Terima kasih tel Terima kasih teman-teman sudah hadir di diskusi panel tentang integrasi, kolaborasi, dan inovasi pendidikan Indonesia. Sebagian besar sudah ada dari tadi pagi dan sudah melewati sesi-sesi diskusi dalam... berbagai klaster di jaringan semua murid, semua guru. Tapi saya tahu banyak sekali yang semangat terutama dengan sesi diskusi panel siang ini karena pemangku kepentingan pendidikan yang akan ikut hadir.
itu sangat beragam hari ini saya akan sekaligus ngajak sambil manggil ke depan tuan rumahnya dulu deh, tuan rumahnya sebetulnya jaringan semua murid, semua guru, tetapi kita ada disini berkat kerjasama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Mas Menteri Mendikbud Mas Nadiem Makarim, silahkan Mas Nadiem bergabung disini Oke, pilih aja mas, gak apa-apa disini gak ada aturan tempat duduk. Salah satu bentuk inovasi, gak dikasih tanda. Kemudian sudah hadir juga di tengah-tengah kita, kalau ini pemangku kepentingan.
Yang sangat penting sebetulnya semua urusan di negara ini adalah urusannya Budimen Q sebetulnya. Termasuk urusan pendidikan, ada Ibu Menteri Keluangan, Mbak Ani, Ibu Sri Mulyani. Silahkan, terima kasih.
Sebagai bocoran, Mbak Ani ini menteri yang termasuk bukan menteri pendidikan tapi paling sibuk ngurusin pendidikan, paling peduli dan selalu jadi teman percakapan yang menyenangkan. Terima kasih sekali lagi. dengan pendidikan lain yang juga hadir di sini tujuannya tentu menunjukkan dukungan kepada teman-teman komunitas dan organisasi pendidikan yang selama ini sudah banyak bekerja di lapangan ada mas Salman subakat mas Salman CEO dari Paragon, Wardahh Kosmetik. Hari ini tapi gak bagi-bagi goodie bag lipstick ya mas ya. Tapi memang salah satu perwakilan dari korporasi yang selama ini memang sangat aktif untuk kerja barengan bersama-sama dengan teman-teman komunitas organisasi pendidikan yang ada di Semua Murid Semua Guru.
Kemudian ada Mas Budidi, pemimpin redaksi Koran Tempo Silahkan mas, sekali lagi gue CEO PT. Rombak Media Tempo Media teman-teman adalah salah satu pemangku kepentingan yang sangat penting dan akan sangat menentukan dan selama ini juga sudah sangat menentukan arah perubahan pendidikan Indonesia, menarasikan banyak hal-hal positif, praktek-praktek baik yang sudah dilakukan. Last but not least ada Mbak Dian Sasro, silakan Mbak Dian pelaku industri kreatif. Mewakili pemangku kepentingan yang sebetulnya ada di dunia profesi, di dunia kreatif, tetapi juga sangat percaya bahwa pendidikan itu bukan hanya urusannya guru atau bahkan pendidik, tetapi sebetulnya tanggung jawab kita semua. Saya duduk dulu teman-teman.
Untuk gambaran awal, karena ada yang tidak hadir tadi pagi, saya mau ajak kita sebentar untuk lihat video singkat tentang semua murid, semua guru, dan apa yang sudah dilakukan dalam... 4 tahun ini. Silahkan teman-teman panitia.
Intro Silahkan duduk kembali. Terima kasih. Jadi hari ini sebelum sesi siang ini sudah banyak diskusi, percakapan yang sangat menarik yang terjadi di antara komunitas dan organisasi pendidikan.
Tetapi sebetulnya sebelum konferensi pendidikan Indonesia itu percakapan yang sangat menarik. Cakapannya sudah banyak mas, percakapan tentang bagaimana mengintegrasikan visi, bagaimana supaya lebih banyak terjadi kolaborasi, dan juga bagaimana supaya inovasi-inovasi yang sudah dilakukan teman-teman ini bisa diperbesar skalanya. Tapi pertanyaan untuk... Bapak dan ibu-ibu yang hari ini Jadi panelis mungkin Pertanyaannya dari saya dulu boleh ya Walaupun saya tahu sudah banyak yang mau Nanya juga yang hadir Adalah tentang Mungkin dua hal yang bisa dipaparkan dulu Secara singkat yang pertama adalah Kenapa sih Bapak dan ibu yang ada di sini itu Percaya pada hal yang sama Seperti semua murid semua guru bahwa pendidikan itu Sebetulnya tanggung jawab kita sama-sama Itu mungkin jadi Kenapa pendidikan itu tanggung jawab kita Terus yang kedua mungkin apakah ada hal yang bisa dikolaborasikan dengan komunitas dan organisasi pendidikan yang ada di sini dalam konteks peran mas dan mbak yang ada di sini semua. Mbak Ani dulu, mas Nadiem dulu ya.
