus B jadi sebagian besar limfositus B bisa kita temukan pada area korteks sedangkan lymphosis T kita temukan pada parakoteks. Nah ini gambaran beberapa sediaan nodus lymphaticus. Irisanya bisa berbeda-beda, jadi ini irisanya agak di tepi, sehingga kita bisa temukan ini bulatan-bulatan folliculus lymphaticus, bulatan-bulatan nodulus atau folliculus lymphaticus, ini kita lihat di sini. Kemudian juga ada area parakortex di tengahnya di sini.

Karena ini irisannya masih di tepi, kita tidak temukan area medula. Nah di sini kita lihat ada area yang irisannya sudah di tengah. Kita temukan area kortex ada di tepi, kemudian ini daerah di tengahnya lebih ke arah medula. kita bisa temukan area paracortex.

Jadi pada paracortex, ini adalah kumpulan limfositus juga, tetapi kita tidak menemukan folliculus simpaticus di sana. Jadi mudah untuk dikenali sebagai area paracortex. Daerah medula ini lebih banyak ruangan-ruangannya, lebih banyak sinus-sinusnya.

Jadi, limfositus yang ada di sana juga tidak menggerombol padat seperti yang kita temukan di parakorteks atau pada korteks. Jadi, pada perbesaran lemah seperti ini, kita bisa mengenali area-area korteks, parakorteks, dan medula. Kalau kita perbesar, ini satu nodulus lymphaticus, kemudian di tengahnya kita jumpai area centrum germinatifum.

ini bisa kita lihat di sana sentrum germinatif pun seperti Anda tahu merupakan area tempat proliferasi limfositus B yang teraktifkan kemudian ini ada sinus internodularis jadi kalau ruang Ruangan yang ada di dalam jaringan ini kita sebut sebagai sinus. Dan penama berikutnya merupakan penunjuk lokasi ruangan tersebut ditemukan. Jadi ini sinus internodularis, berarti dia ada di antara dua nodulus lymphaticus.

Sinus subcapsularis misalnya di sini adalah ruangan yang ada di bawah kapsula. Kita kembali lagi ke perbesaran yang lebih lemah, kita kenali lagi disini ada nodulus simphaticus, area nodulus simphaticus, kemudian ini tadi paracortex bisa kita kenali. Disini pada... irisan ini medulanya hanya sedikit yang terlihat, jadi ini masih agak ke tepi, tidak terlalu ke tengah.

Bisa kita amati. Kemudian kapsulanya juga bisa terlihat jelas pada gambar ini, kapsulanya. Halo kita perbesar lagi di sini tadi kita kenali lagi ini nodulus simpaticus dengan sentrum germinatif umnya di tengah ya ada sinus tadi sinupsus capsularis misalnya trabekula trabekula bisa kita lihat tadi dari Dari kapsula kemudian ada jaringan ikat atau textus connectivus yang masuk ke dalam parenkim. Itu merupakan trapekula. Kemudian para korteks juga bisa terlihat pada gambar ini.

Beberapa sinus juga terlihat pada gambar ini. Pada parakorteks, yang kita lihat ini adalah area pada parakorteks diperbesar. Nah, pada parakorteks bisa kita temukan juga beberapa pemburu-pemburu darah yang besar. Seperti ini misalnya, pemburu darah. darahnya cukup besar kita lihat ada banyak sel-sel darah misalnya netrophilus anda kenali ya, leucocytus yang ada di dalam pemuluh-pemuluh darah tersebut Nah pada area paracortex, area ini merupakan tempat masuknya limfositus naif Tadi kita sudah bahas dari timus, ada limfositus naif yang masuk aliran darah Mereka akan pergi ke organa lymphodia sekundaria, salah satunya pergi ke nodus lymphaticus Mereka masuk melalui aliran darah Tapi kemudian bagaimana caranya mereka keluar ke parenkim nodus lymphaticus?