Oke selalu dapat giliran awal nih mas Nadiem. Oke silakan mas Nadiem. Jadi pertanyaannya kenapa ini harus bahu-membahu bukan hanya sistem pendidikan aja gitu, bukan hanya sekolah aja ya.
Kalau saya jawaban pertama adalah, kalau kita hitung aja total jumlah bayangkan kita bisa mengkontifai jumlah influence seorang anak. Ya apa saja yang meng-influence anak muda. Berapa persen itu sebenarnya yang hanya terjadi dalam sekolah versus seluruh kehidupannya. Dari situ aja udah terlihat bahwa ini bukan tugasnya satu lembaga, ini bukan tugasnya satu institusi. Sedangkan semua pihak baik orang tua, media, masyarakat, dan civil society harus berkontribusi.
Karena kalau tidak main goal atau objektif utamanya itu gak akan tercapai. Yaitu suatu cultural revolution. Itu kan perubahan mindset, perubahan budaya, pola pikir.
Itu sebenarnya objektifnya pendidikan. Budikan hanya untuk mensukseskan karir itu anak, bisa dapat kerjaan, tapi tugas pendidikan dalam society adalah untuk mencerahkan budaya kita untuk bisa terus maju ke depan dan grow sebagai society. Nah itu gak bakal nyampe terus terang, kalau yang bergerak hanya sistem pendidikannya. Ini hal yang saya gak enak bilangnya karena memang ini tanggung jawab saya, tapi ini harus dikerahkan gitu loh.
Semua tenaga kita harus dikerahkan dan ini adalah sesuatu yang paling mudah untuk berkumpul bersama karena semua orang itu tahu rasanya kayak apa punya orang tua atau punya anak. Itu satu hal yang menyatukan sistem pendidikan ini. Kita benar-benar mengerti dan ada alasan yang sangat primordial dari kita untuk berkontribusi kepada anak kecil atau anak muda.
Itu sesuatu yang human instinct, kita gak bisa diapapain udah ada bawaannya maunya ngebantu gitu. Jadi ini harus menjadi gerakan lah kuncinya. Jadi saya tuh sebagai menteri, jadi sebenarnya ada dua topi.
Topi administratif, yaitu mas menteri, sama topi kepala pergerakan pendidikan Indonesia. Dan kalau gak dua-duanya kena, kita gak bakal nyampe. Saya kira gitu aja.
Jadi departemen pendidikan bukan departemen persekolahan ya? Betul. Boleh tepuk tangan gak buat mas menteri? Silahkan.
Mbak Ani mungkin ada yang ingin disampaikan. sudah mulai di-introduce long life learning. Jadi artinya kalau kita learn, itu sebetulnya tidak selalu harus di dalam konteks sekolah, guru dan murid di dalam satu ruangan.
Apalagi dengan konser. konsep teknologi sekarang itu semakin yang namanya interaksi untuk mendapatkan sesuatu Apakah itu nilai values ataukah pembentukan karakter ataukah pengetahuan atau informasi you actually can get it from so many different sources jadi pada hari ini mungkin pada masa saya kecil dulu kita menganggap sekolah kemudian masyarakat karena kita bermain sama tetangga dan di rumah itu yang cuman tiga yang mudah sekali. Hari ini bahkan lebih kompleks lagi.
Di sekolah, waktu anak-anak sekolah, apalagi di sekolahnya membolehkan membawa handphone, dia bisa fisikly ada di sekolah, tapi otak dan pikirannya di tempat lain karena dia keep browsing something else. Kan kayak gitu. Dan kemudian di sekolah, di rumah, atau di tetangga, dia mungkin sudah gak lagi main dengan tetangganya.