Mereka keluar lewat suatu venula khusus yang disebut sebagai venula altoendothelialis. Venula altoendothelialis disini cirinya adalah adanya endotheliositus yang yang berbentuk kupuhit. Jadi kalau biasanya endotheliositus berbentuk pipih, disini kita lihat nukleusnya bulat-bulat. Nukleusnya endotheliositusnya bulat-bulat seperti ini, sehingga kita tahu bahwa bentuk selnya adalah kupuhit.

Jadi kita sebut struktur ini adalah venula atau endothelialis. Pada beberapa tempat di dalam lumanya bisa kita juga jumpai sasar darah, misalnya netrofilus pada gambar ini. Yang dilingkari adalah venula atau endothelialis.

Kemudian di sini kita sampai di medula. Di medula ada banyak ruangan yang kita sebut sebagai sinus medularis. Jadi ruangan-ruangan yang terlihat pada medula ini disebut sebagai sinus medularis.

Salsa yang ada pada medula ini tersusun membentuk deretan atau kerumbulan kecil-kecil seperti ini. yang secara keseluruhan kita sebut sebagai korda medularis. Pada masing-masing korda medularis itu ada sel-sel magrofagositus, kemudian juga limfositus, itu kita bisa temukan pada korda medularis ini.

Nah Anda juga perlu mempelajari proses perkembangan limfositus T di timus dan juga pengaktifan limfositus T dan limfositus B. Di nodus lymphaticus Ini adalah gambar kartun Lian Yang perlu kita ingat bahwa lian itu terbentuk dari dua macam jaringan, yaitu pulpa rubra dan pulpa alba. Anda pelajari lagi bahwa pulpa rubra itu merupakan tempat penghancuran eritrositus yang sudah tua, sedangkan pulpa alba merupakan organa lymphoidia sekundaria.

Pada pulpa alba itu nanti akan kita lihat terdiri dari beberapa jaringan. beberapa area. Yang pertama adalah folliculus lymphaticus.

Folliculus lymphaticus ini sama seperti yang Anda temukan pada nodus lymphaticus. Kemudian ada area lymphositus T yang pada nodus lymphaticus Anda temukan pada para kortex. Pada lien, area lymphositus T-nya.

ada pada sekitar arteria sentralis. Sehingga, secara keseluruhan, jaringan yang ada di sekitar arteria sentralis tersebut, sekitar arteriola sentralis tersebut, kita sebut sebagai vagina lymphoidea peri arteriolaris. Kemudian di sekelilingnya, membatasi antara pulpa alba dengan pulpa rubra, itu kita temukan ada zona marginalis. irisan pada lian itu bisa seperti ini yang kelihatan seperti melintang tapi kadang-kadang seperti membujur jadi kalau membujur kita bisa lihat pembuluh darahnya itu memanjang sedangkan kalau melintang pembuluh darahnya terlihat seperti bulatan saja Nah ini adalah suatu irisan lian dan disini kita bisa kenali area pulpa rubra dan pulpa alba.

Karena ini merupakan irisan jaringan yang sudah. diwarnai dengan hematoxilin eosin, jadi pulpa rubra dan pulpa aba tidak terlihat berwarna merah dan putih lagi. Tetapi sudah menghas dengan warna hematoxilin eosin, nukleus-nukleus selnya akan berwarna keungguan, dan sitoplasma serta matriks ekstraselularis akan berwarna kemerahan.

Kita bisa mengenali pulpa rubra dengan pulpa alba dengan cara kita lihat ini ada sel-sel yang sangat padat ya, ada sel-sel yang padat seperti ini itu merupakan bagian dari pulpa alba, sedangkan area yang lebih terang yang terlihat ada ruangan-ruangannya itu merupakan area pulpa rubra, jadi dengan perbesaran rumah, kita bisa mengenali area pulpa alba dan pulpa rubra Kalau kita berbesar, tadi masih kita kenali tadi ya, pulpa alba disini, kemudian pulpa rubra di sekelilingnya. Pulpa rubra ada di sekelilingnya. Di pariwisata. Paling luar kita temukan ada Kapsula berupa Textus connectivus Jadi masih kita kenali tadi ada Pulpa alba dan pulpa rubra Beberapa Area misalnya zona marginalis Sudah bisa kita kenali Juga pada perbesaran ini Nah, trabecula splenica itu kadang-kadang bisa kita temukan di sini ya, mungkin diperbesar lebih kelihatan.