Karena sekarang semua rumah cenderung pagernya tinggi-tinggi dan enggak sesama tetangga. Itu juga menghilangkan dan kemudian menciptakan alternatif channel lainnya. Dan kemudian tentu keluarga yang sangat penting. Kalau saya berdasarkan pengalaman pribadi, keluarga is so important di dalam melakukan proses pendidikan itu. Jadi kalau kita bicara why this is supposed to be semua, stakeholder harus ikut, saya rasa itu ya logis saya.
Persoalannya Kalau kita ngomong kayak gitu Ya gampang dan semua orang setuju Pertanyaannya Di suatu negara Itu bagaimana kita bisa mengorganize Sehingga total jumlahnya Melebihi masing-masing Kalau ada parent Kalau ada guru, kepala sekolah Kemudian ada masyarakat, tetangga Society disitu, kemudian muridnya Dan mungkin pihak lain Seperti korporasi, government Itu total dari semua kalau berkolaborasi harusnya melebihi dari effort dari masing-masing. Nah pertanyaan mungkin yang harus dibahas, bagaimana sih cara mengorganisinya? Saya boleh masuk agak dalam lagi ya. Kalau kita sesudah Indonesia reformasi, dulu pendidikan itu centralized.
Menteri Pendidikan, Anggaran Pendidikan, dan semua manajemen sekolah sampai kepada SD, mungkin dulu belum namanya PAUD ya, tapi juga sampai ke anak-anak, tapi... itu dilakukan oleh pemerintahan pusat. Sesudah kita melakukan reformasi, ide reformasi kenapa kemudian dilakukan desentralisasi dan otonomi daerah, karena seluruh services, pelayanan pada masyarakat seharusnya otonomi atau otoritasnya itu diberikan pada yang paling dekat dengan masyarakat.
Jadi kalau kita punya kesel hari ini di sekolah ada airnya macet, kan gak perlu demo di tembalnya Pak Jokowi. Terima kasih. Dia harusnya ya ke sekolahnya dan sekolahnya itu, kepala sekolahnya diurus oleh pemerintah daerah yang paling dekat.
Jadi makanya ide tentang desentralisasi memang tujuannya adalah supaya kalau ada hadirnya negara, peran negara, dia menjadi jauh lebih responsif karena span of itu responsnya menjadi lebih dekat. Namun kita semua bisa bayangkan 540.000, 40.000. Kabupaten, kota, 34 provinsi dengan masing-masing kepala daerah yang kapasitas dan passion atau idenya berbeda-beda menyebabkan segitu banyaknya diversity dari kualitas, perhatian, dan berbagai macam. Sementara karena konsekuensi dari desentralisasi, undang saya sebagai Menteri Kuala Lumpur harus ngomong tentang uang sedikit aja. Memang itu yang diharapkan kan?
So, 507 triliun anggaran pendidikan kita, 200 triliun sendiri adalah untuk gaji guru. Itu disalurkannya melalui daerah, langsung ditransfer ke DAU dalam bentuk tadi gaji guru, tunjangan profesi guru, dan sertifikasi guru. And then kemudian juga sekolah diberikan bantuan operasi sekolah.
Itu dari pusat. Pemerintah kasih ke APBD And then langsung ke sekolah By name By address Tadinya saya pikir itu gak mungkin ada korupsi Ternyata tetap ada korupsi By name by address terus habis itu sampai di address diminta Sama yang diatasnya Kamu kan udah terima minta dong saya setoranya Itu yang terjadi kayak gitu Tapi itu adalah artinya Itu bantuan operasi sekolah Dan guru sudah memakan Hampir 80% dari anggaran pendidikan yang kemudian sisa-sisanya yang sebagian dikelola mas Nadiem ini. Jadi namanya keren Menteri Pendidikan anggarannya 20% tapi he's actually not really controlling ke bawah gitu.
Tapi semua masalah dari mulai guru sekolah sampai kondisi murid yang disalahin dia gitu kan. So you really have this kind of problem yang kita memang akan menghadapi dan harus kita bicarakan. Gimana caranya supaya waktu terjadi reformasi kan Indonesia itu sebetulnya kesel sekali dengan kualiti pendidikan.
Kita ingat, saya gak tau yang hadir disini sudah cukup umur atau enggak. Tapi waktu 97-98 terjadi krisis ekonomi waktu itu supaya sedikit memory. Ada yang belum lahir. Ada yang belum lahir barangkali. And then kita merasa bahwa pendidikan kita tuh jelek banget.
Dulu dan selalu waktu itu, waktu jaman reformasi itu perjuangan banyak yang mau atur. Dulu guru Malaysia, guru-guru Malaysia itu belajar dari kita tahun 50-an gitu kan. That old memory.
And then sekarang kita merasa disappointed dengan quality. Jadi waktu itu satu-satunya anggaran pendidikan yang diatur di konstitusi is pendidikan. Satu-satunya fungsi yang diatur di konstitusi is just pendidikan.
Waktu itu... perubahan amandemen undang-undang dasar semua politisi, semuanya merasa bahwa pendidikan is important and key, maka 20% anggaran pendidikan kebetulan menteri keuangan pertama yang harus melaksanakan itu saya, jadi tiba-tiba saya pusing kan, 20% untuk pendidikan dimana aja itu karena waktu itu anggarannya masih sekitar 500 triliun, jadi 20%, 100 triliun waktu itu anggarannya sebelumnya masih berapa Kita menghitung jumlah sekolah yang rusak, berapa harus diperbaiki seluruh Indonesia. Oh 37 triliun, masukin situ. Kita anggarkan semuanya. Sampai kemudian kayaknya masih turah-turah kalau orang Jawa bilang turah lebih.
Sampai ya itu membuat tunjangan profesi guru, guru-guru yang non-negeri pun dibayar. Nah sekarang kita bingung sendiri. Ini sebetulnya kita anggaran pendidikan, bagaimana kita akan mengatur ini.
Nah saya sebagai Menteri Keuangan selalu merasa, makanya kalau tadi dibilang Ella bahwa saya Menteri Keuangan tapi sering ngomong pendidikan, karena that's the only function yang di-authorize sama konstitusi kita. Dan saya ngerasa bahwa kita naruh gitu and then kita seluruh ini stakeholder belum duduk sama-sama how we are going to organize ourselves. Sehingga uang pun meskipun dari pemerintah banyak, itu pasti masih kurang dan masih banyak inisiatif goodwill. banyak orang-orang yang generous ingin melakukan, ditemuin.
jumlahnya menjadi lebih kecil itu berarti something wrong the way we organize ourselves jadi moga-moga siang hari ini ada ide untuk memperbaiki terima kasih komitmen keuangannya ada anggarannya ada dan insyaallah Mbak Ani disini orang-orang yang memilih berdaya Walaupun tanpa mengandalkan anggaran pemerintah, insya Allah semuanya ngumpul di sini. Tepuk tangan boleh gak buat komunitas dan organisasi pendidikan. Dan ada juga teman-teman yang di bawah, ruangannya tidak cukup hari ini Bapak dan Ibu panelis untuk menangani.
bawah-bawah kira-kira jumlahnya dua kali lipat yang ada di sini Terima kasih teman-teman sudah menyaksikan dari bawah nanti boleh naik ke atas sesudah acara boleh ya Mas Mbak saya mau mulai silakan mas Salman dulu mungkin atau Mas Budidi atau Dian oke selama alaikum warahmatullah wabarakatuh Selamat sore buat kawan-kawan semua saya khusus menyapa para guru salam salam dari saya ada yang dari guru alaibu dan tentu saja kepada semua teman-teman di Di sini karena semua murid semua guru ya Mbak? Semua murid semua guru di sini. Kalau pertanyaannya sama tadi, sebenarnya ada alasan personal juga.
Yang pertama, keluarga saya semua guru. Kakak saya semua guru, istri saya juga guru. Dan itu adalah satu alasan yang menurut saya penting buat saya.