Di sini ada... Ini area arteriola sentralis tadi dengan perbesaran lemah juga sebenarnya sudah terlihat. Sudah terlihat ini area pulpa alba-nya.

Ini adalah area arteriola sentralis yang terlihat di sini. Kemudian kapsula tadi, kapsula tekstus konektifusnya juga terlihat. Kemudian...

dengan perbesaran lebih kuat kita bisa melihat ada Textus connectivus yang masuk ke aren Kim Lian dan itu merupakan trabecula lenalis kalau kita perbesar area pada Pulpa Alba Kita bisa melihat tadi ada arteriola sentralis di sini, seperti ini, ini adalah arteriola sentralis, kemudian ini juga arteriola sentralis, sehingga area yang ada di sekeliling arteriola sentralis tadi, kita tahu merupakan vagina lymphoidea peri arteriola lis. Pada bahasa Inggris disebut sebagai PALS, peri arteriola lymphoid jid. Seperti ini juga, yang di lingkaran merah, ini adalah area vagina lymphoidea periartelaris yang merupakan area lymphositus T.

Kemudian area lymphositus B itu ada pada nodulus lymphaticus. Nodulus lymphaticus kita lihat ini berupa suatu bangunan pembulat seperti ini. Dalam hal ini dilingkari dengan warna kuning.

Di tengahnya kita dapatkan juga sentrum germinatifum. Sentrum germinatifumnya bisa kita kenali dengan perbesaran yang relatif tidak terlalu besar. Nah, tadi juga arterial sentralis tadi ya sudah disebutkan.

Kemudian ini zona marginalisnya itu ada di sekelilingnya tadi ya. Jadi ini area nodulus lymphaticus, area vagina lymphoidea peri arterialisnya kelihatan. Nah di sekelilingnya ini yang membatasi dengan pulpa rubra itu adalah zona marginalis. Pada zona marginalis kita temukan banyak limfositus B yang khusus yang bisa secara langsung teraktifkan tanpa bantuan limfositus T.

Ini sama keterengannya ya. Pulpa rubranya itu tadi bisa kita lihat di luar ini tadi ya. Jadi di sana asal-asalnya tidak sepadat pada pulpa alba. Banyak ruangan-ruangan yang ada di sana berupa sinus-sinus dan banyak eritrositus di sana yang kalau mereka sudah tua akan dihancurkan oleh makrovagusitus. Kita lihat dengan perbesaran lebih kuat, ini ada vagina lymphoidea peri arteriularis, yang kita tahu merupakan area lymphositus T.

Nah ini tadi arteriola sentralisnya kelihatan lebih besar pada gambar ini. Kelihatan lebih besar pada gambar ini. Sediaan selanjutnya adalah plug spare yang bisa kita temukan pada ileum.

Jadi pada ileum ada area induksi yang kita lihat berupa plug spare. Jadi ada kumpul. keumpulan nodus, keumpulan lingfositus yang ada pada membentuk black sphere ini.

Anda ingat kembali teori-teori pada sistem imun mukosa, apa itu epigelositus mikroplikatus misalnya, Anda pelajari lebih lanjut dari berbagai sumber. Pada ileum ini pada preparatnya kadang-kadang ditemukan area yang tidak memiliki plug spayer. Jadi pada ini ada satu irisan yang tidak ada plug spayernya. Nah ini irisan lain yang kita bisa temukan plug spayer. Jadi ini adalah agregasi linfositus yang ada di mukosa.

di lamina propria sampai submucosa kita bisa temukan agregasi limfosit seperti ini dan ini membentuk suatu jaringan yang kita sebut sebagai plug spayer. Kalau diperbesar, jaringannya ini tadi diperbesar, maka pada plug spayer ini kita juga bisa temukan adanya nodulus lymphaticus. Di tengahnya itu ada area yang lebih terang yang disebut sebagai centrum germinatifum. Ini merupakan area yang lebih jelas dengan perbesaran lemah.