Yang kedua, saya ingat dulu waktu kecil, waktu sekolah, setiap pulang sekolah itu selalu guru menceritakan sebuah dongeng berbeda-beda. Gak tahu sekarang masih ada atau tidak. Jadi ada satu dongeng. dongeng yang menurut saya sangat berkesan itu dongeng sebenarnya sederhana saja kalau ingat seusia saya itu pasti dongeng cerita tentang kancel itu selalu ada kan kancel adalah, masih ya Budi ya?
yang lain bingung buto iju, jadi kancel itu dicerminkan sebagai satu binatang yang pintar yang cerdas tapi ada satu cerita yang ternyata ada episode yang dia itu agak culas gitu ya, jadi dia melihat siput eh Dia ajak berlomba lari, jelas-jelas saya pasti menang gitu kan. Karena kancil, kakinya panjang, pintar lagi. Tapi ternyata tidak. Si siput itu kemudian mengumpulkan teman-temannya untuk kemudian dia berdiri di satu titik-titik tertentu sehingga ketika kancil datang ke situ, eh sudah ada siput. Ketika kancil berdatang ke titik berikutnya, loh sudah ada siput.
Sampai yang terakhir grup siputnya sudah sampai. Nah, saya memahaminya bukan... bukan sebagai sebuah pelajaran dari guru saya untuk bertindak curang gitu ya, atau untuk bertindak menghalalkan segala cara untuk menang sebuah kompetisi. Tapi ini adalah sebuah cerita betapa kita harus semua berkolaborasi untuk menjangkau sesuatu yang lebih besar, yang mungkin kalau saya sendiri-sendiri itu saya tidak mungkin bisa mencapainya.
Nah pendidikan ini kan sebuah satu isu yang sangat besar yang... saya percaya Mas Nadiem sendiri pun saya yakin tidak bisa memperbaiki dengan sangat cepat kalau beliau hanya bertindak sendiri jadi satu gerakan kolaboratif itu menurut saya menjadi satu hal yang sangat penting, kenapa? karena tadi sudah disebutkan oleh Mbak Ani anak sekolah itu kan hanya sebagian ada di kelas gitu ya, tapi salahnya kan dia ada di rumah ada di teman-temannya ada yang mungkin main bola, tapi sebagian besar sekali sekarang anak-anak itu main HP, yang dia main Youtube dan segala macam. Memang zamannya kan ke arah situ. Dan kalau menurut saya, kita tidak hampir mustahil untuk membendung itu semua.
Karena itu alih-alih untuk kemudian kita menjauhkan mereka dari teknologi, menurut saya justru didekatkan. Karena itu saya ingin juga mengenalkan ada satu orang di sini yang menurut saya sangat layak kenalkan, namanya Gerald yang di depan ini. Sudah pada kenal, kalau di komunitas di dalam dunia ini. Ya, Gerald ini adalah pendiri satu. kanal Youtube namanya Kok Bisa itu subscribernya sudah hampir 2 juta tapi itu sebenarnya adalah edukasi-edukasi secara fun jadi semua pendekatan yang agak berat didekati dengan teknologi, dengan fun dan itu terampil di Youtube ini kan sebenarnya bukan kita menjauhkan teknologi dari anak-anak tapi mendekatkan mereka, tapi dengan memberikan konten-konten yang yang memang diperlukan gitu.
Mungkin kontennya tidak sama sekali dekat atau tidak sama sekali nyambung dengan kurikulum yang ada di sekolah, tapi mereka melengkapinya. Nah ini adalah satu hal yang mungkin bisa dilakukan betapa hal-hal yang kolaboratif, yang hal yang dilakukan bersama-sama itu akan melengkapi apa yang sudah dilakukan pemerintah dalam pendidikan. secara formal gitu jadi sebagai media tentu saja tempo juga tidak hanya tentu saja tugas sedang untuk utamanya dalam mengontrol ya Bagaimana satu kebijakan pendidikan itu betul-betul apa bermanfaat bagi masyarakat banyak, atau kita juga menyuarakan orang-orang yang tidak bersuara, yang tidak bisa bersuara selama ini, tapi kita juga membangun komunitas-komunitas.
Kita banyak sekali engagement dengan anak-anak muda, dengan UKM, dengan kelompok-kelompok yang memang mereka memerlukan untuk diberdayakan. Budikan diberdayakan, kadang-kadang diselewengkan juga istilahnya. Jadi apa mas biasanya kalau diberdayakan? Kita perlu belajar.
Soalnya kita sering pakai kata berdaya nanti kalau dibanipulasi. Intinya adalah bagaimana kita dengan kapasitas masing-masing, dengan kemampuan keunggulan masing-masing, menambal ataupun mengatasi kekurangan dari kelompok-kelompok yang lain. Ada satu cerita menurut saya yang tidak ada kaitannya langsung dengan sekolah, tapi betapa manfaatnya kolaborasi itu sangat besar. Itu teman-teman ini juga berkolaborasi dengan orang-orang UKM.