Jadi kalau nanti dilihat dengan perbesaran kuat, kadang-kadang malah justru tidak terlihat daerah yang lebih terang ini. Jadi Anda masih ingat lagi struktur ilium yang sudah pernah dipelajari di blog A.2 waktu mempelajari traktus gastrointestinalis. Ini ada muskularis mukosanya, kelihatan ya. Ada fili-fili yang ada di sekeliling dari membatasi lumen, itu juga bisa kelihatan.

Pada nodulus lymphaticus, ini ada nodulus lymphaticus yang pada gambar ini sudah diberi lingkaran putih, di tengahnya ada centrum germinatifum yang terlihat lebih terang, itu merupakan area lymphocytus B, seperti nodus lymphaticus di lien, seperti juga nodulus lymphaticus di nodus lymphaticus. Pada plug spayer ini ada folliculus associated epithelium. Jadi ada epithelium yang ada di atas nodulus lymphaticus.

Di sanalah sebenarnya kita bisa temukan epithelius itu mikroplikatus. Tetapi dengan pewarnaan rutin, dengan perbesaran lemah seperti ini, epithelius itu mikroplikatus tidak bisa kita temukan. bisa kita identifikasi. Nah, preparat berikutnya adalah tonsila palatina.

Tonsila palatina bisa dilihat organnya ketika kita membuka mulut seperti ini, kita bisa melihat tonsila palatina yang merupakan bagian dari cincin wadir. Sediaan tonsila palatina di sini kalau diiris terlihat seperti ini. Dari perbesaran lemah saja kita bisa melihat banyak bulatan-bulatan di sana. Yang kita tahu merupakan nodulus lymphaticus atau folliculus lymphaticus. Pada tonsila palatina ada juga ini ceruk-ceruk atau cekungan-cekungan seperti ini yang kita sebut sebagai kryptotonsilaris.

Kryptotonsilaris. Pada bagian dekat rumen, tonsila palatina dibungkus oleh suatu epithelium, epithelium ajuntum tonsile dengan tipenya adalah epithelium stratificatum squamous. Pada area yang berlawanan, kita lihat ada kapsula tonsile, kapsula tonsile ini disusun oleh textus connectivus. Di sini ada gambar tonsila yang lain, ini ada kapsula tonsile, ini ada bulatan-bulatan tadi yang merupakan folikulus lymphaticus. Epidoliumnya bisa kita lihat di sini, kripta tonsilenya juga bisa terlihat di sini.

Pada area dekat kapsula tonsila, kita juga bisa menemukan beberapa glandula tonsilaris dan juga tekstus muskularis. Bisa kita temukan juga. Ini adalah perbesaran area dekat lumen. Kita bisa melihat epitheliumnya di sini. Tipenya adalah epithelium stratificatum squamousum.

Nah, pada folliculus lymphaticus bisa dikenali ada beberapa di sini, yang bulatan-bulatan tadi dengan di tengahnya area yang lebih terang yang kita sebut sebagai centrum germinatifum. Ini ada gambaran yang lain. yang lebih jelas, epithelium pada kripta tonsile itu biasanya tidak kontinu, jadi ada beberapa celah-celah di sana yang memungkinkan dendrositus bisa mengambil sampel patokin dari celah kripta tonsile tadi. Di sini nodulus simpaticusnya tadi dan sentrum germinatifnya sangat mudah dilihat.

Dan masih ingat lagi bahwa nodulus simpaticus atau folliculus simpaticus merupakan area limfositus B, sedangkan area antar folliculus atau antar nodulus di sini merupakan area limfositus T. Ini tadi ada glandula tonsilaris, ini adalah glandula serum mucosa, ada di dekat tonsil, yang ada di dekat kapsula. Di sini tekstus muskularis striatus bisa kita jumpai juga, bisa kita amati di sana.

Tadi kapsulanya merupakan suatu Textus connectivus compactus. Ini perbesaran kuat dari glandula tonsillaris. Kita lihat di sini ada mukositus, masih ingat lagi ya. Mukositus di sini sel-selnya kelihatan.

Kemudian juga nukleusnya ada di tepi. Dan juga ada myoepitheliositus yang ada di tepi dari asinus-asinusnya. Kemudian kita akan melihat jaringan, jaringan tonsila palatina, yang diwarnai dengan imunohistokimia. Diwarnai dengan imunohistokimia. Kita menggunakan CD3 yang kita kenal, merupakan penanda limfositus T dan ada CD20 yang kita gunakan untuk menandai limfositus B langkah-langkah imunohigusitokimia pada prinsipnya adalah kita menggunakan suatu antibodoh Antibody yang spesifik yang bisa kita manfaatkan untuk mewarnai atau mengidentifikasi komponen di dalam jaringan.

Antibody-nya merupakan antibody pertama atau antibody primate, itu kita bisa berikan pada jaringan tadi, dan mereka akan berikatan dengan antigen pada irisan jaringan tadi. Jadi ini antigennya, antibody-nya kita berikan dari luar. Antibody-nya bisa kita dapatkan dari hewan, jadi misalnya dari mencit, atau dari kelinci, atau dari kambing. Kita ambil antibody-nya, kemudian antibody tadi kalau cocok bisa mengenali antigen pada jaringan, maka mereka akan menempel pada jaringan tersebut.

Metode yang kita gunakan adalah kita menggunakan antibody kedua atau antibody sekunder yang bisa mengenali imunoglobulin. dari imunoglobulin yang kita berikan pertama kali tadi. Jadi bisa mengenali antibody primer. Kalau antibody primernya itu dari mencit, maka antibody sekunder yang kita gunakan adalah antibody yang bisa mengenali imunoglobulin mencit misalnya.

Nah, di sini kita lihat gambarnya ada antigennya tadi dikenali oleh antibody primer dan antibody primer dikenali oleh antibody sekunder. Antibody sekunder tadi kita sudah tempeli dengan suatu label. Labelnya nanti memungkinkan. Mungkinkan reaksi ini bisa kita deteksi dengan suatu warna. Yang akan kita gunakan nanti adalah reaksi enzim, yaitu dengan menggunakan labelnya berupa enzim, HRP, host redis, peroksidis.

Ini mereka akan memecah substratnya sehingga kemudian menghasilkan warna coklat. Di sini kita lihat pada jaringan yang terwarnai coklat-coklat, ini merupakan area pada jaringan tadi yang memiliki antigen yang bisa dikenali oleh antibody primer. Dalam hal ini, ini adalah suatu tonsil yang di...

diwarnai dengan antibody anti CD3. Ini ada daerah yang tidak terwarnai dengan baik. Jadi kadang-kadang pada proses pekerjaan di laboratorium, ada area-area yang tidak terwarnai dengan baik.

baik. Kemudian juga kadang-kadang ada area yang terkelupas seperti ini karena pada pemrosesan sediaan ini pada waktu proses pewarnaan sering kita juga memanaskan jaringan ini pada suhu yang tinggi sehingga kadang terkelupas. Tapi kita masih bisa menjumpai ini area yang cukup baik untuk diamati.

Jadi ini adalah area tonsila palatina yang diwarnai dengan antibody CD3. Jadi yang sel yang terwarnai coklat di sini adalah linfositus T. Kita bisa lihat bahwa linfositus T ada di area antarpolyculus. Jadi area yang bulat-bulat, yang ada di dalam polyculus, itu justru tidak terwarnai.

Tapi yang terwarnai adalah area yang ada di sekeliling polyculus, area antarpolyculus. Dan kita tahu bahwa itu merupakan area limfositus T. Jadi ini merupakan salah satu bukti bahwa memang limfositus T itu berada di area antar polikulus.

Nah ini adalah jaringan tonsil yang diwarnai dengan antibody anti-CND20. Kita lihat di sini yang terwarnai coklat justru merupakan area yang ada di dalam polikulus. Jadi membentuk struktur-struktur pembulat seperti ini. Jadi kita kita tahu bahwa lymphositus B itu membentuk folikulus-folikulus lymphaticus ini.