Surabaya. Seperti biasa UKM itu kan biasanya produknya sangat mungkin enak, tapi secara penampilan mereka tidak cukup menarik untuk dibeli. Nah, teman-teman ini kemudian berkolaborasi membuat satu gerakan untuk membuat desain ulang kemasan-kemasan dari produk dari UKM itu. Dan kemudian setelah dikemas ulang dengan gerakan itu tadi, tentu saja nilai produk yang mereka hasilkan menjadi meningkat, sehingga harganya mereka bisa jadi lebih tinggi, bahkan bisa dijual di pesawat sebagai oleh-oleh. Ini kan sebuah contoh nyata betapa gerakan yang kolaboratif, yang tidak hanya di sekolah, tapi ini menjadikan manfaatnya besar sekali buat publik.
Jadi sekali lagi ini ada alasan personal, tentang karena saya dari keluarga guru, tapi juga ada alasan-alasan yang tadi saya sebutkan. Saya bukan dari kalangan orang yang terpintar di kelas saya, saya sudah dulu ya. pasti bukan yang terbodoh juga gitu tapi bahwa kemudian itu hasil kolaborasi ini saya bisa duduk bersama-sama teman-teman semua saya rasa itu merupakan manfaat yang bisa saya terima terima kasih. Terima kasih Mas Budidi terima kasih juga sudah memberikan beberapa contoh tentang komunitas dan organisasi pendidikan tadi ada contoh dari komunitas dan organisasi pendidikan yang bergerak di bidang teknologi itu salah satu klaster yang ada di semua murid semua guru kemudian yang bergerak di bidang pengembangan pemuda ada ada Ada lima klaster lain Bapak Ibu yang di sini, tadi kalau sempat datang ke sesi-sesi klaster, mungkin baru datang ke satu dua klaster, sore ini dan juga besok itu masih akan terus berlangsung diskusi-diskusi antara komunitas dan organisasi pendidikan di dalam tujuh klaster yang ada di jaringan semua murid, semua guru. Ada pengembangan guru, ada paut dan pendidikan keluarga, selain dua tadi ada literasi, boleh angkat tangan yang dari literasi di sini, ada banyak yang di bawah rupanya.
ada yang dari, apalagi yang saya belum sebut, pendidikan karakter, mana nih pendidikan karakter, ada beberapa perwakilannya di sini, kemudian pendidikan untuk semua, yang kerja sama anak-anak marginal, dan pendidikan inklusi, terus terakhir apa yang belum disebut? Teknologi, teknologi pendidikan tadi udah ada beberapa, ada 7 klaster dari total 612. Pengembangan guru, oh ini dia, klaster literasi, pendidikan karakter, pengembangan anak muda, pendidikan keluarga, pengembangan guru. teknologi pendidikan dan pendidikan untuk semua. Ada contoh praktek-praktek baik juga, panggung praktek baik, Bapak dan Ibu bisa hadir sesudah ini.
Mas Salman. Bagus ya Mbak Ella, kalau habis Dian Sasro asalnya siapa yang mau dengerin saya. Jangan gitu. Jadi sengaja. Badian disimpan terakhir.
Untuk memastikan konsentrasi. Jadi kalau pertama aktif tuh. Sebetulnya saya aktif banget di korporat.
Jadi kalau Wardahh ini kalau gak ada pendidikan ya gak ada Wardahh. Ibu saya seorang sarjana farmasi dari Padang Panjang. Orang tua saya kimia gitu.
Akhirnya kesini karena diajak Mbak Ella. Jadi terjebak. Dan dengan senang.
Tapi gara-gara gitu jadi lebih memaknai. Saya tanya juga sama ibu saya, kok dulu milih farmasi karena guru SMA katanya? Kok kili kimia karena guru SMA?