Kalau diperbesar, jadi ini satu folikulus lymphaticus itu terwarnai tadi dengan antibody anti-CD20, terwarnai coklat seperti ini. Sedangkan dengan antibody anti-CD3, itu yang terwarnai adalah area yang ada di sekitar folikulus. Jadi ini satu bukti tadi bahwa di folikulus lymphaticus itu dihuni terutama oleh lymphocytus B.

Oke, ya. Sedangkan area yang ada di antara folikulus itu terutama dihuni oleh linfositus T. Pada folikulus linfatikus ini kita juga jumpai sel-sel yang terwarnai coklat dengan antibody anti-CD3. Sel apakah mereka terwarnai?

Ya tentu saja mereka adalah linfositus T juga. Kita kenal ada linfositus T yang bisa membantu perkembangan linfositus B setelah pengaktifan di dalam nodulus lymphaticus. Kemudian kita juga akan mengamati tonsila palatina yang diwarnai dengan antibody anti-KI67.

KI67 merupakan protein pada nukleus yang diwarnai dengan anti-KI67. yang diekspresikan saat sel masuk siklus sel. Jadi misalnya fase G1, S, G2, dan M, itu ketika mereka masih dalam siklus sel, jadi masih bisa membelah, mereka akan memiliki, memiliki protein Ki67. Kalau mereka sudah keluar dari siklus sel, sudah berdiferensiasi, maka mereka sudah masuk fase G0, dan mereka tidak akan memiliki protein Ki67 lagi. Nah, kalau kita bisa mendeteksi sel-sel yang memiliki Ki67, berarti kita tahu sel mana saja yang masih dalam tahap siklus sel, yang masih bisa membelah.

Sama prosesnya, sama seperti tadi pada prinsipnya, Jadi ada antibody primer dalam hal ini adalah antibody anti-KI67, spesifik ya antibody-nya. Kemudian nanti akan dikenali dengan, di visualisasi dengan antibody sekunder yang sudah berlabel dan antibody sekundernya ini akan mengenali antibody primer. Ini adalah jaringan yang sudah diwarnai dengan antibody anti-KI67.

Jadi kita lihat di sini banyak sel-sel di dalam folikulus, dan ada beberapa juga di luar folikulus yang terwarnai coklat. jadi mereka merupakan sel-sel yang sedang ada dalam tahap siklusel kalau kita berbesar pada daerah epithelium pada tonsila kalatina tipenya adalah epigelium stratificatum squamosum dan di sana ada stratum basale yang kita kenal merupakan daerah yang memiliki banyak sel punca yang masih bisa membelah jadi kita lihat di sini sel-sel yang ada di stratum basale tadi juga terwarnai coklat jadi ini merupakan satu bukti bahwa memang sel-sel di lapisan tersebut merupakan sel-sel yang masih bisa membelah kemudian kita lihat ini ada dan daerah tonsil tadi, ini merupakan area antar-polikulus yang juga banyak memiliki sel-sel yang terwarnai coklat. Jadi kemungkinan besar mereka adalah linfositus T yang teraktifkan dan mengalami proliferasi.

Nah ini adalah daerah yang lebih dalam kita lihat ada ini ada centrum germinatifum ya di dalam folliculus simpaticus yang kaya dengan selesai yang berwarna coklat diselesai yang berwarna coklat struktur-struktur membulat seperti ini yang kita tahu ini merupakan centrum germinativo merupakan area yang mengandung banyak sel yang sedang melakukan proliferasi jadi ini nodulus lymphaticusnya, kemudian di tengahnya ada sentrum germinatifumnya. Dan ini area antar folikulus, tadi kita sudah lihat juga, juga memiliki sel-sel yang sedang mengalami proliferasi. Jadi mereka adalah linfositus T yang mengalami proliferasi, linfositus B yang mengalami proliferasi ada di sentrum germinatifum terutama. Terakhir kita akan melihat mastositus. Kita ingat bahwa mastositus merupakan salah satu lekositus yang ada di dalam jaringan.