Jadi segitu penting. interaksi satu dua bahkan cuma satu guru gitu jadi satu guru yang paling enak itu itu yang menentukan saya senang sama guru fisika masuk elektro terjebak di kosmetik tapi berkat pendidikan gede ya pendidikannya gimana belajar dari orang lain kan belajar marketing belajar bener-bener kata ibu bahwa pendidikan itu gak harus di sekolah gitu, tapi bisa belajar dari mana aja. Nah juga proses belajar mengajar di perusahaan juga ternyata penting gitu, karena dulu gak ada R&D kosmetik, itu kita harus set up dari awal, belajar dari mana-mana, belajar di Korea segala macam, terus kalau proses belajar mengajar di perusahaan itu jadi, akhirnya kita punya R&D sampai 80 orang gitu.
Terus belajar marketing, nah itu akhirnya jadilah paragon sekarang. Tadi Mas Adim bilang kita harus tumbuh 100 kali lipat. Gojek kan udah berapa ribu kali lipat jadi aman. Kita di tangan orang yang tepat, Mas Menteri. Ya juga wadah juga gitu ya, dari awal pertama kali sarjana farmasi masuk, masih unyu-unyu akhirnya jadi sekian ratus orang gitu tuh.
Kita sudah tumbuh sampai ratusan kali lipat Jadi bukan tidak mungkin Rekan-rekan semua itu tumbuh Ratusan kali lipat dalam waktu 10 tahun misalnya Jadi senang kan kalau kita 10 tahun lagi ngumpul Di sini kita sudah 100 kali lebih banyak Terus kalau alasannya di sini Orang tua saya itu tadinya pengusaha Terus turun, naik karena pendidikan Jadi dari awal Kerja di korporasi bilang Kita sekeluarga naik Kembali lagi harkat keluarganya gitu ya, nasib keluarga karena pendidikan. Kalau bukan karena beasiswa di ITB waktu itu juga gak akan bisa seperti ini. Pertama kali CSR kita selalu beasiswa, jadi beasiswa-beasiswa, tapi kenapa harus kerja barengan?
Ternyata kalau nggak distrategikan sulit gitu. Jadi saya punya guru marketing bilang CEO Nielsen gitu ya, bahwa Wardah adalah contoh inovasi sosial yang berhasil. Tadinya orang nggak mau kerja di perusahaan lokal, jadi percaya karirnya di perusahaan lokal. Tadinya mikir nggak bisa ngalahin. produk-produk internasional ternyata bisa.
Dan itu gak bisa terjadi kalau tidak terbangun ekosistem kepercayaan gitu. Ada orang yang mau melepas tawaran menggiurkan dari perusahaan multinasional untuk bekerja di perusahaan kami. Balik lagi, cinta sama perusahaan Indonesia dan produk Indonesia datangnya dari mana? Pasti dari pendidikan juga.
Jadi it's all about pendidikan. Karena keluarga kita bukan keluarga pengusaha, bukan keluarga yang punya jaringan yang sangat luas benar-benar tumbuh dari awal, tumbuh mandiri. Jadi itu alasan bahwa tanpa pendidikan yang baik tidak akan ada paragon-paragon lain.
Saya kebayang Samsung, Samsung itu begitu besar pengaruhnya ke GDP Korea, orang seluruh dunia tahu Korea dari produknya. Saya kebayang 10 tahun lagi kita perlu. puluhan Gojek, puluhan Paragon gitu ya.
Karena di Korea punya Samsung, Hyundai, LG, jadi tanpa perusahaan-perusahaan besar ini kayaknya ekonomi kita juga tidak akan bergerak, terus tanpa pendidikan ya perusahaan-perusahaan ini tidak akan ada. Terima kasih. Jadi ini judulnya terjebak tapi terus jadi kecanduan. Ngerjain hati-hati terjebak pendidikan.
Budiat orang-orang korporat yang terjebak disini hati-hati. Saya datang dari pagi loh. Makanya dapat kaos. Tapi ini contoh korporasi yang terjebak tapi kemudian justru memilih untuk melakukan lebih banyak dan lebih banyak lagi untuk pendidikan karena pada akhirnya dampaknya balik lagi ya mas ya?
Betul. Balik lagi. ekosistem yang lebih kuat dan sebenarnya saya juga ingin berterima kasih banyak sekali korporasi yang hari ini mengirimkan wakilnya ikut bicara di sesi-sesi kluster dan kemudian sudah banyak sekali ajakan untuk berkolaborasi dan menstrategikan sebetulnya apa sih visi dan integrasi yang perlu dilakukan untuk langkah-langkah buat pendidikan ke depannya terima kasih sekali lagi