Mereka ada di dalam jaringan. Kalau eosinophilus dan juga basophilus kita bisa temukan di darah tepi, tapi kemudian mereka juga banyak masuk di jaringan. Kalau mastositus itu kita hanya akan temukan.

di dalam jaringan saja dia sudah ada di dalam jaringan penamaan mastositus tadi diberikan oleh Pak Erlich Pak Paul Erlich, orang Jerman dari bahasa Jerman Zelen yang berarti mengemukkan. Zelen berarti sel, jadi sel mengemukkan. Karena mereka waktu itu baru mengamati, tapi belum bisa memahami fungsi sel tersebut. Jadi ini adalah gambar awal pengamatan mastositus oleh Pak Erlih tadi. Kita mewarnai mastositus tadi dengan pewarnaan biru tolidin.

Jadi jaringannya. akan diwarnai dengan biru toledin nah mastositus itu dikenal memiliki sifat metachromasia sifat metachromasia berarti bahwa warna yang muncul nanti berbeda dengan warna cat yang diberikan jadi kalau ini warnanya biru warna catnya itu biru biru toledin, nanti warna yang muncul pada sebagian besar jaringan berwarna biru tetapi pada mastositus nanti karena punya sifat metachromasia warna tidak betul-betul biru tetapi menjadi berwarna keunguan. Jadi kita bisa mengenali mastositus merupakan sel-sel kecil seperti ini yang berwarna keunguan. Sediaan yang diamati pada gambar ini adalah dari kulit.

Tapi mastositus juga bisa kita temukan di lamina propria berbagai mukosa. Ini pada kulit, mastocitusnya kita temukan pada dermis. Kita kenali ini epidermisnya, tipisnya.

Kemudian ini ada folliculus pili, follicle, rambutnya. Itu akan kita... temukan juga pada dermis beberapa pembuluh darah kita bisa temukan pada dermis glanula sebacea juga bisa terlihat di sana, nah mastocitus kita kenal sebagai ini sel-sel yang terwarnai keunguan di sini, bisa kita lihat tersebar pada dermis, sering juga kita temukan pada area dekat dengan pembuluh darah Dengan perbesaran kuat, kita bisa lihat bahwa mastocitus tadi, ini warnanya keunguan seperti ini, memiliki banyak granula-granula di dalam sitoplasmanya. Memiliki banyak granula sitoplasma, seperti ini granulanya lebih banyak lagi. Jadi sel-selnya cukup besar dan memiliki banyak granula dengan pewarnaan biru tolidin berwarna keunguan.

Kita ingat bahwa mastocitus ini bisa memiliki memiliki reseptor yang bisa berikatan dengan imunoglobulin E. Jadi kalau ada suatu parasit cacing misalnya, atau juga ada suatu alergen yang bisa memicu respon imun, maka kita nanti akan mendapatkan imunoglobulin E yang spesifik mengenali cacing atau alergen tadi. Nah, imunoglobulin E yang sudah diproduksi tadi, kalau mereka berledar di aliran darah, masuk ke jaringan, mereka bisa terikat pada reseptor di permukaan mastositus.

Ketika ada paparan antigen kedua, ketiga, dan seterusnya, maka antigennya tadi bisa terikat pada imunoglobulin E yang sudah ada di permukaan mastositus tadi. Hal tersebut akan memicu pengeluaran isi granula mastositus tadi. Di isi granulanya nanti... baru akan keluar kalau ada antigen, dalam hal ini misalnya alergen, yang berikatan pada imunoglobulin E yang sudah ada di permukaan mastositus. Granula-granula yang dikeluarkan isinya bermacam-macam, yang selalu ada, ini misalnya histamin, kemudian yang bisa dibentuk dalam beberapa menit, misalnya likotrin, kemudian juga mastositus akan mengeluarkan berbagai macam sitokin yang bisa memicu inflamasi pada jaringan tersebut.

Silakan dipelajari dan Anda bisa melakukan praktikum. Terima kasih.